You are on page 1of 11

OKSIGENASI

Oleh :
1. 2. 3. 4. 5. Zabbar Hamzah Daulay Citra Oktiayuliandri Rantika Sari Liza Hadiyati Friz Oktaliza 1110321016 1110322024 1110322046 1110323026 1110323056

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011/2012

Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Oksigenasi ini dengan lancar. Makalah ini menjelaskan tentang hal hal yang berkaitan dengan pernapasan dan dinamikanya dalam konteks keperawatan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian.

Padang, 17 Maret 2012

Penulis

Daftar Isi
Lembar Judul Kata Pengantar Daftar Isi i ii iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pembahasan 5 4 4 4

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 3.2. Saran 10 10

DAFTAR PUSTAKA

11

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernapasan di otak. Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfer ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh sampai ke luar tubuh. Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi. Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi. Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ atau sel. Oksigenasi adalah upaya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan saluran masuknya oksigen dengan cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1. 1.2.2. 1.2.3. 1.2.4. 1.2.5. 1.3 Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum 1.) Untuk membuka pengetahuan masyarakat tentang hal hal yang berkaitan dengan pernapasan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.) Untuk membantu perawat dalam membuat asuhan keperawatan terkait masalah pernapasan pada pasien. Fisiologis pernapasan. Faktor Fisiologis dan Psikologis yang Mempengaruhi Proses Pernapasan. Proses Ventilasi, Perfusi, dan Pertukaran Gas. Penyebab dan Pengaruh Hipoventilasi, Hiper, dan Hipoksema. Perencanaan Keperawatan Terkait Dengan Masalah Pernapasan.

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Fisiologi Pernapasan Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen didapat melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut. 2.2. Faktor Fisiologis dan Psikologis yang Mempengaruhi Proses Pernapasan 1.) Faktor Fisiologis yang Mempengaruhi Proses Pernapasan. Setiap kondisi yang mempengaruhi kardiopulmunar secara langsung akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Proses fisiologi selain yang mempengaruhi proses oksigenasi pada klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa oksigen, seperti anemia, peningkatan kebutuhan metabolisme, seperti kehamilan dan infeksi. Selain itu, faktor fisiologis lain yang juga mempengaruhi proses pernapasan adalah. -Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia. -Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas. - Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu. - Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain. - Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru. 2.) Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Proses Pernapasan. Stres adalah kondisi di mana seseorang mengalami ketidakenakan oleh karena harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak dikehendaki (stresor). Stres akut biasanya terjadi oleh karena pengaruh stresor yang sangat berat, datang tiba-tiba, tidak terduga, tidak dapat mengelak, serta menimbulkan kebingungan untuk mengambil tindakan. Stress akut tidak hanya berdampak pada psikologis nya saja tetapi juga pada biologisnya , yaitu mempengaruhi sistem fisiologis tubuh, khususnya organ tubuh bagian dalam yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jadi, stres tersebut berpengaruh terhadap organ yang disyarafi oleh syaraf otonom. Hipotalamus membentuk rantai fungsional dengan kelenjar

pituitari (hipofise) yang ada di otak bagian bawah. Bila terjadi stres, khususnya stres yang akut, dengan cepat rantai tersebut akan bereaksi dengan tujuan untuk mempertahankan diri dan mengadaptasi dengan cara dikeluarkannya adrenalin dari kelenjar adrenal tersebut. Adrenalin inilah yang akan mempengaruhi alat dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Terjadinya kegagalan dalam proses suplai oksigen ke organ-organ tersebut karena organ-organ tubuh dalam bekerja selalu membutuhkan oksigen secara teratur dalam jumlah yang cukup, dan oksigen tersebut dibawa oleh darah yang mengalir ke organ-organ tersebut. Ansietas atau kecemasan yang terlalu tinggi juga akan meningkatkan laju metabolisme tubuh dan kebutuhan akan oksigen. Tubuh berespons terhadap ansietas dan stress lain dengan meningkatkan frekuensi kedalaman pernafasan. Kebanyakan individu dapat beradaptasi, tetapi beberapa individu yang mengalami penyakit kronik seperti infark miokard tidak dapat mentoleransi kebutuhan oksigen akibat rasa cemas. 2.3. Proses Ventilasi, Perfusi, dan Pertukaran Gas Proses pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan; 1.) Ventilasi, proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke dalam atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor : a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer b. Adanya kondisi jalan napas yang baik c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi. 2.) Difusi, merupakan pertukaran antara o2 dari alveoli ke kapiler paru- paru dan co2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Luasnya permukaan paru-paru Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Haemoglobin.

a. b. c. d.

3.) Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan sistem vaskular. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau immobilisasi akibat sistem saraf; depresi susunan saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang tidak baik. Tanda klinis : 1) Dispnea pada usaha napas 2) Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang

3) 4) 5) 6) 7)

Agitasi Lelah, alergi Meningkatnya tahanan vascular paru-paru Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2 Sianosis.

2.4 Penyebab dan Pengaruh Hipoventilasi, Hiper, dan Hipoksemia 1.) Hipoventilasi Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru). Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest. 2.)Hiperventilasi Hiperventilasi merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paruparu agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena : - Kecemasan - Infeksi/sepsis - Keracunan obat-obatan - Ketidakseimbangan asam basa Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinitus. 3.) Hipoksemia Beberapa penyebab hipoksemia adalah. a. Tekanan partial O2 yang dihirup (PIO2) menurun. Terjadi pada tempat yang tinggi (high altitude) sebagai respons menurunnya tekanan barometer, inhalasi gas toksik atau dekat api kebakaran yang mengkonsumsi O2 . b. Ketidakseimbangan (mismatch) ventilasi/perfusi (V/Q) regional. Keadaan ini selalu menyebabkan keadaan hipoksemia yang berarti dalam klinik. Unit paru yang ventilasinya jelek ketimbang perfusinya menyebabkan desaturasi, yang efeknya sebagian tergantung kadar O2darah vena. Kadar O2vena yang menurun menyebabkan keadaan hipoksemia menjadi lebih jelek. Penyebab terbanyak adalah keadaan yang menyebabkan ventilasi paru menurun atau obstruksi salurannafas, atelektasis, konsolidasi, udema kardiogenik atau nonkardiogenik). Pemberian O2 dapat memperbaiki keadaan hipoksemia apabila penyebabnya adalah gangguan ketidakseimbangan V/Q, hipoventilasi atau gangguan difusi oleh karena PAO2meningkat, walaupun pada daerah yang ventilasinya jelek. Apabila penderita mendapat O2 100%, hanya daerah yang sama sekali tidak mendapat ventilasi (shunt ) yang menyebabkan hipoksemia. 2.5. Perencanaan Keperawatan Terkait dengan Masalah Pernapasan Berikut ini adalah contoh perencanaan keperawatan untuk beberapa gangguan pernapasan.

1. Gangguan pertukaran gas Kelebihan dan kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida di membran kapilar-alveolar. Batasan karakteristik : - Subyektif: dispnea, sakit pada saat bangun dan gangguan penglihatan. - Obyektif: Gas darah arteri tidak normal, pH arteri tidak normal, ketidaknormalan frekuensi, dan kedalaman pernapasan, warna kulit tidak normal, konfusi, sianosis, karbondioksida menurun, diaforesis, hiperkapnia, hiperkarbia, hipoksia, hipoksemia, iritabilitas, cuping hidung mengembang, gelisah, somnolen, dan takikardi. Faktor yang berubungan : 1) Perubahan membran kapiler-alveolar 2) Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi NOC : 1) Status Pernapasan: pertukaran gas: Pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk memertahankan konsentrasi gas darah arteri. 2) Status Pernapasan: ventilasi: Perpindahan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Contoh: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien mempunyai status pernapasan: pertukaran gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan: 1) Status neurologis dalam rentang yang diharapkan 2) Dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada 3) PaO2, PaCO2, pH arteri dan SaO2 dalam batas normal 4) Tidak ada gelisah, sianosis, dan keletihan NIC : 1) Pengelolaan Asam-Basa: meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat dari ketidakseimbangannya 2) Pengelolaan jalan napas: memfasilitasi kepatenan jalan napas Aktivitas Keperawatan : 1) Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha napas serta produksi sputum 2) Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi 3) Pantau hasil gas darah (misal PaO2 yang rendah, PaCO2 yang meningkat, kemunduran tingkat respirasi) 4) Pantau kadar elektrolit 5) Pantau status mental 6) Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen 7) Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut 8)Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas aktual/potensial 9) Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan 10) Pantau status pernapasan dan oksigenasi

Pendidikan Untuk Keluarga Pasien : 1) Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, pengisap,spirometer) 2) Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi 3) Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan suatu tindakan dilakukan misal: terapi oksigen 4) Ajarkan teknik perawatan di rumah (pengobatan, aktivitas, alat bantu, tanda dan gejala yang perlu dilaporkan) 5) Ajarkan batuk efektif Aktivitas Kolaboratif : 1) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien. 2) Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas, pola napas, analisa gas darah arteri,sputum,efek dari pengobatan) 3) Berikan obat yang diresepkan (misal: natrium bikarbonat) untuk mempertahankan kesiembangan asam-basa 4) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanis 5) Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan 6) Berikan bronkodilator, aerosol, nebulasi Aktivitas Lain : 1) Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa kendali 2) Beri jaminan kepada pasien selama periode disstres atau cemas 3) Lakukan higiene mulut secara teratur 4) Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen (misal mengurangi kecemasan, pengendalian demam dan nyeri) 5) Atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi dan megurangi dispnea 6) Masukkan jalan napas buatan melalui hidung atau nasofaring 7) Lakukan fisioterapi dada sesuai kebutuhan 8) Bersihkan sekret dengan suctioning atau batuk efektif 9) Rencanakan perawatan pasien yang menggunakan ventilator: a). Meyakinkan keadekuatan pemberian oksigen dengan melaporkan ketidaknormalan gas darah arteri, menggunakan ambubeg yang dilekatkan pada sumber oksigen di sisi bed dan melakukan hiperoksigenasi sebelum melakukan pengisapan. b). Meyakinkan keefektifan pola napas dengan megkaji sinkronisasi dan kemungkinan kebutuhan sedasi. c). Memertahankan kepatenan jalan napas dengan melakukan pengisapan dan memertahankan selang endotrakea atau pindahkan ke sisi tempat tidur. d). Memantau komplikasi (pneumotoraks) e). Memastikan ketepatan penempatan selang ET

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan


1.) Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ atau sel. 2.) Proses pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, apabila faktor faktor tersebut terganggu, maka proses pernapasan juga akan terganggu. 3.) Proses pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, perfusi, dan pertukaran gas. 4.) Dalam menangani pasien yang mengalami masalah pernapasan, perawat dapat melakukan perencanaan keperawata dengan terlebih dahulu meninjau faktor baik objektif maupun subjektif. 5.) Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat dapat melakukan kolaborasi dengan tenaga medis lain sehingga penanganan terhadap pasien lebih efektif. 3.2 Saran Tenaga medis wajib memehami tentang oksigenasi, proses dan permasalahannya, sebagai bekal dalam menghadapi pasien yang mengalami gangguan yang berkaitan dengan hal tersebut. Dengan memahami hal hal tersebut, tenaga medis terutama perawat akan lebih mudah membuat perencanaan keperawatan.

Daftar Pustaka
Cameron, John R. 1992. Fisika Tubuh Manusia. Yogyakarta : EGC. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi U.Ps. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Somantri, Iman. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Penerbit Salemba. Hanley, Mary V. dan Mi Ja Kim. Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta : EGC. http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pernapasan/ http://nursingbegin.com/proses-respirasi/ http://sitirochana.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-oksigenasi.html http://stikunsap.forumotion.net/t9-diagnosa-tujuan-dan-intervensi-keperawatansistem-pernafasan

You might also like