You are on page 1of 5

Razan Izazi 210110110088 Ilkom B

Bahasa Jurnalistik dan Komposisi

I.

Rangkuman Banyak ragam bahasa yang kita gunakan sehari-hari, antara lain ragam bahasa baku, ragam santai, dan tentu saja bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik atau bahasa pers adalah bahasa yang biasa digunakan para wartawan media massa cetak. Istilah ini muncul sebagai konsekuensi logis karakteristika media massa cetak, termasuk karakteristika pembaca media massa cetak. Bahasa jurnalistik tetap berlandaskan bahasa Indonesia baku, baik menyangkut kaidah-kaidah tata bahasa maupun menyangkut ejaan,

sedangkan kosa katanya tentu saja mengikuti dinamika bahasa dalam masyarakat Indonesia. Lahirnya istilah Bahasa Jurnalistik di media massa disebabkan adanya prinsip Ekonomi Kata. Ekonomi kata menurut M.Winohito adalah bahasa yang dapat mencapai sebanyak mungkin pembaca, bukan bahasa yang aneh, bukan bahasa yang luar biasa, melainkan bahasa yang lumrah saja, yakni bahasa yang teratur, sopan, enak dibaca, tidak membuat pembaca pusing. Alasan digunakannya prinsip Ekonomi Kata dikaitkan dengan tujuan efektivitas dan efisiensi penyampaian pesan. Ciri ciri dan Karakteristik Bahasa Jurnalistik Menurut pakar bahasa Indonesia dari IKIP Malang, Prof. S. Wojowasito, bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagaimana kita lihat dalam koran-koran harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal.
1

Bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat dan pilihan kata yang cocok (Anwar, 1991:2). Pakar bahasa Indonesia dari Fakultas Sastra Unpad Bandung, Prof. Dr. J. S. Badudu juga berpendapat, bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Ada beberapa patokan yang biasa diterapkan wartawan media massa cetak yakni : 1. Menggunakan kalimat kalimat pendek. 2. Menggunakan bahasa biasa yang mudah dipahami oleh sebagian besar pembaca media massa cetak. 3. Menggunakan bahasa tanpa kalimat majemuk. 4. Menggunakan bahasa dengan kalimat aktif. 5. Menggunakan bahasa padat dan kuat. 6. Menggunakan bahasa atau kalimat positif. Sejalan dengan paparan singkat diatas, menurut wartawan senior Rosihan Anwar, ada beberapa hal pokok yang harus diterapkan wartawan dalam menulis di media massa cetak yakni: 1. Menggunakan prinsip ekonomi kata. Wartawan harus menggunakan kata-kata secara hemat (efisien) namun efektif. 2. Menghindarkan kata-kata mubazir, antara lain bahwa, adalah, merupakan, telah, akan, sedang, untuk, dari, dan kata jamak. 3. Menghindarkan kerancuan (kontaminasi). 4. Menghindarkan kata ganti penghubung. 5. Dalam penggunaan kalimat transitif wartawan tidak menggunakan kata tentang atau mengenai atau perihal. 6. Menghindarkan kata-kata penat atau yang menjemukan. 7. Menghindarkan kata-kata asing. 8. Menghindarkan akronim dan singkatan atau menggunakannya

sesedikit mungkin. 9. Menghindarkan ejaan yang salah.

II.

Apresiasi Setelah melihat penjabaran mengenai bahasa jurnalistik berupa ciri-ciri dan karakter bahasa jurnalistik saya beranggapan bahwa seorang jurnalis atau wartawan haruslah cerdas dan pandai berbahasa Indonesia. Karena secara disadari atau tidak, wartawan juga bertindak sebagai guru bahasa pembaca dan masyarakat karena media cetak kerap kali dijadikan acuan berbahasa bagi masyarakat. Melihat perkembangan penulisan berita sekarang ini masih banyak di jumpai salah penulisan ataupun ejaan. Di beberapa surat kabar masih sering ditemui penulisan kata jumat yang seharusnya ditulis jumat selain itu juga banyak surat kabar dan majalah yang menggunakan kata-kata asing. Namun, selebihnya surat kabar kini telah menggunakan bahasa jurnalistik dengan cukup baik. Penulisan berita dan kalimat-kalimatnya pun efektif sehingga mudah di mengerti oleh pembaca. Namun saya masih agak rancu dengan media cetak yang berlisensi atau majalah-majalah impor dari luar negeri namun sudah dicetak berbahasa Indonesia. Seperti majalah Girlfriend, Cosmogirl!, dan Nylon Indonesia. Dalam hal ini majalah masih termasuk kedalam salah satu media jurnalistik cetak. Namun kerap kali majalah-majalah tersebut tidak menggunakan prinsipprinsip dan ciri-ciri bahasa jurnalistik yang baik. Masih banyak ditemui

penggunaan kata-kata asing yang terlalu berlebihan dan menggunakan katakata mubazir sehingga kalimatnya terkesan berbelit-belit. Dengan

penggunaan bahasa asing yang terlalu banyak juga membuat pembaca awam agak susah untuk memahami isi pesan media tersebut. Dalam media elektronik terutama televisi juga sering kali ditemui pengguna bahasa jurnalistik bahkan terkadang penggunaan bahasa Indonesia yang kurang baik. Terutama dalam laporan siaran langsung, sang reporter kerap kali menggunakan kalimat-kalimat yang rancu dan mubazir. Seperti yang saya tonton dalam acara Reportase yang menyiarkan liputan jalan raya yang rusak secara langsung. Entah karena kurang persiapan atau gugup, sang reporter berulang kali mengucapkan kata-kata disebabkan contohnya: Kemacetan ruas jalan ini disebabkan karena kondisi jalan yang rusak, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah....

Kalimat tersebut sangat tidak efisien selain itu isi pesannya pun jadi kurang jelas dan tidak mudah dipahami oleh penonton. Walaupun pesan dalam media elektronik bersifat selintas tetapi isi pesan haruslah akurat dan mudah dimengerti oleh penonton.

III.

Simpulan Bahasa jurnalistik atau bahasa pers adalah bahasa yang biasa digunakan para wartawan media massa. Bahasa jurnalistik tetap berlandaskan bahasa Indonesia baku dan sesuai EYD. Bahasa jurnalistik pada media massa memiliki 4 karakteristik, yaitu akurat, singkat, jelas, dan sederhana. Penulisan berita harus berlandaskan pada prinsip Ekonomi Kata dikaitkan dengan tujuan efektivitas dan efisiensi penyampaian pesan. Penulisan berita harus menghindari penggunaan kata-kata mubazir dan kata asing. Wartawan harus bisa bertindak sebagai guru bahasa pembaca dan masyarakat. Dibeberapa surat kabar masing sering ditemui kesalahan ejaan. Banyak media cetak lisensi asing yang kurang memperhatikan kaidahkaidah bahasa jurnalistik Dalam media elektronik juga masih sering ditemukan penggunaan bahasa jurnalistik bahkan bahasa Indonesia yang kurang baik.

IV.

Pertanyaan 1. Apakah seorang wartawan bisa bertindak pula sebagai penyunting? 2. Bagaimana cara menguji akurasi suatu berita? 3. Apakah penulisan feature juga harus menggunakan kaidah bahasa jurnalistik? 4. Haruskah media berlisensi atau impor mengikuti kode etik dan bahasa jurnalistik Indonesia? 5. Apa yang perlu dipersiapkan agar pembawaan berita di televisi berjalan maksimal? seorang

You might also like