You are on page 1of 25

Disusun untuk melengkapi tugas matakuliah Pengantar Ilmu Ekonomi

ANGGOTA KELOMPOK: 1. HIMAWAN SANTOSO 2. DIA DHONNIMUH BKL (112111145/ TI-35-04) (112111146/ TI-35-04)

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM BANDUNG

Pertengahan September 2008, jika kita mengikuti berita ekonomi, sebagian besar memberitakan masa depan ekonomi yang bakal suram akibat kasus Subprime Mortgage. Di Amerika, beberapa institusi finansial sudah banyak merasakan dampaknya, dari pengambilalihan Fannie Mae dan Freddie Mac olehpemerintah AS, kebangkrutan Lehman Brothers, dan American International Group (AIG) yang juga terancam bangkrut, tapi beruntung masih di suntikan modal oleh pemerintah. Perusahaan yang lain harus rela di akusisi oleh perusahaan lain.

Bahkan pemerintah AS yang tadinya sangat membatasi investasi di pasar financial dari modal asing atas dasar nasionalisme, kini terpaksa harus mengemis pada negara lain untuk mau menanamkan modalnya di pasar finansial untuk menyelamatkan perekonomian Amerika Serikat. Bagaimana perusahaan yang besar, berusia lebih dari 100 tahun seperti Lehman Brothers harus merelakan dirinya bangkrut. Krisis financial ini tidak hanya terjadi pada level perusahaan, sebelum kebangkrutan itu bermunculan, perusahaan itu telah menelan korban ratusan ribu hingga jutaan warga Amerika.

Mereka kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah, dan bergelimangan utang. Bagai bola salju, efek ini berimbas langsung ke perusahaan investasi top dunia. Inggris, Belanda, dan Jepang mulai menyiapkan dana cair agar perusahaan-perusahaan besarnya tidak ikut kolaps. Awaltahun 2009 initerjadibuble economy ekonomi gelembungsokoguru perekonomian NegeriPaman Sam pecah, meledak berserakan kemana-mana membuat orang sedunia terperangah. Menjalar menjadi krisis dan ancaman krisis semua penghuni bumi dan tidak terkecuali untuk Negara Indonesia sendiri.

Pengertian dari TsunamiFinansial: Istilahtsunami sendiri pertama muncul sebagai deskripsi krisis finansial yang dijelaskan oleh mantan Ketua Federal Reserve Alan Greenspan. Dimanater dapat kejatuhan pasar finansial di bulanOktober 2008.Greenspan menyebutnya bencana finansial paling hebat selama seratus tahun. Ia mengaku terlalu percaya pada mekanisme pasar bebas untuk melakukan koreksi diri.Boom yang terjadi sebagai hasil kemudahan kredit, pengawasan longgar dan spekulasi berujung pada kejatuhan pasar kredit yang menghancurkan lembaga finansial.

SebabTerjadinyaTsunamiFinansial Stunami Finansial terjadi berawal dari setelah 4 tahun Amerika menerapkan bunga 1%/ tahun, The Fed (BI-nya Amerika) mulai bingung karena inflasi meningkat drastis. Inflasi yang tak terkendali adalah penyakit perekonomian karena menurunkan kesejahteraan/daya beli masyarakat. Contoh kalau gaji dosen naik dari 2,5 juta ke 2,6 juta jangan senang dulu karena kalau harga (inflasi) naik 10 % maka gaji ril (kesejahteraan) turun. Melihat kondisi inflasi yang mencapai 3,5 % di Amerika maka pada Juni 2004 The Fed (BI-nya Amerika) secara bertahap menaikkan suku bunga patokannya hingga terakhir bertahan di 5,25%. Maksudnya supaya orang menabung dan uang yang beredar kurang dan inflasi turun. Disisi lain, naiknya suku bunga ini diikuti dengan cicilan yang dibayar oleh masyarakat yang mengambil KPR meningkat, orang-orang yang mempunyai credit rating buruk pada kebingungan membayar, akhirnya ramai-ramai menjual rumahnya,

sedangkan orang-orang kaya yang punya uang mengambil sikap wait and see tidak mau membeli rumah dalam kondisi ekonomi yang krisis. Kembali lagi ke teori ekonomi dasar, penjual banyak dan pembeli sedikit harga jatuh drastis. Orang-orang yang masih terikat KPR Amerika bingung. Di satu sisi, beban cicilan hutang mereka kepada bank semakin besar (karena bunga naik), di lain sisi rumah mereka nilainya makin turun. Akibatnya mulai banyak timbul kasus dimana hutang KPR seseorang kepada bank itu jumlahnya lebih besar daripada nilai rumahnya sekarang. Sebagai Contoh, dulu harga rumahnya 100 juta dan sisa utang cicilanya 80 Juta, karena rumahnya kalau dijual sekarang harganya Cuma 60 Juta bahkan tidak cukup untuk bayar utang. Pada tahun 2007 terjadilah kredit macet masal, dan penyitaan rumah (foreclosed) besar-besaran. RealtyTrac, perusahaan penyedia data penyitaan rumah di AS,

mencatat pengumuman lelang sebanyak 179.599 yang mencakup 2,5 juta rumah yang dinyatakan disita karena gagal bayar. Ini adalah jumlah penyitaan terbanyak selama 37 tahun. Penyitaan besar-besaran ini jelas dapat menimbulkan banyak warga AS menjadi tuna wisma mendadak, dan bisa menjadi masalah sosial baru dan sektor riil mulai seret. Kejadian Oktober 2008 diperparah dengan naiknya cicilan bunga Jenis KPR 2/3 ARM yang diambil masyarakat Amerika tahun 2005/awal tahun 2006, bunganya mulai reset suku bunganya dari bunga rendah ke bunga tinggi (Contoh KPR PT Varindo Lombok Inti dari biasa cicil Rp 300.000,- mulai cicil Rp 700.000,-) akan mencapai puncaknya pada tahun 2008-2009. Semakin berat lagi beban cicilan bunga, semakin banyak yang tidak kuat membayar dan akhirnya rumah kena sita. Ketika para debitur tidak mampu membayar cicilan

kreditnya, maka EBA yang berasal dari subprime mortgage juga ikut ambruk. Nilai jualnya jadi merosot. Akibatnya, para investor yang menanamkan modalnya di EBA subprime mortgage merugi. Hal yang memperparah kondisi ini adalah banyaknya perusahaan kredit perumahan yang bangkrut karena tidak ada putaran uang yang terjadi dan diperparah dengan adanya financing mismatch. Bank-Bank besar di Eropa mengalami masalah terhadap investasi EBA subprime mortgage di Amerika. Selanjutnya kabar buruk ini segera menjalar ke seluruh dunia dan menyebabkan kepanikan pasar. Kepanikan pun sampai ke investor-investor di lantai Bursa Efek Indonesia hingga sempat ditutup. Investor lalu mulai menjual sahamsaham yang bergerak dalam industri Perumahan, yang jumlahnya mencapai 40% dari total kapitalisasi pasar. Meletusnya bubble di sektor properti ini sendiri tidak berakhir di

sini, melainkan lalu menyebabkan pecahnya bubble lainnya, yaitu bubble derivatif yang kemudian menimbulkan Tsunami Finansial dan seluruh kepala negara di dunia merasa sedikit bingung. Di Indonesia tak terkecuali sehingga SBY merasa perlu mengumpulkan para ekonom di Istana merdeka Jumat 17 Oktober 2008 dengan salah satu pesan jangan memperkeruh pasar dan redam kepanikan masyarakat.

Subprime Mortgage Dari tahun 1995 dimana saham-saham teknologi di AS lebih dulu booming, namun kolaps dan menyebabkan banyak perusahaan jenis ini tak mampu membayar pinjaman ke bank. Akibatnya perekonomian Amerika mengalami pertumbuhan negatif, disebut resesi. Agar keluar dari resesi maka The Fed (BI-nyaAmerika) tahun 2001 menurunkan suku bunga, sehingga suku bunga hingga 1% - bayangkan 1%/tahun. Secara ekonomi, penurunan suku bunga, pada umumnya akan membantu pertumbuhan ekonomi. Orang tidak menabung tetapi melakukan investasi dan konsumsi sehingga mendorong belanja masyarakat yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Seiring dengan rendahnya suku bunga, pertumbuhan perumahan di Amerika Serikat menggelembung. Perusahaan kredit perumahan melihat hal ini sebagai sebuah peluang bisnis yang mampu mendatangkan keuntungan yang besar, sehingga mereka berani untuk mengucurkan kredit rumah karena perusahaan kredit Rumah mengenakan bunga sekitar 9 % (biar resiko tinggi tapi untungnya banyak). Jumlah Kredit Perumahan Subprime Mortgage kepemilikan rumah yang ditujukan bagi orang-orang yang mempunyai credit rating buruk meningkat. Mereka umumnya terbawa arus booming harga rumah dan cicilan kredit yang murah akibat bunga murah. Orang-orang ini mempunyai impian untuk memiliki rumah, terbentur dengan ketatnya persyaratan bank. Bank-bank konvensional yang ada tidak ingin mengambil resiko dengan credit rating mereka yang kurang baik. Sebagai informasi Sistem pemberian KPR di Amerika

sangat bergantung terhadap credit score yang dikeluarkan oleh perusahaan credit scoring seperti yang mengunakan metode FICO, konsumen dapat memiliki FICO score mulai dari 300 s/d 850 tergantung dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa credit score. Pada saat ini rata-rata credit score untuk konsumen di Amerika berkisar 620. Semakin rendah credit score (FICO<620), semakin kurang kelayakan dari konsumen tersebut mendapatkan KPR. Subprime mortgage borrower diberikan kepada konsumen yang memiliki FICO score < 620. Sebagian dana dari perusahaan kredit perumahan KPR didapat dari pinjaman pihak ketiga dalam jangka waktu pengembalian yang pendek kurang dari 5 tahun. Sementara, KPR Amerika sendiri merupakan kredit jangka panjang yang bisa lebih dari 10 tahun. Ini mengakibatkan terjadi mismatch credit (KPR Amerika pinjam uang untuk bangun Perumahan dan

dananya harus kembali sebelum 5 tahun sementara rumah dijual kredit sampai 20 tahun). Selain itu, perusahaan kredit perumahan juga berbisnis dengan margin penjualan yang dikenal dengan Mortgage-Backed Securities(MBS) atau dalam bahasa Indonesia Efek Beragun Aset (EBA). EBA merupakan kumpulan kredit yang kemudian dijual kepemilikannya kepada bank dan investor, baik individu maupun institusional. Penyebab utama meluasnya dampak KPR Amerika secara global adalah penjualan EBA yang sampai ke luar negeri (Eropa, Jepang, Australia, dll). Investor mendapatkan bukti kepemilikan EBA dalam bentuk saham yang diback-up oleh properti yang diagunkan dalam proses KPR Amerika tersebut. Karena EBA yang berasal dari KPR Amerika ini cukup berisiko, maka returnnya juga cukup tinggi. Return EBA didapatkan dari cicilan pembayaran debitur-debitur KPR Amerika.Selanjutnya, karena

EBA tipe KPR Amerika ini berkarateristik high risk high return (resiko tinggi tapi untung tinggi), maka cukup banyak investor hedge fund dan invesment bank yang meminatinya. Hedge Fund sendiri terdiri kumpulan dana investor raksasa yang investasinya lintas negara dan cenderung beraksi spekulatif. Perkembangan selanjutnya dari booming perumahan ini yang terjadi adalah semakin populernya sejenis KPR yg disebut ARM (Adjustable Rate Mortgage). Dalam rangka menarik customer agar mengambil KPR, institusi keuangan mengembangkan ARM, yg pada intinya adalah KPR dimana tingkat suku bunganya dalam 2-3 tahun pertama sangat murah, tetapi pada tahun selanjutnya akan naik lebih tinggi daripada KPR biasa. Jenis KPR 2/3 ARM ini sangat populer hingga di Mataram, sebagai contoh, coba lihat lagi reklame PT Varindo Lombok Inti

di koran ini beberapa tahun lalu rumah murah cicilan hanya Rp 300,000.-/Bulan padahal di brosur Cicilan KPR PT Varindo lombok Inti cicilan rumah sederhana (RS) Cuma Rp 300.000,dari tahn 1 hingga tahun ke 3 dan pada tahun ke 4 dst adjustable menjadi Rp 700,000,-/bulan. Banyak konsumen sektor properti yang lalu tertarik untuk mengambil KPR jenis ARM ini karena tergiur bunga awal yg sangat rendah. Pertimbangan konsumen, sebelum masa 2-3 tahun itu habis, pasar properti pasti sudah naik lagi, dan properti itu sudah akan mereka jual ataupun mereka bisa melakukan refinancing lagi dengan mengandalkan kenaikan harga itu. Dengan re-financing, meskipun sebenarnya rumah itu belum mereka jual karena berharap harganya masih akan terus naik, tetapi kenaikan harga ini sudah mereka nikmati, dengan cara mengambil pinjaman tambahan dengan jaminan rumah yg sama.

Uang ini mereka pakai, baik untuk konsumsi maupun untuk investasi kembali di properti yang lain karena tergiur kenaikan harga properti yg drastis. Karena Permintaan rumah meningkat maka harga rumah naik. Karena pasar KPR yg begitu aktif dan berkembang, institusi keuangan pun agak kewalahan untuk mengumpulkan dana yg bisa dipakai untuk memberikan KPR. Mereka pun mengembangkan produk obligasi yg namanya CDO (Collateralized Debt Obligation). Bunga yang dipakai untuk membayar bunga obligasi CDO adalah bunga yang mereka dapat dari kredit KPR yang telah mereka kucurkan. Dana yg didapat oleh institusi keuangan dari hasil penjualan obligasi CDO ini, lalu mereka kucurkan lagi utk memberikan KPR, yang lalu mereka pakai untuk menerbitkan obligasi CDO lagi. Siklus ini kemudian juga terjadi berulang-ulang.

Dampak dari Tsunami Finansial bagi perekonomian dunia


1. Mempengaruhi momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam bentuk pengeringanlikuiditas, lonjakan suku bunga, anjloknya harga komoditas, dan melemahnyapertumbuhan sumber dana. Menurunnya tingkat kepercayaan konsumen, investor, dan pasar terhadap berbagaiinstitusi keuangan yang ada. Flight to quality, pasar modal Indonesia terkoreksi akibat indikasi melemahnya matauang rupiah. Kurangnya pasokan likuiditas di sektor keuangan karena kebangkrutan berbagai institusi keuangan global khususnya bank-bank investasi akan berdampak pada cash flowsustainability perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Akibatnya, pendanaan ke capital market dan

2.

3.
4.

perbankan global akan mengalami kendala dari aspek pricing (sukubunga) dan availability (ketersediaan dana). 5. Menurunnya tingkat permintaan dan harga komoditas utama ekspor Indonesia tanpadiimbangi peredaman laju impor secara signifikan akan menyebabkan deficitperdagangan yang semakin melebar dalam beberapa waktu mendatang. Selanjutnya defisit perdagangan tersebut akan menyulitkan penggalangan capital inflow dalam jumlah besar untuk menutup defisit itu sendiri seiring dengan keringnya likuiditas pasar keuangan global. Selain hal diatas, Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa yangberdampak negatif terhadap negara-negara lainnya, tidak berimbas terlalu besar bagi Indonesia.

Pengaruh Tsunami Finansial Terhadap Perekonomian Negara Indonesia. Mungkin terbesit dalam pikiran kita mengapa Indonesia juga terpengaruh krisis global ini? Hal ini terjadi karena para investor luar negeri yang berada dibursa saham Indonesia ramairamai menarik dana untuk dibawa pulang ke negeri asal karena mereka sedang membutuhkan likuiditas. Mereka lebih suka menarik uang kas (cash is king) di pasar saham dan rela untuk cut loss transaction. Maka tidak heran jika dalam waktu sekejab bursa saham Indonesia langsung terpuruk dengan penurunan IHSG mencapai lebih dari 40% dan nilai tukar rupiah sempat menembus angka Rp13.000/US$ dari sebelumnya stabil di angka Rp9.000-Rp9.500/US$. Ini merupakan cermin dari ketidak mampuan pemerintah untuk menarik investor kesektorriil, sehingga investor luar negeri hanya berinvestasi

di pasar modal saja yang sewaktu-waktu bisa ditarik kembali dan di-pulang kampung-kan ke negara asal. Selain menggalakkan sektor riil, Pemerintah sebaiknya dapat meninjau kembali regulasi di pasaruang dan modal terkait dengan hot money investment dari luar negeri selama ini, sehingga investor asing tidak bisa seenaknya melarikan modalnya (capital outflow) sewaktu-waktu. Sebagai bench marking, mungkin Pemerintah Indonesia dapat meniru kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia dalam membatasi hot money tersebut sehingga pelarian modal keluar negeri dapat dikendalikan dan akhirnya perekonomian Negara dapat lebih stabil dan tidak terlalu terpengaruh dengan rumor. Selain itu semua eksportir juga harus diwajibkan untuk melakukan repatriasi devisa hasil ekspor mereka dengan demikian pemerintahakan memiliki cadangan devisa yang lebih kuat.

Langkah-langkah yang harusdilakukan Negara Indonesia untukmenghadapiTsunamiFinansial Sudah saatnya bagi bangsa kita untuk mawas diri dan bercermin dari kejadian di AS ini, apakah kita masih terus mengadopsi faham kapitalisme dengan sistem ekonomi pasar bebas sebagai pilar utamanya yang sudah terbukti kegagalan dan ketidak adilannya? Di Indonesia konsep pasar bebas ini tidak hanya terjadi di pasar keuangan dan modal saja, tapi sudah merambah ke sektor riil.Tidak hanya impor batik dari China, pemerintah juga mengimpor beras yang sebenarnya merupakan komoditas utama rakyat Indonesia. Tidak heran jika saat ini Indonesia malah menjadi Negara pengimport beras, pada hal dulu Indonesia merupakan salah satu negara eksportir beras. Petaniselamainidianaktirikandalampembangunannasional.Pemer intah lebih fokus kepada sektor keuangan dibandingkan sektor

riil. Maka tidak heran jika saat ini nasib petani di Indonesia semakin terpuruk. Sudah saatnya pemerintah memberdayakan sektor riil, meningkatkan kemampuan berdikari ekonomi bangsa ini dan meningkatkan daya saing bangsa ini berbasiskan sumber daya dan potensi yang kita miliki. Dengan jumlah penduduk sebesar 220 juta jiwa, Indonesia merupakan potensi pasar yang sangat besar dan bisa menjadi tumpuan bagi perusahaan untuk memperpanjang daya tahan hidupnya.

Bagi Indonesia sendiri, dampak yang dirasakan adalah kerugian pada sebagian kecilinvestor yang memiliki exposure atas aset-aset yang terkait langsung dengan institusiinstitusikeuangan Amerika Serikat yang bermasalah. Selain itu, dampak tidak langsung yang dirasakan adalah terpegaruhnya momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia, Menurunnya tingkat kepercayaan konsumen, investor, dan pasar terhadap berbagai institusi keuangan, terkoreksinya pasar modal Indonesia, Kurangnya pasokan likuiditas di sektor keuangan, dan Menurunnya tingkat permintaan dan harga komoditas utama ekspor Indonesia. Dalam mengatasi hal tersebut,pemerintah melakukan beberapa langkah kebijakan, diantaranya adalah memberi kepastian hukum dan jaminan investasi,

memperkuat dan menjaga ketahanan sektor riil, melakukanstabilisasi moneter, dan menjalankan program jarring pengaman sosial.Namun Gejolak ini akan membawa kepada krisis atau tidak, kita harus selalu percayabahwa krisis adalah peluang untuk memasuki era baru yang lebih baik. Semoga dunia bisa keluardari krisis ini dengan situasi yang lebih baik. Dan semoga ekonom pemerintah Indonesia sudahpasang kudakuda melindungi ekonomi indonesia dari krisis ini. Kalau tidak, siap-siap tabungankita semua di bank, hasil keringat kita bertahun-tahun, hilang dan menguap dalam krisis. Kitamenjadi korban sistem ekonomi yang mengandalkan financial engineering bukan sistem yangberbasis sektor riil dan entrepreneurial.

You might also like