Professional Documents
Culture Documents
VERTIGO
PENDAHULUAN
Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa sensasi berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi kepala. Sensasi berputar yang dapat terjadi kapanpun, meski tubuh kita dalam keadaan berdiri tegak.
DEFINISI
Alat vestibuler terletak di telinga dalam (labirin), mempunyai andil 55% dalam patofisiologi alat keseimbangan tubuh.
Ada dua jenis organ sensoris di dalam labirin, yaitu pendengaran dan keseimbangan yang merupakan sel berambut.
Alur perjalanan informasi berkaitan dengan fungsi alat keseimbangan tubuh 1. Tahap Transduksi Rangsangan gerakan diubah oleh reseptor vestibuler, reseptor visus, reseptor propioseptik, menjadi impuls saraf. 2. Tahap Transmisi Impuls dihantarkan oleh saraf aferen vestibularis menuju ke otak dengan neurotransmitternya glutamat.
Tahap Modulasi
3. Tahap Modulasi
Dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga pusat alat keseimbangan tubuh, antara lain : Inti vestibularis,Hipotalamus, Vestibuloserebelum, Formatio retikularis, Inti kulomotorius, Korteks prefrontal dan limbik 4. Tahap Persepsi Tahap ini belum diketahui lokasinya.
PATOFISIOLOGI
1.
Teori rangsang berlebihan (overstimulation). Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2.
Teori konflik sensorik. Terjadi ketidakseimbangan antara reseptor vestibularis, reseptor pengelihatan, dan reseptor propioseptik
PATOFISIOLOGI
3.
Teori neural mismatch. Teori ini menyebutkan bahwa otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada saut saat dirasakan gerakan yang aneh/ tidak sesuai dengan pola gerakan yang tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.
PATOFISIOLOGI
4.
Teori otonomik Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi;gejala klinis timbul jika sistem simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistem parasimpatis mulai berperan.
PATOFISIOLOGI
5.
Teori neurohumoral. Diantaranya histamin, dopamin dan serotonin yang masing-masing menekankan peranan neurotransmitter tertentu dalam mempengaruhi sistem saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6.
Teori sinap.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor); peningkatan CRF akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistem saraf parasimpatis.
Persepsi
Talamus
Nukleus Vestibularis
Serebelum
Oliva Inferior
Integrasi
Kornu Anterior
Nukleus Okulomotorius
Resepsi
Vertigo Vestibular
Rasa Berputar " True Vertigo" Episodik (+) (+)/(-) Gerakan kepala (-)
Vertigo Non Vestibular Melayang, Hilang keseimbangan, Lightheaded Kontinyu (-) (-) Gerakan obyek visual Ramai orang, lalu lintas macet , supermarket
Serangan Mual/Muntah
Gangguan pendengaran
Tipe Sentral
Lebih lambat Ringan (-) (-) (-) (+)
PENYEBAB VERTIGO
Berdasarkan anatominya : 1. Vertigo non-sistematis Yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem saraf pusat, bukan oleh kelainan sistem vestibular perifer. Kelainan dapat terjadi pada : mata, propioseptik, sistem saraf pusat, kelaina endokrin, kelainan psikoneurosis
2. Vertigo sistematis Yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem vestibular (yaitu labirin, nervus VIII atau inti vestibularis). Kelainan dapat terjadi pada : - Telinga - N.VIII - Inti Vestibularis
Vertigo Paroksismal
Serangan mendadak, beberapa menit atau hari, hilang sempurna, bisa muncul kembali, diantara serangan bebas sama sekali Vertigo jenis ini : 1. Vertigo dengan keluhan telinga. Sindroma Meniere, Morbus Meniere, Arakhnoiditis ponto serebelaris, Sindroma Lermoyes, serangan iskemia sepintas arteria vertebralis, Sindroma Cogan, tumor fossa kranii posterior, kelainan gigi/odontogen.
2. Vertigo tanpa keluhan telinga. Iskemia sepintas arteria vertebro basilaris, Epilepsi, lesi lambung, ekuivalen migren, vertigo pada anak (vertigo de L enfance), labirin picu (Trigger Labyrinthyh).
3. Perubahan posisi. Vertigo posisional paroksismal yang laten Vertigo posisional paroksismal benigna
Vertigo Kronis
Menetap lama, konstan tidak ada serangan akut 1. Disertai keluhan telinga : Otitis Media Kronika, Meningitis TBC, Labirinitis kronika, Lues serebri, tumor erebelopontin.
2.
Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, Ensefalitis pontis, Sindroma pasca komosio, Pelagra, Siringobulbi, Sklerosis multiple, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan endokrin, kelainan kardiovaskuler.
Vertigo Akut
Berangsur-angsur berkurang, tidak bebas total.
DIAGNOSIS :
Anamnesa memastikan keluhan Memastikan jenis dan letak lesi Mencari penyebabnya Melakukan pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Adanya keluhan telinga. Rasa telinga tertutup, tuli, infeksi, tinitus. Adanya keluhan yang lain. Kepribadian, kelainan neurologis. Adanya riwayat intoksikasi Obat antikonvulsan, alkohol, streptomisin, antihipertensi, penenang, kinin dll.
UMUM :
Uji Romberg
2.
Tandem gait.
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/ kanan ditegakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibular perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebelar penderita akan cenderung jatuh.
3.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan Pada kelainan vestibular posisi penderita akan menyimpang ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram, kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua tangan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisis lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi
4.
Past-pointing test
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibular akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
5.
Fukuda test
Dengan mata tertutup pasien berjalan di tempat sebanyak 50 tindak. Setelah itu diukur sudut penyimpangan kedua kaki. Normal sudut penyimpangan tidak lebih dari 30 derajat
di
pendengaran,
Fungsi Vestibuler.
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike 2. Tes Kalori 3.Elektronistagmogram
Fungsi Pendengaran
1.Tes Garputala
2. Audiometri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG), Brainstem Audiotory Evoked Potential (BAEP)
Neuroimaging
PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN KAUSAL
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui sebabnya, kalaupenyebabnya diketahui pengobatan kausal merupakan pilihan utama
PENGOBATAN SIMPTOMATIK Pengobatan ini ditujukan pada dua gejala utama yaitu rasa vertigo ( berputar, melayang ) dan gejala otonom (mual, muntah) Gejala yang paling berat pada vertigo vestibuler fase akut, menghilang beberapa hari karena ada kompensasi
PENGOBATAN REHABILITATIF
Untuk mempercepat penyembuhan program rehabilitasi yang berupa vestibular exercise, harus segera dilakukan begitu keluhannya berkurang. Tujuan latihan tersebut adalah untuk melatih mata dan otot tubuh, dengan koordinasi dari sentral, untuk menggunakan rangsangan visual dan propioseptik mengkompensasi rangsangan vestibular yang hilang.
Untuk pengobatan rehabilitatif ini diberikan latihan yang disebut latihan vestibuler : A. Metoda Brandt-Daroff, untuk pengobatan Benign paroxysmal positional vertigo (lihat gambar)
Pada pasien yang masih berbaring : Melirik ke atas, ke bawah, ke samping kiri, kanan, selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang digerakan pada jarak 30 cm, mula-mula lambat makin lama makin cepat. Gerakan kepala fleksi dan ekstensi makin lama makin cepat, mata buka dan mata tutup.
b.
II.
a.
b.
c.
Sambil berdiri gerakan mata, kepala seperti latihan I.a, I.b dan II.a, II.b. Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata terbuka dan tertutup.
b.
PENCEGAHAN
Tidurlah dengan posisi kepala yang agak tinggi Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari tempat tidur Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian
Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak. Makan secara teratur, tidak berlebihan atau kekurangan dan mengandung gizi yang lengkap Mengurangi beban pikiran (stress psikis) & Istirahat yang cukup (tidur pulas)
Minum air putih minimal 2 liter/hari (8 gelas) Mengurangi minuman yang mengandung soda dan kopi Mengurangi makanan yang mengandung cuka, serta mie instan Tidak merokok
TERIMA KASIH