You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

I.1.

LATAR BELAKANG(1,2,3,5,6,7,9) Molahidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin. Kejadian kehamilan mola hidatidosa adalah sekitar 1 setiap 1500-2000 kehamilan di antara kulit putih di Amerika Serikat. Terdapat kejadian jauh lebih tinggi di antara perempuan Asia di Amerika Serikat (1 dari 800) dan bahkan kejadian lebih tinggi pada wanita di Asia, misalnya Taiwan (1 dari setiap 125-200 kehamilan). Risiko terhadap pengembangan kehamilan mola hidatidosa kedua adalah 1% hingga 3%, atau sebanyak 40 kali lebih besar daripada risiko terhadap mengembangkan kehamilan molar pertama. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi, di ketahui terjadi lebih sering pada wanita yang lebih muda dari 20 tahun dan pada mereka yang lebih tua dari 40 tahun. Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya diketahui secara pasti tetapi ada beberapa dugaan yang bisa menyebabkan terjadinya mola hidatidosa. Penyebab yang paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi. Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun atau diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya mola adalah: Status sosial-ekonomi yang rendah dan diet rendah protein, asam folat dan karotin.
Keluhan dari penderita seperti gejala gejala hamil muda yang kadang kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya.

Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut. Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik, seberapa jauh

tingkat bahaya mola terhadap pasien dan tatalaksananya. Hampir semua wanita dengan penyakit trophoblastic gestasional yang malignan dapat disembuhkan dengan mempertahankan fungsi reproduksi. Hal berikut terbatas pada mola hidatidosa. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium

I.2.

TUJUAN UMUM Mengetahui epidemologi Mola Hidatidosa. Mengetahui perbedaan antara Mola Hidatidosa sempurna dan Mola Hidatidosa parsial. Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis. Mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa. Mengetahui komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

DEFINISI(1,2,7,9) Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin yang terdiri dari proliferasi trofoblas dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam rahim yang terjadi pada awal kehamilan. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik Secara makroskopis, mola hidatidosa yaitu Gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm. Gambaran histopatologi, mola hidatidosa adalah edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.

II.2.

EPIDEMIOLOGI(3) Kejadian kehamilan mola hidatidosa adalah sekitar 1 setiap 1500-2000 kehamilan di antara kulit putih di Amerika Serikat. Terdapat kejadian jauh lebih tinggi di antara perempuan Asia di Amerika Serikat (1 dari 800) dan bahkan kejadian lebih tinggi pada wanita di Asia, misalnya Taiwan (1 dari setiap 125-200 kehamilan). Risiko terhadap pengembangan kehamilan mola hidatidosa kedua adalah 1% hingga 3%, atau sebanyak 40 kali lebih besar daripada risiko terhadap mengembangkan kehamilan molar pertama. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi, di ketahui terjadi lebih sering pada wanita yang lebih muda dari 20 tahun dan pada mereka yang lebih tua dari 40 tahun. 3

II.2.

ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO(5) Penyebab dari mola belum sepenuhnya diketahui dengan pasti tetapi ada beberapa dugaan yang bisa menyebabkan terjadinya mola. 1) Faktor ovum memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk dikeluarkan 2) Keadaan sosioekonomi yang rendah 3) Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin, lemak hewani 4) Paritas tinggi 5) Kehamilan pertama dengan mola 6) Umur, resiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40 tahun 7) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas 8) Suku bangsa ( ras ) dan faktor geografi yang belum jelas

II.3.

PATOGENESIS(4) Ada beberapa teori yang dapat menerangkan patogenesis penyakit ini. I. Teori missed abortion. Kematian mudigah pada usia kehamilan 3-5 minggu saat dimana seharusnya sirkulasi fetomaternal terbentuk menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel-sel yang mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang berasal dari sirkulasi ibu diakumulasikan ke dalam stroma villi sehingga terjadi kista villi yang kecil-kecil. Cairan yang terdapat dalam kista tersebut menyerupai cairan ascites atau edema tetapi kaya akan HCG.

II. Teori neoplasma dari park Teori ini mengemukakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Sebagian dari

vili berubah menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsial kadang-kadang ditemukan janin. Gelembung-gelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus.

II.4.

PATOFISIOLOGI(4,8) Pada Mola Hidatidosa atau Complete mole tidak ada jaringan fetus/janin. 90% merupakan kromosom 46,XX dan 10% merupakan kromosom 46, XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Sebuah enukliasi telur dibuahi oleh sperma haploid (yang kemudian berduplikasi menjadi masing-masing kromosom), atau sel telur dibuahi oleh dua sperma. Pada mola hidatidosa, muncul vili korion menyerupai anggur dan hiperplasia trofoblastik. Pada Mola parsialis atau Partial mole jaringan fetus/janin dapat ditemukan. Eritrosit dan pembuluh darah janin pada vili dapat ditemukan. Komplemen kromosom nya 69,XXX atau 69,XXY. Kromosom tersebut merupakan hasil dari pembuahan sel telur haploid dan duplikasi dari kromosom haploid paternal. Seperti pada Complete mole, jaringan hiperplasia trofoblastik dan vili korion yang lunak pun muncul pada mola ini.

II.5. 1. 2. 3. 4.

KLASIFIKASI(3,8) Mola Hidatidosa Sempurna / Complete Mole Hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik Terjadi proliferasi sel trofoblas Tidak ada pembuluh darah janin Karyotype : 46XX ( seluruhnya berasal dari paternal ) a. Berasal dari sperma haploid 23X b. Kromosom sperma berduplikasi menjadi masing-masing kromosom

5.

Resiko tinggi menjadi ganas

Mola Parsialis / Partial Mole 1. 2. 3. 4. Disertai adanya janin/bagian janin atau hanya pembuluh darah Hanya sebagian trofoblas yang berproliferasi Karyotype : Triploid ( 69 XXX atau 69 XXY ) - Fertilisasi lebih dari satu sperma Resiko keganasan < complete mole

II.6.

GEJALA KLINIK(2,8) Perdarahan vaginal Perdarahan vaginal merupakan gejala utama mola hidatidosa, dimana gejala yang mencolok dan dapat bervariasi mulai spotting sampai perdarahan yang banyak. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.

Hiperemesis gravidarum 6

Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat. Hal ini akibat dari proliferasi trofoblas yang berlebihan dan akibatnya memproduksi terus menerus B HCG yang menyebabkan peningkatan B HCG hiperemesis gravidarum tampak pada 15 -25 % pasien mola hidatidosa. Walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan kehamilan biasa. 10% pasien mola dengan mual dan muntah cukup berat sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan, volume vesikuler villi yang besar rasa tidak enak pada uterus akibat regangan miometrium yang berlebihan. Pada sebagian besar pasien ditemukan tanda ini tetapi pada sepertiga pasien uterus ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan. Aktifitas janin Meskipun uterus cukup besar untuk mencapai simfisis secara khas tidak ditemukan aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan instrumen yang paling sensitif tidak teraba bagian janin dan tidak teraba gerakan janin. Pre-eklamsia Tanda tanda pre-eklamsia selama trisemester pertama atau awal trisemester kedua muncul pada 10-12%. Pada trisemester kedua sekitar 27 % pasien mola hidatidosa komplit berlanjut dengan toksemia yang dicirikan oleh tekanan darah > 140 /90 mmHg, proteinuria > 300 mg/dl dan edema generalisata dengan hiperrefleksi. Pasien dengan konvulsi jarang. Hipertiroid Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat (10%), namun gejala hipertiroid jarang muncul. Terjadinya tirotoksikosis pada mola hidatidosa berhubungan erat dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin besar kemungkinan terjadi tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola dengan uterus besar masih banyak ditemukan, maka dianjurkan agar

pada setiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda tirotoksikosis secara aktif dan memerlukan evakuasi segera karena gejala-gejala ini akan menghilang dengan menghilangnya mola. Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan. Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid. Peningkatan tiroksin plasma mungkin karena efek dari estrogen seperti yang dijumpai pada kehamilan normal. Serum bebas tiroksin yang meningkat sebagai akibat thyrotropin like effect dari Chorionic Gonadotropin Hormon. Terdapat korelasi antara kadar hCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang melebihi 100.000 iu/L yang bersifat tirotoksis. Sekitar 7 % mola hidatidosa komplit datang dengan keluhan seperti hipertensi, takikardi, tremor, hiperhidrosis, gelisah emosi labil dan warm skin. Kista teka lutein Diameter kista ovarium lebih dari 6 cm dan menyertai pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi dengan manual tetapi diidentifikasi dengan USG pasien dapat memberikan tekanan dan nyeri pada pelvik karena peningkatan ukuran ovarium dapat menyebabkan torsi ovarium. Kista ini terjadi akibat respon B HCG yang sangat meningkat dan secara spontan mengalami penurunan (regresi) setelah mola dievakuasi, rangsangan elemen lutein yang berlebih oleh hormon korionik gonadotropin dalam jumlah besar yang disekresi oleh trofoblas yang berproliferasi. Kista teka lutein multipel yang menyebabkan pembesaran satu atau kedua ovarium terjadi pada 15-30% penderita mola. Umumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan tetapi ada juga kasus dimana kista lutein baru ditemukan pada saat follow up. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mendapatkan degenerasi keganasan di kemudian hari. Pada setengah jumlah kasus, kedua ovarium membesar dan involusi dari kista terjadi setelah beberapa minggu, biasanya seiring dengan penurunan kadar HCG. Tindakan bedah hanya dilakukan bila ada ruptur dan perdarahan atau pembesaran ovarium tadi mengalami infeksi.

Embolisasi Sejumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma vili keluar dari uterus ke vena pada saat evakuasi. Sebetulnya pada setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran darah kemudian ke paru tanpa memberi gejala apapun. Tetapi pada kasus mola kadang-kadang sel trofoblas ini sedemikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru akut yang dapat menyebabkan kematian. Jumlah dan volume akan menentukan gejala dan tanda dari emboli paru akut bahkan akibat yang fatal, walaupun kefatalan jarang terjadi.

II.7.

DIAGNOSIS(2,8) II.7.1. PEMERIKSAAN FISIK(2) Pada pemeriksaan fisik didapatkan a. inspeksi muka dan kadang kadang badan kelihatan pucat kekuningkunigan yang disebut sebagai mola face gelembung mola yang keluar

b. palpasi 9

uterus lembek dan membesar tidak sesuai kehamilan adanya fenomena harmonika kalau darah dan gelembung mola keluar maka tinggi fundus uteri akan turun lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru. Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen yang gerak janin c. auskultasi Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin (pada mola hidatidosa parsial mungkin dapat didengar BJJ) Terdengar bising dan bunyi khas d. pemeriksaan dalam Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagianbagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks.

II.7.2. PEMERIKSAAN PENUNJANG(2,8) Laboratorium Karakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah kemampuan dalam memproduksi hCG, sehingga jumlahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar -hCG seharusnya pada usia kehamilan yang sama, terutama dari hari ke100, sangat sugestif. Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah -hCG kuantitatif serum. Pemantauan secara hati-hati dari kadar -hCG penting untuk diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus penyakit trofoblastik. Jumlah -hCG yang ditemukan pada serum atau pada urin berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor yang ada.

10

Untuk pemeriksaan Gallli mainini 1/300 suspek mola hidatidosa dan jika 1/200 kemungkinan mola hidatidosa atau gemelli. Pengukuran -hCG pada urin dengan kadar >100.000 mIU /ml/24 jam dapat dianggap sebagai mola. Foto rontgen abdomen Pada kehamilan 3-4 bulan, tidak ditemukan adanya gambaran tulang-tulang janin. Organ-organ janin mulai dibentuk pada usia kehamilan 8 minggu dan selesai pada usia kehamilan 12 minggu. Oleh karena itu pada kehamilan normal seharusnya dapat terlihat gambaran tulang-tulang janin pada foto rontgen. Selain itu juga untuk melihat kemungkinan adanya metastase. USG Pada kelainan mola, bentuk karakteristik yang khas berupa gambaran seperti badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb) dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami perdarahan pada trimester awal kehamilan dan memiliki uterus lebih besar dari usia kehamilan. USG dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan antara kehamilan normal dengan mola hidatidosa. Namun harus diingat bahwa beberapa struktur lainnya dapat memperlihatkan gambaran yang serupa dengan mola hidatidosa termasuk myoma uteri dengan kehamilan ini dan kehamilan janin > 1. Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus incomplitus atau mioma uteri. Pada kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa umumnya lebih spesifik, kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian-bagian anekhoik vesikuler berdiameter antara 5-10 mm. Pada 20-50% kasus dijumpai adanya massa kistik multilokuler di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein. Kista ini tidak dapat diketahui keberadaannya jika hanya dengan pemeriksaan palpasi bimanual.

11

Complete mole. Amniografi

Theca lutein cysts

Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam uterus secara trans abdominal akan memberikan gambaran radiografik khas pada kasus mola hidatidosa kavum uteri ditembus dengan jarum untuk amniosentesis. 20 ml Hypaque disuntikkan segera dan 5-10 menit kemudian dibuat foto anteroposterior. Pola sinar X seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi gelombang-gelombang korion. Dengan semakin banyaknya sarana USG yang tersedia teknik pemeriksaan amniografi ini sudah jarang dipakai lagi. Bahan radiopaq yang dimasukan ke dalam uterus akan memberikan gambaran seperti sarang tawon. Uji sonde Hanifa Sonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan cavum uteri . bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik sedikit bila tetap tidak ada tahanan maka kemungkinan adalah mola. Foto thorax Pada kehamilan 3-4 bulan, tidak ditemukan adanya gambaran tulang-tulang janin. Organ-organ janin mulai dibentuk pada usia kehamilan 8 minggu dan selesai pada usia kehamilan 12 minggu. Oleh karena itu pada kehamilan normal seharusnya dapat terlihat gambaran tulang-tulang janin pada foto rontgen. Selain itu juga untuk melihat kemungkinan adanya metastase.

12

T3dan T4 Untuk membuktikan gejala tirotoksikosis.

II.8.

DIAGNOSIS BANDING(8) 1. Abortus 2. Kehamilan ganda 3. Kehamilan dengan mioma 4. Hidramnion

II.9.

PENANGANAN(2,8) Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu 1. Perbaiki keadaan umum 2. Pengeluaran jaringan mola 3. Terapi dengan profilaksis dengan sistostatika 4. Follow up Ad.1 Perbaiki keadaan umum Yang termasuk usaha ini misalnya koreksi dehidrasi, transfusi darah pada anemia berat (jika <8 gr %) atau karena terjadi syok, dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia dan tirotoksikosis. Preeklampsia diobati seperti pada kehamilan biasa, sedangkan untuk tirotoksikosis diobati sesuai protokol penyakit dalam misalnya propiltiourasil 3 x 100 mg oral dan propanolol 40-80 mg. Ad. 2 Pengeluaran jaringan mola 1. Vakum Kuretase

13

Setelah keadaan umum baik, dilakukan jika pemeriksaan DPL kadar -hCG serta foto thorax selesai bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian. Sebelum kuretase dengan kuret tumpul terlebih dahulu siapkan darah 500 cc dan pasang infus dengan tetesan oxitocyn 10 mIU dalam 500 cc Dextrose 5 % dan seluruh jaringan hasil kerokan di PA. Tujuh sampai sepuluh hari sesudah kerokan itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan. 2. Histerektomi Untuk mengurangi frekuensi terjadinya penyakit tropoblas ganas sebaiknya histerektomi dilakukan pada: wanita diatas 35 tahun anak hidup di atas 3 orang wanita yang tidak menginginkan anak lagi

Apabila ada kista teka lutein maka saat histerektomi, ovarium harus dalam keadaan baik, karena akan menjadi normal lagi setelah kadar -HCG menurun. 3. Histerotomi Tidak lagi menjadi metode pilihan.

Ad.3 Terapi profilaksis dengan sitostatika Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi keganasan, misalnya pada umur tua (35 tahun), riwayat kehamilan mola sebelumnya dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus dengan hasil histopatologi yang mencurigakan. Biasanya diberikan methotrexat atau actinomycin D. Tidak semua ahli setuju dengan cara ini, dengan alasan jumlah kasus mola 14

menjadi ganas tidak banyak dan sitostatika merupakan obat yang berbahaya. Goldstein berpendapat bahwa pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan metastase, serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali. Kadar -hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX) selama 5 hari. 3x5 mg sehari selama 5 hari dengan interval 2 minggu sebanyak 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan actinomycin D 12 g/kgBB/hari

Ad .4 Follow up Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun, mengingat kemungkinan terjadi keganasan setelah mola hidatidosa ( 20%). Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu, dengan pemakaian alat kontrasepsi seperti kondom, diafragma atau pil anti hamil. Mengenai pemberian pil anti hamil ini ada dua pendapat yang saling bertentangan. Satu pihak mengatakan bahwa pil kombinasi, disamping dapat menghindarkan kehamilan juga dapat menahan LH dan hipofisis sehingga tidak terjadi reaksi silang dengan HCG. Pihak lain menentangnya, justru estrogen dapat mengaktifkan sel-sel trofoblas. Bagshawe beranggapan bila pil anti hamil diberikan sebelum kadar HCG jadi normal dan kemudian wanita itu mendapat koriokarsinoma, maka biasanya resisten terhadap sitostatika. Selama pengawasan, secara berkala dilakukan pemeriksaan ginekologik, kadar -hCG dan radiologi. Pemeriksaan ginekologi dimulai satu minggu setelah pengeluaran jaringan mola. Pada pemeriksaan ini dinilai ukuran uterus, keadaan adneksa serta cari kemungkinan metastase ke vulva, vagina, uretra dan cervix. Sekurang-kurangnya pemeriksaan diulang setiap 4 minggu. Cara yang paling peka saat ini adalah dengan pemeriksaan -hCG yang menetap untuk beberapa lama. Jika masih meninggi, hal ini berarti masih ada selsel trofoblas yang aktif. Cara yang umum dipakai sekarang ini adalah dengan

15

radioimmunoassay terhadap -HCG sub unit. Pemeriksaan kadar -HCG dilakukan setiap minggu atau setiap 2 minggu sampai kadar menjadi negatif lalu diperiksa ulang sebulan sekali selama 6 bulan, kemudian 2 bulan selama 6 bulan. Seharusnya kadar -HCG harus kembali normal dalam 14 minggu setelah evakuasi. Pemeriksaan foto toraks dilakukan tiap 4 minggu, apabila ditemukan adanya metastase penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi. Bila telah terjadi remisi spontan ( kadar B HCG, pemeriksaan fisik dan foto toraks semuanya normal ) setelah 1 tahun maka pasien tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.

II.10. PROGNOSIS(2,8) Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi, di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2 % dan 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya di keluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Karena diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, tingkat kematian saat ini dari mola hidatidosa pada dasarnya adalah nol. Tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Sekitar 20% wanita dengan mola lengkap berkembang ke arah keganasan trofoblas. Keganasan trofoblas gestasional (yaitu, neoplasia trofoblas gestasional) hampir 100% dapat disembuhkan. Bila terjadi keganasan, maka pengelolaan secara khusus divisi Onkologi Ginekologi. Faktor klinis yang berkaitkan dengan risiko dari penyakit keganasan adalah wanita lanjut usia, tingginya tingkat hCG (> 100.000 mIU / mL), eklampsia, hipertiroidisme, dan kista teka lutein bilateral. Sebagian besar dari faktor-faktor ini tampaknya mencerminkan jumlah proliferasi trofoblas. Memprediksikan berkembangnya penyakit trofoblas gestasional masih sulit, dan keputusan

16

pengobatan tidak harus didasarkan pada adanya salah satu atau semua faktor-faktor risiko.

II.11. KOMPLIKASI(8) Perforasi uterus kadang-kadang terjadi saat kuretase vakum karena uterus besar dan berawa. Jika perforasi dicatat, prosedur seharusnya lengkap di bawah panduan laparoskopi. Perdarahan adalah komplikasi yang sering terjadi selama evakuasi kehamilan molar. Untuk alasan ini, oxytocin intravena sebaiknya dimulai pada permulaan suction tersebut. Methergine dan / atau Hemabate juga harus tersedia. Darah untuk kemungkinan transfusi harus tersedia. Penyakit trofoblas ganas berkembang dalam 20% dari kehamilan mola. Alasannya, hCG serial kuantitatif harus dipantau seperti dijelaskan di atas. Faktor-faktor yang dilepaskan oleh jaringan molar dapat memicu kaskade koagulasi. Pasien harus dipantau untuk koagulopati intravaskuler diseminata (DIC). Emboli trofoblas dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor risiko terbesar untuk komplikasi ini adalah rahim lebih besar dari yang diharapkan untuk usia kehamilan 16 minggu. Kondisi ini bisa berakibat fatal.

BAB III KESIMPULAN

17

1. Kehamilan Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin yang terdiri dari proliferasi trofoblas dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. 2. Prevalensi Mola hidatidosa lebih tinggi di Asia. 3. Mola hidatidosa terbagi menjadi : a. Mola hidatidosa sempurna b. Mola hidatidosa parsial 4. Perdarahan vaginal merupakan gejala utama mola hidatidosa, dimana gejala yang mencolok dan dapat bervariasi mulai spotting sampai perdarahan yang banyak. 5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium, radiologik, dan histopatologik. 6. Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu a. Perbaiki keadaan umum b. Pengeluaran jaringan mola c. Terapi dengan profilaksis dengan sistostatika d. Follow up 7. Komplikasi Infeksi sekunder Perforasi uterus Perdarahan Anemia Syok

DAFTAR PUSTAKA

18

1. Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938. 2. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMU KANDUNGAN. Yayasan Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 2010. Hal . 488490. 3. Hacker dan Moores. Gestational Trophoblastic Neoplasia. ESSENTIALS OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY. Fifth edition. 2010. Hal. 435-442. 4. Price, Sylvia A., Wilson, Loraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 2006. Hal. 467 5. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243. 6. htpp:// www.indonesiaindonesia.com 7. htpp:// www.medicastore.com 8. htpp:// www.e-medicine.com 9. htpp:// www.scribd.com

19

You might also like