You are on page 1of 7

TUGAS UJIAN BEDAH UROLOGI

Oleh : Nita Damayanti S. G0007015

Pembimbing : dr. Setya Anton, SpU

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA 2012

1. MEKANISME EJAKULASI NORMAL Tahap-Tahap Aktifitas Seksual Pria

1. Ereksi penis Ereksi disebabkan karena impuls parasimpatis yang melepaskan nitric oxide dan atau peptide intestinal vasoaktif selain asetilkolin.1 Selama ereksi, jaringan arteri memasok darah sekurang-kurangnya 100-140 ml. Pada puncak ereksi, tekanan intrakavernosa melebihi tekanan sistolik.2 2. Lubrikasi Selama perangsangan seksual, serabut saraf parasimpatis juga menyebabkan glandula uretral dan bulbouretral mensekresi cairan mukosa yang mengalir melewati uretra.2 3. Emisi dan ejakulasi Emisi adalah pergerakan semen ke dalam uretra. Ejakulasi merupakan proses terdorongnya semen keluar dari uretra di saat orgasme.3 4. Resolusi Pada fase terahir terjadi kontriksi otot polos trabekuler dan vasokontriksi arteriol yang memasok darah ke jaringan erektil. Terjadi aliran darah keluar dari sinus venosus sehingga penis menjadi lemas atau flacid. Fase ini diperantarai oleh saraf adrenergik simpatis.4

Proses Ejakulasi Ejakulasi merupakan mekanisme keluarnya sperma. Ejakulasi ini melibatkan kerja dua impuls, yaitu impuls simpatis menyebabkan kontraksi peristaltik di duktus testis, epididimis, dan duktus deferen menyebabkan sperma mengalir ke sepanjang saluran, dan impuls parasimpatis menyebabkan otot bulbokavernosum berkontraksi secara berirama, menyebabkan cairan semen keluar. Jadi saat ejakulasi ini saraf simpatis menyebabkan konstriksi arteriol, sehingga aliran darah yang ke kavernosa mengecil. Darah dari sinusoid korpus kavernosa mengalir ke vena, penis menjadi lunak.3 Jadi proses ejakulasi berada di bawah pengaruh saraf otonom. Asetilkolin berperan sepagai neurotransmiter ketika saraf simpatis

mengaktivasi kontraksi dari leher kandung kemih, vesikula seminalis, dan vas deferens. Refleks ejakulasi berasal dari kontraksi otot bulbokavernosus dan ischiokavernosus serta dikontrol oleh saraf pudendus. Secara singkat, ejakulasi terjadi karena mekanisme refleks yang dicetuskan oleh rangsangan pada penis melalui saraf sensorik pudendus yang terhubung dengan persarafan tulang belakang (T12-L2) dan korteks sensorik (salah satu bagian otak).3,4

2. EJAKULASI RETROGADE

Ejakulasi Retrograd (ER) adalah masuknya cairan semen dari uretra ke dalam kandung kemih. Cairan semen seharusnya dikeluarkan melalui uretra pada saat terjadi ejakulasi.5 Ejakulasi retrograd dapat disebabkan oleh obat-obatan, kondisi kesehatan atau operasi yang mempengaruhi saraf atau otot yang

mengendalikan pembukaan kandung kemih. Jika ejakulasi retrograde disebabkan oleh obat, menghentikan obat mungkin merupakan pengobatan yang efektif.5,6 Pada kondisi normal saat orgasme, sperma dilepaskan dari masingmasing testis. Dari tiap testis, sperma kemudian bergerak melalui vas deferens. Vas deferens mengarah ke prostat, di mana sperma bercampur dengan air mani. Sphincter uretra interna berkontraksi untuk mencegah air mani masuk ke kandung kemih saat melalui uretra. Sphincter ini juga berguna untuk tetap menampung urin di kandung kemih sampai buang air kecil. Pada retrograde ejakulasi, sphincter ini tidak bekontraksi dengan benar. Akibatnya, sperma dapat memasuki kandung kemih bukannya didorong keluar dari tubuh melalui penis. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan masalah dengan sphincter uretra interna selama ejakulasi antara lain: * Operasi prostat * Efek samping obat tertentu digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, pembesaran prostat dan gangguan mood * Kerusakan saraf yang disebabkan oleh kondisi medis seperti diabetes, multiple sclerosis atau cedera saraf tulang belakang 7 Ejakulasi retrograd tidak mempengaruhi kemampuan untuk ereksi atau mengalami orgasme - tapi ketika mencapai klimaks, sperma masuk ke kandung kemih bukannya keluar dari penis. Gejala dan tanda-tanda ejakulasi retrograd antara lain: * Orgasme kering, salah satu jenis orgasme di mana sangat sedikit

atau tidak ada air mani keluar dari penis * Urin yang keruh setelah orgasme karena mengandung air mani * Kemandulan Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan urin pasca ejakulasi (UPE). Pada urin tersebut dilihat apakah secara kasar (makroskopis) terdapat gambaran seperti awan (cloudy & whitish). Dan secara mikroskopis dilakukan pemeriksaan hitung sperma, motilitas sperma dan morfologi Ejakulasi retrograd biasanya tidak memerlukan perawatan kecuali mengganggu kesuburan. Dalam kasus seperti ini, pengobatan tergantung pada penyebab. Obat dapat bekerja untuk mundur ejakulasi disebabkan oleh kondisi tertentu. Operasi bukan merupakan pilihan pengobatan untuk ejakulasi retrograd. Selama 2 6 minggu dicoba terapi dengan obat-obatan, yaitu dengan menggunakan a -sympathomimetic. Termasuk ke dalam golongan ini adalah: fenilpropanolamin, psudoefedrin, dan imipramin. Umumnya digunakan psudoefedrin selama 1 sampai 2 minggu. Setelah 2 minggu dilakukan pemeriksaan UPE. Bila berhasil, pasien dapat dianjurkan untuk melakukan hubungan seks normal. Bila pengobatan gagal, atau bila diketahui penyebab ejakulasi retrograd karena kelainan anatomi, maka dilakukan alkalinisasi urin dengan sodium bikarbonat dimulai 2 hari sebelum ejakulasi. Setelah itu dilakukan pengumpulan dan pemrosesan spesimen semen. pH ideal seharusnya antara 7,5 8,5. Minum air sebanyak 300 cc satu jam sebelum ejakulasi akan membantu pengenceran urin. Sperma yang diperoleh dapat dipakai untuk inseminasi buatan atau teknik lain.8,9

DAFTAR PUSTAKA

1. Lipshultz LI, Thomas AJ, Khera M. Surgical management of male

infertility. In: Campbell-Walsh Urology. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2007:chap 20.
2. Heidelbaugh JJ. Management of erectile dysfunction. Am Fam Physician.

2010;81:305-312.
3. Bhasin S, Basson R. Sexual dysfunction in men and woman. In: Kronenberg

HM, Melmed S, Polonsky KS, Larsen PR, eds. Williams Textbook of Endocrinology. 12th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 20. 4. Mehta A, et al. Ejaculation disorders. In: Ferri FF. Ferri's Clinical Advisor 2011: Instant Diagnosis and Treatment. Philadelphia, Pa.: Mosby Elsevier; 2011. http://www.mdconsult.com/das/book/body/120705265-

3/804926975/1701/189.html#4-u1.0-B978-0-323-04134-8..50008-2-subchapter5_3989. Accessed Nov. 13, 2010. 5. Sigman M, et al. Male infertility. In: Wein AJ, et al. Campbell-Walsh Urology. 9th ed. Philadelphia, Pa.: 2007; Saunders Elsevier.

http://www.mdconsult.com/das/book/body/22594063310/1080977255/1445/22.html#4-u1.0-B978-0-7216-0798-6..50021-2-cesec105_1623. Accessed Nov. 13, 2010.


6. Ohl DA, et al. Anejaculation and retrograde ejaculation. Urologic Clinics of

North America. 2008;35:211

7. Kaiser FE. Retrograde ejaculation. The Merck Manuals: Home Edition for Patients and Caregivers.

http://www.merck.com/mmhe/sec21/ch240/ch240f.html. Accessed Nov. 13, 2010.


8. \Male

infertility.

American

Urological

Association.

http://www.urologyhealth.org/adult/index.cfm?cat=11&topic=38. Accessed Nov. 13, 2010. 9. Nippoldt TB (expert opinion). Mayo Clinic, Rochester, Minn. Nov. 16, 2010

You might also like