You are on page 1of 10

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa Dosen Pengampu : Yuli Setyaningrum, S. Kep, Ns

Kelompok III : 1. 2.
3.

Rizqiya Nuzulina Aditya Amru Abdullah Falassifatur Riayah Novi Kumala Sari Nurya Ulya F. Dessy Cahyaningtyas Setyorini

4. 5. 6. 7.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS TP 2011/2012

DAFTAR ISI Pendahuluan Tinjauan teori Penutup Daftar Pustaka

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang BAB II TINJAUAN TEORITIS TERAPI SOMATIC 1. DEFINISI Terapi somatic adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien tetapi target terapi adalah perilaku klien. 2. JENIS TERAPI SOMATIC a. Pengikatan Pengertian Pengikatan adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.
-

Tujuan untuk melindungi klien dan orang lain dari cedera fisik, khususnya apabila terapi

lain sudah tidak kebal lagi.


-

Indikasi
1) Beresiko mencederai diri sendiri dan orang lain. 2) Mengalami toleransi dan atau tidak lagi responsive terhadap obat-obatan yang

menekan perilaku patologisnya.


3) Bingung dan beresiko mengalami cedera. 4) Membutuhkan penurunan stimulus dan istirahat yang tenang. 5) Membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan pengendalian

dirinya.

Tindakan keperawatan
1) Hargai hak azasi klien. 2) Lindungi klien dari cedera fisik akibat proses pengikatan. 3) Sediakan lingkungan yang aman. 4) Jaga integritas biologis klien. 5) Jaga harga diri klien. 6) Melepas ikatan.

b. Isolasi Pengertian isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend, 1998). Tujuan Melindungi klien, orang lain dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi.
-

Indikasi Klien yang tidak mampu mengendalikan perilaku nya yang tidak bisa di kendalikan

dengan cara yang lain.


-

Prosedur
1) Tunjuk seorang pimpinan. 2) Perlihatkan pada klien kekuatan yang ada. 3) Buat rancangan yang tepat dan siapkan isolasi. 4) Komunikasi antar perawat jelas. 5) Tangkap klien tanpa menyakiti. 6) Kendalikan perilaku agresif klien. 7) Pindahkan klien ke ruang isolasi. 8) Ganti pakaian klien yang aman dan nyaman. 9) Buat rencana askep lanjutan. 10)Tetap pertahankan kontak dengan klien.

Tindakan keperawatan di ruang isolasi


1) Bantu klien memenuhi KDM. 2) Observasi. 3) Pertahankan komunikasi verbal. 4) Catat dan dokumentasikan hasil observasi. 5) Beri umpan balik tentang perilakunya sehingga klien menyadari alas an dan

tujuan isolasi.
6) Tetap berikan terapi yang lain. 7) Segera melepas klien dari ruangan isolasi jika perilakunya mulai terkendali.

c. Terapi kejang listrik / electro convulsive therapy / ECT Pengertian Terapi kejang listrik atau electro convulsive therapy ( ECT ) adalah bentuk terapi pada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui electrode yang ditempelkan pada pelipis klien. Terapi ini pada awalnya untuk menangani skizofrenia tetapi kemudian disadari bahwa terapi ini lebih cocok untuk gangguan afektif. Sejarah tindakan ECT Terapi dengan konvulsi sebenarnya telah dikenal sejak abad 16. Para selsus (140-1541) menggunakan camphor atau kamper atau kini disebut kapur barus. Kamper ini diberikan secara oral untuk menginduksi kejang sebagai terapi pada pasien gangguan mental. Penggunaan kamper ini bertahan sampai abad ke-18. Pada sekitar tahun 1917, Julius Wagner-Jaugregg, seorang psikiater dari Wina, mulai menggunakan malaria sebagi penginduksi demam untuk mengobati pasien dengan paresis umum pada pasien gangguan mental (sipilis terminal). Pada tahun 1093, mulai dikenal pula penggunaan insulin dan psycho surgery. Manfred Sakel dari Wina mengumumkan kesuksesan pengobatan skizofrenia dengan insulin. Insulin ini digunakan untuk menginduksi koma yang pada beberapa pasien menyebabkan kejang. Kejang ini yang diperkirakan menyebabkan perbaikan pada pasien. Pada tahun 1934, Ladislaus von Meduna dari Budapest menginjeksi

kamper dalam minyak untuk menginduksi kejang pada pasien dengan skizofrenia katatonik. Ini merupakan terapi konvulsi modern pertama. Terapi dinyatakan berhasil, demikian juga dengan sejumlah pasien psikotik lainnya.Von Medunna mengobservasi bahwa pada otak pasien epilepsi ditemukan jumlah sel glia yang lebih banyak dari orang nomal, sementara pada pasien skizofrenia jumlah sel glia lebih sedikit. Dengan hal ini dikemukakan hipotesa bahwa ada antagonisme biologis antara kejang dan skizofrenia. Karena sifatnya yang long acting, kamper kemudian digantikan oleh pentylenetrazol, namun zat ini sering menimbulkan keluhan sensasi keracunan pada kondisi pasien sadar, disebabkan aktivitas antagonis GABAnya. Pada tahun 1938, di Roma, Ugo Cerleti dengan asistennya Lucio Binimelakukan ECT pertama pada pasien skizofrenia. ECT dilakukan sebanyak 11 kali dan pasien memberikan respons yang bagus. Pengunaan ECT kemudian menyebar luas di seluruh dunia. Kini ECT digunakan terutama pada depresi mayor dan skizofrenia. Perkembangan tehnik ECT ECT telah digunakan secara berkelanjutan selama lebih dari 70 tahun. Bagaimanapun, telah dilakukan beberapa perkembangan teknis:
a. Pengenalan anestesi pada pelaksanaan ECT yang mengurangi distress pada

pasien dalam proses ECT.


b. Anestesi juga diizinkan untuk digunakannya muscle relaxant yang mengurangi

ketegangan pada sistem muskuloskeletal, mengurangi cedera.


c. Pre-oksigenasi dan ventilasi terpimpin selama pemulihan yang mengurangi efek

samping.
d. Stimulus listrik terutama di desain untuk menghasilkan kejang yang bersifat

terapeutik tanpa memberikan energi listrik yang tidak perlu pada otak.
e. Penempatan elektroda yang beragam yang dapat dipilih berdasarkan kebutuhan

klinis kasus.
f. Metode monitoring aktivitas otak dan tubuh sebelum, selama, dan setelah

kejang.

Indikasi Indikasi ECT terutama adalah untuk gangguan afektif tipe depresi walaupun sering

juga diberikan pada klien dengan skizofrenia. Untuk klien depresi perbaikan yang timbul lebih cepat, hanya memerlukan 6 10 kali terapi, sedangkan untuk skizofrenia membutuhkan 20 30 kali terapi secara terus menerus. Frekuensi terapi yang biasanya dilaksanakan adalah tiap 2 3 hari sekali ( seminggu 2 kali ). Kontra indikasi Walaupun sebagian terapi ECT cukup aman, akan tetapi ada beberapa kondisi merupakan kontra indikasi diberikan terapi ECT. Kondisi klien yang kontra indikasi tersebut adalah :
a. Tumor intra cranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan intracranial.

b. Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran.


c. Osteoporosis, karena dengan timbulnya grandmall dapat berakibat terjadinya

fraktur tulang. d. Infark miokardium, dapat terjadi henti jantung. e. Asthma bronkhial, Karena ECT dapat memperberat penyakit ini. Peran perawat Pada persiapan ECT
1. Tangani kecemasan dan kurang pengetahuan klien tentang prosedur ECT. 2. Melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya

kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT.


3. Menyiapkan surat persetujuan tindakan ( informed consent ).

4. Mempuasakan klien minimal 6


5. jam sebelum ECT. 6. Menghentikan pemberian obat sebelum ECT. 7. Melepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau jepit rambut yang dipakai oleh

klien. 8. Memakaikan pakaian yang longgar.

9. Membantu mengosongkan blast ( kandung kemih ).

Pelaksanaan ECT
1. Membaringkan klien dengan posisi telentang. 2. Siapkan alat. 3. Pasang bantalan gigi. 4. Sementara ECT dilaksanakan, tahan persendian dengan supel ( sendi bahu rahang

dan lutut ).
5. Setelah selesai bantu nafas.

Setelah ECT
1. Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi stabil. 2. Jaga keamanan klien. 3. Bila sudah sadar bantu orientasi klien dengan menjelaskan apa yang sedang terjadi.

d. Fototerapi Pengertian Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-10 x lebih terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk, mata terbuka, pada jarak 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata. Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi dari orang per orang. Beberapa klien berespon kalau terapi diberikan pada pagi hari, sementara yang lain lebih berespon kalau diberikan pada sore hari. Efek terapi ditentukan selain oleh lamanya terapi juga ditentukan oleh kekuatan cahaya yang digunakan. Dengan kekuatan cahaya sebesar 2500 lux yang diberikan selama 2 jam sehari efeknya sama dalam menurunkan depresi dengan terapi dengan kekuatan cahaya sebesar 10.000 lux dalam waktu 30 menit sehari. Terapi sinar sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif. Kebanyakan klien membaik setelah 3-5 hari terapi kan tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi dihentikan. Keuntungan yg lain klien tdk akan mengalami toleransi terhadap terapi ini.

Indikasi Fototerapi dapat menurunkan 75% gejala depresi yg dialami klien akibat perubahan

cuaca (seasonal affective disorder(SAD)), misalnya pada musim hujan atau musim dingin (winter) di mana terjadi hujan, mendung terus menerus yg bisa mencetuskan depresi pada beberapa orang.
-

Mekanisme Kerja Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh cahaya gelap terang

pada kondisi biologis. Dengan adanya cahaya terang terpapar pada mata akan merangsang sistem neurotransmiter serotonin & dopamin yg berperanan pada depresi. Efek Samping Kebanyakan efek samping yang terjadi meliputi ketegangan pada mata, sakit kepala, cepat terangsang, insomnia, kelelahan, mual, mata menjadi kering, keluar sekresi dari hidung dan sinus. e. Terapi deprivasi tidur Pengertian Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. Cocok diberikan pada klien dengan depresi. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami perbaikan yang bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama 1 malam. Umumnya lama penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam. Indikasi Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi.
-

Mekanisme kerja Mekanisme kerja terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah neuroendokrin yang

berdampak anti depresan. Dampaknya adalah menurunnya gejala-gejala depresi.

Efek Samping Klien yg didiagnosa mengalami gangguan efektif tipe bipolar bila diberikan terapi

ini dapat mengalami gejala mania.

PENUTUP kesimpulan REFERENSI


Towsend, Mary C. 1998. Buku saku Diagnosa keperawatan psikiatri untuk pembuatan rencana keperawatan, Edisi 3, Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/47579389/MAKALAH-TERAPI-SOMATICJIWA http://www.slideshare.net/rian92/terapi-somatik http://brajagssidodadi.blogspot.fr/2012/01/terapi-somatik.html

You might also like