You are on page 1of 46

Organisasi Pemeriksa, Pemeriksa, Kode Etik Pemeriksa, dan Standar Pemeriksaan

Click to edit Master subtitle style Audit Keuangan Sektor Pemerintahan (AKSP)

Materi
n n n n

Organisasi Pemeriksa, Pemeriksa, Kode Etik Pemeriksa, dan Standar Pemeriksaan

Organisasi pemeriksa

Organisasi Pemeriksa
n n

Menurut UU adalah BPK RI Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Sejarah BPK
n

Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan. Pendirian BPK pada tanggal 1 Januari 1947 dan berkedudukan sementara di kota Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih menggunakan peraturan perundangundangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR.

Sejarah BPK
n

Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 November 1948 tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949. Dengan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS. Sebagai Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Netherland Indies Civil Administration (NICA).

Sejarah BPK
n

Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor. Pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945. Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.

Sejarah BPK
n

Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginankeinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU) No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru. Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965 yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar Revolusi pemegang kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara. Ketua dan Wakil Ketua BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri Koordinator dan Menteri. Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

Sejarah BPK
n

Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional. Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.

Dasar Hukum
Undang-Undang Dasar 1945 PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 BAB VIIIA BADAN PEM ERIKSA KEUANGAN Pasal 23E (1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. (2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. (3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang. Pasal 23F (1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden. (2) Pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota. Pasal 23G (1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeniksa Keuangan diatur dengan undangundang.

Dasar Hukum
n

Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;

UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tenta sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan

Tugas dan Wewenang


n

BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

Tugas dan Wewenang


n

Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:

Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan; Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, suratsurat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.

Tugas dan Wewenang


n

Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:

Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK; Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK; Membina jabatan fungsional Pemeriksa; Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah

Visi dan Misi BPK RI


n

sesuai dengan SK BPK RI No. 10/SK/VIII.3/8/2005 tentang Rencana Strategi BPK TA 2006 s.d 2010

VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri, dan profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

MISI Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan negara, serta berperan aktif dalam mewujudkan pemerintah yang baik, bersih, dan transparan.
n

Struktur

pemeriksa

Pemeriksa
(Berdasarkan UU nomor 15 tahun 2006)
n

Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK (Pasal 1) BPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dibantu oleh Pelaksana BPK, yang terdiri atas Sekretariat Jenderal, unit pelaksana tugas pemeriksaan, unit pelaksana tugas penunjang, perwakilan, Pemeriksa, dan pejabat lain yang ditetapkan oleh BPK sesuai dengan kebutuhan. Pemeriksa tersebut merupakan jabatan fungsional (Pasal 34 ayat 2) Pemeriksa tersebut bisa berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil atau yang bukan Pegawai Negeri Sipil (Pasal 34 ayat 3)

Struktur Organisasi Pemeriksa


n

Organisasi Pemeriksa LK-KL

Organisasi dalam tim pemeriksaan LKKL terdiri atas tim pemeriksa yang dibentuk pada masingmasing Auditama Keuangan Negara (AKN I, II, III, IV dan V) yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas masing-masing LK-KL yang menjadi area pemeriksaannya. Organisasi pemeriksaan tersebut terdiri atas Pengarah, Penanggung Jawab, Pengendali Teknis (apabila diperlukan), Ketua Tim, Ketua Sub Tim (apabila diperlukan) dan Anggota Tim.

Struktur Organisasi Pemeriksa


n

Organisasi Pemeriksa LK-PP

Organisasi dalam tim pemeriksaan LKPP terdiri atas tim pemeriksa yang dibentuk pada Auditama Keuangan Negara II yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas LK-PP yang disusun oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan pada Departemen Keuangan. Organisasi pemeriksaan tersebut terdiri atas Pengarah, Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Ketua Tim, Ketua Sub Tim dan Anggota Tim.

Struktur Organisasi Pemeriksa


n

Organisasi Konsolidasi Pelaksanaan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas LK-PP dan LK-KL

Organisasi dalam tim pemeriksaan atas konsolidasian LKPP melibatkan seluruh tim pemeriksaan atas LKKL. Dengan demikian pemeriksaan atas LKPP dan LKKL dilakukan dengan struktur tim: Pengarah, Penanggung Jawab, Wakil Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Koordinator Ketua Tim, Wakil Koordinator Ketua Tim, Ketua Tim Ketua tim pemeriksaan LKPP dan LKKL sebagai anggota tim koordinator pada masing-masing area

Struktur Organisasi Pemeriksa


n

Organisasi Pemeriksa LK-PD

Organisasi dalam tim pemeriksaan LKPP terdiri atas tim pemeriksa yang dibentuk pada perwakilan BPK-RI. Organisasi pemeriksaan tersebut terdiri atas Penanggung Jawab, Pengendali Teknis (jika diperlukan), Ketua Tim, dan Anggota Tim.

Kode etik

Kode Etik
(UU Nomor 15 Tahun 2006)
n

Pasal 9 ayat 1: Salah satu wewenang BPK-RI adalah menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara Pasal 29

BPK wajib menyusun kode etik yang berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK. Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat mekanisme penegakan kode etik dan jenis sanksi.

Kode Etik
n

Peraturan BPK RI nomor 2 tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Kode etik adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan pemeriksa selama menjalankan tugasnya

Kode Etik
n n

Ketentuan Umum Kode Etik


Nilai-nilai dasar Kode etik bagi Anggota BPK Kode etik bagi Pemeriksa

n n n

Majelis Kehormatan Kode Etik Tata Cara Persidangan Ketentuan Penutup

Kode Etik
n

Nilai-nilai Dasar

Mematuhi peraturan perundang-undangan Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan Menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalisme Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK

Nilai-nilai Dasar
n

Independensi BPK RI adalah lembaga negara yang independen di bidang organisasi, legislasi, dan anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga negara lainnya. Integritas BPK RI menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya, menjunjung tinggi Kode Etik Pemeriksa dan Standar Perilaku Profesional. Profesionalisme BPK RI melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesionalisme pemeriksaan keuangan negara, kode etik, dan nilai-nilai kelembagaan organisasi.

Kode Etik bagi Anggota BPK


n

Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota BPK wajib:

memegang sumpah dan janji jabatan. bersikap netral dan tidak berpihak. menghindari terjadinya benturan kepentingan. menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi obyektivitas.

Kode Etik bagi Anggota BPK


n

Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota BPK dilarang:

merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga negara yang lain, badan-badan lain yang mengelola keuangan negara, dan perusahaan swasta nasional atau asing. menjadi anggota partai politik. menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan orang lain meragukan independensinya.

Kode Etik bagi Anggota BPK


n

Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota BPK wajib:

bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai dan keputusan. bersikap tegas dalam mengemukakan dan/atau melakukan hal-hal yang menurut pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan. bersikap jujur dengan tetap memegang rahasia pihak yang diperiksa.

Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota BPK dilarang menerima pemberian dalam bentuk apapun baik langsung maupun tidak langsung yang diduga atau patut diduga dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

Kode Etik bagi Anggota BPK


n

Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota BPK wajib:

menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan. menyimpan rahasia negara dan/ atau rahasia jabatan. menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain. menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.

Kode Etik bagi Pemeriksa


n

Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa wajib:

bersikap netral dan tidak memihak. menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam melaksanakan kewajiban profesionalnya. menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi independensi. mempertimbangkan informasi, pandangan dan tanggapan dari pihak yang diperiksa dalam menyusun opini atau laporan pemeriksaan. bersikap tenang dan mampu mengendalikan diri.

Kode Etik bagi Pemeriksa


n

Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa dilarang:

merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga negara yang lain, badan-badan lain yang mengelola keuangan negara, dan perusahaan swasta nasional atau asing. menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan orang lain meragukan independensinya. tunduk pada intimidasi atau tekanan orang lain. membocorkan informasi yang diperolehnya dari auditee. dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi atau kepentingan tertentu, baik kepentingan pribadi Pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan hasil pemeriksaan.

Kode Etik bagi Pemeriksa


n

Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa wajib:

bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan. bersikap tegas untuk mengemukakan dan/ atau melakukan hal-hal yang menurut pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan. bersikap jujur dan terus terang tanpa harus mengorbankan rahasia pihak yang diperiksa.

Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa dilarang:

menerima pemberian dalam bentuk apapun baik langsung maupun tidak langsung yang diduga atau patut diduga dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas dan wewenangnya. menyalahgunakan wewenangnya sebagai Pemeriksa guna memperkaya atau menguntungkan diri sendiri atau pihak lain.

Kode Etik bagi Pemeriksa


n

Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa wajib:

menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian dan kecermatan. menyimpan rahasia negara atau rahasia jabatan, rahasia pihak yang diperiksa dan hanya mengemukakannya kepada pejabat yang berwenang. menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain. menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya. mempunyai komitmen tinggi untuk bekerja sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.

Kode Etik bagi Pemeriksa


n

Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa wajib (lanjutan):

memutakhirkan, mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam rangka melaksanakan tugas pemeriksaan. menghormati dan mempercayai serta saling membantu diantara Pemeriksa sehingga dapat bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan tugas. saling berkomunikasi dan mendiskusikan permasalahan yang timbul dalam menjalankan tugas pemeriksaan. menggunakan sumber daya publik secara efisien, efektif dan ekonomis.

Kode Etik bagi Pemeriksa


n

Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa dilarang:

menerima tugas yang bukan merupakan kompetensinya. mengungkapkan informasi yang terdapat dalam proses pemeriksaan kepada pihak lain, baik lisan maupun tertulis, kecuali untuk kepentingan peraturan perundang-undangan yang berlaku. mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil pemeriksaan kepada media massa kecuali atas ijin atau perintah Ketua atau Wakil Ketua atau Anggota BPK. mendiskusikan pekerjaannya dengan auditee di luar kantor BPK atau kantor auditee.

spkn

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


n n

Dasar: Peraturan BPK RI nomor 01 Tahun 2007 Standar Pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa

SPKN Latar Belakang


DINAMI KA LINGKU NGAN

SAP 1995

PERATURAN BPK NO. 01 TAHUN 2007

SPKN
UU 15/ 2004 & UU 15/ 2006

Sistematika SPKN
Pendahuluan Standar Pemeriksaan PSP 01 : Standar Umum PSP 02 : Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Keuangan PSP 03 : Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuang-an PSP 04 : Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Kinerja PSP 05 : Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja PSP 06 : Standar Pekerjaan Lapangan Dengan Tujuan Tertentu PSP 07 : Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Sistematika SPKN
PENDAHULUAN TUJUH PERNYATAAN STANDAR UMUM
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU PELAPORAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU

PELAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGAN

PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA

TUJUH PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (PSPKN) 7

PSPKN 01 Umum 02 Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan 03 Pelaporan Pemeriksaan Keuangan 04 Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja 05 Pelaporan Pemeriksaan Kinerja 06 Pelaksanaan Dengan Tujuan Tertentu 07 Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu TOTAL

UTAMA 4 3 4 4 4 2 4 25

TAMBAHAN

0 5 6 0 0 5 5 21

STANDAR PEMERIKSAN KEUANGAN NEGARA PENDAHULUAN PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN


PSP 01
KOMPE TEN SI
INDEPENDENSI

PSP 02
PE RE NCA NAAN DA N SUPE RVI SI PE M AHAM AN PE NG EN DALIAN INT ERN B UK TI AUDIT

PSP 03
PE RN YA TAAN PE NYA JIAN SESUAI PAB U
PENGUNGKAPAN

PSP 04
PERENCANAAN

PSP 05
B ENTUK LAPORAN ISI LAPORAN

PSP 06
PE RE NCANAAN DAN SUPE RVISI B UK TI AUDIT K OM UN IKASI PEM E RIK SA PE RTIM BAN GAN PEM E RIKSAAN SE BE LUM NYA PE M AHAM AN PE NG EN DALIAN INT ERN DE TE KSI

PSP 07
PE RN YA TAAN ASERSI SIM PULAN ATAS ASE RSI
PENGUNGKAPAN KEBERATAN

SUPE RVI SI

KEMAHIRAN PROFESIONAL

INKONSISTE NS I PE NE RAPAN PA BU
PENGUNGKAPAN KECUKUPAN INFORMASI

BUKTI PE M ERIKSAAN DOKUM E NTASI PE M ERIKSAAN

PE NGE NDALI AN MUTU

UN SUR KUA LITAS LAPORAN DISTRIBUSI LAPORAN

K OM UN IKASI PEM E RIK SA PE RTIM BAN GAN PEM E RIKSAAN SE BE LUM NYA
DETEKSI KETIDA KPATUHAN

PE NGUJIAN BE RDASARKAN KRI TE RIA PE RN YA TAAN SE SUAI DE NGA N ST ANDAR PE M ERIKSAAN


LAPORAN PENGENDALIAN INTERN DAN KEPATUHAN

OPIN I PE RN YA TAAN SE SUAI DE NGAN ST ANDAR PE M ERIKSAAN LAPORAN KE PATUHAN


LAPORAN PENGENDALIAN INTERN

KETIDA KPATUHAN PENGEMBANGAN TEMUAN PEMERIKSAAN

DOKUME NTA SI PEM E RIKSAAN

DOKUME NTA SI PEM E RIKSAAN

T ANGGA PAN T ERPE RI KSA INFORM ASI RAHASIA DI STRIBUSI LAPORAN

T ANGGAPAN TE RPE RIK SA INFORM ASI RAHASIA DISTRIBUSI LAPORAN

4545

Selesai

You might also like