You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Kewarganegaraan (citizenship) merupakan keahlian kepada sebuah komuniti politik (yaitu sebuah bandar pada asalnya, tetapi kini lebih biasa merupakan sebuah negara) yang membawa hak-hak penyertaan politik. Seorang individu yang mempunyai keahlian ini dipanggil warga negara. Biasanya, kewarganegaraan bersepadan dengan kerakyatan (nationality). Bagaimanapun, kedua istilah ini harus dibedakan. Seorang warga negara mempunyai hak-hak untuk menyertai bidang politik negerinya, seperti mengundi ataupun menjadi calon wakil rakyat, sedangkan seorang rakyat tidak seharusnya mempunyai hak-hak tersebut, walaupun biasanya mereka mempunyainya. Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya unsur warga negara yang diatur menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga warga negara yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga negara dengan warga negara, negara lain. Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya ditentukan berdasarkan salah satu dari dua prinsip, yaitu prinsip ius soli atau prinsip ius sanguinis. Yang dimaksud dengan ius soli adalah prinsip yang mendasarkan diri pada pengertian hukum mengenai tanah kelahiran, sedangkan ius sanguinis mendasarkan diri pada prinsip hubungan darah.[1] Masalah kewarganegaraan merupakan salah satu kajian studi kenegaraan (HTN). Dalam pengertian umum, kewarganegaraan menjadi salah satu unsur keberadaan suatu negara (algamene staatsleer). Seperti kita ketahui, bahwa unsurunsur negara terdiri dari wilayah, adalah rakyat yang identik dengan warga negara, dan

pemerintahan yang berdaulat sebagai unsur konstitutif serta pengakuan dari negara lain sebagai unsur deklaratif.[2] Warga negara adalah Staatsangehoringen Nationals, anggota organisasi negara nasional.[3] Dilihat dari sudut yuridis, kewarganegaraan dapat disebut suatu status hukum kenegaraan, yaitu suatu kompleks hak dan kewajiban di lapangan hukum khususnya hukum publik (hukum negara) yang dimiliki oleh orang yang memiliki keanggotaan suatu negara tertentu dan tidak dimiliki oleh orang asing.[4] Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa betapa penting masalah kewarganegaraan dalam konteks kenegaraan. Oleh karena itu, pengaturan warga negara harus diatur dalam UUD. Hukum tata negara sebagai salah satu kajian ilmu hukum merupakan suatu kajian yang mencakup masalah kenegaraan dari sudut pandang yuridis, salah satunya adalah masalah kewarganegaraan. Masalah kewarganegaraan dalam hukum tata negara mencakup masalah mengenai siapa warga negara dan siapa yang dianggap sebagai orang asing, pengertian penduduk serta hak dan kewajiban warga negara. Dalam arti yang lebih luas mencakup permasalahan mengenai bagaimana cara memperoleh status kewarganegaraan, tentang bagaimana kehilangan status kewarganegaraan, cara memperoleh kembali status kewarganegaraan, serta termasuk juga masalah tentang bagaimana cara menghilangkan terjadinya bipatride dan apatride sebagai doktrin umum dalam masalah kewarganegaraan. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Gautama, dapat dikatakan dengan tidak terlalu dilebih-lebihkan bahwa sejak dilahirkan hingga keliang kubur status warga negara atau bukan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap orang. Kelahiran sebagai bayi asing atau bukan mempunyai akibat atas hukum yang berlaku bagi diri sang bayi tesebut, baik dalam lingkungan hukum perdata maupun dalam lingkungan hukum publik.[5] Sebagai kajian hukum tata negara, pengaturan tentang kewarganegaraan terdapat dalam Undang Undang Dasar Negara Rupublik Indonesia 1945 (sampai dengan mandemen ke-4) Bab X tentang Warga Negara dan Penduduk pasal 26. Pasal
[3]Bagir Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender.

[5] Indonesia, Undang-undang No.62 tahun 1958, Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1.

ini mengalami perubahan dimana semula terdiri dari 2 pasal, namun dalam amandemen ke-2 dirubah dan ditambah menjadi 3 pasal. Dalam perkembangannya bahkan hingga saat ini pasal tersebut menimbulkan polemik terutama berkaitan dengan ketentuan yang termuat dalam pasal 26 ayat 1 yang dipertahankan hingga saat ini. Selain itu, terdapat pula UU no. 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Repulibk Indonesia yang mengatur masalah kewarganegaraan. Namun sekali lagi, undang-undang inipun menimbulkan polemik bahkan sampai akhirnya memunculkan wacana pembaharuan akan undang-undang ini. BAB II PEMBAHASAN

II. 1. Masalah Kewarganegaraan Sebagai Kajian Hukum Tata Negara Masalah kewarganegaraan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu negara untuk menentukan siapa warga negara dan orang asing. Berhasil tidaknya suatu negara dalam mewujudkan cita-citanya tergantung banyak dari peran aktif warga negaranya.[1] Untuk itu diperlukan suatu peraturan tantang kewarganegaraan yang mengatur mengenai setiap warga negara dan orang asing. Dalam arti yang lebih luas mencakup permasalahan mengenai bagaimana cara memperoleh status kewarganegaraan, tentang bagaimana kehilangan status kewarganegaraan, cara memperoleh kembali status kewarganegaraan, serta termasuk juga masalah tentang bagaimana cara menghilangkan terjadinya bipatride dan apatride sebagai doktrin umum dalam masalah kewarganegaraan. Telah dikemukakan diatas bahwa sebagai pendukung dari adanya suatu negara, warga negara (atau maksudnya disini adalah masalah kewarganegaraan) menjadi hal yang penting. Dalam arti khusus, yaitu kajian tentang masalah kewarganegaraan suatu negara tertentu, masalah kewarganegaraan termasuk dalam kajian hukum tata negara. Dilihat dari sudut yuridis, kewarganegaraan dapat disebut suatu status hukum
[1] Menurut Abdullah Bari Azed, Op.Cit. [2] Fatmawati Op.Cit.

kenegaraan, yaitu suatu kompleks hak dan kewajiban dilapangan hukum khususnya hukum publik (hukum negara) yang dimiliki oleh orang asing.[2] Sebagai kajian hukum tata negara, kewarganegaraan berkaitan pula denga hal-hal seperti hubungan jabatan negara atau pemerintahan dengan negara (jabatan MPR, DPR, Kepresidenan, dan jabatan pemerintahan lainnya), hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak asasi maupun hak dan kewajiban yang dijamin atau ditentukan dalam konstitusi atau UUD. [3] Hal tersebut semua termasuk dalam kajian hukum tata negara. Dalam hukum positif di Indonesia pengaturan tentang masalah kewarganegaraan dapat dilihat dalam : 1. UUD NRI 1945 (sampai amandeman ke-4) Bab X tentang Warga Negara dan Penduduk pasal 26 yang terdiri dari 3 ayat. 2. Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus, seperti UU no. 4 Tahun 1969 Tentang Pernyataan Tidak Berlakunya UU no. 2 Tahun 1958 Tentang Persetujuan Perjanjian antara RI dan RRC mengenai soal Dwikewarganegaraan, Kepres RI no. 7 Tahun 1971 Tentang Pernyataan Digunakannya Ketentuan Dalam UU no. 3 Tahun 1946 Tentang Warga Negara dan Penduduk Negara untuk menetapkan kewarganegaraan RI bagi penduduk Irian Barat, serta ketentuan yang diberlakukan bagi penduduk Timor Timur yaitu SE Menkeh no. M.09.UM.01.06 Tahun 1986 Tentang SKBRI bagi penduduk Timor Timur.[4] Penyusunan makalah ini hanya akan membahas pengaturan yang terdapat dalam UUD NRI 1945 padal 26 UU no. 62 Tahun 1958. II.2 Pengaturan Tentang Kewarganegaraan Dalam UU no. 62 Tahun 1958 Beserta Permasalahannya Sebagai pelaksanaan dari ketentuan pasal 26 UUD NRI 1945 seta sesuai dengan apa yang juga diperitahkan pada ayat 3 pasal tersebut, maka perlu dibentuk suatu undang-undang yang mengatur tentang warga negara dan penduduk. Undang-undang
[3]Bagir Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender.

[5] Indonesia, Undang-undang No.62 tahun 1958, Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1.

yang berlaku saat ini adalah UU no. 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang terbentuk pada masa berlakunya UUDS RI 1950. Undangundang tersebut tetap berlaku hingga saat ini berdasarkan Aturan Peralihan pasal I UUD NRI 1945. Undang-undang ini pada dasarnya terdiri dari pokok-pokok sebagai berikut :

1. Mengatur tentang siapa-siapa yang menjadi warga negara RI. Dalam pasal 1 dapat dilihat bahwa warganegara RI adalah[5]: a. Orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau perjanjianperjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah warga negara RI. b. Orang yang lahir dan mempunyai hubungan kekeluargaan dengan ayahnya yang warga negara RI. c. Anak yang lahir dalam 200 hari setelah ayahnya yang warga negara RI meninggal. d. Orang yang waktu lahir ibunya adalah warga negara RI, sedang ia tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan ayahnya. e. Orang yang waktu lahir ibunya dalah warga negara RI, sedang ayahnya patride atau selama tidak diketahui kewarganegaraan ayahnya. f. Orang yang lahir di wilayah RI sedang orang tuanya tidak diketahui. g. Anak yang diketemukan di wilayah RI sedang orang tuanya tidak diketahui. h. Orang yang lahir di wilayah RI, sedang orang tuanya apatride atau selama kewarganegaraannya tidak diketahui. i. Orang yang lahir di wilayah RI dan waktu lahirnya mendapat kewarganegaraan ayah atau ibunya, dan selama ia tidak memperoleh kewarganegaraan ayah atau ibunya. j. Orang memperoleh kewarganegaraan berdasarkan undang-undang ini.

[1] Menurut Abdullah Bari Azed, Op.Cit. [2] Fatmawati Op.Cit.

Berdasarkan ketentuan diatas ada hal yang dapat kita simpulkan berkaitan dengan azas yang dianut oleh undang-undang ini. Dapat disimpulkan bahwa undangundang ini menganut azas ius sanguinis. Dianutnya azas ius sanguinis ini dapat kita lihat dalam ketentuan huruf b, c, d, dan e. Dianutnya azas ius sanguinis juga tercantum dalam Penjelasan Umum dimana disitu tertulis pertimbangan dianutnya azas ius sanguinis bahwa keturunan dipakai sebagai suatu dasar adalah lazim. Sudah sewajarnya suatu negara menganggap seorang anak sebagai warga negara di manapun ia dilahirkan, apabila orang tua anak itu warga negara itu. Juga tertulis bahwa dalam hal kewarganegaraan undang-undang ini selalu menganggap selalu ada hubungan hukum kekeluargaan antara anak dan ibu. Ketentuan ini adalah sesuai dengan pahampaham hukum umumnya berkenaan dengan hukum adat dan hukum kekeluargaan khususnya. Selain itu terlihat dianutnya azas ius soli secara terbatas yang tercermin dalam ketentuan huruf f, g, h, dan i. 2. Mengatur tentang bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan. Dalam undang-undang ini dapat kita lihat beberapa cara memperoleh kewarganegaraan RI, yaitu : a. Karena kelahiran Kelahiran sebagai dasar dalam memperoleh status kewarganegaraan adalah sudah menjadi hal yang umum dalam permasalahan kewarganegaraan. Hal ini sesuai dengan azas ius sanguinis. Kewarganegaraan ini diperoleh karena mengikuti staus kewarganegaraan orang tuanya. Bila ada hubungan hukum kekeluargaan anara anak dengan ayahnya, maka ayah yang akan menentukan kewarganegaraan anaknya (Pasal 1 huruf b dan c), kecuali jika ayah tidak dapat menentukan kewarganegaraan anaknya karena ia tidak mempunyai kewarganegaraan atau karena kewarganegaraannya tidak diketahui. Apabila tidak ada hubungan hukum kekeluargaan antara anak dan ayah, maka yang menentukan kewarganegaraan itu adalah ibunya (pasal 1 huruf d).
[3]Bagir Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender.

[5] Indonesia, Undang-undang No.62 tahun 1958, Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1.

b. Karena pengangkatan Dapat kita lihat dalam pasal 2 yang menyebutkan antara lain:[6] - anak yang diangkat adalah anak orang asing yang pada saat diangkat belum berumur 5 tahun. pengangkatan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi orang tua yang mengangkat. Sekarang ini pengangkatan anak harus dengan penetapan Pengadilan Negeri, tidak cukup dengan akte notaris sebagaimana diatur dalam SEMA no. MA/Pbem/0294/1979 tanggal 7 April 1979. adanya penetapan Pengadilan Negeri yang mengesahkan pengangkatan anak tersebut ditetapkan dalam tenggang waktu 1 tahun sesudah pengangkatan dilakukan.[7] c. Karena permohonan Dapat kita lihat dalam pasal 3 dan 4. Pasal 3 menyebutkan antara lain :[8]
-

anak yang mengikuti status warga negara ayahnya yang orang asing akibat perceraian oleh hakim diserahkan kepada asuhan ibunya yang warga negara RI, boleh mengajukan permohonan apabila setelah memperoleh kewarganegaraan Indonesia tidak mempunyai kewarganegaraan lain.

- permohonan dalam 1 tahun sejak anak tersebut berusia 18 tahun diajukan kepada Menteri Kehakiman melalui Pengadilan Negeri atau Perwakilan RI dari tempat tinggalnya. - Pengabulan atau penolakan pewarganegaraan oleh Menteri Kehakiman dengan persetujuan Dewan Menteri dan berlaku pada tanggal keputusan Menteri Kehakiman. Sedangkan dalam pasal 4 diatur tentang : [9] - orang asing yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia yang ayah atau ibunya juga lahir dan tinggal di Indonesia serta orang tersebut tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan ayahnya dapat mengajukan permohonan pewarganegaraan kepada Menteri Kehakiman.
[1] Menurut Abdullah Bari Azed, Op.Cit. [2] Fatmawati Op.Cit.

- permohonan diajukan dalam 1 tahun sejak orang tersebut berusia 18 tahun. - pengabulan atau penolakan pewarganegaraan oleh Menteri Kehakiman dengan persetujuan Dewan Menteri dan berlaku pada tanggal keputusan Menteri Kehakiman.

d. Karena naturalisasi Naturalisasi dapat diberikan dengan 2 cara, yaitu karena permohonan atau karena diberikan oleh pemerintah. Dapat dilihat dalam pasal 5 dan 6. Pasal 5 mengatur tentang:[10] pengaturan tentang naturalisasi karena permohonan. syarat-syarat mengajukan permohonan pewarganegaraan. pemohonan diajukan kepada Menteri Kehakiman melalui Pengadilan Negeri atau Perwakilan RI dari tempat tinggalnya. pengabulan atau penolakan pewarganegaraan oleh Menteri Kehakiman dengan persetujuan Dewan Menteri dan berlaku pada tanggal keputusan Menteri Kehakiman setelah mengucapkan sumpah dan janji setia. bila permohonan pewarganegaraan ditolak dapat mengajukan kembali. Sedangkan dalam pasal 6 diatur tentang:[11] pengaturan tentang naturalisasi karena diberikan pemerintah. pewarganegaraan diberikan dengan alasan untuk kepentingan negara atau telah berjasa kepada negara oleh pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.[12] e. Karena perkawinan Ada dua cara pewarganegaraan bagi seorang isteri yang berstatus sebagai orang asing agar dapat menjadi warga negara mengikuti suaminya, yaitu dengan cara aktif dan cara pasif. Memperoleh secara aktif terlihat dari ketentuan dalam pasal 7 ayat (1).
[3]Bagir Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender.

[5] Indonesia, Undang-undang No.62 tahun 1958, Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1.

[13] Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pewarganegaraan dengan cara ini, yaitu : adanya perkawinan yang sah. pada saat menikah isteri berstatus sebagai orang asing dan suaminya berstatus warga negara Indonesia. dalam 1 tahun si isteri mengajukan pernyataan keterangan memperoleh kewarganegaraan RI kepada Pengadilan Negeri atau Perwakilan RI di luar negeri. si isteri mempunyai bukti bahwa dengan memperoleh kewarganegaraan RI ia tidak mempunyai kewarganegaraan lain yaitu surat keterangan dari perwakilan negara asalnya. - dalam satu tahun sesudah menikah suaminya tidak melepaskan kewarganegaraan RI. Hal ini berkaitan dengan ketentuan bahwa dengan perkawinan tersebut si suami berhak untuk melepaskan kewarganegaraan RI (apabila ketentuan dari negara isterinya membenarkan) untuk menjadi warga negara asing mengikuti isteri. [14] Sedangkan mengenai cara memperoleh secara pasif dapat dilihat dalam ketentuan pasal 7 ayat (2) dan pasal 9 ayat (1). Pasal 7 ayat (2) ditujukan kepada wanita asing yang kawin dengan pria warga negara Indonesia, tetapi dalam 1 tahun sesudah perkawinannya tidak aktif menyatakan keterangan memperoleh kewarganegaraan RI kepada Pengadilan Negeri. Untuk itu diperlukan syarat-syarat : wanita tersebut adalah orang asing. dalam 1 tahun sesudah kawin suaminya tidak menyatakan keterangan melepaskan kewarganegaraan RI. wanita tersebut tidak mempunyai kewarganegaraan lain apabila memperoleh kewarganegaraan Indonesia. [15]

[1] Menurut Abdullah Bari Azed, Op.Cit. [2] Fatmawati Op.Cit.

Sedangkan pasal 9 ayat (1) ditujukan kepada wanita asing yang turut memperoleh kewarganegaraan RI karena suaminya memperoleh kewarganegaraan RI. Dalam hal ini persyaratan yang harus dipenuhi adalah : adanya perkawinan yang sah antara pria asing dan wanita asing, sahnya perkawinan berdasarkan hukum negara asalnya atau dilakukan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia. wanita bersangkutan tidak mempunyai kewarganegaraan lain apabila memperoleh kewarganegaraan RI dibuktikan dengan surat keterangan dari negara asalnya. f. Karena kedudukan anak dalam hal kewarganegaraan. Dalam pasal 13 ayat (1) dan (2) diatur bahwa kewarganegaraan RI yang diperoleh oleh sang ayah (bagi anak yang sah) dan yang diperoleh dari seorang itu (bagi anak luar kawin atau anak sah yang ayahnya telah meninggal dunia sebelum ibunya memperoleh kewarganegaraan RI dengan jalan naturalisasi) berlaku juga pada anak-anak yang pada saat kewarganegaraan itu diperoleh belum berumur 18 tahun. Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hal ini adalah : anak tersebut belum berumur 18 tahun bertempat tinggal dan berada di Indonesia hingga berumur 18 tahun, hal ini hendaknya dibuktikan dengan dokumen yang sah yang ia miliki. atau boleh saja bertempat tinggal dan berada di luar Indonesia dengan ketentuan anak tersebut akan atau menjadi stateless (tanpa kewarganegaraan) jika tidak memperoleh kewarganegaraan RI mengikuti orang tuanya. g. Karena pernyataan Mengenai hal ini dapat kita lihat pada ketentuan pasal 7 ayat (1) yang mengatur tentang wanita asing yang menikah dengan pria yang berstatus warga negara Indonesia dapat menjadi warga negara apabila dalam satu tahun menyatakan keterangan untuk itu. [16]
[3]Bagir Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender.

[5] Indonesia, Undang-undang No.62 tahun 1958, Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1.

Masalah Kewarganegaraan Beserta Contohnya


NO 1 Masalah kewarganegaraan Apatride Contoh Anak keturunan bangsa A (Ius Soli) lahir di negara B (Ius Sanguinis) Maka anak tsb bukan warga negara A maupun warga negara B Anak keturunan bangsa C (Ius Sanguinis) lahir di negara D (Ius Soli). Sehingga karena ia keturunan negara C, maka dianggap warga negara C, tetapi negara D juga menganggapnya sebagai warga negara,karena ia lahir di negara D .

Bipatride

Multipatride

Anak yang BIPATRIDE juga menerima pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah dewasa, dimana saat menerima kewarganegaraan yang baru ia tidak melepaskan status bipatride-nya

[1] Menurut Abdullah Bari Azed, Op.Cit. [2] Fatmawati Op.Cit.

Cara memperoleh kewarganegaraan


NO Cara memperoleh kewarganegaraan Contoh 1 kelahiran Seorang anak yang lahir di Indonesia berdasarkan perkawinan yang sah menurut hukum di Indonesia walaupun ayah atau ibunya bukan WNI. 2 Pengangkatan Anak dari suatu Negara yang belum berusia 5 tahun yang diangkat secara sah oleh WNI. 3 Pewarganegaraan Disetujuinya Seseorang yang megajukan permohonan untuk menjadi WNI secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan bermaterai cukup kepada Presiden melalui Menteri. 4 Perkawinan Warga Negara asing yang melakukan perkawinan secara sah dengan warga Negara Indonesia. 5 Pemberian kewarganegaraan Orang asing yang diberikan hak jewarganegaraan secara cuma-Cuma karena telah berjasa besar terhadap Negara tersebut. 6 Ikut ayah/ibu Anak yang belum berusia 18 tahunyang bertempat tinggal di Indonesia dan memperoleh kewarganegaraan RI karena ayah dan ibunya WNI.

[3]Bagir Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender.

[5] Indonesia, Undang-undang No.62 tahun 1958, Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1.

Contoh Artikel Masalah Kewarganegaraan


Apresiasi Kewarganegaraan Ganda Menggema October 14, 2011 10:26 pm DEN HAAG, KOMPAS.com Undang-undang kewarganegaraan Indonesia tak mengizinkan warganya memiliki kewarganegaraan ganda. Namun seiring dengan berjalannya waktu, apalagi di era globalisasi sekarang ini, makin banyak aspirasi yang menginginkan kewarganegaraan ganda. Hal itu memudahkan terutama bagi warga Indonesia yang tinggal di luar negeri. Indah Morgan, dari Komunitas Pernikahan Campur KPC Melati di Inggris, adalah pendukung perjuangan untuk memperoleh dwi kewarganegaraan. Sudah empat tahun ia tinggal di Inggris mengikuti suami dan sudah bertahun lamanya ia memperjuangkan hak memiliki warga negara lain selain Indonesia. Ia menyambut gembira ketika Dubes RI di Amerika Dino Pati Djalal, mengirim surat terbuka kepada masyarakat Indonesia di Amerika. Dino Pati berjanji untuk menyampaikan aspirasi masyarakat Indonesia soal kewarganegaraan ganda. "Saya dan para pelaku kawin campur terutama juga para skill migrant dari Indonesia yang berada di luar negeri mendukung ide tersebut. Kemungkinan kami juga yang dari Inggris akan melakukan hal yang sama. Mengharapkan kepada duta besar Indonesia melakukan hal yang sama untuk mendukung adanya dwi kewarganegaraan ini," kata Indah sebagaimana dikutip Radio Nederland, Senin (3/10/2011)

[1] Menurut Abdullah Bari Azed, Op.Cit. [2] Fatmawati Op.Cit.

Aspirasi untuk dwi kewarganegaraan juga menggema di Italia. Gusmang Oka Mayura adalah pria Bali yang sudah selama sepuluh tahun tinggal di kota Verona. Ia berupaya mengumpulkan keinginan untuk memperoleh dwi kewarganegaraaan dan membuat kelompok tersendiri di Facebook. Sampai saat ini anggotanya sudah mencapai sekitar 930 warga Indonesia dari seluruh pelosok dunia. Oka punya pengalaman pribadi setelah lama tinggal di Italia. "Saya pikir kenapa harus mengubah kalau negara lain bisa dapat dua atau tiga warganegara. Kenapa harus memilih. Keluarga tinggal di Indonesia namun saya tinggal disini. Planning-nya sih mau menetap lama di sini. Jadi saya pikir seandainya bisa dapat dwi kewarganegaraan buat kami yang bekerja dan tinggal di luar negeri akan lebih baik buat urusan semuanya." Yang dimaksud adalah kemudahan yang bisa didapat jika ia menjadi warga negara dari salah satu negara di tempatnya tinggal. "Mempermudah untuk bisa buka usaha kerja, urus pensiun dan lain-lainnya. Karena kalau kita bawa paspor di negara kita tinggal maka jaminannya lebih bagus." Aspirasi yang dikumpulkan di halaman Facebok akan digunakan Gusmang Oka Mayura sebagai petisi menuju ke celah yang lebih formal. Kemudahan Dengan dua paspor, sisi kemudahan bisa didapat warga Indonesia yang tinggal di Eropa. "Dekat banget kok keliling Eropa hanya untuk naik bis sudah bisa. Tapi kenapa prosesnya untuk buat visa itu lebih lama daripada misalnya nyebrang dari London ke Amsterdam." Sementara dari sisi ekonomi juga akan menguntungkan. Selama ini orang Indonesia yang memegang paspor asing hanya bisa membeli properti dengan hak guna bukan hak kepemilikan. Padahal, tutur Indah Morgan, banyak sekali eks WNI yang ingin
[3]Bagir Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender.

[5] Indonesia, Undang-undang No.62 tahun 1958, Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1.

berinvestasi di Indonesia dan itu bisa menciptakan tenaga kerja, memperbanyak pemasukan pajak. "Jika mereka punya paspor Indonesia, tentu saja mereka akan berbondong-bondong membeli tanah di Indonesia untuk usahanya." Atau bagi eks WNI lain, tambahnya. "Jadi bagi mereka yang meninggalkan Indonesia di tahun 60 atau 70 an terutama bagi mereka yang menikah dengan orang asing dan menjadi WNA. Nah setelah tua mereka itu ingin mengajukan WNI lagi. Tapi kenapa proses untuk menjadi WNI itu dipersulit. Padahal mereka lahir di Indonesia dan masih mempertahankan budaya Indonesia." Tentu saja mengubah UU tidak semudah membalik telapak tangan. Tapi paling tidak aspirasi masyarakat yang mendambakan dwi kewarganegaraan dapat menjadi bahan pertimbangan selanjutnya. Sampai saat ini hanya anak di bawah 18 tahun saja yang bisa mendapat kewarganegaraan ganda.

sumber: http://internasional.kompas.com/readGanda.Menggema

[1] Menurut Abdullah Bari Azed, Op.Cit. [2] Fatmawati Op.Cit.

BAB II PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam tulisan ini, penulis menyimpulkan : a. Warga negara sebagai salah satu pendukung adanya suatu negara menempati posisi yang sangat penting, maka perlu diatur dalam UUD.Kewarganegaraan yang dapat disebut suatu status hukum kenegaraan, yaitu suatu kompleks hak dan kewajiban di lapangan hukum khususnya hukum publik (hukum negara) yang dimiliki oleh orang yang memiliki keanggotaan suatu negara tertentu dan tidak dimiliki oleh orang asing menempatkan sebagai hal yang masuk dalam jangkuan hukum tata negera. b. Ketentuan pasal 26 UUD NRI 1945 tetap menetapkan adanya istilah orang-orang bangsa Indonesia asli : dan orang-orang bangsa lain yang dalam pelaksanaan RI didalamnya banyak sekali mengandung permasalahan.

[3]Bagir Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender.

[5] Indonesia, Undang-undang No.62 tahun 1958, Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1.

Pendapat dan saran:


a. Diadakan pembaharuan ketentuan dalam pasal 26 ayat (1) sebagai berikut :yang menjadi warga negara adalah mereka yang karena kelahiran dari orang tua yang berkewarganegaraan RI atau orang asing yang mendapat kewarganegaraan berdasarkan undang-undang yang mengatur tentang warga negara RI. b. Pengesahan pewarganegaraan sebaiknya dilakukan oleh Presiden sebagai Kepala Negara.Kewarganegaraan yang dapat disebut suatu status hukum kenegaraan, yaitu suatu kompleks hak dan kewajiban di lapangan hukum khususnya hukum publik (hukum negara) yang dimiliki oleh orang yang memiliki keanggotaan suatu negara tertentu dan tidak dimiliki oleh orang asing menempatkan sebagai hal yang masuk dalam jangkuan hukum tata negera.

c. Menurut saya mengenai contoh artikel diatas ada baik dan buruknya. Baiknya, kita

dapat memiliki passport double, dan dapat leluasa pergi ke negara lain dengan leluasa. Buruknya semakin banyak orang Indonesia yang akan menderita krisis identitas. Banyak sekali orang-orang asli Indonesia yang udah jadi penduduk Eropa yang lupa diri dari mana mereka berasal, dan apabila membicarakan soal Indonesia selalu membicarakan hal yang buruk atau kekurangan dari Indonesia.

[1] Menurut Abdullah Bari Azed, Op.Cit. [2] Fatmawati Op.Cit.

d. Dengan adanya masalah kewarganegaraan (misalnya kewarganegaraan ganda), hal ini menyebabkan kurangnya rasa nasionalisme dalam diri seseorang untuk membela negaranya sendri. Ini akan menyebabkan adanya sikap acuh tak acuh dalam diri orang tersebut.

[1] [2]

Abdullah Bari Azed, Op.Cit., hal.3. Fatmawati Op.Cit., hal.2.

Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender., hal.8.
[3]Bagir Manan,Pembaharuan Hukum Kewarganegaraan, Makalah disampaikan Untuk Seminar Nasional,Hukum Kewarganegaraan dan Hukum Keimigrasian di Indonesia, Kajian dari Aspek Yuridis, Politik, dan hak Asasi Manusia, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Surabaya,1997, 20 September., hal.3. [4] Ramly Hutabarat 1,Latar Belakang terbentuknya RUU tentang Kewarganegaraan dan Beberapa Catatan Tentang Bias Gender.

[3]Bagir

[5] Indonesia, Undang-undang No.62 tahun 1958, Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1.

Indonesia, Undang-undang No.62 tahun Undang-undang tentang Kewarganegaraan., Pasal.1. [6] Ibid., Pasal.2.
[5]

1958,

[7] Ramly Hutabarat 2, Pelaksanaan Undang-undang No.62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia beserta Permasalahanya, hal.7. [8]Indonesia, Op.Cit., [9] Ibid,. pasal.4. [10] Ibid., pasal.5. [11] Ibid., Pasal, 6.

pasal.3.

[12] Pembahasan Yang Koonprehensif lihat Abdul Bari Azed, Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan, (Jakarta: PSHTN FHUI, 1996)., hal.26-27. [13] [14] [15]

Indonesia, Op.Cit., Pasal 7 ayat 1. Ramly Hutabarat 2., Op.Cit.hal.8. Ibid., Hal.9.

[16] Lihat juga pembahasan dalam makalah tentang cara memperoleh kewarganegaraan karena perkawinan secara aktif.

[1] Menurut Abdullah Bari Azed, Op.Cit. [2] Fatmawati Op.Cit.

You might also like