You are on page 1of 17

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN

Hama Pada Tanaman: 1. Tikus Gejala serangan : Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Tikus membuat lubang lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak semak.

BENTUK PEMBERANTASAN : Cara-cara pemberantasan tikus yang dapat dilakukan adalah sanitasi, kesamaan waktu tanam, fisik dan mekanik, kimia, kontrol biologi, pengurangan jumlah anakan tikus, dan jarak selang tanam.

A. SANITASI : Sanitasi atau kebersihan lingkungan adalah syarat utama untuk mengendalikan jumlah tikus. Upaya kebersihan lingkungan paling tidak akan mengusir tikus dari tempat persembunyiannya. Kebersihan tidak hanya dilakukan disekitar rumah tetapi juga di persawahan atau perladangan. Penumpukan jerami atau sampah harus dihindari. Tempat-tempat yang wajib tetap dijaga kebersihannya adalah pematang dan jalan-jalan utama di sekitar persawahan. Sebaliknya tempattempat yang harus bersih di perumahan adalah di bawah lemari, pojok-pojok tembok, tumpukan kaleng bekas di pekarangan, dan tempat-tempat lain yang biasanya gelap dan kotor. B. KESAMAAN WAKTU TANAM : Kesamaan waktu tanam tidak akan memberikan kesempatan bagi tikus untuk dapat berkembang sepanjang tahun. Pengaturan waktu tanam mengakibatkan pakan kesukaan tikus juga terbatas. Akibat selanjutnya adalah perkembangbiakan tikus akan terganggu. Pada saat bera atau tidak dijumpai tanaman, tikus juga merasa kelaparan. Tetapi yang menjadi masalah dengan keadaan lahan bera ini adalah larinya tikus ke perumahan. Untuk itu kebersihan disekitar rumah pada masa persawahan bera (tidak tanam) pun harus dijaga.

C. FISIK DAN MEKANIK : Pemberantasan secara fisik dan mekanik merupakan pemberantasan tradisional yang sudah lama terbukti keberhasilannya. Pemberantasan secara fisik dapat dilakukan dengan cara : Gropyokan, yaitu dilakukan secara serentak pada suatu tempat dan dilanjutkan ke tempat lain hingga jumlah tikus menyusut. Mengingat bahwa tikus yang berada dipersawahan mempunyai tingkah laku untuk membuat lubang, bantuan anjing piaraan dapat bermanfaat. Anjing dapat mencium bau tikus yang bersembunyi di dalam lubang. Pemberantasan secara fisik dipersawahan dan perladangan membutuhkan ketekunan. Ketekunan ini dimaksudkan karena tidak jarang tikus mempunyai lubang galian sarang dengan banyak pintu keluar. Tidak tertutupnya salah satu pintu keluar menyebabkan tikus lepas dari kejaran. Tikus selalu membuat liang dengan banyak pintu keluar. Jumlah pintu keluar tikus paling sedikit dua buah dan tidak jarang dijumpai 4 5 buah pintu keluar. Selain dengan cara gropyokan pemberantasan secara fisik dapat dilakukan dengan : Pengairan, pengairan merupakan cara yang efektif dan dapat memberikan hasil yang amat baik. Apabila lubang tikus dialiri air, tikus akan keluar dan ditangkap atau dib unuh. Tikus mengalami kesulitan untuk berlari cepat di atas genangan air, kondisi basah atau berair. Sedangkan pemberantasan secara mekanik dapat dilakukan dengan pengemposan, perangkap hidup, perangkap mati, perangkap lem dan suara.

2. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African) Gejala serangan : Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan. Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari pada manfaatnya sebagai predator. Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari. Pengendaliannya : Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.

3. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri) Gejala serangan : Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur larva (uret) pupa imago (kumbang). Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya. Pengendaliannya : Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.

4. Ganjur (Orseolia oryzae) Gejala serangan : Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas setelah 3 hari. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak normal. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19 26 hari. Pengendaliannya : Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

5. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis) Gejala serangan : Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak dipesemaian hingga dilapang. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 20 hari. Stadia pupa 4 7 hari. Pengendaliannya : Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air sebagai sumber oksigen. Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.

6. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis) Gejala serangan : Menyebabkan batang jagung retak dan patah. Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telut berwarna putih kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu-bulu. Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10 hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas gigitan.

Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati. Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea lacera. Pengendaliannya : Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya. Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan ternak. Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam. Membersihkan rumput-rumputan Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa jenis insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC, Karvos 20 EC

7. Kutu daun persik (Myzus persicae) Gejala serangan : Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai. Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.

Pengendaliannya : Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai seperti jagung. Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.

8. Thrips/kemreki (Thrips parvispinus) Gejala serangan : Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan. Pengendaliannya : Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips. Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman. Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.

9. Ulat grayak (Spodoptera litura) Gejala serangan : Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tanaman bisa gundul atau tinggal tulang daun saja. Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe tidak laku dijual. Pengendaliannya : Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya. Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman. Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air mineral liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS adalah zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif untuk dijadikan perangkap. Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada hama.

10. Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend) Gejala serangan : - Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur. - Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlobang. - Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda. Pengendaliannya : Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat. Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan.

Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air. Gantungkan perangkap di pingir kebun. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.

11. Belalang Gejala serangan : Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng. Pengendaliannya : Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.

12. Kutu perisai Gejala serangan : Hama ini menyerang bagian daun. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun.

Pengendaliannya : Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.

13. Spider mite Gejala serangan : Spider mite mengisap cairan pada tanaman. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang diisap cairannya. Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida. Pengendaliannya : Disarankan menggunakan akarisida.

14. Cacing liang (Radhopolus Similis) Gejala serangan : Menghisap cairan pada akar tanaman. Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil.

Pengendaliannya : Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan. Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.

Penyakit Pada Tanaman:

1. Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia


sp.) Gejala serangan : - Penyakit ini menyerang pada tembakau. - Pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh. - Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 8,5.

Pengendaliannya : Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan. Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan. Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 3 g/liter air), Benomil 2 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 2 ml/l air.

2. Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan) Gejala serangan : Penyakit ini menyerang pada tembakau. Tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat. Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati. Bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal. Pengendaliannya : Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang, memperbaiki drainase, penggunaan pupuk kandang yang telah masak. Rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33. Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida Mankozeb 2 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 2 ml air dan bubur bordo 1 2 %.

3. Virus Penyakit Kerupuk (Tobacco Leaf Curl Virus = TLCV). Gejala serangan : Penyakit ini menyerang pada tembakau. Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar. Pengendaliannya : Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.

4. Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae) Gejala serangan : Kutu ini merusak tanaman tembakau. Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan kerugian 22 28 % pada tembakau flue-cured.

Pengendaliannya : Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu). Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.

5. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) Gejala serangan : Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi. Pengendaliannya : Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.

6. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp) Gejala serangan : Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas. Pengendaliannya : Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh. Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.

7. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora) Gejala serangan : Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab. Pengendaliannya : Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm. Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun. Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.

8. Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici) Gejala serangan : Menyerang pada tanaman cabe Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair. Lamakelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris. Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan.

Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa karena percikan air, angin, maupun melalui vektor. Pengendaliannya : Dengan kultur teknis yang baik. Dapat juga dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar. Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif . Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek. Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.

Disusun Oleh: 1. Dinda Sekar Pramesti (VIIIA/08) 2. Yustikasari Diana Putri (VIIIA/28)

You might also like