You are on page 1of 13

PEMBAHASAN Ilmu fiqh dan ushul fiqh tumbuh dan berkembang dengan berpijak dan merujuk kepada al-quran

dan sunah. Ushul fiqh tidak timbul dengan sendirinya, tetapi benih-benihnya sudah ada sejak zaman rasulullah dan sahabat. Masalah utama yang menjadi bagian dari ushul fiqh seperti soal ijtihad, qiyas, nasakh dan mansukh sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW dan sahabat. Namun kita sebagai mahasiswa yang baru mengenal ilmu ini mempunyai sedikit masalah untuk membedakan mana itu fiqh dan apa itu yang dinamakan ushul fiqh, maka dari itu pada makalah yang sangat singkat ini insya allah akan dibahas hal-hal yang mendasar mengenai fiqh dan ushul fiqh, yakni berupa definisi dari keduanya, objek kajian, tujuan, dan faedah mempelajari kedua ilmu ini. A. FIQH 1. Definisi fiqh Didalam Al-quran tidak kurang dari 19 ayat yang berkaitan dengan kata fiqh, dan kesemuanya itu dalam bentuk kata kerja, seperti dalam surat At-taubah ayat 122, yang artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
1

beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Dalam ayat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa fiqh itu berarti mengetahui, memahami dan mendalami ajaran-ajaran agama secara keseluruhan. Jadi pengertian fiqh dalam arti yang sangat luas sama dengan arti syariah yang sangat luas. Inilah pengertian fiqh pada masa sahabat atau pada masa abad pertengahan islam. Setelah wilayah islam semakin luas dan semakin banyak

penduduknya dari berbagai bangsa, serta telah timbul masalah-masalah dalam bidang hukum yang baru dan memerlukan fatwa hukumnya, maka istilah fiqh dipakai untuk istilah khusus, untuk suatu cabang ilmu dari ilmu syariah, yakni ilmu yang membahas hukum-hukum syara berkenaan dengan amaliyah saja, diambil dari dalil dalil syari yang terperinci. fiqh menurut bahasa (etimologi) adalah mengetahui sesuatu dengan mengerti. Adapun menurut istilah fuqaha seperti menurut imam aljurjani mendefinisikan fiqh sebagai hukum-hukum sayri yang

menyangkut amaliyah dengan dalil dalilnya yang terperinci. Fiqh adalah ilmu yang disusun melalui rayu dan ijtihad yang memerlukan penalaran dan pengkajian, karena itu Allah tidak boleh disebut faqih, karena tidak ada sesuatu yang diluar jangkauan ilmu Allah.
2

Fiqh dalam Tajudin As-Subki, adalah: ilmu tentang hukum syara yang bersifat amali diambil dari dalil-dalil yang tafsili Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa fiqh ialah hukum syari yang berhubungan dengan orang mukallaf, seperti mengetahui hukum wajib, haram dan mubah, mandub, sunah dan makruh, atau mengetahui suatu akad itu sah atau tidak sah. Pada masa ini orang ahli dalam bidang fiqh disebut dengan fuqaha, fuqaha ini termasuk dalam kategori ulama, meski tidak semua ulama itu fuqaha. 2. Objek kajian Dari pengertian fiqh diatas kita dapat melihat bahwa objek yang dibahas dalam fiqh adalah aspek hukum setiap perbuatan mukallaf serta dalil dari setiap perbuatan tersebut. Seorang ahli fiqh membahas tentang bagaimana seorang mukallaf melaksanakan shalat, puasa, naik haji dan lain-lain yang berkaitan dengan ibadah mahdhah. Bagai mana melaksanakan kewajibankewajiban rumah tangganya, apa yang harus dilakukan terhadap harta

anggota keluarga yang meninggal dunia dan sebagainya, yang menjadi objek pembahasan al-ahwal al-syakhshiyah (hukum keluarga). Mereka juga membahas bagaimana cara melakukan muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa, patungan, dan lain sebagainya. Maksiat apa yang dilarangserta sanksi apabila larangan itu dilanggar, atau bila kewajiban tidak dilaksanakan oleh seorang mukallaf dan lain-lainya yang berkaitan dengan fiqh jinayah. Ke lembaga mana saja seorang mukallaf bisa mengadukan masalahnya apabila dia merasa dirugikan atau diperlakukan secara tidak adil atau hal lainnya yang berhubungan dengan ahkam al-qadha (hukum acara). Pokok pembahasan diatas hanya merupakan garis besar gambaran betapa luasnya objek pembahasan ilmu fiqh itu. Itu semua dibahas oleh para fuqaha dalam kitab-kitab fiqh yang ribuan judul banyaknya. Aspek hukum setiap perbuatan mukallaf serta dalil-dalil yang menunjuk kepada tiap perbuatan itu menjadi objek pembahasan ilmu fiqh, kemudian menghasilkan penilaian terhadap perbuatan mukallaf tersebut, yaitu salah satu dari hukum yang lima, yakniwajib, sunah, boleh, makruh, dan haram. Sebagai contoh sederhana bahwa shalat yang lima waktu itu wajib adalah ayat al-quran yang berbunya aqiimu al-shalah. Jadi melakukan

shalat itu hukumnya wajib. aqiimu al-shalah adalah dalil tafsili. Ini yang menjadi objek ushul fiqh. 3. Tujuan Tujuan akhir dari ilmu fiqh adalah mencapai keridhoan Allah SWT, dengan melaksanakan syariatnya di muka bumi ini, sebagai pedoman hidup individual, hidup berkeluarga, maupun hidup bermasyarakat. Didalam bermasyarakat kita sering menemukan persoalan-persoalan mengenai hukum dari sesuatu atau sebuah tindakan, muncul sebuah pertanyaan, bagai mana hukum ini atau itu? Pertanyaan-pertanyaan ini sudah tentu didorong oleh keinginan agar segala sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan syariat yang pada akhirnya mengharapkan keridhoan Allah SWT. Agar hidup ini sesuai dengan syariat, maka dalam kehidupan harus terlaksanan nilai-nilai keadilan, kemaslahatan, mengandung rahmat dan hikmah. 4. Faedah a. Mempelajari ilmu fiqh berguna dalam member pemahaman tentang berbagai aturan secara mendalam. Dengan mengetahui ilmu fiqh kita akan tahu aturan-aturan secara rinci mengenai kewajiban dan tanggung jawab terhadap tuhannya, hak dan kewajiban tuhannya, hak dan kewajibannya

dalam rumah tangga dan hak serta kewajibannya dalam hidup bermasyarakat. Kita akan tahu cara-cara bersuci, cara-cara shalat, zakat, puasa, haji, meminang, menikah, talak, ruju, pembagian warisan, jual beli, sewa-menyewa, hukum-hukum bagi orang yang melanggar ketentuan ajaran islam, aturan-aturan di pengadilan, aturan-aturan kepemimpinan, dan lain sebagainya. b. Mempelajari ilmu fiqh berguna sebagai patokan untuk bersikap dalam menjalani hidup dan kehidupan. Dengan mengetahui ilmu fiqh, kita akan tahu manaperbuatanperbuatan yang wajib, sunat, mubah, makruh,dan haram, mana perbuatan-perbuatan yang sah dan mana yang batal. Singkatnya, dengan mengetahui dan mengetahui ilmu fiqh kita berusaha untuk bersikap dan bertingkah laku menuju apa yang diridhoi oleh Allah SWT., karena tujuan akhir ilmu fiqh adalah untuk mencapai keridhoan Allah dengan melaksanakan syariat-Nya.

B. USHUL FIQH 1. Definisi Ushul fiqh Salah satu pendorong diperlukannya ushul fiqh adalah

perkembangan wilayah islam yang semakin meluas, sehingga tidak jarang menyebabkan timbulnya berbagai persoalan yang belum
6

diketahui kedudukan hukumnya. Untuk itu, ulama-ulama islam sengat membutuhkan kaidah-kaidah hukum (ushul fiqh) untuk menggali dan menetapkan kedudukan hukum dari sesuatu yang baru itu. Untuk mengetahui makna Ushul fiqh dapat dilihat dari dua kata dasar, yaitu ushul (ashl) dan kata fiqh, kata ushul adalah bentuk jamak dari kata ashl. Yang secara etimologi kata Ashl berarti fondasi sesuatu, baik yang bersifat materi ataupun bukan. Adapun menurut istilah, ashl mempunyai beberapa arti berikut: a. Dalil, Yakni landasan hukum. seperti pernyataan dari para ulama ushul fiqh bahwa ashal dari wajibnya shalat itu adalah firman Allah dan sunah rasul. b. Qaidah, yaitu dasar atau fondasi sesuatu. c. Rajih, yaitu, terkuat, seperti ungkapan dari ulama ushul fiqh: Yang terkuat dari kandungan suatu hukum adalah arti hakikatnya d. Mustashhab, yakni memberlakukan hukum yang sudah ada sejak semula selama tidak ada dalil yang merubahnya, misalnya seseorang yang hilang, apakah ia tetap mendapatkan haknya seperti warisan atau ikatan perkawinan? Orang tersebut harus dinyatakan masih hidup sebelum ada berita tentang kematiannya, ia tetap mendapatkan hak warisnya, begitu juga ikatan perkawinannya yang dianggap tetap.
7

Adapun fiqh, sebelumnya sudah kita bahas diatas tentang definisi dari fiqh ini sendiri, yakni ilmu tentang hukum syara yang bersifat amali diambil dari dalil-dalil yang tafsili setelah dijelaskan pengertian kata ushul dan fiqh, maka disini dikemukakan definisi ushul fiqh yang menjadi pokok pembahasan kita. Para ahli fiqh beraneka ragam dalam memberikan definisi ini, seperti definisi-definisi dibawah ini: Menurut Al-Baidhawi dari kalangan ulama syafiiyah, yang

dimaksud ushul fiqh itu adalah ilmu pengetahuan tentang dalil fiqh secara global, metode penggunaan dalil tersebut, dan keadaan (persyaratan) orang yang menggunakannya. Selain itu, Ibnu As-Subki mendefinisikan Ushul Fiqh sebagai: Himpunandalil fiqh secara global Jumhur ulama ushul fiqh mendefinisikannya sebagai berikut:

Himpunan kaidah (norma-norma) yang berfungsi sebagai alat penggalian hukum syara dari dalil-dalilnya Ibnu humam dari kalangan ulama hanafiyah mendefinisikan ushul fiqh sebagai pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang dapat mencapai kemampuan dalam penggalian fiqh. Juga definisi yang diungkapkan oleh Abdul Wahab Khalaf yang mendefinisikan ushul fiqh dengan ilmu pengetahuan tentang kaidah-kaidah dan metode penggalian hukum syara mengenai perbuatan manusia (amaliyah) dari dalil-dalil yang terperinci. 2. Objek kajian Dari definisi ushul fiqh diatas, terlihat jelas bahwa yang menjadi objek kajian ushul fiqh secar garis besarnya ada tiga: a. Sumber hukum dan semua seluk beluknya. b. Metode pendayagunaan sumber hukum atau metode penggalian hukum dari sumbernya. c. Persyaratan orang yang berwewenang melakukan istinbath dengan semua permasalahannya. Sementara itu, Muhammad Al-Juhaili merinci objek kajian ushul fiqh sebagai berikut:

a. Sumber-sumber hukum syara, baik yang disepakati Al-quran dan sunah, maupun yang diperselisihkan, seperti istihsan dan maslahah mursalah. b. Pembahasan tentang ijtihad, yakni syarat-syarat dan sifat-sifat orang yang melakukan ijtihad. c. Mencarikan jalan keluar dari dua dalil yang bertentangan secara zahir, ayat dengan ayat atau sunah dengan sunah. d. Pembahasan hukum syara yang meliputi syarat-syarat dan macam-macamnya, baik yang bersifat tuntutan, larangan, pilihan, atau keringana (rukhsah). Jiga di bahas tentang hukum, hakim, dan mahkum alaih (orang yang dibebani), dan lain-lain e. Pembahasan kaidah-kaidah yang akan digunakan dalam

mengistinbath hukum dan cara penggunakannya. 3. Tujuan Para ulama ushul menyepakati bahwa ushul fiqh merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan hukum-hukum Allah sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT dan rasul-Nya, baik yang berkaitan dengan masalah aqidah, ibadah, muamalah, maupun akhlak, dengan kata lain, ushul fiqh bukanlah sebagai tujuan, melainkan hanya sebagai sarana. 4. Faedah Diantara faedah bagi kita yang mempelajari ushul fiqh adalah sebagai berikut:
10

a. Memberikan pengertian mendasar tentang kaidah-kaidah dan metodologi para ulama mujtahid dalam menggali hukum. b. Menggambarkan persyaratan yang harus dimiliki seorang mujtahid agar mampu menggali hukum syara secara tepat, sedangkan bagi orang awam supaya lebih mantap dalam mengikuti pendapat yang dikemukakan oleh para mujtahid setelah mengetahui cara yang mereka gunakan dalam berijtihad. c. Member bekal untuk menentukan hukum melalui berbagai metode yang dikembangkan oleh para mujtahid, sehingga dapat memecahkan berbagai persoalan baru. d. Memelihara agama dari penyimpangan dan penyalah gunaan dalil, dengan berpedoman pada ushul fiqh, hukum yang dihasilkan melalui ijtihad tetap diakui syara.

11

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat terlihat dengan jelas bahwa Ushul fiqh merupakan timbangan atau ketentuan untuk istinbath hukum dan obyeknya selalu dalil-dalil hukum. sementara objek fiqhnya selalu perbuatan mukallaf yang diberi status hukumnya. Walaupun ada titik kesamaan, yaitu keduanya merujuk pada dalil, namun konsentrasinya berbeda, yaitu ushul fiqh memandang dalil dari sisi cara penunjukan atas suatu ketentuan hukum, sedangkan fiqh, memandang dalil hanya sebagai rujukan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalil sebagai pohon yang melahirkan buah, sedangkan fiqh adalah buah dari pohon tersebut.

12

DAFTAR PUSTAKA - DR. Syahrul Anwar, M.Ag ilmu fiqh & ushul fiqh Bogor Penerbit Ghalia Indonesia 2010 - Prof. Dr. Rachmat SyafeI, MA ilmu ushul fiqh untuk UIN, STAIN, PTAIS Bandung CV Pustaka Setia 2007 - Prof. H.A. Djazuli ilmu fiqh penggalian, perkembangan, dan penerapan hukum islam Jakarta Prenada Media Group 2010

13

You might also like