You are on page 1of 48

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan nasional yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujutkan bangsa yang maju dan mandiri sejahtera lahir dan batin, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. Tujuan utama yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat dari setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan dan pendekatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan (Depkes RI, 2004). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan pada umumnya karena dari terabaikannya kesehatan gigi dan mulut akan dapat menimbulkan gangguan fungsional organ-organ tubuh lainya. Masalah gigi dan mulut merupakan masalah universal di Dunia, begitu pula di Indonesia . Dari hasil survey sosial ekonomi tahun 1998 menunjukkan bahwa 62,4 % penduduk merasa terganggu pekerjaan / sekolah karena sakit gigi, selama 3,86 hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walaupun tidak menimbulkan kematian tetapi dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit gigi yang banyak diderita yaitu karies dan penyakit periodontal, keaadaan ini 1

sebenarnya mudah dicegah yaitu dengan menanamkan kebiasaan/ perilaku pemeliharaan kesehatan gigi yang baik sejak usia dini (Depkes RI, 2004) . Masalah kesehatan gigi di Indonesia terutama karies masih merupakan hal menarik, berdasarkan SKRT 2004, karies merupakan masalah

dalamkesehatan gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi 90,05% (Anonim, 2008). Tingginya prevalensi karies gigi, serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya mungkin disebabkan oleh faktor-faktor distribusi penduduk, lingkugan, perilaku, dan pelayanan kesehatan gigi, serta keturunan dalam masyarakat Indonesia. Upaya mengatasinya perlu meninjau dari aspek lingkungan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Untuk mendapatkan hasil yang sebaikbaiknya dalam upaya kesehatan gigi (pencegahan penyakit gigi), perlu diketahui masalah yang berkaitan dengan proses terjadinya kerusakan gigi termasuk etiologi karies gigi, resiko yang menyebabkan timbulnya karies gigi (Suwelo, 1992). Keadaan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Tuntang berdasarakan hasil kunjungan tiga tahun terakhir sampai tahun 2008 menunjukkan bahwa status kesehatan gigi dan mulut masih memprihatinkan. Prevalensi karies menunjukkan angka 60%, penyakit periodontal (gingivitis, karang gigi) 18,5%, abses 8 %, persistensi 6,3 %, impacted 6,7 % dari jumlah pengunjung. Peneliti ingin mendapatkan gambaran sejauh mana prevalensi karies dan penyebaran frekuensinya, serta untuk mendapatkan gambaran kebutuhan, pencegahan, perawatan, dan penanggulanganya.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi karies pada masyarakat Desa Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karateristik masyarakat desa Tlogo berdasarkan pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin 2. Mengetahui tingkat prevalensi karies pada masyarakat desa Tlogo Kecamatan Tuntang 3. Mengetahui angka kejadian karies (DMF-T) pada masyarakat desa Tlogo Kecamatan Tuntang 4. Mengetahui gambaran status kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) pada masyarakat desa Tlogo Kecamatan Tuntang 5. Mengetahui rata-rata pH saliva masyarakat desa Tlogo 6. Mengetahui besarnya pengaruh faktor perilaku, keturunan, pelayanan kesehatan, dan faktor lingkungan terhadap terjadinya karies pada masyarakat desa Tlogo. 7. Untuk mengetahui kebutuhan pencegahan, perawatan, dan

penanggulangan karies

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Demografi Desa Tlogo terletak di wilayah Kecamatan Tuntang, Kabupaten

Semarang dengan luas wilayah 18,44 km. Jarak tempuh dari Kabupaten Semarang tidak jauh dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan. Desa Tlogo dibagi menjadi 5 RW dan 16 RT, terdiri dari 6 dusun yaitu dusun Tlogo Krajan, Karangduren, Dempel, Kendal, Dali, Joyo.

B. Keadaan Karakteristik Komuitas Berdasarkan data kependudukan yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Desa Tlogo tahun 2009, menunjukkan bahwa jumlah penduduk disana sebanyak 1910 jiwa dengan jumlah laki-laki 955 orang dan perempuan 955 orang. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Desa Tlogo adalah petani, namun ada juga yang menjadi buruh, peternak, pegawai swasta, pegawai negeri, dan TNI, Polri. Dilihat dari segi pendidikan masyarakat Tlogo yang tidak sekolah cukup banyak yaitu 130 orang, sedangkan yang putus sekolah 247 orang, tamat SD 488 orang, tamat SLTP 435 orang, tamat SLTA 360 orang, dan yang tamat dari perguruan tinggi atau akademi sebanyak 48 orang. Berikut adalah tabel distribusi karakteristik penduduk berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan.

Tabel 2.1 : Tabel distribusi penduduk menurut usia No Kelompok Umur (Tahun) 0-5 6-15 16-25 26-40 41-60 60 keatas Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 6

115 157 176 224 201 82 955

106 151 165 215 225 93 955

221 308 341 439 426 175 1910

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa, jumlah penduduk terbanyak pada usia 26 sampai 40 tahun yaitu sebanyak 439 orang. Dengan keseluruhan jumlah penduduk 1910 jiwa terdiri dari 955 orang perempuan dan 955 orang laki-laki. Tabel 2.2 : Tabel distribusi penduduk menurut pendidikan No Jenis Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 Tidak sekolah Belum tamat SD Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi Sarjana keatas Jumlah Laki-laki 65 103 122 250 212 180 11 12 955 Perempuan 65 99 125 238 223 180 13 12 955 Jumlah 130 202 247 488 435 360 24 24 1910

Tabel 2.2 menjelaskan bahwa, tingkat pendidikan penduduk desa Tlogo paling banyak adalah tamatan SD yaitu sebanyak 488 orang, dan yang paling sedikit tamatan perguruan tinggi atau diploma yaitu sebanyak 48 orang

Tabel 2.3 Tabel distribusi penduduk menurut pekerjaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jenis Pekerjaan PNS TNI Polri Pegawai Swasta Pensiunan Pengusaha Buruh Bangunan Buruh Industri Buruh Tani Petani Peternak Nelayan Lain-lain Jumlah Laki-laki 14 1 1 53 11 4 102 95 43 213 41 228 836 Perempuan 11 55 6 9 99 55 110 6 437 788 Jumlah 25 1 1 108 17 4 111 194 98 323 47 665 1594

Tabel 2.3 menjelaskan bahwa penduduk sebagian besar berprofesi sebagi buruh yaitu sebesar 403 orang, dan paling sedikit berprofesi sebagai TNI / Polri sebanyak 2 orang. C. Pengertian / Definisi 1. Pengertian Karies Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email dentin dan pulpa yang difermentasikan, tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapiks yang dapat menyebabkan nyeri. Sedangkan prevalensi karies adalah angka kejadian karies pada suatu daerah tertentu ( Kidd, 1991) .

2. Teori Karies Teori karies dapat dibagi sebagai berikut : a. Teori berdasarkan mekanisme pembentukan karies 1) Teori Acidogenesis (Miller, 1889) Adalah proses larutnya bagian anorganik (kristal-kristal apatit oleh asam. Penganut teori ini menyebutkan bahwa asam yang dihasilkan oleh kuman akan melarutkan bahan-bahan organik email. 2) Teori Proteolisis (Gottlieb, 1944 ) Proses larutnya matrik organik. Penganut teori ini menyebutkan bahwa larutnya matrik organik disebabkan oleh enzim-enzim yang dapat melarutkan protein. Enzim enzim ini dihasilkan oleh kumankuman dalam mulut. 3) Teori Acidegenesis dan Proteolisis Merupakan proses larutnya bahan organik dan matrik organik secara bersama-sama, tapi proses ini jarang terjadi b. Teori berdasarkan letak permukaan Karies 1) Teori Eksogen Letak permukaan karies adalah di luar gigi. Teori yang terkenal adalah adalah teori chemoparasitair oleh Wd Miller yang menyatakan bahwa karies gigi adalah suatu penyakit

chemoparasitair yang terjadi dari 2 tahap yaitu dekalsifikasi dan proteolisis. Proses dekalsifikasi (bahan organik) dibantu oleh kuman dalam plak (coccus) sedangkan proses proteolisis (larutnya

zat-zat yang telah mengalami dekalfikasi) dibantu oelh enzimenzim yang mencerna protein. 2) Teori Endogen Letak permulaan karies adalah dari dalam gigi. Jadi proses karies berjalan dari pulpa-dentin-email. Penganut ini mengatakan bahwa bila kita makan gula, gula terbawa sampai ke ruang pulpa dan merusak dentin terlebih dahulu. Penganut teori ini sedikit namun ada. 3. Proses Karies Proses terjadinya karies gigi diawali oleh terjadinya pelepasan kalsium pada email, sehingga menyebabkan terjadinya bercak putih (white spot) pada permukaan gigi yang ditumpuki oleh plak. Apabila dibiarkan berlangsung terus white spot akan berkembang menjadi suatu lubang pada gigi Proses karies dimulai sebagai suatu area demineralisasi karena hilangnya hidroksi apatif email, dentin, dan sementum oleh asam. Asam (H+) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan kuman dalam plak (coccus). Gula akan mengalami fermentasi oleh kuman coccus sehingga terbentuk asam H+ . Reaksi dari asam (H+) dengan Hydroksi sebagai berikut : Ca10(PO4)6(OH)2 +
Hidroxyapatit

8H+

10Ca++ +
Kalsium

6 HPO4 =
Hidrogen Phospat

2H2O
Air

Ion Hidrogen

Reaksi diatas secara terus menerus sehingga jumlah Ca (Calsium) yang lepas bertambah banyak lama kelamaan Ca akan keluar dari email sehingga memudahkan gigi berlubang (karies) (Schuurs, 1992).

D. Faktor-faktor penyebab terjadinya Karies Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor (multipel faktor) yang saling mempengaruhi. Selain faktor langsung didalam mulut yang berhubungan dengan karies, terdapat pula faktor tidak langsung yaitu faktor resiko luar yang berhubungan dengan resiko terjadinya karies. 1. Faktor Dalam Faktor resiko didalam mulut adalah faktor yang berhubungan langsung dengan karies. Menurut Miller: ada tiga komponen pencetus / penyebab karies yaitu : a. Gigi b. Bakteri / mikroorganisme c. Diet : Host : Agent : Environmet

Host / Gigi 1. Email 98% bahan an organik 2% bahan Organik 2. Dentin: 70 % bahan anorganik 30 % bahan organik

Agent 1. Asidogenik Lactobasilus cassi Lact. Acidophilus Lackt. Odontiliticus 2. Proteolitik Strept. Lactus Strept Zymogenes

Environmet 1. Diet Karbohidrat Jenis Konsistensi Konsentrasi 2. Saliva flowrate Viskositas Kapasitas Buffer

Waktu

Gambar 2.1 Interaksi 3 Faktor Penyebab Karies

10

a.

Host yaitu : gigi 1). Komposisi gigi (struktur gigi) Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan dibawah email. Stuktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies. Email lebih banyak mengandung mineral dan bahan organik dengan air yang relatif lebih sedikit, mineralisasi email tidak hanya melalui pulpa dan dentin tetapi ion-ion dari saliva secara langsung ke permukaan email atau gigi (Suwelo, 1992) . 2). Morfologi gigi Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.. Permukaan gigi yang mudah diserang karies yaitu pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; permukaan halus di daerah proksimal, leher gigi, permukaan akar yang terbuka. Pada permukaan gigi yang cembung, daerah dibawahnya akan terjadi pengumpulan sisa makanan dan plak sehingga bila tidak dibersihkan akan mudah terjadi karies (Djuwita,.1983). 3). Susunan gigi Posisi gigi yang terletak tidak dalam lengkung rahang yang baik, gigi geligi akan tumbuh berjejal (crowding) dan saling tumpang tindih (overlapping) hal ini akan memungkinkan sisa makanan dan plak lebih mudah tertinggal diantara gigi tersebut sehingga akan mendukung timbulnya karies, karena daerah tersebut sulit dibersihkan (Djuwita, 1983).

11

b. Bakteri / Mikroorganisme : Agent Bakteri dalam proses terjadinya karies gigi sangat besar pengaruhnya, dimana mikroorganisme yang ada didalam plak merupakan numerik yang penting dalm pembentukan asam kuat yang dapat merusak lapisan terluar dan terkeras dari gigi (email), plak mudah diketahui pada permukaan gigi dengan warna gigi lebih kusam atau dengan zat warna (disclosing solution). Pada plak bakteri berperan membentuk polisakarida yaitu streptokkux mutans akan menjerat bakteri lain dalam beberapa hari plak bertambah total menjadi flora dari macam-macam bakteri ( Ruslan, 1992). Menurut Houwink,dkk (1993) mengatakan bahwa plak menempel pada gigi bersamaan dengan debris. Plak adalah endapan lunak yang menempel pada permukaan gigi berwarna transparan dan mengandung banyaak kuman. Plak akan menempel pada permukaan gigi bila kita mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa fruktosa dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi akan menyebabkan demineralisasi . Proses sebaliknya yaitu remineralisasi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air ludah dan pasta gigi berfloride dan cairan pencuci mulut. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses perlubangan ( Mulyawati, 1997). c. Diet Karbohidrat / substrat : Environment 1). Diet Karbohidrat Subrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Jenis makanan keras lebih

12

menghambat terbentuknya plak pada permukaan gigi dibandingkan dengan jenis makanan yang yang lunak. Jenis makanan yang asin juga menghambat terbentuknya plak dibandingkan dengan makanan yang manis, karena makanan manis merupakan energi bagi kuman. Begitu juga dengan makanan yang cair dapat menghambat terbentuknya plak, sedangkan makanan yang melekat dapat mempercepat pertumbuhan plak yang beresiko pada karies (Nio, 1992). Para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida dan monosakarida; dan sukrosa terutama mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap

pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibandingkan karbohirat lainya. Pada percobaan in vitro membuktikan plak akan tumbuh bila ada karbohidrat, sedangkan karies akan terjadi bila ada plak dan karbohidrat. Bila plak tebal dan terlihat jelas akan disebut debris. Debris lebih banyak mengandung sisa makanan dan plak lebih banyak mengandung mikroorganisme / bakteri asidogenik dan proteolitik ( Yuwono, 1993). 2). Saliva Menurut Ircham (1993) ludah (saliva) adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah yang terletak dibawah lidah. Saliva memegang peranan penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. Pertama aliran air liur yang baik akan cenderung membersihkan mulut termasuk melarutkan gula, serta mengurangi potensi kelengketan makanan. Kedua saliva memiliki efek buffer (menjaga agar suasana dalam mulut tetap netral), dimana air liur cenderung mengurangi keasaman plak

13

yang disebabkan oleh gula. Ketiga air liur mengandung antibodi dan anti bakteri, sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan berbagai macam bakteri dan plak. Air liur mengandung mineral terlarut yang penting dalam proses remineralisasi pada kerusakan gigi yang masih dini. Jumlah air liur yang kurang adalah pemacu timbulnya kerusakan gigi (Besford, 1996) . 3). Waktu : frekuensi makan Waktu disini dimaksudkan kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Semakin seseorang makan maka akan sering pula sisa makanan tertinggal di dalam mulut. Oleh karena itu dianjurkan untuk mengurangi makan makanan kecil (ngemil) terutama kariogenik, bila tidak dapat menghindari maka seseoarang tersebut harus lebih meningkatkan dalam menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi. Tetapi bila hal ini tidak dapat dilakukan, setelah makan dianjurkan kumur-kumur untuk mengurangi sisa makanan atau debris (Houwink, dkk, 1993) . 2. Faktor Luar Hendrik L Blum menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut, dalam hal ini digambarkan sebagai berikut :

14

Keturunan

Pelayanan Kesehatan

Status Kesehatan

Lingkungan sosial ekonomi, Pendidikan

Perilaku

a.

Gambar 2.2 Faktor luar penyebab karies Keturunan

Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal atau maloklusi ada kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Hasil study tentang faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi memperlihatkan bahwa orang-orang yang memiliki gigi berjejal lebih mudah mendapat karies daripada yang mempunyai susunan gigi rapi (Miller,1954). b. Lingkungan Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian. Karena sangat mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama kesehatan gigi dan mulut. Beberapa faktor lingkungan yang penting pengaruhnya terhadap terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi penduduk,penghasilan dan pendidikan penduduk. Ditinjau dari air yang digunakan, sebagian besar penduduk menggunakan air minum yang berasal dari air tanah, air PAM, dan air kemasan. Hasil penelitian pada air minum yang diperdagangkan sebagian air mineral (lebih dari 12 merek dagang), menunjukkan kadar flouridanya rata-rata 0,07 ppm. Keadaan tersebut dapat merupakan salah

15

satu faktor pemicu tingginya angka karies di Indonesia (Depkes RI, 2000). Rendahnya tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang sulit dalam menerima informasi, dikarenakan pengetahuan yang dimilikinya rendah. Selain itu ditinjau dari faktor lingkungan sosial ekonomi. Keadaan ekonomi yang rendah sangat mempengaruhi terhadap daya beli masyarakat. Status sosial ekonomi seseorang mempengaruhi cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi berbeda pada orang tersebut (Suwelo, 1992). c. Perilaku Mengubah sikap dan perilaku seseorang harus disadari motivasi tertentu, sehingga yang bersangkutan ingin melakukan secara sukarela. Banyak orang belum mengetahui cara dan kegunaan perawatan gigi yang benar sehingga perawatan gigi sering diabaikan oleh banyak orang (Haditomo, 1985). Kebiasaan dan perilaku menggosok gigi merupakan perawatan dasar yang dilakukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaan dan

perilaku menggosok gigi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan kebersihan gigi dan mulut seseorang (OHI-S), apabila seseorang

mempunyai kebiasaan menggosok gigi dengan benar maka OHI-S akan menjadi baik dan angka kejadian karies menurun (Suwelo, 1997). d. Pelayanan Kesehatan Jarak tempuh dari pelayanan kesehatan yang jauh dan susah dijangkau, sarana dan prasarana yang kurang mendukung pada pelayanan kesehatan, pelayanan dari tenaga kesehatan yang kurang memuaskan atau kurang

16

ramah menyebabkan masyrakat enggan untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut. e. Jenis Kelamin

Vokker dan Russel mengatakan bahwa prevalensi gigi tetap wanita lebih tinggi disbanding pria. Demikian halnya dengan anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan erupsi gigi anak perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat disbanding anak laki-laki, sehingga gigi anak perempuan berada lama didalam mulut. Akibatnya gigi anak akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies (Suwelo, 1997). E. Patogenesis Karies a. Faktor Dalam Karies gigi atau dental karies adalah proses kerusakan yang dimulai dari email terus ke dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor (multipel faktor) yang saling mempengaruhi (Newbrun, 1997). Ada tiga faktor utama yaitu gigi, saliva, mikroorganisme dan substrat serta waktu sebagai faktor tambahan. Keterkaitan keempat faktor tersebut digambarkan sebagi keempat lingkaran bila keempat lingkaran itu tumpang tindih maka akan terjadi karies (Newbrun, 1997).

17

Gigi , saliva Karies Substrat Mikroorganiisme

waktu

Gambar 2.3 Gambaran 3 dimensi penyebab karies Jika terjadi tumpang tindih pada keempat faktor akan menyebabkan karies. Interaksi keempat faktor diuraikan dengan gambar tiga dimensi. Tiga faktor utama digambarkan sebagai tiga silinder, sedangkan

ketebalan (tinggi) silinder menunjukkan faktor waktu. Ketiga faktor utama berada didalam mulut pada waktu tertentu. Apabila silinder tersebut saling memotong maka terjadilah karies, hasil perpotongan atau interaksi tiga silinder berbentuk ruangan. Besarnya ruangan tergantung pada besar peranan masing-masing silinder yaitu besarnya jari-jari silinder ( tiga faktor utama karies) dan tinggi silinder faktor waktu. Makin besar ruangan makin besar juga karies yang timbul. Agar tidak atau sedikit mungkin terjadi karies ruangan yang diarsir diperkecil. Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan menjauh atau memperkecil jari-jari ketiga silinder sehingga ketiganya tidak saling bertemu. Cara lain dengan memperpendek tinggi silinder, yaitu

18

dengan jalan mempersingkat waktu pertemuan ketiga faktor tersebut ( Suwelo, 1997) . b. Faktor Luar Faktor luar merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan proses terjadinya karies. Hendrik L Blum ( dalam Notoadmojo, 2003) mengatakan bahwa ada 4 faktor utama yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut adalah keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan, disamping berpengaruh kepada kesehatan gigi dan mulut juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan gigi dan mulut akan tercapai dengan optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama memiliki kondisi yang optimal juga. Salah satu faktor saja dalam keadaan terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan gigi dan mulut akan bergeser dibawah optimal. F. Perencanaan

Didalam survey epidemiologi jika ditemukan banyak kejadian karies gigi perlu dilakukan suatu tindakkan perencanaan, meliputi perencanaan klinis dan masyarakat, dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. (Promotif) Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut Penyuluhan yang efektif yang berpengaruh positif dan berinteraksi terhadap kesehatan gigi. Penyuluhan ini untuk menumbuhkan kesadaran dalam merubah perilaku dari yang salah menjadi benar serta Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut

19

untuk mnumbuhkan kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan yang diberikan meliputi penyuluhan : 1. Penyuluhan tentang gigi berlubang 2. 3. Penyuluhan tentang cara menggosok gigi Penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Dengan harapan masyarakat akan tahu dan mau untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi. b. Pelatihan Kader Terpadu Yaitu proses alih pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan gigi dan mulut kepada kader kesehatan (Guru, dokter kecil, kader posyandu, kader UKGMD, dan lain sebagainya) agar dapat berperan serta aktif dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan pencegahan penyakit gigi (Depkes RI, 1998). Kegiatan ini dimaksudkan agar kader mau dan mampu : 1). Memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat untuk dapat berperilaku hidup sehat. 2). Melakukan deteksi dini terhadap kelainan gigi dan mulut. 3). Melakukan pengobatan darurat sederhana 4). Mampu melakukan kegiatan rujukan 2. Upaya Pencegahan Penyakit Gigi / Preventif Adalah usaha untuk memberikan perlindungan khusus untuk mencegah terjadinya karies. Pencegahan karies gigi ini bisa dilakukan dengan

20

beberapa tindakkan antara lain mengontrol beberapa penyebab karies itu sendiri dengan cara sebagai berikut : Kontrol Diet Yaitu dengan mengurangi makanan yang manis-manis (sukrosa) dan banyak mengkonsumsi makanan buah buahan berserat dan berair. Kontrol Plak Untuk mengontrol plak dalam mulut dilakukan dengan menggosok gigi, sehingga proses karies (white spot) terhenti atau proses karies terkendali. c. Memperkuat lapisan email gigi dengan

pemberian larutan fluor (Topikal Aplikasi) Dilakukan perawatan fissure sealant pada gigi yang fissure dalam 3. Kuratif Tindakan Penyembuhan Penyakit (Kuratif) sesuai dengan

kompetensi (Depkes RI, 1998) yaitu : a. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit (Relief Of Pain) yaitu tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit gigi dengan segara, dengan maksud memberi pertolongan kepada masyarakat sebelum mendapat perawatan yang semestinya. b. Penumpatan dengan ART (Attraumatic Restoratif Treatment) yaitu suatu tehnik penanganan kerusakan gigi / excavasi karies hanya dengan hand instrument, dengan maksud untuk menambal kerusakan gigi yang masih dangkal, tanpa menggunakan alat bor (hanya alat

21

genggam)

menggunakan

bahan

ART

(Bahan

berfluor

untuk

remineralisasi). c. Penumpatan dengan Glassi Ionomer yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan bentuk gigi seperti semula dengan bahan glassionomer, dengan maksud untuk mengembalikan fungsi gigi dan agar karies tidak menjadi lebih dalam dan meluas. d. Penumpatan dengan Amalgam yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan bentuk bentuk gigi seperti semula dengan tambalan Amalgam, dengan maksud mengembalikan fungsi gigi dan

meenghambat karies supaya tidak menjadi lebih parah dan meluas. e. Pencabutan gigi susu / sulung yaitu pengeluaran gigi susu dari socketnya yang dapat dilakukan dengan topikal anastesi, untuk tujuan supaya gigi permanen pengganti tumbuh baik pada tempatnya dan untuk menghindari sakit gigi yang berulang (sisa akar yang menimbulkan abses terus menerus sehingga menyebabkan terjadinya ulcus). f. Pencabutan gigi permanen akar tunggal yaitu pengeluaran gigi permanen indikasi cabut yang mempunyai satu akar dari socketnya dengan infiltrasi anastesi, dengan tujuan untuk mencegah penyebaran infeksi dari gigi ke organ tubuh lain ( sebagai pusat infeksi).

22

BAB III PAPARAN KASUS

Survey Epidemiologi dilakukan untuk mengetahui gambaran prevalensi karies gigi yang berada di Desa Tlogo kecamatan Tuntang. Sampel dalam survey ini berjumlah 60 orang, dan diambil 10 orang dari setiap dusun , dengan teknik sampling bertingkat (Wibowo, 1991). Berikut adalah data-data penelitian berdasarkan pemeriksaan yang disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. A. Deskripsi Karakteristik Responden 1. Pendidikan Tabel 3.1. : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di Desa Tlogo No Kategori Jumlah Prosentase 1 SD 26 43 % 2 SMP 15 25 % 3 SMA 18 30 % 4 Sarjana 1 2% Jumlah 60 100 %

50% prosentase 40% 30% 20% 10% 0% SD SM P SM A Sarjana

Gambar 3.1 : Grafik Distribusi Pendidikan Responden Berdasarkan tabel dan gambar 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 26 orang atau 43 %, SMA

22

23

sebanyak 18 orang atau 15 %, SMP sebanyak 15 orang atau 25 %, dan yang paling sedikit sarjana sebanyak 1 orang atau 2 %. 2. Pekerjaan dan jenis kelamin Tabel 3.2. : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan di desa Tlogo No 1 2 3 Kategori Buruh PNS Ibu Rumah Tangga Jumlah Jumlah 27 1 32 60 Prosentase 45 % 2% 53 % 100 %

6% 0 prosentase 5% 0 4% 0 3% 0 2% 0 1% 0 0 % Ib R u T B ru u h P S N

Grafik 3.2 : Grafik Distribusi Pekerjaan Responden

Laki-laki 30% perempuan 70%

Grafik 3.3 : Grafik Jenis Kelamin Berdasarkan tabel dan gambar 3.2 dan 3.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah wanita yaitu 70 % dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 32 orang atau 52 %, profesi buruh sebanyak 27 orang

24

atau 45 %, dan yang paling sedikit pegawai negeri sipil sebanyak 1 orang atau 2 %. B. Diskripsi hasil pemeriksaan kasus 1. Hasil pemeriksaan Decay, Mixing, Filling Tabel 3.3. : Hasil Pemeriksaan Decay, Mixing, Filling No 1 2 3 Pemeriksaan DMF-T Decay (D) Mixing (M) Filling (F) Jumlah DMF-T Jumlah 169 146 9 324 Rata-Rata 2,8 2,4 0,15 5,35

Berdasarkan pemeriksaan DMF-T dapat diketahui bahwa rata-rata karies pada responden sebesar 2,8 . 2. Prevalensi Karies Tabel 3.4 : Prevalensi karies di Desa Tlogo Kecamatan Tuntang No Prevelensi Karies 1 Terkena Karies 2 Bebas Karies Jumlah 51 9 60 Prosentase 85 % 15 % 100

td k ia 1% 5

ia y 8% 5

Gambar 3.3 : Grafik Prevalensi Karies

25

Dari hasil survey pemeriksaan penderita karies pada masyarakat Tlogo Kecamatan Tuntang Tahun 2009. Didapatkan hasil yaitu orang yang bebas karies 9 orang (15%) dan yang terkena karies sebesar 51 orang (85%). 3. Hasil Pemeriksaan Debris Indek (DI) Tabel 3.5 : Tabel Hasil pemeriksaan Debris Indeks No 1 2 3 Kriteria DI Buruk (1,9-3,0) Sedang (0,7-1,8) Baik (0,0-0,6) Jumlah Responden 17 31 12 60 Prosentase 28 % 52 % 20 % 100 %

60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% buruk 28%

52%

20%

sedang

baik

Gambar 3.4 : Grafik Distribusi Kriteria Debris Indeks Dari hasil pemeriksaan debris indeks pada tabel dan gambar 3.4, dapat diketahui bahwa kriteria debris indeks buruk sebanyak 17 responden (28,9 %), dalam kategori sedang 31 responden (52 %), dan yang paling sedikit dalam kategori baik yaitu 12 responden (20 %).

26

4. Hasil Pemeriksaan Calculus Indek (CI) Tabel 3.6 : Tabel Hasil pemeriksaan Calculus Indeks No 1 2 3 Kriteria CI Buruk (1,9-3,0) Sedang (0,7-1,8) Baik (0,0-0,6) Jumlah Responden 23 28 9 60 Prosentase 38 % 47 % 15 % 100 %

50% 40% 30% 20% 10% 0% buruk 38%

47%

15%

sedang

baik

Gambar 3.5 : Grafik Distribusi Kriteria Calculus Indeks Dari hasil pemeriksaan calculus indeks menunjukkan bahwa kriteria buruk sebanyak 23 responden (38%), kriteria sedang sebanyak 28 responden (47%), sedangkan yang paling sedikit adalah dalam kategori baik sebanyak 9 responden (15%).

27

5. Kriteria OHI-S Tabel 3.7 : Tabel Status Kebersihan Gigi dan Mulut No 1 2 3 Kriteria OHI-S Buruk (1,9-3,0) Sedang (0,7-1,8) Baik (0,0-0,6) Jumlah Responden 24 22 14 60 Prosentase 40 % 37 % 23 % 100 %

40% 40% 30% 20% 10% 0% buruk

37% 23%

sedang

baik

Gambar 3.6 : Grafik Distribusi Kriteria OHI-S Kriteria OHI-S berdasarkan tabel dan gambar 3.6 dapat diketahui bahwa kriteria buruk dengan jumlah responden terbanyak yaitu 24 responden (40%), untuk kriteria sedang sebanyak 22 responden (37%), dan responden yang paling sedikit adalah kriteria baik yaitu 14 responden ( 23%) .

28

6. Kriteria pH saliva Tabel 3.6 : Hasil pemeriksaan pH saliva No 1 2 3 Kriteria Ph saliva Merah (asam) Kuning (cenderung asam) Hijau (normal) Interval 5,5-5,8 6,0-6,6 6,8-7,8 Jumlah Persentase Responden (%) 26 43 % 21 35 % 13 60 22 % 100 %

50% 40% 30% 20% 10% 0%

43% 35% 22%

asam

cenderung asam

norm al

29

Gambar 3.7 : Grafik distribusi kriteria pH Saliva Dari hasil pemeriksaan pH saliva berdasarkan tabel dan gambar 3.7 dapat diketahui bahwa 26 responden (43 %) memiliki pH asam, kemudian 21 responden (35 %) memiliki pH cenderung asam, dan 13 responden (22%) memiliki pH normal.

C. Diskripsi hasil wawancara dengan kuesioner 1. Faktor Perilaku Jawaban No 1 2 3 4 5 6 7 8 Variabel Faktor Perilaku Setiap hari menyikat gigi Menggosok gigi setiap habis makan dan sebelum tidur malam Menggosok gigi pada waktu pagi bangun tidur atau waktu mandi Setiap anggota keluarga memiliki sikat gigi sendirisendiri Menyikat gigi dengan pasta gigi Kebiasaan makan cemilan manis melekat (cokelat, roti, permen) Pernah menderita sakit gigi Periksa gigi menunggu sakit f 60 24 36 52 60 53 47 45 Ya % 100 40 60 87 100 88 78 75 7 13 15 12 22 25 f Tidak %

36 24 8

60 40 13

30

gigi saja Dari Tabel dapat dilihat bahwa seluruh responden menyikat gigi setiap hari yaitu sebanyak 60 responden atau sebesar 100%, dan 53 responden atau 88 % suka mengkonsumsi makanan cemilan manis melekat. Presentase yang paling kecil dari faktor menyikat gigi sebelum tidur malam dan sehabis makan pagi, hanya 24 responden atau 40 % yang biasa menyikat gigi sebelum tidur malam dan sehabis makan.

2. Keturunan Jawaban No 1 2 Variabel Faktor Keturunan f Responden yang mempunyai susunan gigi berjejal (dengan pengamatan langsung) Responden yang ayah atau ibu anda memiliki susunan gigi berjejal 19 20 Ya % 32 33 f 41 40 68 67 Tidak %

Dari tabel dapat dilihat bahwa 19 responden atau 32% mempunyai susunan gigi berjejal, dan 20 responden atau 40 % ayah dan ibunya memiliki susunan gigi berjejal. 3. Pelayanan Kesehatan Jawaban No Variabel yang mempengaruhi f Ya % Tidak f %

31

Jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan Kurang dari 1 Km 2 5 Km 20 Lebih dari 5 Km 40 Tempat berobat bila sakit gigi Rumah sakit 2 Puskesmas 23 Praktek swasta 2 Polindes / Bidan 3 Alternatif (obat warung) 30 Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut Responden pernah mendapatkan 40 penyuluhan kesehatan gigi dan mulut 33 67 3 38 3 5 50 67 20 33

Dari tabel dapat dilihat bahwa berdasarkan faktor pelayanan kesehatan, masyarakat yang berobat gigi ke puskesmas 23 responden sedangkan responden bila sakit gigi ke alternatif / hanya membeli obat di warung saja 30 responden. 4. Faktor Lingkungan Jawaban No Variabel Faktor Lingkungan f A Sumber Air Yang Digunakan Menggunakan air minum dari PAM 19 Menggunakan air minum dari sumur 41 Kebiasaan makan yang mengandung fluor Kebiasaan mengkonsumsi buah26 buahan dan sayur-sayuran Kebiasaan mengkonsumsi telur, ikan 12 asin, susu, daging Responden menamatkan pendidikan 19 sampai jenjang tingkat pendidikan menengah atas Respondenn memiliki rata-rata 15 penghasilan perbulan diatas atau standar UMR 32 68 43 20 32 25 41 19 34 48 41 45 68 32 57 80 68 75 Ya % Tidak f %

C D

32

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa 34 responden atau sebesar 57 %, menggunakan air minum berasal dari sumur, dan prosentase paling kecil dari 12 responden atau 20 % yang biasa mengkosumsi telur, ikan asin, daging.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan Berdasarkan hasil survey yang dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor penyebab karies, dengan menggunkan metode deskriptif kuantitaf, pada masyrakat Desa Tlogo Kecamatan Tuntang tahun 2009. Dapat diketahui bahwa prevalensi karies di Desa Tlogo tergolong tinggi, hal tersebut terlihat dari 60 responden yang diperiksa hanya 9 responden yang bebas karies. Prevalensi karies yang tinggi di Desa Tlogo dapat diketahui dari beberapa data hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Dalam pengambilan data peneliti menggunakan intrumen kuisioner, pemeriksaan oral hygene, pH saliva. Sampel pada penelitian ini adalah warga masyarakat Desa Tlogo Kecamatan

33

Tuntang, berjumlah 60 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel random sampling. Karies gigi merupakan kerusakan pada jaringan gigi yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email dan terus berkembang ke bagian dalam gigi, sedangkan terjadinya karies gigi tersebut akibat adanya bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Asam yang diproduksi tersebut mempengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Sebuah gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah 5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi (Anonim, 2009). Pengukuran terhadap kebersihan mulut dalam penelitian ini diperiksa 32 dengan menggunakan tiga pemeriksaan yaitu pemeriksaan debris indeks, calculus indeks serta OHI (Oral Hygene Index). Pengukuran debris indeks dilakukan untuk mengetahui seberapa besar lapisan bahan lunak pada permukaan gigi yang terdiri dari mucin, bakteri sisa-sisa makanan, berwarna putih kehijauan sampai jingga (Priyono,B,1990). Berdasarkan hasil

pemeriksaan mengenai debris indeks. Responden dengan kategori debris indek buruk sebesar 28 %, kategori sedang 52 %, sedangkan yang baik hanya 20 %. Kondisi ini berarti bahwa kebersihan mulut responden cenderung buruk yang menandakan banyak sisa-sisa makanan yang yang masih menempel pada permukaan gigi. Bila kondisi ini terus dibiarkan maka cenderung akan timbul karies. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukaan oleh Priyono, B (1990)

34

jika angka debris indeks buruk maka didalam gigi orang tersebut banyak sisa makanan sehingga kemungkinan terjadinya karies besar. Pengukuran kalkulus indeks dilakukan untuk mengetahui endapan pada permukaan gigi yang mengalami kalsifikasi keras, warna putih sampai hijau kecoklatan. Berdasarkan pemeriksaan mengenai kalkulus indek, sebanyak 38 % responden memiliki kategori kalkulus indeks buruk, 47 % responden dalam kategori sedang, dan yang paling sedikit 15 % responden dalam kategori baik. Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat diketahui bahwa responden cenderung memiliki kalkulus dalam kategori buruk, dengan ditandai banyaksnya endapan keras berwarna putih sampai hijau kecoklatan, hal tersebut berarti banyak sisa makanan yang mengendap dan akibatnya kecenderunagn terkena karies juga besar. Dari hasil pemeriksaan melalui pengukuran OHI-S (Hasil Pemeriksaan Debris dan Calkulus Indeks) didapatkan bahwa untuk kategori OHI-S yang buruk sebesar 38 %, kategori sedang 47 %, dan baik 15 %. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kecenderungan untuk terjadi karies di wilayah Desa Tlogo tinggi, sehingga nilai OHIS yang tinggi ikut menjadikan indikator mudahnya terkena karies pada gigi. Karena OHIS merupakan hasil penjumlahan dari debris indeks dan calkulus indeks sehingga dapat dikatakan jika nilai debris indeks atau calkulus indeks pada diri seseorang buruk maka otomatis nilai OHIS atau kebersihan gigi dan mulutnya juga buruk. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Efendi, dkk (1983) bahwa memelihara keberihan mulut mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya karies gigi.

35

Pemeriksaan selanjutnya untuk mengetahui pH saliva. pH saliva juga sebagai faktor penentu bagi seseorang mudah terkena karies atau tidak. Saliva mempunyai peranan penting dalam melindungi gigi dari karies. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan mukosa mulut sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan sehingga bakteri tidak dapat tumbuh dan berkembang biak. Mineral-mineral dalam saliva membantu proses remineralisasi email gigi. Saliva memiliki efek buffer (menjaga agar suasana dalam mulut tetap netral), dimana air liur cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula. Didalam saliva terdapat komponen yang dapat mencegah terjadinya karies gigi. Kelenjar saliva yang berfungsi baik dengan kombinasi dengan kebersihan mulut yang baik adalah sangat penting untuk melindungi gigi terhadap karies. Hasil pemeriksaan pH saliva pada masyarakat desa Tlogo kecamatan Tuntang. Dapat diketahui bahwa responden mempunyai pH normal (hijau) sebesar 22 %, pH asam sebesar 43 %, dan responden dengan pH cenderung asam (kuning) sebesar 35 %. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pH asam. Sehingga kencenderungan terjadi karies tinggi. Hal tersebut dikarenakan asam akan merusak enamel, membuat enamel keropos sehingga lambat laun akan terjadi lubang gigi. Kerusakan pada enamel ini terjadi karena asam melarutkan mineral dari email (demineralisasi), kemudian akan terjadi karies gigi atau gigi berlubang (Kidd, 1992). Selain faktor dari dalam terjadinya karies juga disebabkan oleh berbagai faktor dari luar menurut Hendrik L Blum ( dalam Notoadmojo, 2003)

36

mengatakan bahwa ada 4 faktor utama yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. 1. Faktor Perilaku Hasil penelitian menunjukkan bahwa 88 % responden biasa

mengkonsumsi makanan manis melekat seperti cokelat, roti dan permen. Sehingga kecenderungan terjadi karies tinggi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Nio (1992), konsumsi makanan karbohidrat yang tinggi merupakan energi bagi kuman sehingga memicu timbulnya plak yang berisiko pada karies. Kebiasaan menggosok gigi masyarakat pada waktu yang tidak tepat yaitu 60 % pada waktu pagi bangun tidur dan waktu mandi, sehingga memungkinkan kotoran / makanan sehabis makan masih menempel di gigi. Menurut wycoff (1980) cara dan waktu menggosok gigi yang tidak benar akan menyebabkan bertambahnya karies. Guna meningkatkan status kesehatan gigi masyarakat diperlukan upaya preventif dengan memeriksakan gigi secara rutin, tetapi 75 % responden baru memeriksakan gigi ketika sakit. Sehingga hanya dapat ditangani secara kuratif saja yang sebetulnya kurang efektif , karena

memerlukan biaya dan waktu yang banyak. 2. Faktor Keturunan

Keturunan merupakan faktor penyebab terjadinya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 19 responden yang memiliki susunan gigi berjejal, sedangkan yang mempunyai ayah/ibu dengan susunan gigi berjejal ada 20 responden. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai gigi berjejal ternyata berasal dari keturunan

37

(ayah/ibu) dengan gigi berjejal pulau. Sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa gigi yang tidak teratur letaknya dalam lengkung rahang menyebabkan permukaan interproksimalnya tidak pada satu titik. Keadaan ini mempermudah makanan untuk menyelinap dan jika tidak dibersihkan dengan cara sikat gigi yang benar maka gigi menjadi tempat bersarangnya sisa makanan dan kuman (Tarigan, 1995). 3. Faktor Pelayanan Kesehatan

Jarak tempuh responden dari rumah ketempat pelayanan kesehatan relatif jauh yaitu 40 responden lebih dari 5 km sehingga responden memilih berobat ke alternatif ( beli obat warung ) daripada ke tenaga kesehatan. Selain itu alasan ekonomi juga berpengaruh terhadap akses ke pelayanan kesehatan gigi menyebabkan 30 responden memilih biaya yang murah, dengan membeli obat di warung. Hal ini mengakibatkan keadaan sosial ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi berbeda pada setiap orang tersebut (Powel, 1980 et Suwelo, 1992). 4. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang penting pengaruhnya terhadap terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi penduduk. Penghasilan dan pendidikan Faktor lingkungan yang pertama adalah tingkat pendidikan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan penduduk sebagian besar masih rendah yaitu sebanyak 43 % responden hanyalah tamatan SD, dan hanya 2 % penduduk yang sudah menempuh

38

pendidikan

sampai jenjang

perguruan tinggi. Rendahnya tingkat

pendidikan mempengaruhi seseorang sulit dalam menerima informasi, dikarenakan pengetahuan yang dimiliki rendah. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Azwar, A (1998) bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah maka cenderung memiliki pengetahuan kesehatan gigi yang rendah, akibatnya akan mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh khususnya gigi. Selain itu faktor yang mempengaruhi tingginya karies adalah responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga yaitu sebesar 53 %, sehingga otomatis mereka kurang bergaul dengan banyak orang dan informasi pengetahuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan mereka menjadi rendah. Faktor lingkungan yang kedua adalah status sosial ekonomi, berdasarkan hasil penelitian 45 % responden berprofesi sebagai buruh, dan hanya 25 % responden yang memiliki pengahasilan diatas atau standart UMR. Berdasarkan hal tersebut status ekonomi penduduk desa Tlogo tergolong rendah. Keadaan ekonomi rendah sangat mempengaruhi terhadap daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok saja pas-pasan, maka cenderung mengesampingkan kebutuhan lainnya khususnya akan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Faktor yang ketiga adalah sumber air yang di gunakan responden 68% memakai air yang berasal dari sumur. Berdasarkan pemeriksaan laborat kondungan Fluor pada air sumur 0,00 ppm (Fluor optimal 1.00 ppm) sehingga mendukung timbulnya karies pada penduduk di wilayah desa Tlogo. Hasil penelitian pada air minum yang diperdagangkan sebagai air

39

mineral (lebih dari 12 merek dagang), menunjukkan kadar fluoridanya rata-rata 0.07 ppm. Keadaan tersebut dapat merupakan salah satu faktor pemicu tingginya angka karies di Indonesia (Depkes RI, 2000). Selain dalam air minum flour juga terdapat dalam makanan seperti pada tanaman ikan, hasil ternak, makanan dari laut, dan teh kering ( anonim, 2009). Berdasarkan hasil penelitian hanya 20 % responden yang biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung fluor. Sedikitnya responden yang biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung fluor tersebut, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies pada penduduk desa Tlogo. Dapat diketahui sebelumnya bahwa, status ekonomi penduduk desa Tlogo tergolong rendah. (pekerjaan terbanyak sebagai buruh). Hal ini mengakibatkan keadaan sosial ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi berbeda pada setiap orang tersebut ( Suwelo, 1992). B. Rencana Penanggulangan Kasus Karies Gigi Penanggulangan Karies Pada komunitas Dengan Upaya Promotif, Preventif Berdasarkan visi Indonesia sehat 2010 dimana salah satu strateginya adalah Paradigma Sehat. Di bidang kesehatan gigi strategi Paradigma Sehat dengan pendekatan yang efektif dan efisien yaitu Primary Oral Health Care sangat tepat untuk meningkatkan status kesehatan gigi masyarakat, dengan prinsipprinsip (Depkes RI, 2004) : Pemerataan Jangkauan Sesuai dengan prinsip pemerataan jangkauan upaya promotif preventif kesehatan gigi dilaksanakan secara terpadu sebagai bagian integral dari

40

upaya kesehatan lain yang mempunyai pendekatan PKMD, melaui jalur keluarga maupun jalur sekolah (Posyandu, UKS).Peluang lain untuk mengintegrasikan penyuluhan kesehatan gigi adalah melalui kegiatan polindes, TPQ, Remaja Husada, Poskestren, dsb. Melibatkan peran serta masyarakat Derajat kesehatan gigi masyarakat yang optimal bisa dicapai bila keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil telah mempunyai pengetahuan, kesedaran, kemampuan dan kemauan pemeliharaan kesehatan gigi yang baik. Diperlukan partisipasi aktif dari motivator (key person) di masyarakat seperti : Tim penggerak PKK, Guru, Kader kesehatan gigi terlatih / kader UKGMD dan Tokoh masyarakat lainnya. Terfokus Pada Upaya Pencegahan Kegiatan diutamakan pada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan gigi, antara lain sikat gigi masal. Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor optimal (1.00 ppm) dengan cara, dan waktu yang tepat bermanfaat untuk menghilangkan bakteri, menguatkan gigi dan

menyegarkan nafas. Kontrol diet dengan mengurangi makanan yang manis manis dan banyak mengkonsumsi makanan buah-buahan berserat dan berair. Pendekatan Multi Sektor Agar upaya promotif preventif kesehatan gigi menjadi bagian integral dari upaya kesehatan lainnya, perlu dilaksanakan edukasi (Pendidikan kesehatan gigi) atau pendekatan pada lintas program dan lintas sektor dari Kelurahan sampai tingkat RT.

41

Penerapan Teknologi Tepat Guna Penggunaan tanaman obat untuk keluarga (Toga) tanaman asli Indonesia yang berkhasiat untuk kesehatan gigi dan mulut. Misalnya teh mengandung kadar fluor yang tinggi, Sirih, Saga, Kulit Kemuning mengandung zat yang berkasiat untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit gigi.

C.

Pelaksanaan Kegiatan : Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut : Masyrakat Desa Tlogo : Balai Desa Tlogo : 8 Novmber 2009 : : 100 % responden hadir : tanya jawab, komunikasi baik : Peserta mampu menjawab pertanyaan Mendempnstrasikan cara menyikat gigi yang

Sasaran Tempat Tanggal

Hasil Kegiatan a. Input b. Proses c. Output

benar sebanyak 10 orang Kegiatan : Pemeriksaan OHI-S, DMFT, pH

42

Sasaran Tempat Tanggal

: Masyrakat Desa Tlogo : Balai Desa Tlogo : 8 Novmber 2009 : : 100 % responden hadir : pemeriksaan tanya jawab, komunikasi baik : peserta mengetahui kondisi gigi dan mulut

Hasil Kegiatan d. Input e. Proses f. Output

yang dimilikinya sebanyak 60 responden peserta mengetahui tingkat keasaman dalam

mulutnya yaitu sebanyak 60 responden D. Hambatan 1. Study kasus diambil secara acak sehingga mengabaikan jenis kelamin dan umur, dimana umur dan jenis kelamin mempengaruhi terjadinya karies. 2. Sebagian besar responden bekerja sebagai buruh pabrik, tani, dagang, sehingga peneliti susah mencari waktu untuk bertemu dengan responden. 3. Pada pelaksanaan dan upaya penanggulangan kasus, adanya keterbatasan : a. Waktu wawancara dan pemeriksaan kepada responden tidak lama karena mengingat aktifitas dari responden tersebut, sehingga hasilnya belum maksimal. b. Pada saat penyuluhan tidak semua masyarakat mengikuti sampai

selesai

43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari survey kesehatan gigi kasus karies pada masyarakat Desa Tlogo Kecamatan Tuntang dapat disimpulkan : 1. Sebagian besar responden adalah tamatan SD,

dan berprofesi sebagai buruh 2. tergolong tinggi yaitu 85 % 3. Hasil pemeriksaan DMF-T menunjukkan rataPrevalensi karies masyrakat desa Tlogo

rata masyarakat dalam keadaan rendah yaitu 5,35

44

4.

Dari hasil pemeriksaan debris indeks, calkulus

indeks, dan OHI-S ternyata status kebersihan gigi dan mulut masyrarakat desa Tlogo tergolong buruk yaitu sebesar 40 % responden memiliki OHI 5. Keadaan pH saliva yang dimiliki oleh

masyarakat desa Tlogo Kecamatan Tuntang sebagian besar bersifat asam 43 % 6. Berdasarkan faktor perilaku sebagian besar

masyarakat 60 % menggosok gigi pada waktu yang tidak tepat , dan juga faktor kebiasaan makan selingan / ngemil jenis karbohidrat 88 % responden biasa mengkonsumsi cemilan. 7. Dari 19 responden yang mempunyai susunan

gigi berjejal ternyata sebagian besar ayah ibu mereka juga memiliki susunan gigi berjejal pula 8. Jarak tempuh responden dari rumah ketempat

pelayanan kesehatan tergolong jauh yaitu 40 responden memiliki jarak lebih dari 5 km ke tempat pelayanan kesehatan, sehingga responden memilih berobat ke alternatif ( beli obat warung ) yaitu sebanyak 30 responden. 9. 43 Untuk faktor dari lingkungan yaitu air yang

dikomsumsi setiap hari, 68 % responden mengkonsumsi air yang berasal dari sumur, beradasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium kandungan Fluor pada air sumur 0.00 ppm. Hal ini yang menyebabkan prosentase angka karies tinggi (Suwelo, 1992).

45

Selain itu hanya 20 % responden yang biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung fluor. Sedikitnya responden yang biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung fluor tersebut, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies 10.Upaya promotif dan preventif yang dilakukan antara lain dengan penyuluhan kesehatan gigi melalui kegiatan polindes, TPQ, Remaja Husada, Poskestren. sikat gigi masal. Usaha pencegahan dengan menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor optimal (1.00 ppm), kontrol diet, penerapan teknologi tepat guna dengan menanam tanaman yang berkhasiat untuk kesehatan gigi dan mulut. Dari uraian di atas, penyakit gigi merupakan masalah kesehatan yang belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat luas. Hal ini terjadi karena adanya anggapan bahwa penyakit gigi bukan merupakan penyakit yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan karena tidak dapat menyebabkan penderita meninggal dunia. Untuk itu upaya promotif dan preventif adalah upaya penanggulangan yang paling efektif dan murah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit gigi dan mulut sangat diperlukan. Sehingga diharapkan masyarakat mampu merubah perilaku agar tidak terjadi

peningkatan kejadian (insidensi / prevalensi) penyakit gigi dan mulut yang berakibat pada dampak psikologis dan sosial di masyarakat (Suwelo, 1992) B. Saran a. Untuk masyarakat Lakukan upaya pencegahan terhadap kesehatan gigi dan mulut yaitu :

46

1.

Setiap

hari

supaya

rajin

menyikat gigi pada waktu yang tepat sesudah sarapan dan sebelum tidur malam. 2. halus dan pasta gigi berfluor. 3. Sikatlah seluruh permukaan Gunakan sikat gigi berbulu

gigi selama 2 menit, dan berkumur cukup 1 kali. 4. Kurangi makan makanan

bergula dan lengket (tidak lebih dari 2 kali diantara waktu makan). 5. dan berair sebagai pencuci mulut. 6. minimal 6 bulan sekali. b. Untuk petugas kesehatan 1. Petugas kesehatan gigi agar lebih aktif dalam meningkatkan pembinaan pada masyarakat desa wilayah kerja. 2. Adanya kader UKGMD disetiap posyandu di wilayah kerja terutama pada posyandu di desa Siaga (48 Posyandu). 3. Penyegaran pelatihan kader UKGMD sebaiknya diadakan setiap tahun sekali agar kaderisasi tetap ada dan terbentuk. Melakukan kontrol gigi Makan buah-buahan berserat

47

48

You might also like