Professional Documents
Culture Documents
Amalan mubah seperti makan, minum, dan sebagainya, jika diiringi dengan niat yang benar, semisal karena memenuhi perintah Allah da RasulNya serta untuk membantu dalam melaksanakan ketaatan, maka bisa menjadi amal shalih dan pelakunya diberi pahala. (Al Aqd Ats Tsamiin fi Syarhi Mandzumah Asy Syaikh Ibnu Utsaimin fi
diri yang bengkok. Itulah mengapa anda perlu bergaul dengan lingkungan yang baik
Suatu amalan ibadah tidaklah akan diterima kecuali jika terkumpul dua syarat, yaitu ikhlas dan ittiba. Ikhlas berkaitan dengan amalan hati yaitu niat, sedangkan ittiba adalah berkaitan dengan amalan dzahir seseorang, apakah ia sesuai tuntunan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dalam beribadah atau tidak. Dengan kata lain, niat ikhlas adalah tolak ukur ibadah hati dan ittibaur rasul adalah tolak ukur ibadah dzahir. Banyak orang yang setelah mengenal kebenaran, tahu mana yang sunnah dan mana yang bidah, mereka bersemangat memperbaiki amalan dzahir agar mencocoki Rasulullahshalallahu alaihi wa sallam dalam beramal. Tidaklah dipungkiri bahwa hal ini merupakan amalan yang baik. Akan tetapi sayangnya kita sering kurang memperhatikan masalah yang berhubungan dengan hati, yaitu niat. Sehingga tema ini kami angkat dalam edisi ini. Definisi Niat An Niat (niat) secara bahasa artinya adalah al qashdu (maksud) dan al iraadah (keinginan) atau dengan kata lain qashdul quluub wa iraadatuhu (maksud dan keinginan hati). Sedangkan definisi niat secara Istilah adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sadi, beliau berkata, Niat adalah maksud dalam beramal untuk mendekatkan diri pada Allah, mencari ridha dan pahalaNya. (Bahjah Quluubil Abraar wa Qurratu Uyuunil Akhyaar Syarah Jawaamiul Akhbar hal. 5) Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh menjelaskan bahwa makna niat dalam istilah para ulama ada dua macam: 1. Niat yang terkait dengan ibadah. Inilah istilah yang dimaksudkan para ahli fiqih dalam berbagai hukum ketika mereka mengatakan, Syarat yang pertama: niat. Yang mereka maksudkan adalah niat yang ditujukan untuk ibadah yang membedakan antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lain. Misalnya, untuk membedakan shalat dari puasa, dan membedakan shalat wajib dari shalat sunah.
Penghilang Stress
1 Pekerjaan apa yang biasa nyari posisi tempat kering dan selalu mundur
saat ditempat becek? 2 Kenapa kapal terbang nggak bisa mundur? 3 Kenapa Amrik bisa maju? 4 Kenapa kecantikan lebih penting bagi seorang perempuan ketimbang kepintaran? 5 Mobil apa yang bikin nervous, grogi, takut, dan stress?
Teman Adalah Cermin Ada dua jenis : cermin baik dan buruk. Cermin buruk, sebaik apapun diri kita, akan tetap memantulkan gambar
2. Niat yang terkait dengan kepada siapa ibadah tersebut ditujukan. Niat dengan pengertian ini sering diistilahkan dengan ikhlas. (Syarah Al Arbain An Nawawiyyah fil Ahadits Ash
akan berbeda. Barangsiapa yang niatnya ikhlas karena Allah maka pahalanya akan bertambah besar sebanding dengan menguatnya keikhlasan. (Syarah Al Arbain An Nawawiyyah fil Ahadits
sesuai niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia yang ingin ia dapatkan atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa semua amalan apakah itu amalan baik maupun buruk, maka pasti diiringi dengan niat. Jika seseorang berniat melakukan amalan yang hukum asalnya mubah dengan niat yang baik, maka dia diberi pahala dengan niatnya tersebut. Jika ia berniat dengan maksud yang buruk, maka ia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Tempat Niat Tempat niat adalah di dalam hati, dan An Nawawi berkata,Tidak ada khilaf dalam hal ini. Ibnu Taimiyyah mengatakan,Niat tidaklah dilafadzkan. . Dan jelas bagi kita bahwa niat adalah amalan hati dan bukan amalan dzahir. Adapun melafadzkan niat, maka tidak dicontohkan oleh Nabi shalallahu alaihi wa sallam , tidak pula para sahabat beliau, dan tidak terdapat hadits dari Nabi shalallahu alaihi wa sallam yang menjelaskan bahwa jika beliau hendak shalat atau berwudhu beliau mengucapkan, Nawaitu an ushalli(aku berniat untuk sholat) atau Nawaitu an atawadhdha(Aku berniat untuk wudhu) atau Nawaitu an aghtasil(Aku berniat untuk mandi) dan sebagainya. Beribadah dengan Niat Mendapatkan Perkara Dunia Perlu diketahui bahwasanya amalan ibadah ada dua macam: 1. Amalan yang wajib diniatkan untuk Allah dan tidak boleh terbetik dalam hati pelakunya untuk mendapatkan balasan berupa perkara dunia sama sekali. Mayoritas amalan ibadah adalah demikian, semisal: shalat, zakat, dzikir, dan sebagainya. 2. Amalan ibadah yang Allah subhanahu wa taala menyebutkan balasannya di dunia dengan tujuan untuk memotivasi. Misalnya adalah sabda Nabi shalallahualaihi wa sallam,Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah bersilaturahim.(Muttafaqun alaih) Barangsiapa yang menginginkan balasan dunia dalam keadaan meyakini bahwa itulah motivasi dari Allah, maka diperbolehkan. Karena tidaklah Allah memotivasi dengan balasan dunia, kecuali Allah mengijinkan hal tersebut menjadi hal yang dicari dan dituntut. Oleh karena itu barangsiapa bersilaturahim dengan mengharap wajah Allah dan juga menginginkan balasan di dunia dengan banyaknya rizki serta dipanjangkan umurnya, maka hukumnya boleh. Jika telah jelas bahwa orang yang demikian tidak dihukumi sebagai musyrik, lalu yang menjadi pertanyaan adalah apakah sama orang yang bersilaturahim dengan niat mendapat balasan dunia disamping ia meniatkannya karena Allah dibandingkan orang yang hanya meniatkannya untuk Allah dan tidak menginginkan balasan dunia? Jawabannya adalah tidak sama. Pahalanya
2.
3. 4.
kkkkkkkkkkkkkkkkkk