You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN Beberapa definisi lain menurut para ahi:(1) 1.

Eastman : Keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. ( belum sanggup = berat fetus antara 400 1000 gram usia kehamilan kurang dari 28 minggu. 2. Jefcoat : Pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu yaitu fetus belum viable by law. 3. Holmer: Terputusnya kehamilan sebelum 16 minggu dimana proses plasentasi belum selesai. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kadang kehamilan berakhir sebelum waktunya dan ada kalanya melebihi waktu yang normal. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu) Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan dapat dibagi menjadi : Lamanya kehamilan > 20 minggu 20 28 minggu 28 37 minggu 37 42 minggu > 42 minggu Berat anak <500 gram 500 1000 gram 1000 2500 gram > 2500 gram Istilah Abortus Partus imatur Partus premature Partus matur Partus serotin

BAB II PEMBAHASAN

Definisi Sekitar 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan separuhnya mengalami abortus.2 Abortus ialah ancaman/pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan; sebagai batasan umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram.3,4 Setiap perdarahan pada awal kehamilan terlebih dahulu harus dipikirkan berasal dari tempat pelekatan plasenta atau permukaan choriodecidua dan dianggap mengancam kelangsungan dari kehamilan.2 Dalam pemeriksaan spekulum dapat dilihat asal perdarahan; perdarahan disebabkan oleh gangguan kehamilan jika darah berasal dari ostium uteri. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi pula perdarahan dalam jumlah sedikit yang disebabkan oleh penembusan villi khorialis ke dalam desidua saat implantasi ovum.2 Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram.1,6 Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik. Hal yang menyebabkan fenomena tersebut adalah faktor ovovetal dan ibu. Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian. Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain: 1) Penyakit Ibu (infeksi akut yang berat), seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria. Janin dapat meninggal oleh toxin-toxin atau karena penyerbuan kuman-kuman sendiri. Akan tetapi, keadaan ibu yang toxis dapat menyebabkan abortus walaupun janin hidup. 2) Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesterone atau disfungsi kelenjar gondok. 3) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus. 2

4) Kelainan alat kandungan: hypoplasia uteri, tumor uterus, cervix yang pendek, retroflexio uteri incarcerate, kelainan endometrium.3 Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta. Tindakan klinik yang dapat kita lakukan untuk mengetahui terjadinya abortus antara lain: 1) terlambat haid kurang dari 20 minggu, 2) pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan suhu badan normal atau meningkat, 3) perdarahan pervagina yang disertai keluarnya jaringan janin, mual, dan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus, 4) pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium/tidak bau busuk dari vulva Inspekulo, 5) perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium, dan 6) colok vagina dengan melihat porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada saat perabaan adneksa, dan kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.5

Pengelolaaan abortus

Abortus : Definisi dan pembagian

Abortus imminen : Amenorea Rasa nyeri Perdarahan Tanpa pembukaan

Abortus insipien: - Amenorea - Rasa nyeri - Perdarahan banyak / menggumpal - Terdapat pembukaan

Abortus inkomplet: - amenorea - perdarahan - sisa jaringan - terdapat pembukaan

Abortus khusus - infeksius - missed abortion - habitualis - servik

Tata laksana : - konserfatif : tirah baring - periksa laboratorium penunjang

Tindakan definitif : - persiapan dilatasi dan kuretase - pasang infus / tranfusi - dilatasi dan kuretase

Komplikasi tindakan : - perdarahan - infeksi - trauma tindakan - kemungkinan degenerasi koriokarsinoma

Klasifikasi abortus 1. Abortus spontan. 1,3,4 Ialah abortus yang terjadi dengan tidak didahului oleh faktor faktor mekanis ataupun medisinalis, semata mata disebabkan oleh factor alamiah. Terdiri dari: a. Abortus Imminens. Ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi uterus. Diagnosis abortus imminens ditentukan dari : Terjadinya perdarahan melalui ostium eksternum dalam jumlah sedikit.

hidup,

Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali. Uterus membesar, sebesar tuanya kehamilan. Serviks belum membuka Tes kehamilan ( + ) macam, dan lamanya perdarahan menentukan prognosis

Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih kelangsungan kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berulang, nyeri perut yang disertai pendataran serta pembukaan serviks. b. Abortus Insipien.1,3,4 Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat serta ditandai dengan adanya pecahnya ketuban dan diikuti oleh kontraksi uterus dan menyebabkan ekspalsi konsepsus. Dasar diagnosis : Anamnesa perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim Pemeriksaan dalam ostium terbuka, buah kehamilan masih didalam rahim Pengelolaan : Evakuasi Uterotonik paska evakuasi Antibiotik selama 3 hari

c. Abortus Inkomplet.1,3,4 Ialah pengeuaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa konsepsi yang tertinggal ddidalam uterus, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri. Perdarahan dapat banyak sekali sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Dasar diagnosis :

Anamnesis perdarahan dari jalan lahir yang banyak, nyeri perut bawah, adanya kontraksi rahim. Pemeriksaan dalam ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.

Pengelolaan : Perbaiki keadaan umum Evakuasi, digital / kuretase Uterotonik Antibiotik selama 3 hari

d. Abortus komplet 1,3,4 Pada abortus komplet semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan, pada penderita ditemukan perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosa dapat dipermudah bila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah kelusar dengan lengkap. e. Abortus servikalis.1,3,4 Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis, dan serviks uteri menjadi besar, dengan dinding menipis. f. Missed abortion. 1,3,4 Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama 8 minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil, biasanya tidak diikuti tanda tanda abortus seperti perdarahan, pembukaan serviks, dan kontraksi. Dasar diagnosis: Anamnesis keguguran yang biasanya hasil konsepsi masih tertinggal selama > 6 minggu, hilangnya tanda tanda kehamilan Pemeriksaan obsetrik Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan melunak.

Pemeriksaan penunjang USG , tanda kematian intra uterin, tes kehamilan (-)

Pengelolaan : Perbaiki keadaan umum Evakuasi dengan kuretase

g. Abortus habitualis 1,3,4 Abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu. h. Abortus infeksius & abortus septik. 1,3,4 Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada infeksi pada genitalia. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium. Infeksi dalam uterus / sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplet dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital seperti ; panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar lembek, serta nyeri tekan dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat atau kadang menggigil, demam tinggi, dan penurunan tekanan darah. 2. Abortus provokatus 1,3,4 Adalah abortus yang disengaja, baik dengan obat obatan maupun dengan alat. a. Abortus terapeutikus pengakhiran kehamilan yang dilakukan untuk melindungi kesehatan ibu. b. Abortus elektif pengakhiran kehamilan yang dikerjakan atas dasar keinginan ibu dan bukan untuk melindungi kesehatan ibu dan janin. Abortus habitualis 6

Abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu. Epidemiologi Abortus Habitualis 6 Seorang wanita menderita abortus habitualis, apabila ia mengalami abortus berturut-turut 3 kali atau lebih. Angka kejadian jenis abortus ini ialah 0,4 % dari semua kehamilan. Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umumnya tidak mendapatkan kesulitan untuk menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak dapat berlangsung terus dan terhenti sebelum waktunya, biasanya pada trisemester pertama tetapi kadangkadang pada kehamilan yang lebih tua. Resiko berulangnya abortus setelah abortus I adalah 20% , resiko setelah abortus II adalah 25% dan resiko setelah abortus III adalah 30% PATOGENESIS Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak iayak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum minggu ke-l0, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-l0 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus. Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara: 1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desidua. 8

2. 3.

Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, Pecahnya amnion terjadi dengan putusnva tali pusat

meninggalkan korion dan desidua. dan pendorongan Janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang dikeluarkan). 4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Sebagian besar abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena itu kuretasi diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih lanjut. Abortus bentuk yang istimewa, seperti: a. Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion berisi air ketuban tanpa janin. b. Mola kruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola kruenta terbentuk kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah sempat membeku antara desidua dan korion. Kalau darah beku ini sudah seperti daging, disebut juga mola karnosa. c. Mola tuberosa ialah telur yang mernperlihatkan benjolan-benjolan, disebabkan oleh hematom-hematom antara amnion dan korion. d. Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil dapat diabsorpsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan amnion diabsorpsi hingga janin tertekan (foetus compressus).

Sebab-sebab abortus habitualis (etiologi )

Walaupun terjadinya abortus berturut-turut mungkin kebetulan, namun wajar untuk memikirkan adanya sebab dasar yang mengakibatkan peristiwa berulang ini. Sebab dasar ini pada dewasa ini dalam kurang lebih 40% tidak diketahui, yang diketahui, dapat dibagi dalam 3 golongan :1,2,4,6,7 a) Kelainan pada zygote b) Gangguan fungsi endometrium, yang menyebabkan gangguan implantasi ovum yang dibuahi dan/atau gangguan dalam pertumbuhan mudigah, c) Kelainan anatomic pada uterus yang dapat menghalangi berkembangnya janin didalamnya dengan sempurna. Kelainan pada zygote 6 Agar supaya bias terjadi kehamilan, dan kehamilan itu dapat berlangsung terus dengan selamat, perlu adanya penyatuan antara spermatozoon yang normal dengan ovum yang normal pula. Kelainan genetic pada suami atau isteri dapat menjadi sebab kelainan pada zygote dengan akibat terjadinya abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan kromosomal yang dapat memegang peranan dalam abortus berturut-turut, jarang terdapat. Dalam hubungan ini dianjurkan untuk menetapkan kariotipe pasangan suami-isteri, apabila terjadi sedikit-sedikitnya abortus berturut-turut 3 kali, atau janin yang dilahirkan menderita cacad.

10

Malfungsi endometrium 6 Malfungsi endometrium yang mengganggu implantasi dan/atau mengganggu mudigah dalam pertumbuhannya. Dibawah pengaruh estrogen, endometrium yang sebagian besar hilang pada waktu haid, tumbuh lagi sesudah itu, dan dipersiapkan untuk menerima dengan baik ovum yang dibuahi. Sesudah ovulasi glikogen yang terhimpun dalam sel-sel basal endometrium, memasuki sel-sel dan lumen kelenjar-kelenjar dalam endometrium, untuk kelak dibawah pengaruh alkaline fosfatase diubah menjadi glucose dan fructose. Disamping zat hidrat arang tersebut, dibutuhkan pula protein, lemak, mineral, dan vitamin untuk pertumbuhan mudigah. Factor-faktor Kelainan hormonal Pada wanita dengan abortus habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi glandula tiroidea kurang sempurna. Oleh sebab itu pemeriksaan fungsi tiroid pada wanita-wanita dengan abortus berulang perlu dilakukan, pemeriksaan ini hendaknya dilakukan diluar kehamilan. Selain dari pada itu gangguan fase luteal dapat menjadi sebab infertilitas dan abortus muda yang berulang. Gangguan fase luteal bias menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat transfor ovum terlalu cepat, mobilitas uterus yang berlebihan, dan kesukaran dalam nidrasi karena endometrium tidak dipersiapkan dengan baik. Gangguan nutrisi Penyakit-penyakit yang mengganggu persediaan zat-zat makanan untuk janin yang sedang tumbuh, dapat menyebabkan abortus. Anemia yang berat, penyakit menahun dan lain-lain dapat mempengaruhi gizi penderita. Penyakit infeksi Penyakit infeksi menahun dapat menjadi sebab kegagalan kehamilan ialah lues. Disebut pula mikoplasma hominis yang ditemukan diserviks uteri, vagina dan uretra. Penyakit infeksi akut dapat menyebabkan abortus pada saat terjadinya infeksi, tetapi tidak menjadi sebab abortus yang berturut-turut. Kelainan imunologik 11 yang dapat mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan endometrium ialah : 2,6

Inkomtabilitas golongan darah A,B,O, dapat dengan reaksi antigen-antibody dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamine mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler. Inkomtabilitas karena Rh factor dapat menyebabkan pula abortus berulang, tetapi hal itu biasanya menyebabkan gangguan pada kehamilan diatas 28 minggu. Factor psikologis Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus berulang dan keadaan mental, akan tetapi masih belum terang sebab musababnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional, da sangat mengkhawatirkan resiko menganggap kehamilan suatu beban yang berat. Dalam hal-hal tersebut diatas peranan dokter untuk mendapatkan kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatau kepadanya, sangat membantu. Kelainan anatomic pada uterus 2,6 Kelainan bawaan dapat terjadi sebab abortus habitualis, antara lain hipoplasia uteri, uterus subseptus, uterus bikornis dan sebagainya. Akan tetapi pada kelainan bawaan seperti uterus bikornis, sebagian besar dari kehamilan dapat berlangsung terus dengan baik. Walaupun pada abortus habitualis perlu diselidiki dengan histerosalpingografi, apakah ada kelainan bawaan, perlu diperiksa pula apakah tidak ada sebab lain dari abortus habitualis, sebelumnya menganggap kelainan bawaan uterus tersebut sebagai sebabnya. Diantara kelaina-kelainan yang timbul pada wanita dewasa terdapat laserasi serviks uteri yang luas, tumor uterus khususnya mioma, dan seviks uteri yang inkompeten. Pada laserasi yang cukup luas, bagian bawah uterus tidak dapat member perlindungan pada janin dan dapat terjadi abortus, biasanya pada kehamilan lewat semester pertama. Hal demikian terjadi pula pada serviks yang inkompeten. Pada kehamilan 14 minggu atau lebih ostium uteri internum menonjol. Jika keadaan ini dibiarkan, ketuban pecah dan terjadi abortus. Mioma uteri, khususnya berjenis submukus, dapat mengganggu implantasi ovum yang dibuahi atau pertumbuhan didalam kavum uteri.

Penanganan abortus habitualis 6,7

12

Biasanya wanita dengan abortus habitualis datang ke dokter tidak lama setelah ia mengalami abortus untuk sekian kalinya. Jika ia belum hamil lagi, hendaknya waktu itu digunakan untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus habitualis itu. Disamping pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentuk badan pada penderita, dilakukan pula pemeriksaan suami isteri, antara lain pemeriksaan darah dan urin rutin, pemeriksaan golongan darah, factor Rh, dan tes terhadap sifilis, selanjutnya pada isteri dibuat kurve harian glucose darah dan diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami diperiksa sperma. Perlu diselidiki pula, apakah ada kelainan anatomic, baik kelainan bawaan atau kelainan yang terjadi setelah melahirkan. Laserasi pada serviks uteri dan adanya mioma uteri dapat ditemukan pada pemeriksaan ginekologi, sedang mioma uteri submukosum, uterus septus dan serviks uteri inkompeten dapat diketahui dengan melakukan histerografi. Kadang-kadang perlu dilakukan laparoskopi untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kelainan anatomic pada uterus. Pada wanita dengan abortus habitualis, yang datang sedang ia sudah hamil lagi, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan seperti diatas, kecuali yang dapat mengganggu kehamilan. Dalam hal ditemukannya kelainan-kelainan yang dapat menjadi sebab abortus habitualis, perlu dipikirkan terapi yang memadai. Dalam hubungan ini perlu diketahui, bahwa pada umumnya factor genetic dan factor malfungsi endometrium menyebabkan abotus dalam trisemester pertama, sedangkan kelainan anatomic menjadi sebab abortus dalam trisemester kedua atau lebih. Adanya kelainan tidak selalu berarti bahwa itu tentu menjadi sebab abortus, sebagian besar wanita dengan misalnya uterus bikornis dapat hamil dan melahirkan bayinya tanpa kesukaran. Jika pada penderita dengan abortus habitualis ditemukan kelainan bawaan seperti uterus bikornis atau uterus septus, dan ada keyakinan bahwa tidak ada factor lain yang menyebabkannya, dapat dilakukan ( di luar kehamilan ) operasi plastic pada uterus seperti operasi menurut strassman. Laserasi luas serviks uteri memerlukan trakhelorafi. Pada serviks yang inkompeten, diluar kehamilan dapat dilakukan operasi menurut shirodkar, sedang dalam kehamilan operasi menurut mac Donald. Waktu yang baik untuk melakukan operasi waktu hamil ialah pada kehamilan antara 14 dam 20 minggu.

13

Selain dari pada terapi yang bersifat kausal, maka penderita dengan abortus habitualis, jika ia hamil, perlu mendapat perhatian yang khusus. Ia harus banyak istirahat, hal ini tidak berarti bahwa ia harus tinggal terus ditempat tidur, akan tetapi perlu dicegah usaha-usaha yang melelahkan. Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya dalam masa organogenesis pemberian obat-obat harus dibatasi, dan obat-obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh jelek terhadap janin, dilarang. Khususnya dimana factor emosional memegang peranan penting, pengaruh dokter sangat besar untuk mengatasi ketakutan dan keresahan. Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi tiroid, atau gangguan fase lateal.

14

KESIMPULAN Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram. Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.1,3,4,6 Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik. Seorang wanita menderita abortus habitualis, apabila ia mengalami abortus berturut-turut 3 kali atau lebih. Angka kejadian jenis abortus ini ialah 0,4 % dari semua kehamilan. Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umumnya tidak mendapatkan kesulitan untuk menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak dapat berlangsung terus dan terhenti sebelum waktunya, biasanya pada trisemester pertama tetapi kadangkadang pada kehamilan yang lebih tua.3,4 Walaupun terjadinya abortus berturut-turut mungkin kebetulan, namun wajar untuk memikirkan adanya sebab dasar yang mengakibatkan peristiwa berulang ini. Sebab dasar ini pada dewasa ini dalam kurang lebih 40% tidak diketahui, yang diketahui, dapat dibagi dalam 3 golongan : 1,2,4,6,7 a. Kelainan pada zygote b. Gangguan fungsi endometrium, yang menyebabkan gangguan implantasi ovum yang dibuahi dan/atau gangguan dalam pertumbuhan mudigah, c. Kelainan anatomic pada uterus yang dapat menghalangi berkembangnya janin didalamnya dengan sempurna. pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentuk badan pada penderita, dilakukan pula pemeriksaan suami isteri, antara lain pemeriksaan darah dan urin rutin, pemeriksaan golongan darah, factor Rh, dan tes terhadap sifilis, selanjutnya pada isteri dibuat kurve harian glucose darah dan diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami diperiksa sperma. Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya dalam masa organogenesis pemberian obat-obat harus dibatasi, dan obat-obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh jelek terhadap janin, dilarang. Khususnya dimana factor emosional memegang peranan penting, pengaruh dokter sangat besar untuk mengatasi ketakutan dan keresahan. 15

DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar R, Lutan D. Sinopsis Obstetri 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC, 1990; 296-322. 2. Granger K, Pattison N. Vaginal Bleeding in Pregnancy. J, Obst & Gynaec 1994; 20: 14-6.
3. PB. POGl, Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Bagian 1,

Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 1991; 9-13. 4. Heller L. Emergencies in Gynaecology and Obstetrics. diterjemahkan oleh Mochaznad Martoprawiro dan Adji Dharma. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1988; 25-9.
5. Arif mansjoer,dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius,

2004. 6. Prawihardjo.sarwono, winkjosastro. Hanifa. Ilmu kebidanan. 1995. Jakarta. Yayasan bina pustaka prawihardjo 7. Derek liewollyn & Jones. Dasardasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates, 2002.

16

You might also like