You are on page 1of 2

PENDAHULUAN Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit yang umum dan kompleks yang mengenai individu dari

semua usia. Akne vulgaris ditandai dengan adanya papul folikular non inflamasi (komedo) dan adanya papul inflamasi, pustul dan nodul pada bentuk yang berat. Akne vulgaris mengenai daerah kulit dengan populasi kelenjar sebasea yang paling padat; antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan Punggung.1 Akne vulgaris merupakan suatu penyakit yang tidak hanya memberikan efek secara fisik bagi penderitanya, namun juga efek psikologis seperti rasa cemas dan depresi. 3 Akne vulgaris yang berat dapat menyebabkan terbentuknya skar yang permanen, suatu hasil akhir yang bahkan dapat merupakan suatu faktor resiko untuk bunuh diri, khususnya pada pria remaja dan dewasa muda.3,4 Pada populasi barat, akne vulgaris diperkirakan mengenai 79-95% populasi usia remaja.5 Pada pria dan wanita yang berusia lebih dari 45 tahun, 40-45% diantaranya memiliki akne vulgaris pada wajah, dimana pada 12% wanita dan 3% pria menetap hingga usia pertengahan.6 Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari Desember 2008, dari total 5.573 pasien yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 107 pasien (1,91%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis akne vulgaris. Dari jumlah tersebut, 8,41% berusia 0-12 tahun, 90,6% berusia 13-35 tahun dan hanya 0,93% yang berusia 36-65 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa penderita akne vulgaris yang terbanyak adalah usia remaja dan dewasa muda. Berdasarkan catatan sejarah, banyak perdebatan timbul seputar pengaruh makanan terhadap timbulnya akne vulgaris. Pada tahun 1930-an, akne vulgaris dianggap sebagai suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat karena ditemukannya gangguan toleransi glukosa pada pasien-pasien akne vulgaris. Akibatnya, para penderita akne vulgaris dilarang untuk mengkonsumsi makanan dengan kandungan karbohidrat atau gula yang tinggi secara berlebih. Hubungan antara diet dengan akne vulgaris akhirnya mulai berkurang pada tahun 1969 ketika suatu penelitian mengemukakan bahwa ternyata tidak timbul eksaserbasi lesi-lesi akne vulgaris pada kelompok yang mengkonsumsi coklat batangan dibandingkan dengan kelompok kontrol.7

You might also like