You are on page 1of 6

UJI POTENSI PENANGKAP RADIKAL BEBAS DAN ANALISIS KANDUNGAN KIMIA MINYAK ATSIRI KULIT BATANG Cryptocarya massoy

(Oken) Kosterm DARI DAERAH BOGOR JAWA BARAT


Tiah Rachmatiah *, Tri Murningsih **, Dewi Kartika Sari*** Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Farmasi, Jakarta* ** Laboratorium Bahan Alam Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, (LIPI)** *** Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta***
*

Abstrak Tumbuhan Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm mengandung komponen utama senyawa massoilakton disamping senyawa eugenol, safrol, linalool dan borneol. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi penangkap radikal bebas dari minyak atsiri kulit batang C. massoy dan apa saja komponen kimia dari kulit batang C. massoy. Bahan uji yang digunakan adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan cara destilasi uap yang diperoleh dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI. Percobaan dimulai dengan destilasi uap air. Uji potensi penangkap radikal bebas dilakukan dengan metode DPPH (difenil pikril hidrazil) menggunakan spektrofotometer UV Vis pada panjang gelombang 516 nm. Analisis komponen kimia minyak atsiri kulit batang C. massoy dilakukan dengan GC MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri C. massoy mempunyai potensi penangkap radikal bebas lemah dengan nilai IC50 2848,03g/ml. Vitamin E sebagai control positif memiliki potensi penangkap radikal bebas kuat dengan nilai IC5040,17 g/ml. Hasil analisis GC MS menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit kayu C. massoy mengandung C 10 massoilactone dengan kadar 36,76% dan C-12 massoilactone dengan kadar 29,49% sebagai komponen utama dari minyak atsiri disamping itu terdapat juga komponen minor yaitu eugenol, asam palmitat, tumerone, tumerone dengan kadar berkisar antara 0,43% - 1,86% Kata Kunci: penangkap radikal bebas, antioksidan, cryptocarya massoy

1.

Pendahuluan Cryptocarya massoy adalah tumbuhan yang termasuk dalam famili Lauraceae. Tanaman ini dikenal dengan nama mesoyi yang banyak dijumpai di daerah Jawa, Papua Barat, Papua Nugini. Kulit batang C. massoy mengandung zat sinamaldehid, sinamil asetat, asam sinamat, eugenol, damar dan zat semak. Kulit batangnya digunakan untuk menyembuhkan penyakit asma, batuk berdarah, demam, keputihan, diare, nyeri rematik, TBC, sakit kepala, dan konstipasikronis.(1,2) Penelitian yang pernah dilakukan terhadap famili Lauraceae salah satunya adalah minyak atsiri kulit batang C. massoy yang diperoleh dari daerah Papua Barat dan Papua Nugini menunjukkan kandungan senyawa massoilactone sebagai komponen utama dan senyawa lain linalool, borneol dan benzil benzoat. Penelitian lain dari daerah Wasior Teluk Wondoma Papua Barat memperlihatkan minyak atsiri kulit batang C. massoy mengandung massoilkton,

eugenol dan safrol. Di daerah jawak hususnya daerah Bogor, tumbuhan Cryptocarya massoy juga ditemui, namun belum banyak di teliti.(3,4) Dewasa ini dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan didalam tubuh. Oksigen merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan. Molekul ini sangat dibutuhkan oleh organisme aerob karena memberikan energi pada proses metabolisme dan respirasi, namun pada kondisi tertentu keberadaannya dapat berimplikasi pada berbagai penyakit dan kondisi degenaratif, seperti aging, kanker dan lain lain.(5) Dengan melihat kenyataan bahwa radikal bebas ada dalam tubuh manusia dan sangat berbahaya bagi kesehatan, maka dipandang perlu untuk mencari peredamnya. Peredam itu adalah senyawa antioksidan, senyawa yang dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Senyawa senyawa sintetik yang dapat

menangkap radikal bebas seperti butylated hydroxyltoluen (BHT). Tert-butyl hydroxyquinone (TBHQ) dan butylated hydroxylanisole (BHA) dilarang penggunaannya karena bersifat karsinogenik. Hal ini menimbulkan perhatian terhadap antioksidan alami dari tumbuhan semakin meningkat. Senyawa kimia alami yang berperan sebagai antioksidan pada umumnya adalah vitaminvitamin, senyawa-senyawa fenol termasuk flavonoid, asam-asamfenolat, dan senyawa senyawa yang bersifat mudah menguap (volatile).(6) Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam penetapan aktivitas antioksidan dan antiradikal, metode penangkapan radikal dengan radikal buatan DPPH (1,1-difenyl-2-pikryl hydrasilhidrat), merupakan metode yang hasilnya dapat dipercaya, sehingga digunakan dalam beberapa penelitian skrining aktifitas antioksi dan dalam jurnaljurnal ilmiah baru. Aktivitas diukur dengan menghitung jumlah pengurangan intensitas warna ungu DPPH yang sebanding dengan pengurangan konsentrasi larutan Difenil Pikril Hidrazil (DPPH). Reaksi tersebut dihasilkan oleh bereaksinya molekul Difenil Pikril Hidrazil dengan atom hidrogen yang dilepaskan satu komponen sampel sehingga terbentuk senyawa Difenil Pikril Hidrazin dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu menjadi kuning. Kandungan kimia dalam minyak atsiri dapat dianalisis dengan menggunakan metode GC MS karena kandungan kimia yang ada didalam minyak atsiri bersifat mudah menguap (volatile).(8) Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi penangkap radikal bebas dari minyak atsiri kulit batang C. massoy daerah Bogor, pengujian ini dilanjutkan dengan analisis GC MS untuk mengetahui senyawa senyawa apakah yang berpotensi sebagai penangkap radikal bebas. 2. Metodologi Penelitian Bahan : kulit batang masoyi (C. massoy), Vitamin E ( tokoferol), Etanol, Natrium sulfat anhidrat, DPPH (Sigma) Alat : Alat penggilingan simplisia (Grinder), Alat destilasi uap air atau steam destilasi, Ketel destilasi, Spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu UV Vis mini 1240), Kromatografi Gas - Spektrometri Massa, Neraca analitik (Preciosa 303 A), Vial 10 ml , Gelas ukur, Labu ukur 10 ml dan 5 ml, Pengaduk magnetic, Ultrasonic, Syring, Lemari pendingin, Spatel, Pipet volum, Kaca arloji,

Erlenmeyer, Cawan uap, Batang pengaduk, Pipet Eppendrof 2- 20 l, 20-200 l, 200-1000 l, Corong biasa Pembuatan serbuk kulit batang masoyi Sebanyak 2 kg kulit batang masoyi dibersihkan, dipotong dan dikeringkan dibawah sinar matahari langsung. Setelah kering dilakukan penggilingan dengan alat grinder sampai menjadi serbuk Destilasi Serbuk Kulit batang masoyi seberat 500 gram didestilasi dengan cara destilasi uap air atau steam destilasi. Kulit batang masoyi diletakkan dalam ketel destilasi kemudian dipanaskan pada suhu 1000 C. Uap dialirkan melalui pendinginan dan hasil sulingan ditampung dalam wadah. Lama penyulingan 8 jam, mulai dari destilat menetes. Hasil destilasi berupa campuran minyak atsiri dengan air sebanyak 8 ml. kemudian campuran minyak dan air ditambah dengan natrium sulfat anhidrat sampai tidak terlihat lapisan minyak dan air. Minyak atsiri yang sudah dipisah berwarna kuning jernih dengan berat 1,98 gram. Rendemen 1,6%. Pembuatan larutan DPPH Sebanyak 9,8 mg DPPH (BM 394,32) ditimbang seksama kemudian dilarutkan dengan etanol pro analis hingga 50,0 ml dan ditempatkan dalam tabung gelap. Pembuatan larutan blanko Sejumlah 1 ml larutan DPPH dipipet kedalam vial 10 ml, lalu ditambahkan etanol, homogenkan. Tutup dengan tutup karet vial. Uji potensi penangkap radikal bebas dengan spektrofotometer UV Vis Aktivitas antioksidan kulit batang C. Massoy diukur dari kemampuannya melepaskan electron atau atom hydrogen untuk mengubah senyawaradikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) stabilmembentuk DPPH non radikal. Prinsip metode penangkapan radikal adalah pengukuran penangkapan radikal bebas sintetik dalam pelarut organik polar seperti etanol atau methanol pada suhu kamar oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan. Proses penangkapan radikal ini melalui mekanisme pengambilan atom hydrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas menangkap satu electron dari antioksidan. Radikal bebas sintetik yang digunakan DPPH. Senyawa DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui pengambilan atom hydrogen

dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan pasangan elektron.(4) Sebanyak 0,5 ml minyak atsiri dilarutkan dalam etanol pro analis hingga 5,0 ml sehingga diperoleh konsentrasi 100.000 ppm (sebagai larutan induk). Encerkan 100.000 ppm menjadi100, 200, 400, 600dan800 ppm sebanyak 1ml larutansampel (100, 200, 400, 600 dan 800 ppm) ditambah 1 ml larutan DPPH dan3 ml etanol, dikocok kemudian didiamkan selama30 menit selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang 516 nm menggunakan spektrofotometer UV Vis (Shimadzu UV Vis 1240). Sebagai control positif digunakan Vitamin E ( tokoferol). Uji aktivitas antioksidan ini dilakkukan dalam 3 kali ulangan. Cara Analisis Uji aktivitas antioksidan dihitung menggunakan rumus.(1) Aktivitas antioksidan (inhibisi) (%) = A blanko Auji X 100% Ablanko Data-data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva hubung antara konsentrasi (sebagai sumbu x) dan nilai peredaman radikal bebas (sebagai sumbu y), kemudian persamaan y = a + bx yang digunakan untuk menghitung nilai IC50 (Inhibition Concentration 50) yaitu konsentrasi antioksidan yang mampu menghambat 50% radikal bebas. Hasil perhitungan konsentrasi antioksidan yang mampu menghambat 50% dapat Hasil dan pembahasan No. 1. 2. Nama bahan Vitamin E (control positif) Minyak atsiri masoyi (C. massoy) Nilai IC50 (g/ml)*) 63,336 1803,91

antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 g/ml, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 g/ml, sedang jika bernilai 100-150 g/ml, dan lemah jika IC50bernilai 151-200 g/ml. Vitamin E merupakan senyawa yang murni dibandingkan minyak atsiri C. massoy yang mengandung banyak komponen dan kemungkinan komponen yang mempunyai aktivitas antioksidan tersebut kadarnya rendah. Untuk mengetahui jenis komponen yang terkandung dalam kulit kayu masoyi dan mempunyai sifat antioksidan perlu dilihat hasil analisis kimianya. Minyak atsiri dari C. massoy mempunyai potensi penangkap radikal bebas lemah, diduga mengandung senyawa eugenol (0,77%).(3,4,7) Perbandingan kandungan senyawa minyak atsiri C. massoy diberbagai daerah Hasil identifikasi kromatogram GC MS No Kompone n senyawa Minyak atsiri Minyak atsiri C.massoy C.massoy dari dari daerah daerah Papua Bogor nugini(18) 0,77% x100% 0,9% 0,7% 36,76% 64,8%

Hasil penelitian dengan metode DPPH menunjukkan bahwa minyak atsiri C. massoy mempunyai potensi penangkap radikal bebas lemah dengan nilai IC50 1803,91g/ml. Vitamin E sebagai kontrol positif mempunyai potensi penangkap radikal bebas kuat dengan nilai IC50 63,33g/ml. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai

Eugenol Safrol Linalool Borneol C-10 massoilact one 6 C-12 29,49% 17,4% massoilact one 7 C-14 0,43% massoilact one 8 Benzyl 13,4% benzoate 9 Asam 0,97% palmitat dari minyak atsiri C. massoy menunjukkan bahwa C 10 massoilactone dengan kadar 36,76% dan C-12 massoilactone dengan kadar 29,49% merupakan komponen utama dari minyak atsiri C. massoy, disamping senyawa massoilactone terdapat juga komponen minor antara lain, C-14 massoilactone, eugenol, asam palmitat, tumerone, tumerone dengan kadar berkisar antara 0,27% - 1,86%. Komposisi kimia dari minyak atsiri C. massoy yang berasal dari daerah Bogor mempunyai perbedaan dibanding minyak atsiri C. massoy dari Papua Nugini. Lihat tabel 5.

1 2 3 4 5

Minyak atsiri dari Bogor tidak mengandung safrol, borneol dan benzyl benzoate. Sedangkan dari Papua Nuguini tidak mengandung eugenol dan asam palmitat. Persamaan dari kedua tumbuhan C. massoy adalah keduanya mengandung senyawa C-10 massoilakton, C-12 massoilakton. Kadar kansenyawa C-10 massoilakton (64,8%) pada tumbuhan minyak atsiri C. massoy dari daerah Papua Nugini lebih besar dibanding kadar senyawa C-10 massoilkaton (36,76%) dari daerah Bogor. Hal ini kemungkinan disebabkan factor tanah tempat tumbuh dan keadaan cuaca.(3,4) Kesimpulan Minyak atsiri kulit batang C. massoy mempunyai potensi penangkap radikal bebas lemah dengan nilai IC501803,91g/ml. Vitamin E (control positif) mempunyai potensi penangkap radikal bebas kuat dengan IC5063,33 g/ml. Minyak atsiri kulit batang C. massoy mengandung senyawa C-10 massoilactone (36,76%) dan C-12 massoilactone (29,49%) sebagai komponen utama minyak atsiri, disamping itu terdapat juga komponen minor lain, yaitu: eugenol (0,77%), asam palmitat (0,97%), tumerone (1,86%) dan tumerone (1,33%) dan C-14 massoilactone (0,43%). Daftar pustaka 1. Taryono, 1997.Inventaris Tanaman Obat Indonesia (IV). Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, hal.82 2. Reapina, Elsadora M. 2007.Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Kayu Mesoyi (Cryptocaria massoia) Terhadap Bakteri Patogen dan Pembusuk Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor,.Hal. 12 13. Rali, Topul, dkk. 2007.Comparative Chemical Analysis of the Essential Oil Constituents in the Bark, Heartwood and Fruits of Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm. (Lauraceae) from Papua New Guinea. Jurnal Molecules, Vol 12, hal 149 - 154. Nugroho G, Susanti C. 2007. Kandungan Bahan Aktif Kayu Kulilawang (Cinnamomum culilawane BI) dan Masoi (Cryptocarya massoia). J.Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, Vol 5. Hal 85 92.

5.

Winasari, H. Antioksidan alami dan Radikal Bebas. Cetakan pertama. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 15-20, 148-153. Murningsih, Tri. 2010.Aktivitas Antioksidan dan Analisis Kimia Ekstrak Daun Jungrahab (Baeckea frutescens L.). Jurnal Berita Biologi, Bogor, Vol II. April. Hal 129. Sunardi, dan Ilham, K. 2007. Uji Aktivitas Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphenyil-2-Picrylhidrazyl. Jurnal Seminar Nasional Teknologi, Yogyakarta, Hal 8. Zakky, C., dan Wahyu, U., 2008.Aktivitas Penangkapan Radikal Ekstrak Ethanol 70% Biji Jengkol (Archidendron jiringa). Pharmacon, Vol. 9, No. 1, Hal 33-34. Iskandar, M. I., dan Ismanto, A. 2001. Tinjauan Beberapa Sifat dan Manfaat Tumbuhan Masoyi (Massoia aromaticum Becc.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia, Volume 5, No 2.

6.

7.

8.

9.

10. Hernawati., 2004.Perbandingan Komponen Kimia Penyusun Minyak Atsiri dari Tiga Jenis Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria (Berg) roscoe ,C. Mangga (Val) et Zypt., dan Kaempferia rotunda. L) Dengan GC MS.Skrpsi FMIPA UHAMKA, Hal 16 23 11. Rusli, Sofyan., 1998.Alat Penyulingan Minyak Atsiri. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Hal 336 348. 12. Tri, W., dkk., 2003. Efek Meredam Radikal Bebas Ekstrak Metanol dari Biji Beberapa Jenis Tumbuhan Cassia, Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 1 No. 3, Jakarta,. Hal 132. 13. Puspaningrum D.,2011.Penentuan Kadar Lutein dan Uji Antioksidan dari Biji Jagung Lokal (Zea mays L.) dan Jagung Manis (Zea mays L. varsaccharata (Sturtev.) L.H. Bailey). Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta,. Hal 2

3.

4.

14. Mulja, M., dan Surahman. 1995. Analisis Istrumental. Surabaya: Airlangga University Press, 15. Underwood, A.L., and Day R.A.Jr.,diterjemahkan oleh Soendoro. R. 1992. Analisis Kimia kuantitatif. Ed. 6, Penerbit Erlanga, Jakarta. 16. Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta, Hal. 1002-1009. 17. Gholib, Ibnu G., dan Abdul R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: PustakaPelajar. Hal. 353-354, 378-380. 18. Anonim, 1995. Materia Medika Indonesia VI. Diterjemahkan oleh DitJen POM, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta, Hal 333-337. 19. Watson, D.G., 1999. Pharmaceutical Analysis: chemistry. Churchill Livingston, UK, hal 239 257 20. Mursito, B.,2004. Analisis Spektrofotometer UV/Vis. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Jakarta, hal 47 49 21. Groh, R. L., 1995. Modern Practice of Gas Chromatography, 3th Ed. New York : John Wiley and Sons. Hal 214 215 22. Khopkan, S.M., 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press, hal 214 215 23. Kealey. D and Haines, P.J., 2002. Instan Notes : Analytical Chemistry. New York : Bios Scientific Publishers Limited, hal 214 24. Kenkel, J., 2002. Analitycal Chemistry for Technicians, 3th. Edition. U.S.A : CRC Press, hal 101 - 102

You might also like