You are on page 1of 34

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DGN KANKER SERVIKS DI POLIKLINIK KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUP DR SARJITO YOGYAKARTA Nama Mahasiswa

: Heri Widiarso Tempat Praktek : R DDS RS Sarjito, Yk Nomor Mahasiswa : 02/161637/EIK/00265 Tanggal Praktek : 01-06 Nov 2004

I.Identitas diri klien Nama Klien Umur Klien Jenis Kelamin Alamat Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Tanggal MRS NO. RM : : : : : : : : : : Tempat Tgl Lahir ;

Status Perkawinan:

Tanggal Pengkajian : Sumber informasi : Klien Sendiri dan Catatan medis yang ada Keluarga dekat yang dapat dihubungi : Orang Tua klien sendiri Pendidikan : tidak dikaji Pekerjaan : tidak dikaji Alamat : Wonosobo II. Status Kesehatan Saat ini 1.Keluhan Utama Saat Ini : Klien mengatakan mudah lelah/cape,pegal-pegal ,jari-jari lengan lemes. 2. Faktor pencetus : Perdarahan banyak , menstruasi tidak teratur 3. lamanya keluhan :sejak dua hari yang lalu 4. Timbulnya keluhan :secara bertahap 5. Faktor yang memperberat : saat perdarahan bayak cepat merasa cape/lelah. 6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Sendiri : Istirahat dan cepat memeriksakan diri ke dokter/pelayanan kesehatan.

Oleh orang lain : Diajak oleh orang tua untuk memriksakan diri kepelayanan kesehatan Diagnosa Medik : Ca Ovarii Ia dan Ca Servix IIa post relaparotomi extended radikal panhisterektomi,omentektomi a. RSUP Sarjito tanggal 23 januri 2003 TX. Khemoterapi b. RSUP Sarjito tanggal 5 maret 2003 c. RSUP Sarjito tanggal 22 april 2003 d. RSUP Sarjito tanggal 28 mei 2003 Tx : Mondok + Khemoterapi Kesehatan Reproduksi : Kehamilan G0P0A0 No. Anak Gg. Kehamil an Proses Persalin an Lama Persalin an Tempat Persalin an Masa Lah per Salin Nihil II Pemeriksaan payudara: tidak dilakukan, keluhan payudara : Tidak ada Pemeriksaan Genetalia : tidak dilakukan,keluhan genetalia : Keputihan berbau dan gatal sejak post operasi relaparatomi extended radikal panhisterektomi , omentektomi , saat ini tidak ada. Usia menarche : 14 Tahun Siklus menstruasi tidak teratur ;Karakteristik menstruasi ; tidak dikaji. Menopause ( -), keluhan yang muncul selama ini (-) Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi : Tidak ada,sejak kapan (-)sudah dilakukan Penbedahan Ginekologi operasi kista ovarii tanggal 02 agustus 2002dan tanggal 14 pebruari 2003 operasi relaparatomi extended radikal panhisterektomi, omentektomi,pengaruh seksualitas setelah pembedahan I tidak ada tetapi setelah operasi kedua pasien mengeluh keputihan berbau dan gatal serta adanya perdarahan yang keluar dari vagina. Pemeriksaan papsmear terakhir tidak ada hasil (-), keputihan setelah operasi kedua mengeluh keputihan berbau dan gatal saat sekarang ini tidak ada lagi. Pemeriksaan payudara sendiri ; sering dilakukan penderita sendiri, tetapi tidak tahu waktu yang tepat untuk memeriksa payudara. III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu 1. Penyakit yang pernah dialami : a. Kanak kanak : ( - ) ( - ) apa (-) Nihil Nihil Nihil an Nihil Masalah Nifas Dan laktasi Nihil Nihil Nihil Masalah bayi Keadaa An anak Saat ini

b. Kecelakaan : ( - ) c. Pernah dirawat di RS Wonosobo dan RS Sarjito dengan operasi kista ovarii, dan relaparatomi extended radikal panhisterektomi omentektomi. 2. Alergi ( - ) 3. Imunisasi : (-) 4. Kebiasaan merokok,kopi,obat dan alcohol (-) 5. Obat-obatan : Pasien dilakukan kemotarpi sebanyak tiga kali (Cysplatin 50 mg ),lamanya diRS rata-rata selama dua hari dan dilanjutkan di rumah sampai habis kemuadian check up lagi untuk kemoterapi berikutnya. 6. Pola Nutrisi : Frekuensi makan : 3 xsehari,Berat badan 40 kg,Tinggi badan 152 cm,Jenis makanan ; lebih banyak sayur-sayuran dibanding makanan lainnya, makanan yang disukai : Bakso,Mie ayam , makanan pantang tidak ada., nafsu makan baik, perubahan berat badan tiga bulan terakhir bertambah 1-2 kg. 7. Pola eliminasi : a. Buang Air Besar Frekuensi : Selama dua hari satu kali BAB,penggunaan pencahar : (-),Waktu pagi hari , warna kehijau-hijauan,konsistensi lunak. b. Buang Air kecil Frekuensi 4 -5 kali sehari ,warna kuning jernih,bau khas 8. Pola Todur dan Istirahat Waktu tidur jam 23.00 sampai dengan jam 06.00 pagi,lama tidur rata-rata 7-8 jam,kebiasaan pengantar tidur (-),kebiasaan saat tidur menggunakan bantal guling, Kesulitan dal hal tidur biasanya menjelang tidur. 9. Pola Aktifitas dan Latihan Kegiatan dalam pekerjaan : pasien mengatakan sejak berhenti bekerja hanya tinggal dirumah,dan bantu-bantu memasak. Olahraga ( -),Kegiatan waktu luang :menonton TV,kadang-kadang rekreasi. 10. Pola bekerja Waktu masih bekerja pasien mengatakan bekerja di pabrik tekstil bagian administrasi, selama bekerja tidak menggunakan alat pengaman bekerja selama 10 jam sehari, dalam 6 hari kerja dari senin sampai sabtu dan telah bekerja selama tiga tahun saat ini sudah berhenti bekerja dan tinggal dirumah bersama orang tua pekerjaan sekarang hanya bantu-bantu dirumah karena sakit. IV. Riwayat Keluarga Genogram

51Th (H)

48Th(H)

29Th(H)

27Th(H)

25Th(H)

23Th(H)

10Th(H)

Klien Saat ini Riwayat Lingkungan: Kebersihan rumah Baik, bahaya (-),Polusi (-) Aspek psikososial : 1. Pola pikir dan persepsi: Alat Bantu yang digunakan tidak ada, kesulitan yang dialami sering pusing, lain-lain (-). 2. Persepsi diri Hal yang sangat dipikirkan saat ini oleh pasien adalah bagaimana penyakitnya bisa cepat sembuh, harapan setelah menjalani perawatan agar penyakitnya bisa secepatnya sembuh,perubahan yang dirasakan setelah sakit dimana akhir-akhir ini sepertinya sudah ada perubahan dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya walau telah beberapa kali menjalani perawatan tetapi pasien tetap optimis penyakitnya secepat sembuh 3. Suasana hati Pasien merasa biasa saja, menikmati akan sakit yang diderita selalu tetap berusaha mendapatkan pelayanan dan perawatan tetap mengontrol dan mengikuti anjuran yang diberikan dan meyakini bahwa Tuhan memberikan cobaannya pasti ada batasnya. 4. Hubungan/komunikasi Bicara jelas,relevan,mampu mengekspresikan apa yang dideritanya dan mempu mengerti orang lain, bahasa utama yang digunakan adalah bahasa Jawa.Tempat tinggal bersama orang tua di Wonosobo,kehidupan kelurga; adapt-istiadat yang dianut : Ada Jawa,pembuatan keputusan dalam keluarga ; Klien sendiri dengan Saran/masukan dari orang tua yang mendukung sepenuhnya terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan selama ini , pola komunikasi baik satu dengan yang lain dalam anggota keluarga , keuangan selama ini cukup dibiayai sepenuhnya oleh orang tua, kesulitan dalam keluarga (-). 5. Kebiasaan Seksual Pemahaman terhadap fungsi seksual : pasien mengerti dan memahami fungsi seksual denganBaik, saat ini gangguan yang dirasakan hanya masalah menstruasi yang tidak teratur, dengan siklus Haid yang tidak teratur, lama haid 9 hari. 6. Pertahanan koping

Pengambilan keputusan selama ini dilakukan oleh klien sendiri dengan petunjuk / saran dari orang tua, pasien menikmati apa yang dideritanya tanpa merasa rendah diri, terisolir dengan pergaulan lainnya, jika stress pasien lebih memilih bergabung dengan temantemannya dan mengemukakan masalah yang dihadapi tanpa merasa rendah diri. 7. Sistem Nilai dan kepercayaan Klien meyakini bahwa penyakitnya bisa sembuh dengan keyakinan bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan sebatas kemampuan yang dimiliki klien, Klien beragam islam taat beribadah, dan sering mengikuti pengajian dimesjid saat hari-hatri tertentu, sholat lima waktu selalu dilakukan. 8. Tingkat perkembangan Klien pada Lima tahun pertumbuhan dan perkembangan berjalan normal sesuai dengan usia begitu pula tahun-tahun berikutnya tidak ada masalah. VII. Pengkajian Fisik Tanda Vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 88- x/m Temperatur : 36,7 C Respirasi rate : 20 x/m Berat Badan : 40 kg , Tinggi Badan : 152 cm Kepala : Bentuk : Bulat, keluhan yang dikemukakan akhir-akhir ini klien mengeluh pusing Mata : Ukuran pupil normal isokor kiri dan kanan,reaksi terhadap cahaya baik,akomodasi Dbn,konjungtiva tidak anemis,fungsi penglihatan baik,tanda-tanda randang tidak ditemukan,operasi tidak pernah,tidak menggunakan kaca mata. Hidung : Reaksi alergi tidak pernah,pernah mengalami flu tetapi tidak terlalu sering tergantung keadaan iklim, sinus dbn, perdarahan tidak ditemukan. Mulut dan Tenggorok : Gigi geligi baik , caries tidak ada,kesulitan berbicara maupun menelan tidak ditemukan. Pernafasan : Suara nafas dbn,pola nafas baik teratur batuk, sputum, nyeri batuk darah tidak ditemukan lain-lain dbn. Sirkulasi : Nadi perifer : kuat, 80 x/m, Capillary refilling tidak ada,distensi vena jugularis Dbn, Suara jantung dbn,nyeri,edema,palpitasi,perubahan warna kulit,clubbing,keadaan ekstremitas tidak ada kelainan, lain-lain Dbn. Nutrisi : Berat badan 40 kg, Tinggi badan 152 cm, status gizi baik,jenis diet TKTP, nafsu makan baik,rasa mual tidak ada,muntah tidak ada,intake cairan cukup dengan minum 6-8 gelas perhari. Eliminasi : Bab ; pola rutin setiap pagi 1 kali dalam dua hari, tidak ada menggunakan pencahar,colostomi tidak ada,diare tidak ada, obstipasi tidak ada. Bak pola

rutin tidak menentu, kadang- kadang 4-5 kali setiap hari tergantung banyaksedikitnya minum,infeksi (-) hematuri (-) kateter (-). Genetalia : Secara umum Genetalia luar baik,Serviks dan Ovarium post operasi relaparatomi extended radikal panhisterektomi, omentektomi. Neurosis : Tingkat kesadaran compos mentis GCS baik, disorientasi (-),Tingkah laku baikkooperatif,riwayat epilepsi (-)reflex +/+ kiri-kanan ekstremitas atas dan bawah, kekuatan mengenggam baik. Muskuloskeletal : Kekuatan otot baik,pergerakan ekstremitas Dbn,nyeri (-) kekakuan (-),pola latihan gerak (-) Kulit : Sawo matang, integritas baik, turgor baik. Data Laboratorium Tanggal dan jenis Hasil pemeriksaan dan nilai normal Interpretasi pemeriksaan 22 April 2003 : Hb AST ALT 1 mei 2003 AST ALT 28 Mei 2003 WBC RBC HGB HCT MCV MCH MCHC PLT RDW MPV NA (serum) K ( serum) Cl (serum) AST ALT 6,96 x103 ul(4,8-10,8) 4,81x106/ul( 4,2-5,4 ) 14,8 gr/dl (12-16) 44,2% ( 37 -47 ) 91,9 fl (81-99) 30,8pg (27 -31 ) 33,5 gr/dl (33-37 ) 325 x103 /ul (150-450) 9,5 fl( 35-47) 9,2 fl(7,2-11,1 ) 14,mmol/l ( 13,5 -14,6 ) 4,3 mmol ( 3,4 -5,4 ) 106 mmol/l ( 95 108 ) 23,1m/l ( 10.0 -42,0 ) 27,8 m/l ( 10.0-40.0 ) 36 u/lt(10.0-42.0) 76 u/lt(10,0-40,0 Normal Gangguan fungsi ginjal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal 14,3gr( L :12-14,W:14-16 ) 50,3 u/lt(10.0-42.0) 84,0 u/lt(10,0-40,0) Normal Gangguan fungsi ginjal Gangguan fungsi ginjal

BUN CREA

8,0 mg/dl ( 7,0 -18,9 ) 0,61 mg/dl ( 0,60 -1,30)

Terapi Medis yang diberikan Tanggal 07 mei 2003 28 Mei 2003 Jenis terapi Cysplatin Benzil Pnemania Rute terapi Oral Oral Oral oral Dosis 50mg 3x1 2x1 50mg kemoterapi Indikasi terapi Kemoterapi

Cysplatin Hasil pemeriksaan diagnostik lain : (-) Persepsi Klien terhadap penyakitnya :

Kadang-kadang berpikir seolah-olah merasa rendah diri akan tetapi berkat dukungan keluarga dan semagat hidup klien yang tinggi klien merasa biasa-biasa saja dan menikmati penyakit yang dideritanya dan berharap penyakitnya cepat sembuh. Kesan perawat terhadap klien : Klien cukup kooperatif dalam memberikan informasi dan semangat serta motivasi untuk lepas dari penyakitnya sangat tinggi sehingga selalu rajin memeriksakan dirinya untuk mendapatkan pelayanan dan pengobatan agar harapannya untuk sembuh tidak sia-sia serta mengikuti anjuraanjuran yang diberikan. NCP bisa dilihat pada LP.

Askep Kanker Serviks


Posted by geovanisimatupang123 16 Desember 2011 Tinggalkan sebuah Komentar

BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. [4] Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang.Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa simptomatis karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.

B. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk lebih memahami tentang Ca serviks, konsep medis Ca cerviks, serta Asuhan keperawatan Ca cerviks.

C. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah yang ada pada penulisan makalah ini, yaitu : a.Apa yang di maksud dengan Ca cerviks? b.Bagaimana etiologi Ca cerviks?

c.Bagaimana klasifikasi klinis Ca cerviks? d.Bagaimana gejala klinis Ca cerviks? e.Bagaiman pemeriksaan diagnostik Ca cerviks? f. Bagaiman terapi Ca cerviks?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya . B. Etiologi Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain : a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda b. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. c. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. d. Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks e. Sosial Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. f. Hygiene dan sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma. g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C. Klasifikasi klinis a. Stage 0: Ca.Pre invasif b. Stage I: Ca. Terbatas pada serviks c. Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis d. Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I e. Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal f. Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina g. Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain. D. Gejala Klinis a. Perdarahan Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat. b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau. E. Pemeriksaan diagnostik a. Sitologi/Pap Smear Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi. b. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna. c. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat. d. Kolpomikroskopi Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali e. Biopsi Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. f. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas. F. Terapi a. Irradiasi Dapat dipakai untuk semua stadium Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk Tidak menyebabkan kematian seperti operasi. b. Dosis Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks c. Komplikasi irradiasi Kerentanan kandungan kencing Diarrhea Perdarahan rectal

Fistula vesico atau rectovaginalis d. Operasi Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah. f. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkaijan a. Identitas klien. b. Keluhan utama. Perdarahan dan keputihan c. Riwayat penyakit sekarang Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga. d. Riwayat penyakit terdahulu. Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi. e. Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain. f. Riwayat psikososial Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks. Pemeriksaan Fisik g. Inspeksi Perdarahan keputihan

h. palpasi nyeri abdomen nyeri punggung bawah Pemeriksaan Dignostik a. Sitologi b. Biopsi c. Kolposkopi d. Servikografi e. Gineskopi f. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif).

B. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia . b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi d. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia. e. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi. f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu. g. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga. h. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.

C. Intervensi a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia . Tujuan: Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan. Intervensi :

Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.

Berikan cairan secara cepat. Pantau dan atur kecepatan infus. Kolaborasi dalam pemberian infus

b . Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. Tujuan: Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh. Intervensi:

Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan. Pantau masukan makanan oleh klien. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi Tujuan: Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Intervensi :

Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia. Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

d. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia. Tujuan: Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan Intervensi :

Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan Trombosit) Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan. Observasi tanda-tanda perdarahan. Observasi tanda-tanda vital. Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)

e. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.

Tujuan: Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal. Intervensi:


Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas. Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami. Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.

Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.

f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu. Tujuan: Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi. Intervensi:

Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif. Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan Dorong harapan yang realistis. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai. Berikan dorongan spiritual.

g. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.

Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.

Intervensi :

Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya. Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang sakit.

h. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi.

Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi. Intervensi:

Baringkan pasien diatas tempat tidur. Kaji kepatenan kateter abdomen. Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

D. Evaluasi Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah : a. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.

b. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh c. Tidak ada tanda-tanda infeksi d. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan e. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal. f. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi. g. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran. h. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi

Laporan Pendahuluan Kanker Cerviks (Ca Cervix, Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinik, Patofisiologi, Asuhan Keperawatan)
Posted July 14, 2011 by jfikriamrullah in Uncategorized. Leave a Comment

3 Votes 1. I. Pengertian

Kanker serviks / kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina ). Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasania menyerang wanita berusia 35 55 tahun. 90 % dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada sluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

1. II.

Etiologi

Kanker serviks terjadi jika sel sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks.

Penyebab terjadinya kelainan pada sel sel serviks tidak diketahui secara pasti , tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu : 1. HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.

1. Merokok Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks. 1. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini 2. Berganti ganti pasangan seksual 3. Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks. 4. Pemakaian DES ( dietilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran. 5. Pemakaian pil KB 6. Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia menahun. 7. Golongan ekonomi lemah ( kerna tidak mampu melakukan pap smear secara rutin )

XII.

Manifestasi Klinik
Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%) Pendarahan yang terjadi di luar senggama (Tingkat II dan III) Pendarahan spontan saat defekasi Pendarahan spontan pervaginaan Anemia akibat pendarahan berulang Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf. Stadium Karsinoma Serviks

1. III.

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :

Tahapan Lesi
Tahap 0 Tahap 1

Lokasi

Deskripsi

Karsinoma in situ

Kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi. Ukuran bukan merupakan kriteria

Karsinoma yang hanya benar-benar berada dalam serviks

Tahap 1A Tahap 1B Tahap II Kanker vagina

Makroinvasi Secara klinis jelas merupakan tahap I Lesi telah menyebar di luar serviks hingga mengenai vagina (bukan 1/3 bagian bawah) atau area paraservikal pada salah satu sisi atau kedua sisi. Hanya perluasan vagina

Tahap IIA Tahap IIB

Perluasan paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina. Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis. Kanker mengenai 1/3 Urogram IV menunjukkan salah satu bagian bawah vagina atauatau kedua ureter tersumbat oleh telah meluas ke salah tumor. satu atau kedua dinding pelvis Meluas sampai 1/3 bagian bawah vagina saja Metastase karsinoma terisolasi yang diraba pada dinding pelvis.

Tahap III

Tahap IIIA

Tahap IIIB

Perluasan kandung kemih

Bukti bahwa karsinoma mengenai kandung kemih tampak pada pemeriksaan sitoskopi atau oleh adanya fistulasi vesiko vagina. Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya.

Tahap IV

Perluasan rectal penyebaran jauh 1. IV. Patofisiologi / Pathways

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. 2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus. 3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desakmendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus. Periode laten dari NIS I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 20 tahun (rata-rata 5 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.

Pathways

1. V.

Pemeriksaan Diagnostik 1. Pap Smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun sampai lebih dari 50 %. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual / atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali / tahun.

Jika selam 3 kali berturut turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear bias dilakukan 1 kali / 2 3 tahun. Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks : displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas ) displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas ) karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )

kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam / ke organ tubuh lainnya ) 1. Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik dan evaluasi respon pada pengobatan. 1. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi) Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb. 1. Penanda tumor Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum (CEA, antigen spesifik prostat, HCG, dll.) 1. Tes kimia skrining 2. HDL dengan diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia, perubahan pada SDM dan SDP, trombosit berkurang atau meningkat. 3. Sinar X dada Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer. 1. VI. Penatalaksanaan 1. Pada lesi precursor (lesi intra-epitel squamosa) tingkat rendah atau tingkat tinggi ditemukan maka pengangkatan non bedah konservatif, kriterapi (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser, konisasi (pengangkutan yang berbentuk kerucut dari serviks). 2. Pada kanker servikal invasif dilakukan radiasi atau histerektomi radikal. 3. Pada paisen dengan kekambuhan kanker servikal dipertimbangkan untuk menjalani ekstenterasi pelvis dimana bagian besar isi pelvis diangkat. 2. VII. Penyebaran Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu : 1. Ke arah fornises dan dinding vagina 2. Ke arah korpus uterus. 3. Ke arah paramerium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandungkemih. 4. VIII. Klasifikasi 1. Kanker Serviks Pre-Invasif

Klasifikasi yang digunakan saat ini meliputi : 1. CIN I displasia ringan 2. CIN II displasia sedang 3. CIN III displasia berat dan karsinoma insitu Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN adalah papanikolaou (PAP) Test.

PAP test terdiri dari 5 kategori. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Stadium I : Tidak ada sel abnormal Stadium II : Sel epitel diidentifikasi, inflamasi harus diukur. Stadium III : Kecurigaan Sel Abnormal Stadium IV : Sel Malignan karsinoma insitu Stadium V : Sel malignan kanker invasif Kanker Serviks invasif

Terdapat 2 tipe yaitu mikro-invasif dan invasif 1. Karsinoma mikroinvasif Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih dari 3 mm di bawah membran basal tanpa adanya infasif limfatik atau vaskuler. 1. Karsinoma invasif Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain, kanker serviks invasif tidak menampakkan gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah pendarahan yang terjadi saat coitus atau latihan fisik, nyeri hematuria, dan gagal ginjal akibat penyebaran kanker ke kandung kemih dan obstruksi serta pendarahan rektal serta obstruksi bowel. Terapi pembedahan dan radioterapi. 1. Kanker Serviks Lanjut dan Berulang Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks invasif, mempunyai penyakit berulang atau persisten setelah terapi. 1. IX. Perencanaan Terapi Radiasi 1. Terapi Radiasi Eksternal 1. Perawatan sebelum pengobatan

Kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. 1. Selama Terapi Pilihlah kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik dan deodoran. Pertahankan keadekuatan nutrisi. 1. Perawatan Post Pengobatan Hindari infeksi

Laporkan tanda-tanda infeksi Monitor intake cairan dan juga keadekuatan nutrisi. Beri tahu efek radiasi peresisten selama 10-14 hari sesudah pengobatan. Lakukan perawatan kulit dan mulut. 1. Terapi Radiasi Internal 1. Pertimbangan Perawatan Umum

Teknik isolasi Membatasi aktivitas 1. Perawatan Pre Insersi

Turunkan kebutuhan untuk enema atau BAB, selama beberapa hari. Pasang kateter sesuai indikasi Puasakan malam hari sebelum prosedur dilakukan Latih nafas panjang, latih ROM Jelaskan tentang pembatasan pengunjung. 1. Selama Terapi Radiasi

Monitor TTV tiap 4 jam Latih ROM aktif dan nafas dalam setiap 2 jam Beri posisi semi fowler Beri makanan berserat dan cairan parenteral s/d 300 ml Kateter tetap terpasang Monitor intake dan output Monitor tanda-tanda pendarahan Beri support mental. 1. Perawatan Post pengobatan

Hindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis emboli pulmonal dan pneumonia) Hindari komplikasi akibat pengobatan itu sendiri (pendarahan, reaksi kulit, diare, disuria dan distansia vagina) Monitor intake dan output cairan.

1. Teknik Kombinasi Radiasi Eksternal dan Intrakaviter Stadium I dan II : Aplikasi radium 6500 rad dengan 2x aplikasi radiasi eksternal : 5000 rad / 5 minggu. Stadium III rad. Stadium IV : Radiasi eksternal seluruh pelvis 2000-3000 rad kemudian 4500-5000 : Hanya radiasi eksternal untuk pengobatan paliative.

XIII.

Sitostatika dalam Ginekologi

Penggolongan obat sitostatika : 1. Golongan yang terdiri atas obat-obat yang mematikan semua sel pada siklus obatobat non spesifik 2. Golongan obat yang mematikan pada fase tertentu dari mana proliferasi obat fase spesifik. 3. Golongan obat yang merusak semua sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar obat-obat siklus spesifik. Macam macam obat : 1. Obat dengan Komponen Alkil (Alkilating Agent) Obat ini melepas alkil dalam selnya, menyebabkan gangguan pembentukan RNA. Obat ini mempengaruhi proliferasi dan interface. Efek toksik adalah : depresi sumsum tulang dengan gejala neutropeni dan trombositopeni dan pengaruh terhadap traktus digestivus dan folikel rambut (alopesia). 1. Obat Anti Metabolit Obat ini mempunyai identitas kimiawi yang sama, akan tetapi menghalangi berfungsinya metabolit tersebut, sehingga akan mengganggu siklus dalam sel. 1. Obat Antibiotik Obat ini berkhasiat spesifik terhadap siklus sel. 1. Obat alkaloid Golongan ini menghentikan proses mitosis pada fase metastasis. 1. Obat Hormon Dasar terapi ini bahwa organ yang dalam keadaan normal, rentan terhadap hormon tertentu, dapat dipengaruhi oleh hormon dari luar. Cara Pemberian Obat 1. Pemberian Oral

Obat yang diberikan sebaiknya obat yang larut dalam lemak. Perlu diperhatikan bahwa pemberian obat oral dapat menyebabkan kerusakan sel epitelium sehingga mengakibatkan ulkus yang disertai depresi sumsum tulang. dapat disertai pendarahan. 1. Pemberian Intramuskuler Kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan nekrosis, pendarahan lokal yang sukar dihentikan. 1. Pemberian intravena Pemberian intravena dapat dilakukan dengan penyuntikan langsung secara bolus atau per infus. 1. Pemberian intrapleura Pemberian obat ini bertujuan untuk mengurangi produksi cairan pleura dan membunuh sel kanker. 1. Pemberian intraperitoneal Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi cairan asites, obat ini diberikan intraperineum. Syarat Pemberian Sitostatika 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Keadaan umum harus baik Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang terjadi. Faal ginjal dan hati baik. Diagnosis histopatologik diketahui. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi. Hb > 10 gr%. Leukosit > 5000/ml. Trombosit > 100.000/ml.

Selain persyaratan di atas, ada syarat yang harus dipenuhi dalam pemberian pengobatan. 1. Mempunyai pengetahuan sitostatika dan manajemen kanker. 2. Dilengkapi secara sarana laboratorium yang lengkap. Efek toksik yang paling cepat tampak adalah efek pada traktus digestivus yaitu : 1. Gingivitis 2. Diare 3. Rasa mual 4. Muntah 5. Pendarahan usus 6. Anemia 7. Leukopenia 8. Trombositopenia 9. Kenaikan suhu 10. Hiperpigmentasi 11. Gatal gatal 12. Kenaikan kadar ureum dan kreatinin.

XII.

Pencegahan

Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks yaitu : 1. Mencegah terjadinya infeksi HPV 2. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur Pap smear ( tes papanicolau ) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang dibuat dari kayu / plastik ( yang dibedakan bagian luar serviks ) dan sebuah sikat kecil ( yang dimasukkan ke dalam saluran servikal ). Sel sel serviks lalu dioleskan pada kaca objek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian / pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeetksi perubahan prekanker pada serviks. Jika hasil pap smear menunjukkan displasia/ serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kalposkopi dan biopsi. Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur : 1. setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun 2. setiap tahun untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual / pernah menderita infeksi HPV / kutil kelamin 3. setiap tahun untuk wanita yang memaaakai pil KB 4. setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika 3 kali pap smear berturut turut menunjukkan hasil negatif / untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker 5. sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal 6. sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pre kanker maupun kanker servik Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya : 1. anak perempuan yang berusia di bawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual 2. jangan melakukan hubungan seksual pada penderita kutil kelamin/ gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin 3. jangan berganti ganti pasangan seksual 4. berhenti merokok 5. pemeriksaan panggul ( pap smear ) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual / pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi 6. Identitas Klien 7. Keluhan utama 8. Status kesehatan 1. Gejala yang dirasakan

XIII. A.
1) 2) 3) 4)

Asuhan keperawatan

Pengkajian
Gejala awal Timbulnya gejala faktor yang memperbaiki gejala faktor yang memperburuk gejala Deskripsi gejala lokasi kualitas kuantitas Efek pada gaya hidup 1. Riwayat Ginekologi

Karakteristik menstruasi Menarche Periode menstruasi terakhir Pengalaman menstruasi Pendarahan tengah siklus Menopause Kontrasepsi Usia pada saat kehamilan pertama Penyakit menular seksual 1. Status Obstetrik P . A.. 2. Riwayat Medis Masa Lalu 1. Penyakit dan Pengobatan 2. Alergi 3. Penyakit masa kanak-kanak dan imunisasi. 4. Penyakit dan pembedahan sebelumnya 5. Kecelakaan atau cedera 6. Perilaku yang berisiko

gaya hidup konsumsi kafein

mengonsumsi alcohol obat-obatan praktik seks yang tidak aman 1. Riwayat penganiayaan 2. Riwayat Kesehatan Keluarga 1. Penyakit keturunan 2. Penyakit saat ini dalam keluarga 3. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga 4. Genogram 5. Riwayat psikososial 1. Koping individu

Kesadaran diri dan harga diri Penatalaksanaan stress Penyalahgunaan zat 1. Pola kesehatan

Sirkulasi Gejala palpitasi Perubahan tekanan darah

Aktifitas istirahat dan tidur Kelemahan Perubahan pola istirahat dan tidur

Adanya faktor faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur misalnya : nyeri, kecemasan, keringat malam dll

Integritas ego Factor stress ( perubahan peran, pekerjaan )

Cara mengatasi stress misalnya merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius dll Masalah tentang perubahan penampilan misalnya alopesia, luka cacat, pembedahan, menyangkal, menarik diri, marah dll

Nutrisi Keluhan mual Muntah Kebiasaan diet buruk : bahan pengawet, zat adiktif

Anoreksia Kekurangan masa otot Perubahan BB Kakeksia Eliminasi Perubahan pola defekasi Perubahan bising usus Distensi abdomen

Neurosensori Pusing Sinkop

Nyeri / kenyamanan

Ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat dihubungkan dengan proses penyakit

Keamanan Pemajanan terhadap kimia toksik, karsinogen, Ruam kulit Demam ulserasi

Interaksi social Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran

seksualitas dampak pada hubungan, perubahan fungsi seksualitas

1. Spiritual Agama Praktik agama 1. Pemeriksaan Fisik 1. keadaan umum 2. head to toe 3. Pemeriksaan penunjang

4. Data pendukung lain 5. Kesimpulan 6. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan pengobatannya brehubungan dengan tidak mengenal sumber informasi Tujuan :

B.

Diagnosa Keperawatan Intervensi

Klien tercukupi kebutuhan pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan pengobatannya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :
Klien mengungkapkan informasi akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan pada tingkat kesiapan diri sendiri Melakukan dengan benar prosedur yang dilakukan Mampu menjelaskan alasan tindakan

Intervensi :
Tinjau ulang tingkat pengetahuan klien tentang prognosa penyakit dan pengobatan Tanyakan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker serta pengalaman klien sendiri / orang lain yang pernah terkena kanker Beri informasi yang jelas dan akurat dengan cara yang nyata

Berikan pedoman antisipasi pada pasien / orang terdekat mengenai protocol pengobatan, terapi, hasil yang diharapkan, kemungkinan efek samping

1. Kecemasan b.d. ancaman kematian, ancaman perubahan status kesehatan, fungsi peran dan pola interaksi

Tujuan :
Kecemasan hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil:
Klien mengatakan perasaan cemasnya hilang / berkurang Tampak rileks TTV dalam batas normal

Intervensi :
Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya

Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan / menolak untuk bicara Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan menyentuh pasien Bantu pasien / orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut

Beri informasi akurat, konsisten mengenai prognosis, pengobatan serta dukungan orang terdekat Jelaskan prosedur bahkan kesempatan untuk bertanya Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang Waspadai tanda depresi 1. Nyeri b.d. penekanan sel kanker pada saraf, kematian sel.

Tujuan :
Nyeri hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri hilang / berkurang dengan skala nyeri 0 3 Ekspresi wajah rileks TTV dalam batas normal

Intervensi :
Tentukan riwayat nyeri : lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan tindakan penghilang yang digunakan Berikan tindakan kenyamanan dasar ( reposisi, gosok punggung, aktifitas hiburan, musik, tertawa dll ) Evaluasi penghilangan nyeri Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. metabolisme tubuh meningkat, nafsu makan turun.

Tujuan :
Status nutrisi dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :
Konjungtiva tidak anemis

Sclera tidak ikterik BB dalam batas normal Hasil laboratorium dalam batas normal : Hb

Intervensi :

Pantau masukan makanan setiap hari Ukur BB setiap hari / sesuai indikasi Dorong klien untuk makan makanan tinggi kalori, kaya nutrien Ciptakan suasana makan yang menyenangkan Dorong penggunaan tehnik relaksasi, visualisasi sebelum makan Identifikasi adanya mual, muntah, anoreksia Dorong makan sedikit tapi sering Kolaborasi : Pemberian obat obatan sesuai indikasi : fenotiazin, kortikosteroid, vitamin, antasid Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb

1. Resiko tinggi infeksi b.d. ketidakadekuatan pertahanan sekunder adanya imunosupresi, supresi sumsum tulang ( efek dari pembatasan dosis baik kemoterpi maupun radiasi, malnutrisi

Tujuan :
Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :
Tidak ada tanda tanda infeksi TTV dalam batas normal Hasil laboratorium dalam batas normal : lekosit

Intervensi :
Tekankan pada pentingnya hygiene personal, hygiene oral Pantau TTV Berikan perawatan dengan prinsip aseptic Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi Kolaborasi pemeriksaan : kultur

Kolaborasi pemberian antibiotik Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : lekosit 1. Resiko tinggi injury b.d. kelelahan, kelemahan fisik.

Tujuan :
Tidak terjadi injury setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil :
injury. Klien berada pada kondisi yang jauh dari injury Klien atau keluarga dapat mendemonstrasikan tindakan pencegahan diri dari

Intervensi :
Kaji mental klien Pantau status neuromuskuler Kaji kemampuan AKS, latihan dan ambulansi Pertahankan lingkungan yang aman Orientasikan terhadap lingkungan sekitar Sediakan peralatan yang dibutuhkan dan tempatkan dalam jangkauan Pertahankan pagar tempat tidur Beri penerangan yang adekuat Bantu klien dalam AKS 1. Gangguan bodi image b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.

Tujuan :
Tidak terjadi gangguan bodi image setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :
Klien mengatakan dapat menerima perubahan pada tubuhnya Klien dapat berinteraksi dengan baik terhadap semua orang Klien dapat menggunakan sistem pendukung keluarga dan masyarakat

Intervensi :

tubuh -

Tentukan persepsi klien tentang perubahan citra tubuh Anjurkan mengungkapkan emosi seperti marah, takut, frustrasi, dan cemas Beri umpan balik yang realistik Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam pengobatan Beri reinforcement positif atas usaha-usahanya untuk meningkatkan citra Kaji respon adaptif Tunjukkan empati Kaji perilaku merusak diri Jaga kebersihan sekitar genitalia Berikan suport mental

1. Perubahan pola sexual b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.

Tujuan :
Pola seksual tidak mengalami perubahan / gangguan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :
Klien/pasangan dapat mengungkapkan penerimaan akan perubahan pola seksual

Intervensi :
Jelaskan efek penyakit, kesehatan terhadap fungsi seksual Diskusikan perasaan klien terhadap fungsi seksual Diskusikan masalah tersebut dengan pasangan Beri waktu tersendiri untuk klien membicarakan masalah pola seksual. 1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi energi, hipermetabolik

Tujuan :
Klien tidak mengalami intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :
Klien mampu melakukan aktifitas sesuai kemampuan klien

TTV dalam batas normal

Intervensi :
Rencanakan tindakan keperawatan yang memungkinkan periode istirahat Buat tujuan aktifitas realistis dengan klien

Dorong klien untuk melakukan aktifitas apa saja bila mungkin ( duduk, berjalan, bangun ) Tingkatkan aktifitas sesuai kemampuan Pantau respon fisiologis terhadap aktifitas Kaji respon TTV tiap 4 jam 1. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d. radiasi, kemoterapi, penurunan imunologis

Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil :
Integritas kulit utuh

Intervensi :
Kaji kulit dengan efek samping terapi kanker Gunakan air hangat dan sabun ringan waktu mandi Anjurkan klien untuk menghindari mengaruk Ubah posisi / alih baring sesering mungkin Hindari untuk memakai krim apapun kecuali dengan resep dokter Anjurkan klien untuk memakai pakaian lembut dan longgar Kaji efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi Kolaborasi untuk pemberian salep topikal. 1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui rute normal, abnormal, mual, muntah, perdarahan

Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :
Membran mukosa lembab Turgor baik TTV stabil Intake dan output seimbang

Intervensi :
Pantau masukan dan haluaran, berat jenis Tinbang BB sesuai indikasi Pantau TTV Evaluasi nadi perifer dan pengisian kapiler Kaji turgor kulit dan kelembapan membran mukosa Dorong peningkatan masukan cairan sesuai toleransi klien Observasi adanya mual, muntah, perdarahan Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai indikasi Kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

You might also like