You are on page 1of 4

PRAKTIKUM FISIKA LANJUT BIDANG INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA Jurusan FISIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Jurusan Fisika

Sistem Akuisisi Pengukuran Konduktifitas Bahan Chitosan


Akbar Sujiwa 1109 100 034 Jurusan Fisika FMIPA, ITS Informasi Jurnal Pembuatan Jurnal: Surabaya, 5 Oktober 2011 Kata Kunci: Chitosan Induktansi Kelembaban Sensor Abstrak

Kelembapan

Menggunakan

Pada praktikum Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika, diperkenalkan sebuah sensor kelembaban yang terbuat dari bahan chitosan, chitosan sendiri adalah bahan campuran dengan komponen utama berupa cangkang binatang laut berkulit keras yang dimana dalam praktikum ini menggunakan cangkang kerang sebagai bahan utama membuat chitosan. Tujuan praktikum ini adalah mengukur nilai induktansi serta tegangan keluaran (Vout) pada rangkaian sensor chitosan. Dari data hasil percobaan didapat kesimpulan bahwa bahan chitosan memiliki sifat konduktifitas yang berbanding terbalik dengan keadaan kelembaban udara disekitarnya namun pada pengukuran tegangan keluaran (Vout) hubungannya berbanding terbalik, jadi semakin besar tingkat kelembaban (kadar air) pada bahan chitosan menjadikan konduktifitasnya turun namun tegangan yang terbaca pada rangkaian sensor output chitosan akan semakin naik.

1. Pendahuluan Sensor memiliki peranan penting dalam suatu alat ukur maupun sistem otomatisasi suatu alat. Semakin sensitif suatu sensor maka data yang kita dapat juga semakin akurat. Kesensifitasan ini tergantung atas jenis dan kualitas sensor itu sendiri. Salah satu jenis sensor yang banyak digunakan diantaranya ialah sensor kelembaban, kemampuan sensor ini yaitu Sumber chitin di alam ada bermacammacam, tetapi sampai saat ini sumber utama yang praktis dieksplorasi adalah cangkang binatang laut berkulit keras yang

sensitif terhadap perubahan tingkat kadar air dan biasa digunakan untuk mengukur kelembaban dalam suatu ruangan. Dalam praktikum ini akan di uji tingkat sensitifitas dari bahan uji berupa Chitosan, bagaimana sifat dan reaksinya dalam rangkaian sensor jika tingkat kadar air disekitarnya diubah-ubah. 2. Bahan Chitosan secara ekonomi potensial seperti udangudangan, kepiting, lobster dan sebagainya. Ekstrak chitin chitosan kasar sangat peka terhadap suhu, kondisi asam basa, dan

proses pengolahan (ekstraksi). Agar menghasilkan chitin dan chitosan yang baik dapat dilakukan dengan penggunaan konsentrasi HCl dan suhu yang sesuai. Asam klorida (HCl) tersebut digunakan sebagai bahan pengekstrak sehingga diharapkan akan menghasilkan tingkat kemurnian chitin chitosan yang bagus.[2] 3. Sensor Kelembaban Kelembaban merupakan salah satu parameter penting pada udara dan dapat berubah setiap saat. Jika kelembaban udara tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan maka dapat menimbulkan berbagai macam kerugian. Informasi mengenai nilai kelembaban udara diperoleh dari proses pengukuran. Sensor kelembaban resistif dan kapasitif telah banyak digunakan dengan menggunakan berbagai jenis bahan yang sensitif terhadap kelembaban. Sensor kelembaban lain yang banyak dikembangkan adalah jenis sensor optik yang menggunakan serat optik sebagai bahan sensor. Pemanfaatan Fiber optik POF sebagai sensor kelembaban telah dilakukan oleh Shinzo dengan konfigurasi probe sensor berbentuk lurus, diperoleh rentang kelembaban yang dapat dideteksi antara 20-90%.Penelitian lain oleh Arregui dengan gel agarosa yang digunakan sebagai pengganti cladding dari probe, diperoleh hasil yang lebih baik. Rentang kelembaban yang mampu dideteksi 10100% dengan waktu respon 90 detik. Oleh karena itu Pada penelitian ini telah dirancang dan dibuat sensor kelembaban menggunakan serat optic plastic (POF) dengan modifikasi cladding menggunakan gel agarosa kemudian probe dari sensor dibengkokkan membentuk huruf U. Dengan membuat probe sensor bengkok seperti huruf U diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih baik dari pada hasil-hasil penelitian sebelumnya. [1] 4. Kelembaban

Kelembaban adalah jumlah air yang terkandung dalam suatu zat melalui proses absorpsi atau adsorpsi yang mana air tersebut dapat dipisahkan kembali tanpa merubah sifat-sifat kimia zat. Kelembaban dapat dibedakan menjadi kelembaban dua macam, kelembaban mutlak dan kelembaban relatif. Banyaknya molekul air di udara dapat berubah-ubah dan diwujudkan ke bentuk fisis tekanan uap air di dalam udara. Kelembaban maksimum yang terjaga adalah tekanan uap air di udara yangmengalami kejenuhan. Tingkat kejenuhan sangat dipengaruhi oleh temperatur. Kelembaban relatif adalah perbandingan jumlah uap air yang dikandung udara terhadap jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung udara tersebut. Kelembaban relatif dirumuskan:
[1]

RH

(1) RH = kelembaban relatif Pw = tekanan parsial uap air Ps = tekanan uap air jenuh pada suhu yang sama 5. Metode Kerja Pada percobaan akuisisi sensor ini bahan yang digunakan sensor sdalah bahan chitosan dari kulit kerang, dimana bahan ini dapat dipakai sebagai bahan yang sensitif terhadap perubahan kadar air sehingga mampu digunakan sebagai sensor kelembaban. Percobaan dilakukan dalam dua tahap, pertama mengukur induktansi bahan chitosan dengan induktansi meter pada kelembaban udara yang diatur dengan sebuah pompa embun sebagai pengatur kelembaban. Seperti gambar 1. kaki-kaki chitosan dihubungkan pada alat ukur induktansi dan dimasukkan dalam tempat tertutup guna suhu atau udara dari luar tidak mempengaruhi pengukuran. Kemudian dilakukan pengukuran menggunakan induktan meter dan juga mengukur kelembaban udara dalam tempat

PW 100 % PS

tertutup tersebut. Pengukuran dilakukan 7 kali pengambilan data. Untuk percobaan kedua yakni mengukur tegangan keluaran pada bahan chitosan menggunakan rangkaian pembagi tegangan yang biasa digunakan pada sensor seperti pada gambar 2. Sehingga masih menggunakan tempat tertutup seperti pada rangkaian pertama namun alat ukur induktan meter tidak dipakai lagi. Data yang diambil berupa tegangan keluaran (Vout) dan besar kelembaban pada tempat pengukuran. Kemudian dari data-data tersebut dianalisis dan dicari grafik hasil percobaan.

6. Data dan Pembahasan Tabel 1. Kelembaban dan konduktansi


no 1 2 3 4 5 6 7 (RH)kelembapan 54,3 55,2 57,4 63,5 64,3 65,7 66,9 konduktansi 45,34 43,28 42,07 39,3 36,64 27,8 25,28

Tabel 2. Kelembaban dan Vout


No. 1 2 3 4 5 6 7 Kelembaban (% RH) 54 68,8 72,3 74 75,3 78,2 81,9 Vout 1,1 1,4 1,6 2,4 2,8 3,5 4

Gambar 1. Induktan meter

Gambar 2. Rangkaian sensor kelembaban

Tabel 1. adalah tabel dimana pada percobaan pertama dengan mengukur konduktifitas bahan chitosan ketika kelembaban yang berbeda-beda. Dari data dapat diamati bahwa semakin tinggi nilai kelembaban pada bahan chitosan maka nilai konduktifitas bahan tersebut malah turun. Dapat diamati secara langsung pada awal kelembaban 54,3% konduktifitasnya 45,34 m sedang pada kelembaban 66,9% turun menjadi 25,28 m. Jadi hubungan antar keduanya saling berbanding terbalik antara konduktifitas dan kelembaban. Pada percobaan kedua data yang didapat adalah perbandingan kelembaban dan Vout , dapat diamati pola perbandingan diantara keduanya pada keduanya menunjukkan hal yang sama pada percobaan yang sebelumnya dimana

semakin tinggi nilai kelembabannya maka tegangan yang keluar juga turun. Diambil contoh pada kelembaban 54% tegangan keluar dari chitosan sebesar 5 volt namun pada akhir pengukuran di 75,3% tegangan outputnya turun menjadi 1,1 volt. Jika dimasukkan ke dalam grafik kartesian grafik memilki kecenderungan turun dari kiri kekanan untuk keduanya yang menunnjukkan sifatnya yang berbanding terbalik. Grafik 1. Perbandingan kelembaban dan konduktifitas
50 Konduktansi 40 30 20 10 0 0 20 40 kelembaban (RH) 60 80

Dari data dan pembahasan soal dapat disimpulkan bahwa bahan chitosan memiliki sifat konduktifitas yang berbanding terbalik dengan keadaan kelembaban udara disekitarnya namun pada pengukuran tegangan keluaran (Vout) hubungannya berbanding terbalik, jadi semakin besar tingkat kelembaban (kadar air) pada bahan chitosan menjadikan konduktifitasnya turun namun tegangan yang terbaca pada rangkaian sensor output chitosan akan semakin naik. 8. Daftar Pustaka [1] http://student-research.umm.ac.id/ research/download/umm_student_rese arch_abstract_3747.pdf (diakses pada tanggal 5 Oktober 2011) [2] Wardana, Mochamad Adi, (2011), PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM PENGUKURAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN POF (Polymer Optical Fiber), Hal. 2.

Grafik 2. Perbandingan kelembaban kelembaban dengan Vout

Grafik Kelembapan dengan Tegangan


4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0

Tegangan (V)

y = 0.1037x - 5.0708

50 Kelembapan (% RH) Series1 Linear (Series1)

100

7. Kesimpulan

You might also like