You are on page 1of 6

EKOLOGI ARSITEKTUR PASAR KLEWER

DIKERJAKAN OLEH : KARINA KRISSANTI I0209046

PEMBIMBING : TRI YUNI ISWATI, ST, MT

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Sumber : Google Map Pasar Klewer merupakan pasar yang memiliki spesifikasi aktifitas bursa tekstil dan batik terbesar di Solo dan sekitarnya bahkan terkenal di seluruh Indonesia. Pasar Klewer dulunya berasal dari pedagang Pasar Slompretan yang terletak di Jalan Dr. Radjiman (dahulunya dikenal dengan nama Secoyudan) di Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon. Pasar Klewer merupakan aset kota Surakarta yang berdiri di atas tanah seluas 12.950m2. tanah tersebut merupakan tanah eks Swapraja/Pasar Slompretan yang kemudian dikuasai Pemerintah Kota Surakarta dengan Status Hak pakai No,8. Tahap Pembangunan Tahap Pertama : Pasar Klewer bagian barat terdiri dari 2 lantai, selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 9 Juni 1971 oleh Presiden RI Soeharto. Tahap Kedua : Pasar Klewer bagian timur terdiri dari 1 lantai, selesai dibangun

dan diresmikan pada tanggal 27 Desember 1986 oleh Gubernur Jawa tengah H. Ismail. Potensi Pasar Luas Tanah Spesifikasi Dagangan Jumlah Kios di Bagian Depan : 12.950m2 : tekstil dan batik : 26 kios makanan dan 16 kios batik dan tekstil

Jam Buka Fasilitas Pasar Kantor Pasar Lahan Parkir Masjid Toilet Pos Keamanan

: 09.00-16.00 WIB

Sarana Pemadam Kebakaran (Hydrant dan APAR) Sarana Bongkar Muat Sarana Kebersihan (Container, Bin Sampah)

Pasar Klewer dirintis sejak jaman penjajahan Jepang, dimana kehidupan warga Surakarta banyak mengalami kesulitan. Kemudian sejumlah orang berinisiatif untuk berjualan pakaian dan kain. Waktu itu lokasinya terletak disebelah timur pasar Legi atau kawasan kantor air minum dan pasar Burung. Sejumlah orang ini menjajakan pakaian dan kain dengan cara menggantungkannya dipundak, dan berjalan hilir mudik dilingkungan tersebut, yang tentu saja barang dagangannya menjuntai kebawah tidak beraturan atau istilah orang jawa kleweran. Berhubung komunitas tersebut belum punya nama, maka disebutlah pasar Klewer. Pemerintah saat itu menilai bahwa lokasi seputar pasar Klewer jorok dan kotor, maka lokasi pasar dipindah disebelah selatan Masjid Agung, atau disebelah barat gapura Kraton Kasunanan Surakarta, menyatu dengan pasar Slompretan yang sudah ada sebelumnya. Sekitar tahun 1957-1958 pasar Klewer diperluas ke barat, karena lokasi ini akan digunakan untuk berjualan tenun dan batik yang hingga saat ini banyak pedagang tidak hanya dari Pulau Jawa tetapi juga dari Sumatra, Lombok, Kalimantan berdatangan ke Solo untuk mencari barang dagangan. Sentra grosir kain batik ini menyediakan berbagai macam motif dan jenis batik, di antaranya batik tulis motif Solo, batik cap (print), dan motif-motif batik lainnya. Ada juga berbagai jenis batik Surakarta, seperti batik asli Surakarta, batik antik kraton Surakarta, batik pantai kraton Surakarta, daster batik Surakarta, batik saerah Surakarta, batik putri Solo, batik "kelelawar" Surakarta, dan lain-lain. Selain itu, terdapat juga berbagai macam jenis batik Yogyakarta, Pekalongan, Banyumas, Madura, Betawi, dan berbagai jenis batik dari kota-kota lainnya. Di pasar ini juga menyediakan kain batik

untuk baju, sprei, sarung bantal, dan segala aksesoris-aksesoris lain yang berbau batik. Selain itu, terdapat juga kerajinan-kerajinan khas masyarakat Solo yang berkualitas ekspor, di antaranya cermin kayu ukir, kaca ukir, dan berbagai macam suvenir yang berbahan dasar kaca. Melihat keadaan Pasar Klewer yang berkembang sangat pesat, akibatnya memancing animopedagang untuk berjualan di lingkungan Pasar Klewer sehingga keberadaannya sangat menggangu kelancaran arus lalu lintas dan mengganggu pedagang-pedagang yang mempunyai Surat Izin Penempatan (SIP). Ketidakteraturan ini terjadi setiap harinya terlebih pada siang hari karena merupakan jam padat di Pasar Klewer ini. Kegiatan di pasar Klewer ini beragam di setiap waktunya. Seperti pada pagi hari para pedagang telah menuju Pasar Klewer sekitar pukul 7 pagi untuk menyiapkan dagangan mereka. Setelah jam 9 pagi tiba aktivitas jual beli dimulai. Para pembeli mulai berdatangan dan ketika memasuki jam 11 siang kawsan Pasar Klewer sudah dipadati oleh para pembeli baik di dalam maupun di luar pasar. Bahkan jalan di depan Pasar Klewer kerap tersendat karena banyaknya orang yang berjalan kaki. Ketika hari mulai sore kegiatan jual beli semakin berkurang hingga pasar ini tutup pada jam 4 sore. Pada malam hari keadaan pasar sudah sepi dan tidak terdapat aktivitas apapun sehingga jalanan di depan kawasan pasar pun tampak lengang. Hanya beberapa kendaraan yang melintas di jalan tersebut. Banyak permasalahan yang lantas timbul dari adanya kegiatan tersebut. Hal utama adalah banyaknya pedagang yang tidak memiliki SIP namun bebas berjualan di area depan Pasar Klewer. Keadaan seperti ini menyebabkan para pembeli yang ingin masuk ke dalam area pasar menjadi terhalangi sehingga menyebabkan penuhnya sirkulasi di main entrance Pasar Klewer. Pemandangan yang dihasilkan juga sangat tidak mengenakan bagi pengunjung. Permasalahan lainnya adalah banyaknya pengunjung dan pedagang yang memarkirkan kendaraannya di sepanjang jalan depan kawasan pasar, yang pada akhirnya menyebabkan tersendatnya arus lalulintas di kawasan tersebut. Apalagi kondisi jalan di kawasan tersebut sudah padat. Keterbatasan lahan parkir yang mengharuskan pemilik kendaraan roda empat parkir di depan mesjid agung keraton yang letaknya tidak berdekatan dengan pasar menjadi alasan yang sangat kuat mengapa pelanggaran itu terjadi.

Beberapa dokumentasi dari suasana Pasar Klewer:

Dengan adanya permasalahan seperti itu memang diperlukan alternatif penyelesaian. Untuk masalah banyaknya pedagang tanpa SIP yang berjualan di sepanjang trotoar di depan Pasar Klewer akan diberikan tempat khusus dengan aturan para pedagang wajib memiliki SIP dan mereka akan ditempatkan pada lantai 2 di depan Pasar Klewer. Sementara pada permasalahan tempat parkir yang kurang memadai agar bisa berfungsi dengan baik maka lahan parkir yang selama ini terkesan semrawut akan ditata dengan perpakiran di lantai atas. Lahan parkir dibuat di lantai atas (lantai 3) Pasar Klewer sehingga akses masuk ke dalam pasar lebih mudah. Sebagai jalur penghubung antara bangunan Pasar Klewer dengan bangunan baru di depannya akan di buat jembatan penghubung (klewer junction),sebagai akses pada lantai 2 yang akan memudahkan pengunjung untuk bersirkulasi tanpa harus menyebrang jalan. Harapannya setelah adanya revitalisasi Pasar Klewer ini akan semakin menarik minat pengunjung untuk datang dan berbelanja.

You might also like