You are on page 1of 24

IMPAKSI WISDOM TOOTH RAHANG BAWAH

Disusun oleh: JESSICA LAWRENCE (406100130)

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT DAERAH KUDUS UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2010

IMPAKSI WISDOM TOOTH RAHANG BAWAH

PEMBIMBING drg. Siti Rochani

Disusun oleh: JESSICA LAWRENCE (406100130)

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT DAERAH KUDUS UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2010

LEMBAR PENGESAHAN IMPAKSI WISDOM TOOTH RAHANG BAWAH


Dipersiapkan dan disusun oleh: Jessica Lawrence (406100130)

Telah diuji tanggal: 27 Oktober 2010 Pembimbing

(drg. Siti Rochani)

Penguji

Penguji

(drg. Sam Permanatrini)

(drg. Malia Rustini, Sp.Ort)

Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah Kudus

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul Wisdom Tooth atau Gigi Geraham Bungsu guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran UNTAR di RSUD Kudus. Penulis menyadari bahwa banyak keterbatasan yang penulis miliki dalam penulisan tulisan ilmiah ini. Namun dengan bantuan, bimbingan, dorongan, dukungan, dan doa baik dari pembimbing, segenap keluarga, sahabat, juga berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. drg. Siti R. selaku pembimbing kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut di RSUD Kudus 2. drg. Sam P. selaku pembimbing kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut di RSUD Kudus 3. drg. Malia, Sp.Ort selaku pembimbing kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut di RSUD Kudus 4. Segenap paramedis di bagian Poliklinik gigi dan mulut RSUD Kudus 5. Rekan-rekan anggota kepaniteraan klinik bagian gigi dan mulut yang telah memberikan sumbangan, pikiran, motivasi, dan bantuan yang sangat berharga dalam penulisan referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna. Karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca umumnya. . Kudus, Oktober 2010

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi seringkali mengalami gangguan erupsi. Frekuensi gangguan erupsi terbanyak terjadi pada wisdom tooth baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Gigi dengan gangguan letak salah benih akan menyebabkan kelainan pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar lengkung yang benar atau bahkan terjadi impaksi. (drg. Istiati Soehardjo, 1996) Gigi dinyatakan impaksi apabila setelah mengalami pembentukan akar sempurna, gigi mengalami kegagalan erupsi ke bidang oklusal. Berdasarkan teori filogenik, gigi impaksi terjadi karena proses evolusi mengecilnya ukuran rahang sebagai akibat dari perubahan perilaku dan pola makan pada manusia. (Tetsch P. dan Wagner W., 1982) Apabila wisdom tooth rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyah dan sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa resorbsi patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikular, rasa sakit neuralgik, perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat lemahnya rahang dan gigi anterior berdesakan akibat tekanan gigi impaksi ke anterior. (Schuurs AHB., 1988) Dapat pula terjadi periostitis, neoplasma, komplikasi sistemik, dan komplikasi lokal. (Hasyim dan Raimud D., 1992) B. Definisi Wisdom Tooth Wisdom tooth adalah gigi geraham bungsu atau gigi molar tiga dari seri gigi geraham atau molar pada lengkung rahang. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Online, wisdom tooth didefinisikan sebagai gigi geraham bungsu karena gigi ini merupakan gigi yang terakhir erupsi atau tumbuh pada saat usia 16-18 tahun. Periode ini merupakan suatu masa saat seseorang telah dianggap dewasa dan mulai bijaksana. Menurut drg. Djoko Micni SpBM,FICOI, dari sinilah istilah wisdom ini muncul.

Filosofi Jawa menyebut istilah khusus untuk gigi molar ketiga mandibula yaitu bam wekas atau geraham terakhir. Orang Jawa meyakini bila bam wekas atau geraham terakhir tersebut keluar, berarti pamornya telah pecah. (Prof. drg. Soelistiono, 2010)

Gambar I.1: Wisdom Tooth atau Gigi Geraham Bungsu atau Gigi Molar Tiga

C. Prevalensi Erupsi wisdom tooth atau gigi molar tiga umumnya akan selesai pada usia 20-24 tahun. Namun, satu atau beberapa gigi molar tiga mengalami kegagalan erupsi pada 1:4 orang dewasa. Menurut beberapa penelitian longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan sebesar 3050% untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam serangkaian penelitian di Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8%. (Prosedur Standar Odontektomi Gigi Impaksi dalam http://images.dentistalit. multiply.multiplycontent.com/) Impacted wisdom tooth atau gigi molar tiga yang impaksi sering dijumpai pada penderita dari kalangan usia 20-30 tahun. Insiden pencabutan wisdom tooth ini diestimasi terjadi pada 4:1000 orang di Inggris dan Wales, menjadikan operasi pencabutan ini sebagai 10 teratas perawatan pasien dan prosedur harian bagi para dokter ahli bedah mulut. Dalam sebuah laporan tahun 1994, daftar pasien dalam daftar tunggu operasi di Swedia sempat mencapai 90%. Namun angka operasi pencabutan ini semakin berkurang, mungkin disebabkan karena pengarahan yang baik sejak dini. (Thomas B Dodson dan Srinivas M Susarla, 2009) D. Klasifikasi Wisdom Tooth Rahang Bawah Untuk kebutuhan dan keberhasilan dalam perawatan wisdom tooth atau gigi geraham bungsu maka diciptakan berbagai jenis klasifikasi dari wisdom tooth

tersebut. Diantaranya yang sudah umum dijumpai yaitu klasifikasi menurut George Winter dan Pell dan Gregory. (Nurul Fadilah Rery, dkk., 2010) 1. Klasifikasi Menurut George Winter Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Wisdom tooth atau gigi geraham bungsu atau gigi molar ketiga digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Posisi-posisi tersebut meliputi: a. Vertikal b. Horizontal c. Inverted d. Mesioangular (miring ke mesial) e. Distoangular (miring ke distal) f. Bukoangular (miring ke bukal) g. Linguoangular (miring ke lingual) h. Posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position. (Nurul Fadilah Rery, dkk., 2010)

Gambar I.2: Impaksi Vertikal menurut George Winter

Gambar I.3: A. Mesial Impaction (mesioangular), B. Horizontal Impaction, C. Distal Impaction (distoangular) menurut George Winter

2. Klasifikasi Menurut Pell dan Gregory Klasifikasi menurut Pell dan Gregory digolongkan berdasarkan letak wisdom tooth atau gigi molar tiga di dalam rahang bawah. Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal. Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua. Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal molar kedua. (Nurul Fadilah Rery, dkk., 2010)

Gambar I.4: Posisi A, B dan C menurut Pell dan Gregory

E. Permasalahan Wisdom tooth atau yang sering kita kenal dengan sebutan gigi geraham bungsu ini ternyata sering sekali menimbulkan masalah pada saat usia menjelang remaja. Wisdom tooth ini juga merupakan salah satu alasan utama pasien untuk menemui dokter gigi. Agar keadaan ini bisa ditangani dengan tepat maka perlu dibahas lebih lanjut. Adapun yang menjadi permasalahan adalah apakah yang menjadi etiologi terjadinya impaksi pada wisdom tooth rahang bawah, masalahmasalah lokal dan sistemik yang ditimbulkan wisdom tooth rahang bawah, serta penatalaksanaan dan komplikasi yang mungkin dijumpai.

BAB II PEMBAHASAN
A. Etiologi Terjadinya Impaksi pada Wisdom Tooth Rahang Bawah Menurut WebMD (2010), penyebab terjadinya impaksi pada wisdom tooth rahang bawah ialah 1. Penggunaan gigi dalam pengunyahan yang tidak maksimal 2. Posisi gigi tetangga atau gigi molar kedua yang tidak normal 3. Kepadatan tulang atau jaringan lunak berlebih yang menutupinya. Pada kebanyakan kasus, rahang seringkali tidak cukup besar untuk menampung wisdom tooth ini sehingga tidak dapat tumbuh sepenuhnya atau tetap berada di bawah gusi atau di dalam tulang. Keadaan inilah yang disebut impaksi (Lihat: Gambar II.1). Impaksi adalah suatu keadaan di mana gigi mengalami hambatan dalam arah erupsinya atau tumbuhnya, sehingga tidak dapat posisi yang seharusnya. (Dr. DRozario, 2010) mencapai

Gambar II.1: Impaksi Wisdom Tooth

Impaksi wisdom tooth (gigi geraham bungsu) rahang bawah dapat timbul dalam berbagai posisi, bisa benar-benar terperangkap dan berada dalam gusi atau tulang, sehingga tidak nampak bila dilihat dalam mulut. Atau bisa juga sudah menembus gusi tapi hanya tumbuh separuh jalan. Arahnya bisa horizontal, miring

dengan mahkota ke arah gigi molar dua atau sebaliknya, atau malah menghadap ke arah dalam atau ke luar rahang. (Medis A-Z, 2010)

Gambar II.2: Berbagai Posisi Impaksi Gigi Bungsu

Seorang ahli bernama Ricketts (1980) menyatakan bahwa evolusi manusia menyebabkan berkurangnya ukuran rahang yang berhubungan dengan kondisi dan kebiasaan diet atau makanan. Jadi ukuran rahang manusia cenderung makin kecil sehingga kasus wisdom tooth rahang bawah yang impaksi cenderung meningkat. (Ima Nurhikmah, 2010) Berdasarkan hasil penelitian dengan membandingkan orang zaman purba dan orang modern, dikatakan bahwa orang zaman purba terbiasa makan makanan yang keras sehingga penggunaan gigi dalam pengunyahan sangat maksimal, hal ini yang merangsang pertumbuhan tulang rahang yang lebih besar, sehingga memberikan lebih banyak ruang untuk gigi bungsu. Sedangkan saat ini, kebanyakan orang lebih sering makan makanan yang lunak. (Gigi Bungsu, Gigi yang Paling Sering Impaksi dalam http://kesehatan.myhendra.web.id/) B. Masalah-Masalah Sistemik dan Lokal yang Ditimbulkan oleh Wisdom Tooth Rahang Bawah yang Impaksi 1. Masalah-masalah sistemik yang umumnya timbul pada wisdom tooth rahang bawah yang impaksi, yaitu: a. sakit kepala (Gambar II.3) b. telinga berdengung (Gambar II.3) c. sakit leher (Gambar II.3) d. rematik e. kencing manis f. gangguan jantung g. gangguan pada kulit

h. badan cepat lelah (drg. Djoko Micni,SpBM,FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010) Dengan adanya masalah-masalah sistemik tersebut di atas, maka wisdom tooth rahang bawah mulai dicurigai sebagai penyebab, sehingga penderita dirujuk ke dokter gigi. (drg. Djoko Micni,SpBM,FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010)

Gambar II.3: Masalah Sistemik yang Timbul Akibat Erupsi Wisdom Tooth Rahang Bawah

2. Masalah-masalah lokal yang timbul akibat erupsi atau tumbuhnya wisdom tooth rahang bawah yang impaksi adalah a. Karies gigi. Wisdom tooth rahang bawah yang tumbuh ke arah gigi molar dua dengan posisi mahkota yang miring dan bersandar pada mahkota gigi molar dua, menyebabkan sisa makanan dan plak mudah menumpuk di tempat tersebut. Oleh karena itu, gigi-gigi tersebut akan lebih mudah terkena karies akibat sulitnya pembersihan pada daerah tersebut. (Medis AZ, 2010) b. Rasa sakit dan kerusakan pada gigi molar dua karena tertekan wisdom tooth. (Medis A-Z, 2010)

Gambar II.4: Wisdom Tooth Rahang Bawah Mendesak Gigi Molar Dua

c. Berjejalnya gigi lain dalam lengkung rahang. Karena pada saat wisdom tooth rahang bawah bergerak untuk tumbuh, gigi-gigi lain akan terdorong dan adanya sedikit perubahan posisi yang disebabkan oleh gerakan wisdom tooth tersebut. (Medis A-Z, 2010) d. Perikoronitis atau peradangan di sekitar mahkota gigi. Perikoronitis terjadi pada tahap erupsi saat folikel gigi terbuka dan berkontak dengan cairan rongga mulut. Pada wisdom tooth rahang bawah yang hanya tumbuh sebagian di atas gusi, akan menyebabkan mudah masuknya makanan ke celah gusi dan berkumpulnya bakteri di tempat tersebut. Ini akan menyebabkan terjadinya infeksi pada gusi, sehingga tampak adanya pembengkakan gusi pada daerah tersebut, rasa sakit, dan bau mulut. Bahkan pada infeksi yang cukup berat dapat menyebabkan kesulitan dalam membuka mulut. (Medis A-Z, 2010)

Gambar II.5(a): Impaksi Wisdom Tooth Rahang Bawah Menyebabkan Perikoronitis

Gambar II.5(b): Impaksi Wisdom Tooth Rahang Bawah Menyebabkan Perikoronitis

e. Kista. Pada beberapa kasus, wisdom tooth rahang bawah yang dibiarkan dalam keadaan impaksi dapat menyebabkan terbentuknya kista dan menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada rahang dan gigi tetangganya. (Medis A-Z, 2010)

Gambar II.6: Impaksi Wisdom Tooth Rahang Bawah Menyebabkan Terbentuknya Kista

f. Tumor atau Karsinoma. Pada kasus yang sangat jarang, tumor dapat tumbuh dan menyebabkan kerusakan tulang rahang apabila tumor tersebut berkembang lebih besar. (IOSC, 2009)

Gambar II.7: Tumor pada Wisdom Tooth

C. Diagnosis Impaksi Wisdom Tooth (Gigi Geraham Bungsu) Rahang Bawah 1. Pemeriksaan Klinis Adanya wisdom tooth rahang bawah yang impaksi dapat diketahui karena adanya keluhan, namun tidak semua wisdom tooth rahang bawah yang impaksi menimbulkan keluhan. Untuk mengetahui ada atau tidaknya wisdom tooth rahang bawah yang impaksi dapat diketahui dengan pemeriksaan klinis, meliputi: (Nurul Fadilah Rery, dkk., 2010) a. Keluhan Keluhan yang ditemukan dapat berupa: 1) Perikoronitis Perikoronitis dengan gejala-gejala seperti: a) rasa sakit di region tersebut b) pembengkakan c) bau mulut d) pembesaran limfenode submandibular 2) Karies pada gigi tersebut dengan gejala: pulpitis, abses alveolar yang akut. Apabila wisdom tooth mendesak gigi tetangganya, dapat terjadi periodontitis. b. Pemeriksaan Ekstra Oral Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah: 1) Adanya pembengkakan 2) Adanya pembesaran limfenode (KGB) 3) Adanya parestesi c. Pemeriksaan Intra Oral Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah: 1) Keadaan gigi, erupsi atau tidak 2) Adanya karies, perikoronitis 3) Adanya parestesi 4) Warna mucosa bukal, labial dan gingival 5) Adanya abses gingival 6) Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetangga 7) Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)

2.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan radiografik panoramik untuk melihat posisi gigi molar. (drg. Djoko Micni,SpBM,FICOI dan drg.Yeanne Rosseno, 2010) Kalsifikasi wisdom tooth rahang bawah terjadi mulai umur 9 tahun dan mahkota gigi selesai terbentuk umur 12-15 tahun. Jadi wisdom tooth rahang bawah sudah dapat dilihat melalui rontgen pada umur 12-15 tahun walaupun gigi tersebut belum tumbuh. (drg. Djoko Micni,SpBM,FICOI dan drg.Yeanne Rosseno, 2010)

Gambar II.8: Rontgen Pasien Menunjukkan Adanya Wisdom Teeth

D. Penatalaksanaan Wisdom Tooth (Gigi Geraham Bungsu) Rahang Bawah 1. Pre Operatif Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pasien sebelum melakukan operasi pencabutan wisdom tooth rahang bawah: (John E Griffin, Jr. DMD, 2004) Pasien perlu menentukan jadwal operasi dengan dokter gigi terlebih dahulu sebelum melakukan operasi. Pasien dan dokter gigi membahas tentang resiko-resiko yang dapat timbul akibat operasi sebelum pelaksanaan operasi dilakukan dan pasien perlu menandatangani informed consent. Pasien tidak dianjurkan untuk mengemudi setelah selesai menjalankan operasi karena efek samping (rasa sakit) yang

dirasakan post operasi dapat mengganggu konsentrasi pasien saat mengemudi. Pasien dianjurkan untuk tidur yang cukup pada malam hari sebelum operasi. Pasien tidak dianjurkan untuk makan dan minum setelah tengah malam di malam sebelum melakukan operasi. Jika pasien perlu minum obat, pasien dianjurkan untuk minum dengan sedikit air. Pasien dianjurkan untuk tidak memakai contact lens dan pakaian yang tidak nyaman. 2. Operatif 2.1. Pencabutan Pencabutan wisdom tooth rahang bawah yang impaksi dapat dilakukan antara umur 12-18 tahun atau setelah gigi molar kedua tumbuh. Persiapannya dilakukan rontgen foto sebelum dilakukan pencabutan. Pencabutan biasa dilakukan dengan cara odontektomi atau operasi pengangkatan gigi. Pencabutan gigi geraham bungsu pada usia 12-18 tahun dikenal dengan pencabutan preventif dan ini sangat dianjurkan mengingat pada usia tersebut akar gigi masih pendek sehingga memudahkan operasi dan mempercepat waktu penyembuhan dan menghindari terkenanya saraf pada rahang. (drg. Djoko Micni,SpBM,FICOI dan drg.Yeanne Rosseno, 2010).

Gambar II.9(a): Akar Gigi Wisdom Tooth Rahang Bawah yang Masih Pendek

Gambar II.9(b): Wisdom Tooth Rahang Bawah yang Mulai Tumbuh

2.2 Prosedur Odontektomi Prosedur odontektomi yang umumnya dilakukan pada pencabutan wisdom tooth rahang bawah sebagai berikut: (Nurul Fadilah Rery, dkk., 2010) a.Anestesi Anestesi yang digunakan dapat berupa anestesi lokal (pada pasien yang memiliki keadaan umum baik atau normal dan keadaan mental yang baik) atau anestesi umum (pada pasien yang gelisah). b. Teknik operasi 1) Membuat insisi untuk pembuatan flap Harus membuka daerah operasi dengan jelas Insisi terletak pada jaringan yang sehat Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga pengaliran darah ke flap cukup baik. 2) Pengambilan tulang yang menghalangi gigi 3) Pengambilan gigi Pengambilan gigi dapat dilakukan secara : Intoto (utuh) Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga didapatkan cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan gerakan mengungkit gigi tersebut.

In separasi (terpisah) Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi tersebut diambil dengan cara diambil sebagian-sebagian (dibelah terlebih dahulu).

4) Pembersihan luka Setelah gigi dikeluarkan, socket harus benar-benar dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ harus dibersihkan atau diirigasi dengan air garam fisiologis 0,9% karena jika masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual. 5) Flap dikembalikan pada tempatnya dan dijahit. 3. Post Operatif (Perawatan) Setelah operasi wisdom tooth rahang bawah, pasien akan mengalami pembengkakan 3-4 hari yang merupakan reaksi normal dari tubuh untuk penyembuhan. Pasien tidak perlu khawatir karena pembengkakan yang tidak disertai demam bukan merupakan gejala infeksi dan pembengkakan ini akan hilang tanpa meninggalkan bekas. (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010) Pasien yang menjalani operasi gigi geraham bungsu cukup mendapat antibiotika, analgetik atau penahan sakit dan obat anti inflamasi atau anti radang. Selama pembengkakan, pasien dapat makan (lunak), beraktivitas sehari-hari seperti sekolah atau bekerja. Setelah satu minggu benang jahitan dapat dibuka dan obat sudah dapat dihentikan. (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010) Dengan demikian pencabutan wisdom tooth rahang bawah merupakan tindakan yang bijaksana untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk dan kekhawatiran akan efek operasi tidak akan terjadi sebab dilakukan pada usia yang tepat. (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010)

E. Komplikasi Post Odontektomi Keluhan yang umumnya dirasakan pasien post Odontektomi ialah rasa sakit, edema, dan pendaharan. Keluhan-keluhan ini adalah normal, akan tetapi apabila berlebihan, perlu ditinjau lagi apakah termasuk morbiditas yang biasa ataukah komplikasi. (Dhini, 2010) Tanpa memandang pengalaman dokter gigi, kesempurnaan persiapan dan keterampilan, komplikasi masih bisa terjadi pada situasi perawatan tertentu. Karena itu komplikasi tertentu kadang-kadang tidak terhindarkan, namun harus dapat ditangani. (Nurul Fadilah Rery,dkk., 2010) Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi post Odontektomi wisdom tooth di rahang bawah: a. Fraktur mandibula Fraktur mandibula immediate atau late jarang terjadi namun tergolong sebagai komplikasi utama. Komplikasi tersebut terjadi jika tulang tidak cukup kuat untuk menahan tekanan yang digunakan. Berkurangnya kekuatan tulang dapat disebabkan oleh atrofi fisiologis, osteoporosis, atau proses patologis, dapat juga terjadi akibat pembedahan. Karena memiliki tekanan mastikasi yang lebih besar, pria cenderung mengalami late fracture. Fraktur intraoperatif terjadi akibat instrumentasi yang tidak tepat dan tekanan yang berlebihan pada tulang. Sebagian besar late fracture terjadi selama proses pengunyahan, 13 sampai 21 hari setelah pembedahan. Selama periode tersebut, jaringan granulasi tergantikan oleh jaringan ikat dalam socket alveolar. b. Pendarahan, terlukanya arteri alveolaris inferior c. Operasi tidak bersih sehingga dapat menjadi kista yang berlanjut menjadi tumor dan dapat juga menyebabkan osteomyelitis d. Trauma pada gigi molar dua e. Terlukanya nervus alveolaris inferior sehingga terjadi parestesi. (Nurul Fadilah Rery,dkk., 2010) F. Tips Mengantisipasi Kegagalan Pencabutan Wisdom Tooth Rahang Bawah

Setiap tindakan operasi wisdom tooth rahang bawah mengandung resiko timbulnya komplikasi, dari yang sifatnya sederhana atau sementara seperti pembengkakan, pendarahan, nyeri sampai pada komplikasi yang lebih berat atau permanen seperti paresthesia atau gangguan saraf perasa sampai fraktur tulang rahang. (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI, 2010) Semuanya ini bisa diantisipasi atau dihindari dengan cara: (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI, 2010) 1. Pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh: lakukan pemeriksaan laboratorium darah, pemeriksaan radiologis baik panoramic maupun CT scan dental. (melihat jarak antara gigi dengan saraf) 2. Lakukan operasi gigi dengan odontektomi sedini mungkin antara usia 12-18 tahun dengan pertimbangan profilaksis karena saat usia ini akar gigi belum terbentuk sempurna sehingga proses pengangkatan menjadi lebih mudah dan terhindar dari kemungkinan trauma pada saraf (karena jarak gigi dengan saraf jauh). 3. Prosedur operasi yang asepsis dan antisepsis dengan kontrol sterilisasi yang optimal. 4. Untuk kasus-kasus tertentu, yaitu pada pasien yang gelisah, maka operasi dapat dilakukan dengan bantuan anestesi umum. Dengan pemahaman yang lebih dalam dan luas, wisdom tooth rahang bawah bukan lagi masalah yang rumit untuk diatasi. (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI, 2010)

BAB III KESIMPULAN

Wisdom tooth atau gigi geraham bungsu atau gigi molar tiga merupakan gigi yang paling sering impaksi. Gigi impaksi adalah suatu keadaan dimana gigi mengalami hambatan dalam arah erupsinya atau tumbuhnya, sehingga tidak dapat mencapai posisi yang seharusnya. Penyebab atau etiologi gigi impaksi pada wisdom tooth rahang bawah ada beberapa hal, namun umumnya dikarenakan kurangnya tempat untuk erupsi bagi gigi tersebut dalam lengkung rahang, sehingga erupsinya terhalang dan mengganggu gigi tetangga. Dapat juga disebabkan oleh penggunaan gigi dalam pengunyahan yang tidak maksimal, posisi gigi tetangga atau gigi molar kedua yang tidak normal, dan kepadatan tulang atau jaringan lunak berlebih yang menutupinya. Wisdom tooth rahang bawah yang impaksi sering menimbulkan masalahmasalah pada penderitanya yaitu masalah sistemik dan lokal. Masalah sistemik yang umumnya timbul akibat impaksi wisdom tooth rahang bawah yaitu: sakit kepala, telinga berdengung, sakit leher, rematik, kencing manis, gangguan jantung, gangguan pada kulit, badan cepat lelah atau gejala-gejala lain pada tubuh yang tidak bisa diobati. Masalah lokal yang sering terjadi akibat impaksi wisdom tooth rahang bawah seperti karies gigi, perikoronitis, kista, tumor atau karsinoma. Penatalaksanaan wisdom tooth rahang bawah yaitu dilakukan pencabutan dengan cara Odontektomi. Namun dalam pelaksanaan pembedahan ini, para dokter gigi harus mempertimbangkan komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi post Odontektomi sehingga pelaksanaannya harus dilakukan dengan tepat. Keluhan yang umumnya dirasakan pasien post Odontektomi ialah rasa sakit, edema, dan pendaharan. Namun dalam beberapa kasus, dapat pula terjadi komplikasi-komplikasi yang patut diperhatikan seperti fraktur mandibula, pendarahan, osteomyelitis, trauma gigi molar dua, dan parestesi. Beberapa tips untuk mengantisipasi kegagalan pencabutan wisdom tooth rahang bawah di antaranya melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk mengetahui posisi erupsi dan jarak antara gigi dan saraf, pencabutan wisdom tooth rahang bawah 5sedini mungkin antara usia 12-18 tahun karena akar belum terbentuk sempurna dan menggunakan prosedur operasi yang antiseptis.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Gigi Bungsu, Gigi yang Paling Sering Impaksi. Diakses: pada 30 September 2010 pukul 15.30 dalam: http://kesehatan.myhendra.web.id/

Anonim. Kamus Bahasa Indonesia Online. Diakses: pada 1 Oktober 2010 pukul 17.10 dalam: www.KamusBahasaIndonesia.org Anonim. Prosedur Standar Odontektomi Gigi Impaksi. Diakses: pada 7 Oktober 2010 pukul 15.30 dalam: http://images.dentistalit.multiply.multiplyconte nt.com/ Dhini. Komplikasi Langka Akibat Pembedahan Gigi Molar Tiga. Diakses: pada 3 Oktober 2010 pukul 14.00 dalam: http://doktergigimuda.com/?p=16 Dodson BT dan Susarla SM. 2009. Impacted wisdom teeth. Diakses: pada 7 Oktober 2010 pukul 16.00 dalam: http://clinicalevidence.bmj.com/ceweb/ conditions/orh/ DRozario, R. Wisdom Teeth. Diakses: pada 30 September 2010 pukul 18.00 dalam: http://www.omfsurgeon.com.au/wisdom.htm Hasyim dan Raimud D. Keberhasilan tindakan bedah gigi molar tiga bawah impaksi dengan modifikasi flap: pengalaman klinik. Semarang: Kumpulan Makalah Ilmiah Kongres PDGI XVIII. 1992. h.192. Diakses: pada 2 Oktober 2010 pukul 15.30 dalam: http://www.usu.ac.id/ IOSC. Pembuangan Gigi Bungsu. Diakses: pada 5 Oktober 2010 pukul 22.30 dalam: http://www.iosc.com.sg/id/id_wisdom_tooth_removal John E Griffin. Jr., Wisdom Teeth. Diakses: pada 28 Oktober 2010 pukul 19.00 dalam: http://www.ofsc.info/public/procedures/wisdom_teeth.html Medis A-Z. Gigi & Mulut Impaksi Molar Tiga. Diakses: pada 30 September 2010 pukul 18.20 dalam: http://klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/19/ impaksi-molar-tiga#dua Micni, Djoko. Wisdom Tooth (Gigi Geraham Bungsu). Diakses: pada 2 Oktober 2010 pukul 15.00 dalam: http://www.dentiadental.com/2010/articles/ wisdomtooth-gigi-geraham-bungsu/ Micni, Djoko dan Rosseno, Yeanne. Gigi Geraham Bungsu, Perlukah Dicabut?. Diakses: pada 3 Oktober 2010 pukul 13.00 dalam: http://www.dentiadental.com/articles/gigi-geraham-bungsu-perlukah-dicabut/ Nurhikmah, Ima. Gigi Geraham Bungsu. Diakses: pada 6 Oktober 2010 pukul 20.00 dalam: http://ummusilmi.blogspot.com/2010/07/gigi-geraham-bung su.html Rery NF, Izzati N, Irawan A, Sastia R, Yuniar M, Fatimah F, Zoraya SI, Valentina W, Iskantiwi MS, Paramitha SD, Delpinia T, dan Hemilia I. 2010. Gigi Impaksi. Diakses: pada 2 Oktober 2010 pukul 17.00 dalam:

http://www.scribd.com/doc/27547187/Bab-II-Pembahasan-Gigi-ImpaksiKelompok-i-Bedah-Mulut-Kedokteran-Gigi-Unsri Schuurs AHB. 1988. Patologi gigi geligi: Kelainankelainan jaringan keras gigi. Sutatmi Suryo, editor. Gebitspathologie: afwijikingen van de hardetandweefsels. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1993. h.12528. Diakses: pada 2 Oktober 2010 pukul 19.00 dalam: http://digilib.undip.ac.id/pustaka/index.php Soehardjo, Istiati. Hubungan antara molar ketiga impaksi dengan imunilogik psikoneurotik dan psikoneuroimunologik. Majalah Ilmiah KG, FKG USAKTI 1996; 2 (Edisi Khusus Foril V): 630. Diakses: pada 1 Oktober 2010 pukul 17.30 dalam: http://top-pdf.com/impaksi.html Soelistiono. Gigi Geraham Bungsu Sebabkan Gangguan Keharmonisan Alat Pengunyah. Diakses: pada 3 Oktober 2010 pukul 14.20 dalam: http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1121 Tetsch P. dan Wagner W. 1982. Pencabutan gigi molar ketiga. Agus Djaya, editor. Operative extraction of wisdom teeth. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1992. h. 1-130. Diakses: pada 30 September 2010 pukul 16.50 dalam: http://opac.unpad.ac.id/result.aspx?letter=Pclue=penerbit&&fm_p=703 WebMD. Dental Health and Wisdom Teeth. Diakses: pada 30 September 2010 pukul 15.40 dalam: http://www.webmd.com/oral-health/guide/wisdom-teeth

You might also like