You are on page 1of 4

Contoh kasus peningkatan keseimbangan pendapatan antara peternak dan pedagang yaitu Penguatan konsolidasi kelembagaan di tingkat peternak

rakyat melalui pengembangan pola kemitraan dinilai masih relevan, sehingga secara efektif dapat mendorong kinerja peternakan rakyat. Penelitian bertujuan mengidentifikasi eksistensi kelembagaan kemitraan pemasaran ayam ras pedaging dan menganalisis kerjasama kemitraan yang terjalin. Lokasi penelitian di Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali, melalui metode survei dengan wawancara terhadap lembaga pelaku agribisnis ayam ras pedaging meliputi peternak inti dan plasma. Data dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak pola kemitraan melalui inti memiliki akses langsung ke pasar modern dan konvensional sementara peternak mandiri umumnya melakukan penjualan melalui pedagang pengumpul. Keterkaitan fungsional yang partisipatif dan saling menguntungkan antara peternak inti dan rakyat perlu disosialisasikan dan dimantapkan dalam pelaksanaannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan rakyat dan menjamin keberlanjutan usahaternak.

A.Bentuk kelembagaan kemitraan Kelembagaan kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu, untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan, menguntungkan dan memperkuat dengan memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis yang merupakan landasan awal pelaksanaan kemitraan (HAFSAH, 1999). Mengacu pada pengertian tersebut, maka analisis kelembagaan kemitraan akan ditinjau dari dasar etika bisnis yang terjalin antar kelembagaan yang meliputi:

(1) karakter (akhlak atau budi pekerti) (2) kepercayaan (saling menghargai) (3) komunikasi yang terbuka (4) adil (tidak memihak) (5) keseimbangan antara insentif dan risiko. B. Peternak mandiri Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan menckup kapan memulai berternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak. Adapun ciri ciri peternak mandiri adalah mampu membuat keputusan sendiri tentang:

(a) perencanaan usaha peternakan (b) menentukan fasilitas perkandangan (c) menentukan jenis dan jumlah sapronak yang akan digunakan (d) menentukan saat penebaran DOC di dalam kandang (e) menentukan manajemen produksi (f) menentukan tempat dan harga penjualan hasil produksi (g) tidak terikat dalam suatu kemitraan. C.Peternak bermitra secara lisan Peternak bermitra secara lisan terbentuk karena peternak yang semula mandiri ternyata dalam perjalanan usahaternak mengalami kesulitan modal sebelum mencapai periode panen atau finisher. Dalam kesulitan ini peternak meminta bantuan kepada Poultry Shop (PS) untuk meminjamkan kebutuhan pakan dan obat-obatan yang dibayar kemudian setelah ayam dipanen melalui

kesepakatan lisan. Dalam kemitraan ini peternak tidak harus menjual ternaknya kepada PS, namun syaratnya usaha ternak dapat di monitor oleh fihak PS.

Mencermati kemitraan tersebut tercermin adanya komunikasi yang terbuka dan saling percaya serta karakter akhlak/budi pekerti yang kental terutama dari fihak PS. Kemitraan ini dirasakan sangat membantu peternak walaupun sebetulnya pemilik PS juga mempunyai kepentingan yaitu agar dagangannya terjual. Hal ini merupakan bukti bahwa antara peternak dan PS saling membutuhkan. Harga input yang dipinjam peternak diperhitungkan sama dengan harga pasar dan produk juga dibeli dengan harga pasar kalau mereka menjual hasil panen ke PS, sehingga kemitraan ini tergolong adil. Adapun persyaratan harus bersedia di monitor dimaksudkan oleh fihak PS sebagai insentif bagi peternak karena pada saat memonitor sekaligus diberikan bimbingan. Bimbingan dan monitoring usahaternak dilakukan oleh seorang Technical Service (TS) yang disediakan oleh PS. Bimbingan berupa pemberian Daftar Harian Kandang yang terdiri dari jadwal harian pemberian obat, pencatatan ternak yang mati, jumlah pakan yang diberikan, serta jadwal penyemprotan kandang. Monitoring meliputi perkembangan kesehatan ternak, penimbangan berat badan dan perhitungan Feed Conversion Ratio (FCR). Semua hasil monitoring dicatat dan diinventarisir sehingga dari hasil monitoring tersebut PS dengan mudah dapat mengetahui apakah ternak diusahakan dengan manajemen yang dianjurkan atau tidak sehingga hasil monitoring sekaligus merupakan cermin kejujuran peternak.

D.Peternak bermitra secara resmi Peternak bermitra secara resmi dan tertulis dilatarbelakangi oleh sejarah munculnya kemitraan yang kembali bangkit dan berkembang setelah terjadi krisis moneter pada tahun 1997. Kondisi bisnis broiler pada saat itu sangat tidak menentu, posisi produsen lemah dan tidak punya posisi tawar (bargaining position) sehingga kandang broiler kosong karena peternak tidak mampu membeli input yang mahal. Pedagang input (perusahaan) lesu karena rendahnya daya beli peternak, demikian pula pedagang produk yang semula berjaya menjadi vakum. Akhirnya peternak, pedagang input dan perusahaan menjalin kemitraan untuk memperoleh keuntungan dan kesejahteraan serta menanggung risiko bersama.

Berlatar belakang kondisi tersebut diatas maka prinsip kemitraan bukan suatu usaha bagi hasil tetapi menanggung risiko bersama sehingga yang menentukan keberhasilan usaha adalah kerjasama yang bagus antara produsen, pedagang dan perusahaan, dan bukan harga. Garis besar alasan peternak beralih menjadi plasma kemitraan, yaitu (a) kekurangan modal usaha; (b) mengurangi risiko kegagalan/ kerugian; (c) untuk memperoleh jaminan kepastian penghasilan; (d) untuk memperoleh jaminan kepastian dalam pemasaran; (e) untuk mendapatkan jaminan kepastian supply sapronak; dan (f) untuk memanfaatkan kandang yang sedang kosong.

You might also like