You are on page 1of 14

POLA HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN DALAM PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM PENDAHULUAN Allah menciptkan manusia sebagai khalifah

dibumi untuk mengatur jagat raya, manusia diberi akal sebagai alat berfikir, kesempurnaan hanya milik Allah, yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekwensi fungsi dan tugasnya untuk mengatur, mengolah alam serta melakukan ibadah kepada Tuhannya sebagai tanda bersyukur dan berterimakasih atas yang diberikanNya, cara manusia menuju jalan taqwa melalui tiga cara yaitu syahadat, amalanamalan dan ikhsan. Alquran memandangnya sebagai fitrah yang suci dan mulia. Nabi Adam merupakan cikal bakal manusia yang diciptakan Allah, sesuai dengan firman Allah Swt. Surat Al-Baqarah ayat 30 artinya Dan (ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepada Malaikat, Aku hendak menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi Untuk mendapatkan pola hubungan antara manusia dengan Tuhan dalam pemikiran pendidikan Islam, hendaknya perlu berfikir secara arif, bijaksana dan kritis terhadap sesuatu yang diperbuat manusia, melalui ilmu yang mengantarkan hubungan manusia dengan Allah seperti ilmu tauhid, tasauf, filsafat, fiqh dan akhlak dan lainnya. Adapun yang menjadi bahan permasalahan kita adalah mengapa syahadat sebagai kesaksian hamba terhadap keesaan Allah, Ibadah shalat dan aplikasi ikhsan sebagai jalan taqarrup kepada Allah.

PEMBAHASAN Tahapan-Tahapan Hubungan Manusia dengan Allah. Pola hubungan manusia dengan Tuhan dalam pemikiran pendidikan Islam, dalam makalah ini penulis membatasinya sebatas ruang lingkup syahadat, amalan dan ikhsanya seorang hamba, melalui filsafatlah manusia dapat merealisasikan hasrat hatinya, berfilsafat yaitu mencari pengetahuan terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, dalam hal berintraksi antara manusia dengan Tuhan maka diperlukan mempelajari disiplin ilmu filsafat komunikasi, Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analisis, kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya.1 Tahapan-tahapan hubungan Tuhan sebagai pencipta dengan makhluk ciptaannya di alam semesta yaitu: 1. Syahadat. Syahadat yang dimaksud adalah manusia benar-benar bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah, shahadat atau tasyahud ini sebagai

aplikasi rasa bersaksi hamba kepada Tuhannya yang terdapat dalam rukun Islam, bersyahadat juga terdapat dalam kalimat azan dan iqamat sebagai simbul panggilan orang muslim untuk mengerjakn shalat dan mengingat Allah. Shahadat yang dimaksud juga terbagi ke dua bagian yaitu shahadat tauhid dan syahadat rasul, dalam mengisbatkan syahadat Rasul kita harus bersaksi bahwa Nabi Muhammad, Saw adalah utusan dan Rasul Allah, filosofi kedua kalimat shahadat diatas menandakan bahwa Tuhan yang berhak untuk disembah adalah Allah semata dan Nabi Muhammad yang kita ikuti ajaranya adalah Rasul Allah, orang-orang bijak pernah berkata, diantara tanda seseorang mencintai Allah yang maha mulia lagi maha agung ialah lebih mengutamakan apa yang disukai Allah daripada yang ia cintai untuk diri sendiri dan selalu mengingatNya tanpa merasa jemu, berduaan dan bermunajat dengan Allah lebih ia sukai daripada sibuk dengan selainNya.2
1 2

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung Tahun 2000. Imam Al-Ghzali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, penerbit AKBAR Media Eka Sarana, Jakarta.

2. Amalan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah adalah seluruh aktifitas hamba hanya untuk memperoleh keridhaan Tuhannya dan menghindarkan murkanya. Di tinjau dari segi jenisnya ibadah dalam Islam menjadi dua jenis dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya yaitu: a. Ibadah mahdhah artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung, ibadah bentuk ini memiliki empat prinsip, pertama, keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Alquran maupun Assunnah, kedua, tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul, salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh, ketiga, bersifat supra rasional diatas jangkauan akal, artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika karena bukan wilayah akal melaikan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahaminya saja. Keempat adalah azasnya taat yang dituntut dari hamba dalam menjalankan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan, hamba menyakini bahwa apa yang diperintahkan oleh Allah sematamata untuk kepentinga dan kebahagiaan hamba, adapun jenis ibadah yang termasuk dalam mahdhah adalah wudhuk, tayamum, mandi hadas, azan, iqamat shalat, membaca Alqur,an, Iktikaf , puasa, haji, umrah, tajhis jenazah. b. Ibadah Ghairu mahzah,(tidak murni semata-mata hubungan dengan Allah) ibadah yang disamping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainya, prinsip dalam ibadah ini ada empat pertama keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalai yang melarang, kedua, tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh rasul, ketiga bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik buruknya atau untung ruginya manfat atau mudharatnya dapat ditentukan oleh akal atau logika, keempat azasnya manfaat selama itu bermanfaat maka selama itu boleh dilakukan. 3. Ikhsan. Ikhsan dalam hal pola hubungan dengan Tuhan yang sering dipakai oleh orang-orang sufi atau bertasauf tinggi, melalui zikir dan istikfar seperti yang dilakukan oleh ulamaulama tasauf dalam tarikatnya, pada akhirnya mereka mengalami hulul seakan-akan
3

menyatu dengannya, mereka hampa dalam zikirnya hingga kenikmatan yang tiada tara mereka peroleh dengan berzikir sebanyak-banyaknya, hal ini sering dilakukan oleh para sufi baik secara pribadi atau kelompok ditempat-tempat tertentu seperti gua, hutan, diatas batu dan tempat-tempat yang dianggap suci dan sunyi untuk mereka beribadah diatasnya. Dalam hal ini mereka benar-benar ihsan dan ikhlas atas apa yang terjadi dan menimpanya. Berbicara masalah pola hubungan manusia dengan Tuhan adalah tak terlepas berbicara tasyahut (syahadat) yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul yang selalu kita baca dalam shalat bagi seorang muslim, juga pola hubungan antara manusia dengan Tuhan meliputi amalan-amalan hamba (amalan mahdhah dan khairu mahdhah) ihsan dan Ikhlas (dengan makna melihat Allah hal ini cenderung dilakukan dan dinobatkan oleh orang-orang tasauf yaitu melalui zikir, istikfar dan lainnya yang ada pada orang sufi yang akhirnya menemui jalan taqwa kepada Allah A. Manusia dalam Pandangan Islam Dalam pandangan Islam, hakikat manusia merupakan perkaitan antara badan dengan ruh, badan dan ruh masing-masing merupakan subtansi yang berdiri sendiri yang tidak tergantung adanya yang lain, Islam mengatakan bahwa kedua subtansi asal sesuatu yang ada adalah subtansi alam sedangkan alam adalah makhluk yang diciptakan Allah, ini disampaikan Allah dalam Surat Al-Mukminun Ayat 12-14 yang artinya Dan sesungguhnya Kami menciptakan dari saripati tanah, kemudian Kami jadikan saripati tanah itu menjadi air mani (terletak)dalam tempat simpanan yang teguh (rahim). Kemudian dari air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan dari segumpal daging itu kami ciptakan tulang-belulang, kemudian tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging, sesudah itu kami jadikan ia makhluk yang baru yaitu manusia yang sempurna. Maka Maha Suci Allah pencipta yang paling baik. (Almuminun Ayat 12-14).3 Tuhan telah meniupkan ruh kedalam tubuh manusia umur 3 sampai 4 bulan dalam kandungan, ruh yang berasal dari Tuhan itulah yang menjadi hakikat manusia, inilah yang membedakan manusia dengan hewan, Tuhan tidak meniupkan ruh pada hewan sedang jasatnya adalah hanya alat yang dipergunakan oleh ruh untuk menjalani kehidupan material
3

Alquran Surat Almuminun Ayat 12-14).

bersifat sekunder, karena ruh tanpa jasat tidak dapat dikatakan manusia, melainkan makhluk yang lain selain manusia seperti malaikat, hewan dan lainnya. Persoalan manusia selalu dikaitkan dengan suatu kisah tersendiri, lebih dari itu Alquran menegaskan manusia lebih luhur dari apa yang didefinisikan oleh para peneliti-peneliti barat, dalam Alquran manusia berulang-ulang diangkat derajatnya berulang-ulang pula direndahkan mereka dinobatkan jauh mengungguli alam syurga, bumi bahkan para malaikat, tetapi pada saat yang sama mereka tidak lebih berarti dibandingkan dengan syaithan terkutuk dan binatang jahannam sekalipun, manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukkan alam namun bisa juga mereka merosot menjadi yang paling rendah dari segala yang rendah oleh karena itu manusia sendirilah harus menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri.4 Dalam pandangan dunia ilmiah, manusia tidak mempunyai posisi sentral dan unik dalam kosmos, tak pernah dipercaya bahwa manusia merupakan hasil sebuah rencana besar Tuhan, atau sebagai tujuan akhir penciptaan, posisi manusia dialam semesta hanya seperti sebutir debu yang halus disebuah padang pasir maha luas, dalam pandangan dunia seperti ini manusia juga tidak jelas asal usulnya.5 Menurut hemat penulis manusia adalah makhluk yang ideal dan mulia dalam penciptaannya, ia jelas asal usulnya, karena ia diciptakan dari bahan yang lembut yaitu saripati tanah dan disimpan ditempat yang maha luar biasa kokoh(rahim) situasi dan kondisi ini dirasakan oleh manusia sehingga banyak peneliti terkagum-kagum terhadap proses penciptaan manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling is the best dan istimewa, dia tidak bisa menciptakan tetapi diciptakan karena yang berhak menciptakan adalah Allah dan manusia diberikan kelebihan oleh Allah daripada makhluk lainnya. Allah berfirman Surat AtTiin ayat 4 yang artinya Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya 6

Murthadha Muthahhari. Pengantar: Jalaluddin Rakhmat. Manusia dan Agama (membumikan kitab suci). PT. Mizan Pustaka. Tahun 2007. Hal. 127. 5 Mulyadhi Kartanegara, Pengantar Epistemologi Islam. Penerbit PT. Mizan. Bandug. Tahun 2003.hal 9. 6 Alquran Surat At Tiin Ayat 04

Nabi Adam adalah manusia yang pertama diciptakan Allah Swt, dan Siti Hawa sebagai istrinya merupakan manusia yang diciptakan dari tulang rusuknya Nabi Adam, beda dengan tiori Charles Robert Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil dari evolusi dari kera, bagi seorang muslim tidak bisa menerima bila dikatakan manusia berasal dari kera, kera adalah jenis binatang tidak mempunyai akal, sedang manusia adalah makhluk yang mulia dan mempunyai akal, karena manusia sebagai objek kajian dalam filsafat pendidikan Islam, banyak hal yang perlu dilakukan pengkajian didalam diri manusia salah satunya adalah pola hubungan makhluk dengan Khaliq dan pada manusia itu diberikan jasad dan jiwa. Dalam pandangan islam bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasad dan ruh, keduanya memiliki hubungan yang sangat erat yang tidak dapat dipisahkan, keduanya memiliki substansi sendiri, Islam dengan tegas mengatakan keduanya adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk, maka keduanya adalah makhluk ciptaan Allah.7 Adapun dilihat dari sisi positif dan negatifnya manusia dapat dibagi menjadi 14 sisi: 1. Manusia adalah khalifah Tuhan dimuka bumi, dapat dilihat dalam Alquran Surat AlBaqarah ayat 30, yang artinya Ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat. Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi mereka berkata: mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan kamu ketahui.8 2. Manusia mempunyai kapasitas inteligensi yang paling tinggi, dalam Alquran surat AlBaqarah ayat 31-33. Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu jika kamu memang orangorang yang benar Mereka menjawab maha suci Engkau tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Al-Baqarah 31-32) 9 3. Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan, dengan kata lain manusia sadar akan kehadiran Tuhan jauh didasar sanubari mereka, segala keraguan dan keingkaran kepada Tuhan muncul jika manusia menyimpang dari fitrah mereka

7 8

Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 75. Alquran Surat Al-Baqarah ayat 30. 9 Albaqarah ayat 31-32.

sendiri, dalam Al-Quran Allah berfirman Surat Al-Araf ayat 172, yang artinya Ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman Bukankah Aku ini Tuhan mu? mereka menjawab: Benar(engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.10 4. Manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur yang berbeda dengan unsur-unsur badani yang ada pada binatang, tumbuhan dan bendabenda tak bernyawa. Unsur-unsur itu merupakan suatu senyawa antara alam nyata dan metafisis, antara rasa dan non rasa (materi) antara jiwa dan raga. Al-Quran surat As-Sajadah ayat 7-9.11 5. Penciptaan manusia benar-benar telah diperhitungkan secara teliti, bukan suatu kebetulan, karena itu merupakan makhluk pilihan. 6. Manusia bersifat bebas dan merdeka, mereka diberi kepercayaan penuh oleh Tuhan, diberkahi dengan risalah yang diturunkan melalui para Nabi dan dikaruniai rasa tanggung jawab, mereka diperintahkan untuk mencari nafkah dimuka bumi dengan inisiatif dan jerih payah atau kesengsaraan bagi dirinya. 7. Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat. Tuhan pada kenyataannya telah menganugerahi manusia dengan keunggulan atas makhluk lain. 8. Manusia memiliki kesadaran moral, mereka dapat membedakan yang baik dari yang jahat melalui inspirasi fitrah yang ada pada mereka. 9. Jiwa manusia tidak akan pernah damai kecuali dengan mengingat Allah, keinginan mereka tidak terbatas, mereka tidak pernah puas dengan yang mereka peroleh. 10. Segala bentuk karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia, manusia berhak memanfaatkan itu semua dengan cara yang sah. 11. Tuhan menciptakan manusia agar mereka menyembahNya dan tunduk patuh kepadaNya menjadi tanggung jawab utama mereka. 12. Manusia tidak dapat memahami dirinya kecuali dalam sujud kepada Allah dan mengingatNya, jika mereka melupakan Tuhan maka merekapun melupakan dirinya. 13. Setiap realitas yang tersembunyi akan dihadapkan kepada manusia semesta setelah mereka meninggal dan selubung ruh mereka disingkapkan.
10 11

Al-Araf Ayat 172. Assajadah Ayat 7-9.

14. Manusia tidaklah semata-mata tersentuh oleh motivasi duniawi saja, dengan kata lain kebutuhan bendawi bukanlah satu-satunya stimulus baginya, mereka selalu berupaya untuk meraih cita-cita dan aspirasi yang luhur dalam hidup mereka. dilihat sisi negatif, manusia banyak dicela, dinyatakan sebagai keji dan bodoh. AlQuran suci menggambarkan mereka dengan cercaan-cercaan seperti berikut ini: 1. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, Surat Al- Ahzab Ayat 72.12 2. Manusia benar-benar sangat mengingkari nikmat, Al-Hajj ayat 66 13. 3. Ketahuilah sesungguhnya manusia benar-benar melampai batas, karena ia melihat dirinya serba cukup. Al-Alaq Ayat 6-7.14 4. Manusia adalah bersifat tergesa- gesa. Al- Qur an surat Al- Isra ayat 1115 5. Apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring atau berdiri tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia kembali melalui jalan yang sesat, seolah-olah ia tak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya, (Yunus ayat 12).16 6. Adalah manusia itu sangat kikir, Al- Isra ayat 100.17 7. Manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah, Al-Kahfi ayat 54.18 8. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, mendapat kebaikan amat kikir, Al-Maarij ayat 19-21.19 Setelah melihat manusia dari segi positif dan negatif maka peran manusia digambarkan Allah mempunyai kebajikan dan kejahatan, Al-Quran menghargai mereka setinggi langit dan pada saat yang sama merosotkan mereka ketingkat yang paling rendah, setengah dipuji dan setengah dikutuk, manusia memiliki segala kesempurnaan yang potensial dan mereka harus mengarahkan diri mereka untuk menerapkan kecenderungan ini kedalam pentas tindakanpersyaratan awal untuk mencapai kesempurnaan semacam itu adalah keyakinan, yang merupakan langkah dasar menuju kealiman, amal shaleh dan kerja keras dijalan Allah,
12 13

Al Ahzab ayat 72. Al-Hajj ayat 66. 14 Al-Alaq ayat 6-7. 15 Al-Isra ayat 11. 16 Yunus ayat 12, 17 Al Isra ayat 100. 18 Al-Kahfi ayat 54. 19 Al-Maarij ayat 19-21.

melalui keyakinan ilmu pengetahun diubah menjadi mesin yang bermanfaat sebagai pelawan bagi perangkat yang berbahaya, pengumbar nafsu.20 Dengan demikian memahami hakikat manusia dan Tuhan, diperlukan pemikiran dan keilmuan, perlu mempelajari filsafat sebab dengan berfilsafat maka ia menemui yang sesungguhnya sebuah kebenaran. Berfilsafat berarti mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.21. Disisi lain menunjukkan bahwa yang menjadi obyek filsafat adalah menelaah hakikat tentang Tuhan, tentang manusia dan tentang segala realitas yang nampak dihadapan manusia.22 Jelaslah bahwa wakil Allah, yang dipujikan oleh para malaikat dan yang berlimpahan dengan segala sesuatu serta kesempurnaan adalah manusia yang berkeyakinan bukan manusia tanpa keyakinan, manusia tanpa keyakinan adalah makhluk yang tragis dan tidak sempurna, makhluk hidup semacam ini menjadi serakah, pembunuh, loba dan kikir, mereka itu lebih hina daripada binatang. B. Memaknai Tuhan. Dalam pandangan agamawan terdapat naluri keberagaman dalam diri setiap insan, ia merupakan dorongan melakukan hubungan dengan suatu kekuatan yang diyakini maha agung, sebelum manusia mengenal peradaban mereka telah menemukan kekuatan itu, walau nama yang disandangkan untukNya beragam, misalnya Pengerak pertama, Yang Maha Mutlak, Pencipta Alam, Yang Maha Kuasa, Allah dan lainnya, karena Ia adalah fitrah maka tidak dapat dipisahkan dari manusia. Akal manusia sering ingin mengenal zat dan hakikatNya, bahkan ingin melihatNya dengan mata kepala, seakan akan Tuhan adalah sesuatu yang dapat terjangkau oleh panca indra.23 Ada hal yang sering terlintas dalam benak pikiran manusia apa dan siapa Tuhan? Jika kita ingin mengenalNya ada jalan yang tidak berliku-liku, tidak pula jauh jaraknya, Abu Bakar ra, ketika ditanya bagaimana beliau mengenal Tuhan, beliau menjawab, Aku Mengenal Tuhan melalui Tuhanku. Seandainya Dia tak ada, aku tak mengenalNya,

20 21

Murthadha Muthahhari. Manusia dan Agama.......................hal. 135. Poerwantana, Seluk-seluk Filsafat Islam, PT. Rosda, Bandung, 1988. 22 A. Mustofa, Filsafat Islam, Penerbit Pustaka Setia Bandung, Tahun 2007. 23 M. Quraish Shihab. Secercah Cahaya Ilahi, Penerbit, Mizan Media Utama. Bandung Tahun 2000. Hal 463.

selanjutnya ketika beliau ditanya Bagaimanan Anda MengenalNya, beliau menjawab ketidakmampuan mengenalnya adalah pengenalan maksudnya wujut dan keesaan Tuhan dapat ditemukan dalam jiwa setiap orang dan itulah bukti yang terkuat melebihi bukti-bukti yang dikemukakan oleh para filosof dan Teolog. Hal ini dipertegas oleh Allah dalam surat AlHajj ayat 73. Memang tidak semua manusia dapat puas dengan cara Abu Bakar mengenal Tuhan karena itu Tuhan harus diperkenalkan dengan cara lain selain cara tersebut, namun sebelumnya harus dicatat bahwa betapapun manusia berupaya, pasti pada akhirnya dia akan memperkenalkanNya dengan cara yang manusiawi yang tidak dapat terlepas dari unsur yang dikenalnya dalam hidup ini baik melalui pikiran, imajinasi maupun pengalamanpengalamannya sebab manusia tidak dapat melepaskan diri dari hal-hal tersebut. Tuhan yang diperkenalkan Alquran tentu saja diperkenalkannya sedemikian agar manusia dapat mengenal dan berinteraksi denganNya, takut, kagum, cinta dan memenuhi panggilanNya, namun pengenalan yang dilakukakn Alquran sangat unik dan mengagumkan. Allah tidak diperkenalkan sebagai sesuatu yang berasifat materi, sebab jika demikian pastilah Dia berbentuk dan bila berbentuk pasti terbatas dan membutuhkan ruang dan ini menjadikan Dia bukan Tuhan, sebab Tuhan tidak membutuhkan sesuatu dan tidak pula terbatas. 24 Seorang tokoh filsafat Islam di Dunia Timur yaitu Al-Kindi, menyebutkan bahwa Tuhan adalah Wujud yang haq (sebenarnya) yang tidak pernah tiada sebelumnya dan tidak akan pernah tiada selama-lamanya, Ia ada sejak awal dan akan senantiasa ada selamanya, Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak pernah didahului wujud yang lain, dan wujutNya tidak akan pernah berakhir serta tidak ada wujud lain melainkan dengan perantaraNya. Untuk membuktikan tentang wujud Tuhan, Al-Kindi berpijak pada adanya gerak, keanehan dan keteraturan alam sebagaimana argumen tadi yang sering dikemukakan oleh Filosof Yunani.25 Al-Razi seorang filosof Islam di Dunia Timur berpendapat tentang Tuhan bahwa, Tuhan bersifat sempurna, tidak ada kebijakan yang tidak sengaja, oleh karena itu ketidak sengajaan tidak bisa disifatkan kepadaNya, kehidupan berasal dariNya, sebagaimana sinar datang dari matahari. Tuhan menciptakan segala sesuatu tak ada yang bisa menandingi dan tak ada

24 25

M. Quraish Shihab. Secercah Cahaya.............Ibid.hal 465. A. Mustofo, Filsafat........................................hal 109.

10

yang bisa menolak kehendakNya, Tuhan maha mengetahui sesuatu tetapi ruh hanya mengetahui apa yang berasal dari eksperimen,26

Dalam memahami ilmu Ketuhanan oleh Al-Farabi membagikan menjadi tiga bagian: 1. Membahas semua wujud dan hal yang terjadi padanya sebagai wujud. 2. Membahas prinsip-prinsip Tuhan dalam ilmu-ilmu teori yaitu ilmu yang berdiri sendiri karena penelitiannya tentang wujud tertentu, seperti ilmu manteq (logika), matematika, atau ilmu falaq dan lainnya. 3. Membahas semua wujud yang tidak berupa benda-benda ataupun berada dalam benda-benda,27 Allah adalah Khalid, Maha Pencipta, maha segala-galanya, sedang alam hasil ciptaanNya termasuk manusia, tiap-tiap yang diciptakan pasti ada manfaatnya, jadi dalam memahami Rabbi tidak hanya dengan cara kacamata agama saja, tapi juga dengan segala daya upaya dan akal yang diberikanNya. Dalam kacamata Agama. Tuhan begitu dekat dengan alam misalnya Tuhan sering digambarkan sebagai yang bertanggung jawab atas turunya hujan, Tuhan menghidupkan bumi yang mati dan memancarkan mata air, Dia menumbuhkan bermacam-macam kebun buah dan bunga, Tuhan menyediakan air sumur setelah kering beberapa saat dan menumbuhkan untuk manusia berbagai macam sayur dan buahan, hewan dan lainya, semua itu digambarkan oleh agama sebagai hasil kerja Tuhan. Tuhan hanya dengan membaca kunfayakun maka terjadilah yang dikehendakiNya, berkerja melalui perantara seperti Malaikat dengan berbagai tugasnya, Jibril ditugasi untuk menyampai wahyu kepada Rasulnya, apapun sifat dasar hubungan Tuhan dengan alam langsung atau tidak langsung yang bahwa alam tidak pernah lepas atau merdeka dari kehendak dan kebijakan Tuhan, 28

26

A. Mustofo, Filsafat.......................................hal 120. A. Mustofo, Filsafat.............................hal 133. Mulyadhi Kartanegara. Pengantar Epistemologi Islam. Penerbit PT. Mizan. Bandug. Tahun 2003. hal 15.

27 28

11

Untuk memahami Allah, butuh keyakinan yang luar biasa terhadap ciptaanNya, hal ini pernah dilakukan oleh beberapa Nabi dan Rasul yang ingin bertemu dengan Allah diantaranya Nabi Musa yang pernah bertemu dengan Allah di bukit Tursina, Nabi Muhammad pada saat Isra dan miraj, dan lainnya, Dalam pemikiran pendidikan Islam Pola hubungan antara manusia dengan Tuhan harus dipahami dengan kemahakuasaan Allah terhadap ciptaanNya. Terutama dalam tasyahut dan ihksan, manusia harus yakin dan mengimani bahwa yang ghaib itu ada, seperti surga, neraka, alam barzah. Tuhan itu dekat dan barangsiapa yakin maka dilindungiNya. yakinlah Al-Quran itu adalah kalam atau wahyuNya, beriman kepada Allah, Rasul, Malaikat, Kitab, Hari Kiamat, Syurga, Neraka, Qadha dan Qadar adalah jalan menuju Allah. Sedangkan siklus kehidupan manusia mulai lauhul mahfud, Alam kandungan, Alam Dunia, Alam barzah, Alam Akhirat, Syurga dan Neraka adalah menuju Allah Azzawajalla. Adapun cara lain membuat kerangka hubungan manusia dengan Tuhan seperti sebuah kereta api berjalan dari sumbu A menuju sumbu Z, maka ia akan berhenti distasiun-stasiun tertentu sebelum tercapai tujuan akhirnya yaitu sumbu Z, hal ini dilakukan seseorang dengan cara melakukan kegiatan tertentu seperti orang sufi, melakukan hulul, yang dapat membawa ia ke stasiun tertentu, bila ia melakukan dengan serius dan rutinitas dalam hidunya maka ia menemuianya, ini dilakukan oleh orang tertentu diawali dengan beristikfar dengan sebanyak-banyaknya lalu dibaringi dengan zikir-zikir tertentu sehingga ia pana dan lenyap dengan zikirnya, dia akan menemui Allah dan akan terjadi kontak interaksi yang baik kepadaNya, karena tujuan manusia dalam pendidikan Islam adalah dapat menjadi insan kamil, sampai menghadap Tuhannya, sebab pengetahuan agama tidak hanya mengajarkan melatih melaksanakan ibadah, tapi membentuk kepribadian seseorang yang sesuai dengan ajaran Islam. Perlu diketahui bahwa pengintegrasian hubungan manusia dengan Tuhan diperlukan landasan pengetahuan sehingga kontak komunikasi dengan Tuhan terjadi dikala manusia yakin dan khusyuk dan bersahaja berhubungan secara lahiriah dan bathiniah.

12

PENUTUP. Kesimpulan 1. Memahami pola hubungan manusia dengan Tuhan adalah melalui ilmu pengetahuan terutama ilmu filsafat karena dengan berfilsafat hendaknya akan terjadi interaksi antara manusia dengan Tuhannya. 2. Pola hubungan manusia dengan Tuhan dapat terwujud dengan tiga cara pertama melalui Syahadat kedua melalui amalan ibadah maudhah dan khairumahdhah dan makin mendalam kita mengalinya maka makin dekat kita dengan Allah sebagai pencipta yang kuasa atas segala sesuatu yang diinginkannya, hanya dengan mengatakan kunfayakum maka terjadilah apa yang dikehendakiNya. Saran-Saran 1. Diharapkan bagi pembaca dapat memberikan kontribusi pemikiran yang bagus dan membangun untuk kesempurnaan pola hubunga antara manusia dengan Tuhannya. 2. Setiap manusia mempunyai kebatasan-kebatasan maka ilmu bagi yang mau mempelajari tidak ada batasan kecuali kematian menjemputnya, oleh karenanya orang bijak pernah berkata belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu belajar diwaktu dewasa bagaikan mengukir diatas air, maka tidaklah terlambat bagi yang mempelajari ilmu terutama ilmu mengenal Tuhan dan jalan menuju Tuhan.

13

14

You might also like