You are on page 1of 9

PROSPEK PERBANKAN 2005

Oleh: Imam Budi Sarjito1

Overview Perbankan 2004 Perkembangan perbankan selama tahun 2004 ini menunjukkan kinerja yang membaik sejalan dengan perkembangan kondisi ekonomi makro di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan indikator-indikator utama perbankan yang terus menunjukkan tanda-tanda membaik, seperti LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), profitabilitas dan CAR (Capital

Adequacy Ratio). LDR perbankan cenderung meningkat meskipun masih berada di sekitar
50%, sementara NPL terus menurun meskipun belum mencapai angka di bawah 5% sebagaimana yang diinginkan Bank Indonesia. Untuk profitabilitas, perkembangan kinerja ditunjukkan oleh Net Interest Income (NII), Net Interest Margin (NIM) dan Return on Assets (ROA) yang cenderung meningkat sebagai akibat dari meningkatnya spread antara suku bunga kredit dan dana. Disamping itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) juga terus membaik, mencapai di atas 20%, jauh di atas persyaratan minimum yang ditetapkan Bank Indonesia. Perkembangan indikator perbankan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Perkembangan Indikator-Indikator Perbankan Tahun 2001-2004*
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. INDIKATOR NII (Rp T) NIM (%) ROA (%) CAR (%) NPLs Gross (%) Total Assets (Rp T) LDR (%) 2001 37,8 3,1 1,37 20,5 12,1 1.100 38,0 2002 42,9 4,0 1,86 22,5 8,3 1.1112 43,2 2003 46,5 3,2 2,48 19,4 8,2 1.196 48,5 2004* 47,9* 4,0 2,80 21,0 7,1 1.208 55,3

Sumber : Biro Komunikasi, BI * : Tahun 2004 sampai bulan Agustus

Selain indikator-indikator tersebut di atas, perbaikan juga tampak pada struktur aset perbankan dimana proporsi aset perbankan yang berupa kredit cenderung terus meningkat, sedangkan proporsi aset berupa obligasi Pemerintah cenderung terus menurun.

Chief Economist salah satu Bank BUMN di Jakarta

Economic Review Journal No. 198 Dec 2004

Gambar 1 Komposisi Aset Bank-Bank Umum Tahun 2001 - 2004


1.19 6 ,2 1.0 9 9 ,7 1.112 ,2 1.2 0 8 ,2

3 3 ,8 %

3 3 ,5 %

3 5 ,4 %

3 3 ,7 %

3 8 ,3 %

3 3 ,6 %

2 7 ,9 %

2 4 ,5 %

2 7 ,9 %

3 2 ,9 %

3 6 ,7 %

4 1,8 %

2001 Kredit

2002 Obligasi Pem

2003

2004 Aktiva Lainnya

Sumber : SEKI, Bank Indonesia, September 2004, sudah diolah *) tahun 2004 sampai bulan Agustus

Meskipun secara umum kinerja perbankan nasional cenderung membaik, namun ada beberapa indikator yang belum menunjukkan kinerja menggembirakan, yaitu dana pihak ketiga dan aset perbankan yang tumbuh lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Disamping itu, perbankan juga perlu mencermati beberapa tantangan yang bisa menggangu kinerja perbankan pada masa-masa mendatang.

Trend Industri Perbankan Sebelum kita melihat prospek perbankan tahun 2005, perlu kiranya kita lihat trend yang terjadi dalam industri perbankan akhir-akhir ini sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan arah perkembangan industri perbankan pada tahun 2005 mendatang. Beberapa trend yang sedang terjadi dalam industri perbankan di Indonesia sampai saat ini antara lain adalah sebagai berikut: Pertama, terjadinya pergeseran-pergeseran segmen pasar atau komposisi pasar sejalan dengan perkembangan struktur ekonomi nasional dan pola pikir nasabah perbankan yang cenderung makin banking minded. Untuk kredit, segmen pasar yang dituju oleh perbankan saat ini sedang bergeser menuju ke segmen pasar yang lebih potensial dan lebih rendah risikonya. Segmen pasar yang kini menjadi primadona bagi kredit perbankan adalah segmen pasar konsumer dan segmen usaha mikro, kecil dan menengah. Salah satunya dapat dilihat

Economic Review Journal No. 198 Dec 2004

dari komposisi kredit menurut kelompok debiturnya yang saat ini sudah dikuasai oleh nasabah perorangan sebesar 42,6% sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Sebagai pembanding, pada akhir 2002 debitur perorangan ini hanya menguasai 25,9% dari total portfolio kredit perbankan. Gambar 2 Komposisi Kredit Menurut Golongan Debitur Per September 2004
Lainnya 0.3% Pemerintah 2.0% BUMN 2.0%

Perorangan 42.6%

Swasta 53.1%

Sumber : SEKI, Bank Indonesia, Oktober 2004, sudah diolah

Kecenderungan ke segmen konsumer ini juga dapat dilihat pada portfolio kredit menurut jenisnya seperti terlihat pada Gambar 3. Terlihat bahwa kredit konsumtif sudah mencapai 26,5% dari total kredit pada September 2004 melebihi posisi akhir tahun 2000 dan 2002 yang masing-masing hanya sebesar 14,9% dan 21,8%. Ini terjadi karena dalam beberapa tahun terakhir ini kredit konsumtif meningkat jauh lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan kredit investasi dan kredit modal kerja. Gambar 3 Portfolio Kredit Menurut Jenisnya Per September 2004
Kredit Konsumtif 26.5% Kredit Investasi 21.7%

KMK 51.8%

Sumber : SEKI, Bank Indonesia, sudah diolah

Economic Review Journal No. 198 Dec 2004

Gambar 4 Pertumbuhan Kredit Menurut Jenisnya Tahun 2000 - 2004


66. 4%

Ko nsumtif K. Investasi
45. 6% 40. 5% 36. 6%

K. M o dal Kerja
38. 2%

22. 8% 19. 4% 13. 1% 14. 1% 12. 6% 12. 8% 7. 4% 15. 4% 13. 8% 14. 3%

2000

2001

2002

2003

2004*

Sumber : SEKI, Bank Indonesia, sudah diolah *) tahun 2004 adalah pertumbuhan dari September 2003 s/d September 2004

Kedua, kecenderungan ini juga terjadi pada produk dana dimana segmen pasar perorangan mencapai lebih dari 60% dari total portfolio dana perbankan pada akhir September 2004, dibandingkan hanya 55% pada akhir 2000. Hal ini terlihat pada Gambar 5 berikut ini: Gambar 5 Portfolio Dana Berdasarkan Segmen Nasabah Per September 2004
Lembaga P emerintah 1 .24% B UM N 5.83%

B ukan P enduduk 0.84%

P emerintah 6.89% B UM D 0.1 2%

P ero rangan 60.1 8%

BPR 0.1 5%

Swasta 24.76%

Sumber : SEKI, Bank Indonesia, sudah diolah

Economic Review Journal No. 198 Dec 2004

Hal ini diatas ditanggapi oleh bank-bank besar dengan mengalokasikan resources-nya secara signifikan ke segmen konsumer ini, seperti yang dilakukan Bank Mandiri, BCA dan BNI. Akibatnya persaingan di segmen ini menjadi lebih ketat dan perbankan membangun infrastruktur yang kuat di segmen ini. Pergeseran di sektor dana ini juga terjadi pada jenis produknya yaitu mengarah pada peningkatan komposisi dana murah dan jangka pendek. Hal ini terlihat makin menurunnya proporsi deposito sebagai dana mahal dari semula 54,2% pada tahun 2000 menjadi 44,3% pada akhir September 2004 ini. Gambar 6 Komposisi Dana Perbankan Menurut Jenis Simpanan Per September 2004 (Rp Triliun)
928,2 720,3
4 4 ,3 % 54,2%

411.5

390.5
2 9 ,2 %

270.8 245.8

21,4% 24,4%

154.3 175.5
2 6 ,5 %

2000
Gi ro T a b u ng a n

2004*
Dep o sito

Sumber : SEKI, Bank Indonesia, sudah diolah

Turunnya pangsa deposito berjangka disebabkan terutama oleh turunnya suku bunga sehingga deposan banyak yang mengalihkan dananya ke instrumen keuangan lain yang lebih menarik, seperti reksadana, obligasi dan saham. Ini terjadi terutama pada deposito berjangka lebih dari 1 bulan, yang mengalami penurunan cukup besar, sedangkan deposito berjangka waktu 1 bulan masih mengalami kenaikan. Selain itu, dana deposito kemungkinan juga banyak yang berpindah ke tabungan mengingat selisih bunga antara kedua jenis simpanan tersebut saat ini semakin kecil. Ketiga, perbankan sekarang sedang melakukan strategi pengembangan jaringan distribusi yang bertujuan untuk menjangkau nasabah yang lebih luas, lebih mudah dan lebih efisien. Untuk itu, perbankan mulai menggeser jaringan distribusinya dari conventional channel ke arah modern channel yang lebih murah, mudah dan berbasis pada teknologi. Trend ini bisa

Economic Review Journal No. 198 Dec 2004

dilihat dari makin maraknya pengembangan jaringan distribusi modern, baik hub-spoke

model maupun electronic banking seperti ATM, phone banking, mobile banking dan internet banking.
Keempat, trend di bidang strategi bisnis terjadi dengan mengarah pada pengembangan strategi pertumbuhan bisnis non-organik, khususnya aliansi strategis. Aliansi ini dilakukan antara perbankan dengan lembaga lain untuk kepentingan pengembangan bisnis, seperti bank dengan developer (KPR), bank dengan asuransi (bancassurance), bank dengan perusahaan sekuritas (reksadana) dan bank dengan Posindo. Kelima, dipicu oleh persaingan yang semakin ketat dan karakteristik segmen konsumer yang bersifat massal, bank-bank besar berlomba menarik perhatian nasabah dengan paket-paket promosi yang menarik. Disamping dengan menggunakan iklan di media massa, promosi yang sekarang lazim digunakan adalah dengan menggunakan undian berhadiah untuk produk tabungan dan penetapan bunga yang menarik untuk produk kredit perumahan.

Prospek Perbankan 2005 Makin membaiknya kinerja perbankan yang terjadi sampai tahun 2004 diperkirakan akan terus berlanjut dalam tahun 2005. Dari sisi persaingan, diperkirakan akan terjadi persaingan yang semakin ketat, baik dalam penghimpunan dana, penyaluran kredit maupun transaksi jasa-jasa perbankan lainnya. Kredit perbankan diperkirakan akan meningkat dengan laju pertumbuhan yang lebih tinggi daripada pertumbuhan tahun 2004, sejalan dengan kondisi ekonomi makro yang diperkirakan akan semakin baik. Secara umum, penyebab tumbuhnya kredit ini adalah makin meningkatnya kegiatan dunia usaha dan daya serap sektor riil, suku bunga kredit yang makin kompetitif akibat persaingan serta dorongan peningkatan kredit untuk meningkatkan LDR. Laju pertumbuhan kredit perbankan yang dalam tahun 2004 ini diperkirakan mencapai 20%, diperkirakan akan meningkat lagi mencapai sekitar 25% dalam tahun 2005. Dari segi jenis kredit, kredit konsumsi diperkirakan masih akan tumbuh pesat sejalan dengan terus meningkatnya konsumsi masyarakat dan masih dominannya peran konsumsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, laju pertumbuhannya diperkirakan akan cenderung menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebaliknya, laju pertumbuhan kredit investasi diperkirakan akan semakin meningkat sejalan dengan kondisi sektor riil dan dunia usaha pada umumnya yang diperkirakan akan terus membaik di tahun 2005. Demikian pula halnya dengan kredit modal kerja yang diperkirakan akan tumbuh lebih baik di tahun 2005. Dilihat dari segmen pasar, pergeseran tampaknya akan tetap terjadi

Economic Review Journal No. 198 Dec 2004

dengan mengarah pada sektor mikro, kecil dan menengah dan konsumer sebagaimana yang telah terjadi pada tahun 2004. Berkaitan dengan hal tersebut, kredit mikro diperkirakan juga akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari sisi dana, laju pertumbuhan dana perbankan diperkirakan masih akan rendah meskipun kemungkinan lebih tinggi dari laju pertumbuhan 2004. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya suku bunga riil simpanan dan meningkatnya persaingan dengan instrumen pasar keuangan lainnya, seperti reksadana, obligasi dan saham, yang memberikan return lebih tinggi. Penopang utama kenaikan dana perbankan diperkirakan tetap tabungan dan giro, karena kedua bentuk simpanan ini lebih memiliki motif untuk transaksi dan berjaga-jaga sehinga tidak terlalu mendapatkan persaingan dari instrumen-instrumen pasar keuangan lainnya. Diperkirakan akan terjadi persaingan yang lebih ketat di antara bank-bank dalam memperebutkan tabungan. Produk deposito berjangka diperkirakan masih akan tetap stagnan karena suku bunga riil deposito yang lebih rendah dibandingkan dengan yield dari instrumen-instrumen investasi lainnya, seperti reksadana, obligasi maupun saham. Rendahnya pertumbuhan deposito juga disebabkan oleh bergesernya preferensi masyarakat dari deposito ke tabungan karena tipisnya perbedaan tingkat suku bunga diantara keduanya. Secara umum, pertumbuhan dana perbankan tahun 2005 diperkirakan sekitar 10%. Tingkat suku bunga simpanan diperkirakan akan sedikit meningkat (sekitar 0,5% - 1,0%) terdorong oleh kenaikan laju inflasi di dalam negeri dan kecenderungan meningkatnya suku bunga luar negeri, serta meningkatnya persaingan dalam penghimpunan dana. Untuk suku bunga pinjaman diperkirakan tidak akan terdorong naik oleh kenaikan suku bunga dana karena spread suku bunga yang ada saat ini masih cukup besar (antara 7-10%, bervariasi tergantung pada jenis simpanan dan jenis kreditnya), dan semakin ketatnya persaingan dalam penyaluran kredit. Dengan persaingan yang semakin ketat akan sulit bagi bank untuk menaikkan suku bunga kredit sehingga spread antara suku bunga pinjaman dan simpanan diperkirakan akan menurun dalam tahun 2005. Dari sisi persaingan, pasar perbankan diperkirakan masih tetap akan didominasi oleh sekitar 10 bank terbesar yang saat ini sudah menguasai 69,6% dari pangsa pasar dana dan 63,0% dari pangsa pasar kredit. Persaingan paling ketat akan terjadi pada segmen konsumer, baik dana, kredit maupun jasa. Akibatnya perbankan akan banyak mengalokasikan sumber dayanya di segmen tersebut, khususnya pada persaingan promosi, pengembangan produk, perang harga maupun penyediaan sarana yang memudahkan nasabah (ATM, internet banking, phone

banking dan sebagainya).


Kegiatan usaha perbankan syariah yang dalam dua tahun terakhir ini berkembang cukup pesat, diperkirakan juga akan terus meningkat padat tahun 2005 mendatang. Program

Economic Review Journal No. 198 Dec 2004

sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai perbankan syariah yang akhir-akhir ini gencar dilakukan dan dukungan perangkat kebijakan dari Bank Indonesia diperkirakan dapat menjadi faktor pendorong bagi kegiatan penghimpunan dana dan pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah. Saat ini total dana/simpanan di perbankan syariah sudah mencapai sekitar 1% dari total dana perbankan, sedangkan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah mencapai sekitar 1,5% dari total kredit perbankan. Pangsa pasar ini diperkirakan akan meningkat lagi di tahun 2005. Di bidang strategi bisnis, ada beberapa strategi yang secara konsisten diterapkan selama beberapa tahun terakhir dan akan masih akan diterapkan pada tahun-tahun mendatang. Beberapa strategi bisnis yang akan dominan pada industri perbankan tahun depan adalah strategi pengembagan produk berbasis teknologi, strategi pengembangan jaringan distribusi, aliansi strategis, strategi promosi yang agresif dan fokus bisnis. Dari prospek di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa prospek perbankan tahun 2005 akan tetap menjanjikan. Hal ini berdasarkan pada analisis indikator-indikator perbankan yang menunjukkan tanda-tanda terus membaik, baik indikator umum, seperti profitabilitas dan

solvency, maupun indikator khusus, seperti pertumbuhan dana, suku bunga dan strategi
bisnis dan sebagainya.

Tantangan Perbankan 2005 Meskipun secara umum kinerja perbankan pada tahun 2005 mendatang diperkirakan akan terus membaik, namun beberapa tantangan tampaknya masih akan dihadapi perbankan tahun 2005 nanti. Tantangan-tantangan yang akan berpengaruh pada kinerja perbankan tahun depan tersebut, diantaranya adalah: Pertama, persaingan akan semakin ketat, baik persaingan sesama bank, misalnya persaingan produk, persaingan promosi dan persaingan suku bunga, juga terjadi persaingan dengan para pelaku pasar di pasar keuangan lainnya, seperti misalnya dengan perusahaan-perusahaan pembiayaan (leasing, factoring dan sebagainya), asuransi dan reksadana. Kedua, risiko memburuknya kualitas kredit diperkirakan masih cukup besar, sehingga meskipun persentase NPL cenderung menurun namun kemungkinan masih sulit untuk bisa mencapai dibawah 5%. Ketiga, masalah permodalan, khususnya untuk bank-bank kecil, belum terlalu kuat untuk mendukung ekspansi kredit dalam jumlah yang cukup besar.

Economic Review Journal No. 198 Dec 2004

Keempat, kondisi ekonomi makro, meskipun terus menunjukkan perbaikan, namun masih ada beberapa titik rawan yang berpotensi menghambat berlanjutnya proses pemulihan ekonomi, misalnya lonjakan harga minyak mentah dunia, kenaikan laju inflasi, kenaikan tingkat bunga internasional, menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia, dan masih lambannya proses perbaikan iklim investasi dan bisnis di dalam negeri. Kelima, makin meningkatnya risiko operasional perbankan, sehingga perlu upaya keras untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan manajemen risiko dan kontrol intern. Pada tahun mendatang, perbankan masih akan menghadapi risiko operasional maupun kejahatan di bidang perbankan yang cenderung semakin kompleks dan makin beragam modus operandinya. Keenam, makin meningkat dan kompleksnya tuntutan kebutuhan nasabah, sehingga menuntut perbankan untuk terus melakukan pengembangan produk, meningkatkan kualitas layanan dan kemampuan teknologi informasinya. Meningkatnya tuntutan nasabah ini sejalan dengan meningkatnya banking mindedness, meningkatnya tingkat penghasilan dan perubahan pola pikir masyarakat ke arah yang lebih modern. Ketujuh, masih perlu upaya keras untuk meningkatkan efisiensi agar fungsi intermediasi perbankan dapat dilaksanakan dengan lebih baik lagi. Efisiensi perbankan akan bisa diperoleh apabila perbankan melakukan pengembangan teknologi informasi, restrukturisasi jaringan distribusi, sentralisasi operasi dan peningkatan pengendalian biaya.

Economic Review Journal No. 198 Dec 2004

You might also like