Professional Documents
Culture Documents
1.1
Latar Belakang
Sebagian besar struktur yang membentuk hewan, tumbuhan dan mikroba yang dibuat dari tiga kelas dasar molekul: asam amino, karbohidrat dan lipid (sering disebut lemak). Sebagai molekul ini penting bagi kehidupan, reaksi metabolik pada pembuatan molekul-molekul dalam pembangunan sel dan jaringan, atau sebagai sumber energi dalam pencernaan dan penggunaan makanan. Beberapa polimer biologis yang paling umum tercantum dalam tabel di bawah.
Contoh bentuk polimer Fibrous protein dan protein globular Pati, glikogen dan selulosa DNA dan RNA
Protein terbuat dari asam amino yang diatur dalam rantai linear dan bergabung bersama-sama oleh ikatan peptida. Sebagian besar protein adalah enzim yang mengkatalisis reaksi kimia dalam metabolisme. Protein lain memiliki fungsi struktural atau mekanis, seperti protein yang membentuk sitoskeleton, sistem perancah yang mempertahankan bentuk sel. Protein juga penting dalam isyarat sel, tanggapan imun, sel, transpor aktif di seluruh membran, dan siklus sel. Kira-kira 75% asam amino digunakan untuk sintesis protein. Asam-asam amino dapat diperoleh dari protein yang kita makan atau dari hasil degradasi protein di dalam tubuh kita. Degradasi ini merupakan proses kontinu. Karena protein di dalam tubuh secara terus menerus diganti (protein turnover). Contoh dari protein turnover, tercantum pada tabel berikut.
Contoh protein turnover. Protein Enzim Di dalam hati Di dalam plasma Hemoglobin Otot Kolagen Turnover rate (waktu paruh) 7-10 menit 10 hari 10 hari 120 hari 180 hari 1000 hari
Asam-asam amino juga menyediakan kebutuhan nitrogen untuk: - Struktur basa nitrogen DNA dan RNA - Heme dan struktur lain yang serupa seperti mioglobin, hemoglobin, sitokrom, enzim dll. - Asetilkolin dan neurotransmitter lainnya. - Hormon dan fosfolipid Selain menyediakan kebutuhan nitrogen, asam-asam amino dapat juga digunakan sebagai sumber energi jika nitrogen dilepas. Pada orang dewasa normal asupan nitrogen sesuai degan nitrogen yang diekskresikan. Keseimbangan nitrogen positif adalah kelebihan nitrogen yang masuk daripada nitrogen yang keluar, terjadi pada masa pertumbuhan dan kehamilan. Sedangkan keseimabangan nitrogen negatif adalah pengeluaran yang melebihi pemasukan, dapat terjadi setelah pembedahan, kanker tahap lanjut, dan kwasiorkor atau marasmus. Amonia yang berasal dari nitrogen -amino asam amino sangat toksik, jaringan mengubah amonia menjadi nitrogen amida glutamin yang non-toksik. Bila fungsi hati terganggu, seperti pada sirosis atau hepatitis, peningkatan kadar amonia darah menimbulkan gejala dan tanda klinis.
1.2
BAB II ISI
2.1
2.2
3. Pengikat ion logam penting yang diperlukan dalam dalam reaksi enzimatik (kofaktor).
Ket: Struktur asam -amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus karboksil di sebelah kanan Atom C pusat tersebut dinamai atom C ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom C ini, senyawa tersebut merupakan asam -amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar. Asam amino dapat dibedakan menjadi: 1. Peptida jika terdiri atas untaian pendek asam amino (2 - 10 asam amino). 2. 3. Polipeptida jika terdiri atas 10 - 100 asam amino. Protein jika terdiri atas untaian panjang lebih dari 100 asam amino.
Berikut adalah ke-20 asam amino penyusun protein (singkatan dalam kurung menunjukkan singkatan tiga huruf dan satu huruf yang sering digunakan dalam kajian protein), dikelompokkan menurut sifat atau struktur kimiawinya:
a. Asam amino alifatik sederhana: - Glisina (Gly, G) - Alanina (Ala, A) - Valina (Val, V) - Leusina (Leu, L) - Isoleusina (Ile, I) b. Asam amino hidroksi-alifatik: - Serina (Ser, S) - Treonina (Thr, T) c. Asam amino dikarboksilat (asam) - Asam aspartat (Asp, D) - Asam glutamat (Glu, E) d. Amida - Asparagina (Asn, N) - Glutamina (Gln, Q) e. Asam amino basa - Lisina (Lys, K) - Arginina (Arg, R) - Histidina (His, H) (memiliki gugus siklik) f. Asam amino dengan sulfur - Sisteina (Cys, C) - Metionina (Met, M) g. Prolin - Prolina (Pro, P) (memiliki gugus siklik) h. Asam amino aromatic - Fenilalanina (Phe, F) - Tirosina (Tyr, Y) - Triptofan (Trp, W) Kelompok ini memiliki cincin benzena dan menjadi bahan baku metabolit sekunder aromatik.
Alanine, Asparagine, Aspartate, Cysteine, Glutamate, Glutamine, Glycine, Proline, Serine, Tyrosine Arginine*, Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine*, Phenylalanine*, Threonine, Tyrptophan, Valine
2.3
Kepentingan Biomedis
Keseimbangan nitrogen mengacu kepada perbedaan antara asupan total nitrogen dan kehilangan total nitrogen di dalam feses, urine serta keringat. Keseimbangan nitrogen yang positif, yaitu ingesti nitrogen dengan jumlah yang lebih banyak dari pada yang diekskresikan, menandai bayi yang sedang tumbuh dan ibu hamil. Orang dewasa yang normal secara tipikal berada pada keseimbangan nitrogen, atau dengan kata lain, asupan nitrogen sepadan dengan pengeluarannya. Keseimbangan nitrogen yang negatif, dengan pengeluaran nitrogen yang melebihi asupannya, dapat terjadi setelah seseorang menjalani pembedahan, menderita kanker stadium-lanjut dan sesudah kegagalan untuk mengonsumsi protein bermutu cukup tinggi dengan jumlah yang memadai (misal, penyakit kwashiorkor, marasmus). Amonia, yang terutama berasal dari deaminasi nitrogen cx-amino pada asam-asam amino, merupakan senyawa yang toksik bagi semua hewan. Dengan demikian, jaringan tubuh manusia mula-mula akan melakukan detoksifikasi amonia dengan mengonversinya menjadi glutamin untuk diangkut ke hati. Deaminasi glutamin di hati akan melepaskan amonia yang kemudian secara efisien akan dikonversi menjadi senyawa nontoksik yang kaya nitrogen, yaitu ureum. Biosintesis ureum yang efisien sangat penting bagi kesehatan. Kalau fungsi hati mengalami gangguan yang serius, misal, pada penderita sirosis hepatis yang masif atau hepatitis yang berat, amonia akan menumpuk di dalam darah dan menghasilkan keluhan serta gejala klinis. Gangguan metabolik yang langka tetapi menimbulkan kerusakan pada keseluruhan fima enzim dalam
siklus ureum sudah pernah dilaporkan. Penata-laksanaan yang tepat pada beberapa bayi yang lahir dengan defisiensi aktivitas salah satu enzim pada siklus ureum memerlukan pemahaman tentang biokimiawi sintesis ureum. Kemajuan di masa mendatang dalam terapi gen memberikan harapan bagi penanganan berbagai penyakit metabolik ini.
2.4
terjadi di semua bentuk kehidupan. Di dalam tubuh manusia terjadi pergantian 1-2% protein tubuh total, terutama protein otot. Penguraian protein dengan kecepatan tinggi terjadi di jaringan uterus selama kehamilan dan jaringan otot rangka pada saat kelaparan. Dan sebesar 75% asam-asam amino yang dibebaskan akan digunakan kembali. Kelebihan nitrogen akan dibentuk urea, karena sisa asam amino tidak disimpan dan akan segera diuraikan menjadi zat-zat antara amfibolik. Katabolisme atau penguraian protein merupakan satu dalam pertukaran protein tubuh yang terjadi secara kontinu dalam semua bentuk kehidupan. Pada dewasa normal 1-2 % protein tubuh diganti/harinya. Protein ini sendiri akan diuraikan menjadi asam amino, yaitu sebesar 75-80 % asam amino akan disintesis menjadi protein baru dan sisanya sebesar 20-25 % asam amino dalam bentuk amina akan membentuk ureum karbon dan diubah menjadi karbohidrat dan lemak.
Kecepatan penguraian protein itu sendiri tergantung pada : Respon terhadap kebutuhan fisiologik Usia/waktu paruh protein
Adapun enzim yang turut berperan dalam pemecah protein adalah: - Protease intrasel - Peptidase - Aminopeptidase dan karboksipeptidase
Masing-masing protein diuraikan dengan laju yang sangat berbedabeda, dan lajunya bervariasi mengikuti responsnya terhadap kebutuhan fisiologik. Mean penguraian protein yang tinggi menandai jaringan yang tengah mengalami penyusunan struktural kembali secara luas (misal, jaringan uterus selama kehamilan; jaringan ekor kecebong selama metamorfosis; penguraian protein otot kerangka pada keadaan kelaparan berat).
Kerentanan suatu protein terhadap penguraian dinyatakan lewat usia-paruhnya, t1/2, yaitu waktu yang diperlukan untuk penurunan konsentrasinya hingga 50% dari nilai awal. Usia-paruh bagi protein hati berkisar dari kurang 30 menit hingga lebih dari 150 jam. Banyak protein dengan usia-paruh yang singkat memiliki rangkaian PEST, yaitu sejumlah regio yang kaya akan asam amino prolin (P), glutamat (E), serin (S) dan treonin (T) yang menjadikan asam amino ini sebagai target untuk penguraian yang cepat. Banyak enzim pengatur yang penting memiliki usia-paruh yang singkat. Bagi enzim triptofan oksigenase, tirosin transaminase dan HMG-KoA reduktase, nilai t1/2-nya adalah 0,5-2 jam. Nilai ini berbeda secara tajam dengan usia-paruh lebih dari 100 jam bagi enzim aldolase, laktat dehidrogenase dan sitokrom. Sebagai respons terhadap kebutuhan fisiologis, kecepatan penguraian enzim-enzim yang
penting dapat dipercepat atau diperlambat, dengan mengubah kadar enzim, sehingga mengubah aliran metabolit dan menyekat metabolit di antara berbagai lintasan metabolik yang berbeda. Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.
Organ yang penting dalam mempertahankan kadar asam amino : 1. Otot menghasilkan : - Alanin hati - Glutamin ginjal - Valin otak 2. Ginjal mengeluarkan : - Amonium urine - Alanin dan serin hati 3. Usus menghasilkan : - Alanin hati 4. Hati menghasilkan : - Ureum ginjal/urine - Glukosa darah (siklus glukosa-alanin)
Konsumsi 100 gr protein/hari akan menghasilkan 16,5 gr Nitrogen/hari dimana sebanyak 95 % akan dikeluarkan lewat urine dan sebesar 5 % dikeluarkan lewat feses.
2.4.1 Protease
dan
Peptidase
Menguraikan
Protein
A. Protein Diuraikan Lewat Lintasan yang Bergantung-ATP dan yang Tidak Bergantung-ATP Dua lintasan utama menguraikan protein intrasel pada sel-sel eukariot. Protein ekstrasel, protein yang terkait dengan membran sel dan protein intrasel yang berusia panjang akan diuraikan lewat berbagai proses yang tidak-bergantung ATP di dalam organel selular yang disebut lisosom. Sebaliknya, penguraian protein yang abnormal dan protein berusia pendek lainnya membutuhkan ATP serta ubikuitin, dan terjadi di dalam sitosol.
B.
Reseptor
Asiatoglikoprotein
Mengikat
Glikoprotein
yang
Merupakan Sasaran Penguraian Bagi protein yang ada di dalam sirkulasi darah seperti hormon peptida, kehilangan moietas asam sialat dari ujung bukan-pereduksi pada rantai oligosakaridanya akan membuat protein tersebut menjadi sasaran proses penguraian. Glikoprotein yang telah meng-alami asialasi ini akan dikenali dan diintemalisasikan oleh reseptor asia-loglikoprotein sel hati untuk kemudian diuraikan di dalam lisosom oleh enzim-enzim protease yang dinamakan atepsin.
C. Ubikuitin Menjadikan Banyak Protein Intrasel sebagai Sasaran Penguraian Ubikuitin, suatu protein kecil (8,5 kDa) yang terdapat pada semua sel eukariotik, menjadikan banyak protein intrasel sebagai sasaran penguraian. Struktur primer ubikuitin tersebut sangat dijaga. Antara ubikuitin sel manusia dan ragi hanya terdapat perbedaan pada 3 dari 76 residu. Protein yang menjadi sasaran penguraian lewat reaksi yang bergantung pada ubikuitin, diturunkan oleh beberapa molekul ubikuitin. Protein ini dilekatkan lewat reaksi yang membentuk ikatan peptida-non-a di antara gugus terminal karboksil pada ubikuitin dan gugus e-amino pada residu lisil di dalam sebuah protein. Apakah sebuah protein diturunkan oleh ubikuitin ataukah tidak, bergantung pada jenis residu aminoasil yang terdapat di ujung-terminal aminonya. Reaksi dengan ubikuitin dihambat oleh ujung terminal metionil atau seril, dan dipercepat oleh residu terminal amino aspartil atau arginil.
hewan yang tinggal di daratan, termasuk manusia, merupakan makhluk ureotelik dan mengekskresi senyawa ureum yang sangat larut air. Ureum merupakan senyawa nontoksik. Kenaikan kadar ureum darah pada pasien penyakit ginjal bukan merupakan penyebab melainkan akibat dari terganggunya fungsi ginjal.
Gambar Reaksi parsial pada proses pengikatan ubikuitin (UB) pada protein. (1) Ujung terminal COOH ubikutin membentuk ikatan tioester dengan SH pada E1 dalam suatu reaksi yang digerakkan oleh konversi ATP menjadi AMP dan PPi. (2) Reaksi pertukaran tioester memindahkan ubikutin yang diaktifkan kepada E2. (3) E3 mengatalisis pemindahan ubikuitin kepada gugus -lisil pada protein yang menjadi sasaran.
1. Transaminasi Transaminasi adalah reaksi awal tersering pada katabolisme asam amino. Reaksi selanjutnya mengeluarkan semua nitrogen tambahan dan merekstrukturisasi rangka karbon untuk dikonversi menjadi oksaloasetat, ketoglutarat, piruvat dan asetil-KoA Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada -ketoglutarat menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat.
Contoh reaksi transaminasi. Perhatikan alanin mengalami transaminasi menjadi glutamat. Pada reaksi ini dibutuhkan enzim alanin aminotransferase.
Glutamat juga dapat memindahkan amin ke rantai karbon lainnya, menghasilkan asam amino baru. Contoh reaksi deaminasi oksidatif. Perhatikan glutamat mengalami deaminasi + menghasilkan amonium (NH4 ). Selanjutnya ion amonium masuk ke dalam siklus urea.
Deaminase oksidatif glutamate merupakan pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion ammonium dengan bantuan enzim Lglutamat dehidrogenase. Pada enzim tersebut gugus -amino pada sebagian besar asam amino akhirnya akan dipindahkan kepada ketoglutarat melalui transaminasi sehingga terbentuk L-glutamat. Kemudian pelepasan nitrogen ini sebagai amonia dikatalisis oleh enzim L-glutamat dehidrogenase, yaitu suatu enzim yang terdapat di mana-mana pada jaringan tubuh mamalia yang menggunakan NAD+ atau NADP+ sebagai oksidan. Jadi, konversi neto gugus -amino menjadi amonia memerlukan kerja yang seirama antara enzim glutamat transaminase dan glutamat dehidrogenase. Aktivitas enzim glutamat dehidrogenase hati diatur oleh inhibitor alosterik ATP, GTP serta NADH, dan oleh aktivator ADP. Reaksi yang bersifat reversibel bebas ini bekerja baik pada katabolisme maupun biosintesis asam amino.
Secara katabolik, reaksi ini menyalurkan nitrogen dari glutamat kepada ureum. Secara anabolik, enzim ini mengatalisis aminasi ketoglutarat melalui amonia bebas. Enzim ini terdapat didalam berbagai jaringn terutama dalam sitoplasma dan mitokondria.
3.
Pengangkutan Ammonia Ammonia bersifat toksik, jadi tidak dapat diangkut dalam
bentuk bebas dari jaringan ekstrahepatik. Pengankutan ammonia ini kebanyakan terjadi pada jaringan dimana glutamine sintetase akan mengubah ammonia menjadi glutamine yang non-toksik. Glutamine sintetase didapat dari -ketoglutarat (TCA cycle) melalui reaksi transaminase dengan asam amino lain. Glutamine diangkut dalam darah kehati, ginjal, dan usus. Sedangkan didalam hati glutamine di hidrolisis untuk melepaskan ammonia yang akan masuk ke dalam siklus urea.
GLN +H2O GLU + NH4+
Glutaminase
Sedangkan di dalam ginjal glutaminase membebaskan ammonia untuk dieksresikan dengan kelebihan asam dari darah.
4.
Siklus Urea Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat
Tempat-tempat masuknya asam amino ke dalam sikulus asam sitrat untuk produksi energi
Gugus-gugus amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk ke dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya dibuang melalui ginjal berupa urin. Proses yang terjadi di dalam siklus urea digambarkan terdiri atas beberapa tahap yaitu: 1. Dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan CO2 menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam raksi ini diperlukan energi dari ATP 2. Dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan L-ornitin menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan 3. Dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan Laspartat menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari ATP 4. Dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi fumarat dan L-arginin 5. Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan menghasilkan L-ornitin dan urea.
2.4.4 Gangguan
Metabolik
Berkaitan
Dengan
Setiap
disintesis. Gejala klinis yang lazim dijumpai pada semua kelainan siklus ureum mencakup gejala muntah-muntah, rasa mual terhadap makanan berprotein-tinggi, ataksia intermiten, iritabilitas, letargia dan retardasi mental. Gambaran klinis dan penatalaksanaan pada kelima kelainan tersebut seperti yang dibahas di bawah ini adalah serupa. Perbaikan yang berarti menyertai diet rendah-protein dan dengan cara demikian kerusakan otak yang luas dapat dicegah. Asupan makanan harus sedikit-sedikit tetapi sering untuk menghindari kenaikan kadar amonia darah yang tiba-tiba.
1. Hiperamonemia Tipe I: Telah dilaporkan sekitar 24 kasus defisiensi karbamoil fosfat sintase I. Gangguan ini mungkin bersifat familial. 2. Hiperamonemia Tipe II: Defisiensi ornitin transkarba-moilase
menimbulkan keadaan defisiensi yang terkait-kromosom X. Ibu penderita juga memperlihatkan hiperamonemia dan ketidaksukaan terhadap
makanan berprotein tinggi. Satu-satunya gambaran klinis yang konsisten adalah kenaikan kadar glutamin di dalam darah, cairan serebrospinal dan urine yang mungkin mencerminkan peningkatan sintesis glutamin sebagai konsekuensi dari kenaikan kadar amonia jaringan. 3. Sitrulinemia: Kelainan yang langka ini kemungkinan diturunkan secara resesif. Sitrulin dengan jumlah 1 sampai 2 gram/hari diekskresikan ke dalam urine, dan kadar sitrulin baik di dalam plasma maupun cairan serebrospinal memperlihatkan kenaikan. Pada salah seorang penderita ditemukan defisiensi aktivitas enzim arginino-suksinat sintase yang terdeteksi. Pada penderita lainnya, nilai Km untuk sitrulin adalah 25 kali nilai normalnya sehingga sugestif ke arah modifikasi nonletal pada tapak katalitik. Sitrulin dan argininosuksinat bertindak sebagai pembawa alternatif limbah nitrogen, karena senyawa ini mengandung nitrogen yang dimaksudkan untuk sintesis ureum. Pemberian arginin pada makanan akan mendorong ekskresi sitrulin pada pasien-pasien ini. Demikian pula, pemberian benzoat akan mengalihkan nitrogen amonium kepada hipurat melalui glisin.
4.
Argininosuksinikasiduria: Kelainan bawaan resesif yang langka dan ditandai dengan kenaikan kadar argininosuksinat di dalam darah, cairan serebrospinal serta urine ini disertai dengan rambut yang rapuh dan beruntai (trikoreksis nodosa). Meskipun dikenal tipe onset-dini maupun lanjut, manifestasi penyakit ini selalu terlihat pada usia 2 tahun dan biasanya berakhir fatal pada argininosuksinat argininosuksinase. mencerminkan Meskipun usia yang sangat muda. Asiduria keadaan tidak mudah adanya dibuat enzim melalui
diagnosisnya
pemeriksaan urine dengan kromatografi dua dimensi, bercak abnormal tambahan bisa terlihat di urine ketika didiamkan dan gejala ini terjadi akibat adanya kecenderungan argininosuksinat untuk membentuk senyawa siklik anhidrida. Konfirmasi diagnostik dilakukan lewat pengukuran aktivitas enzim argininosuksinase eritrosit. Tes ini dapat dikerjakan pada darah umbilikus atau sel cairan amnion. Seperti untuk sitrulinemia, pemberian arginin dan benzoat akan mendorong ekskresi nitrogen pada pasien-pasien ini. 5. Hiperargininemia: Defek pada sintesis ureum ini ditandai dengan kenaikan kadar arginin di dalam darah serta cairan serebrospinal, kadar enzim arginase eritrosit yang rendah, dan pola asam amino urine yang menyerupai keadaan lisin-sistinuria. Pola ini kemungkinan mencerminkan kompetisi arginin dengan lisin dan sistin untuk reabsorpsinya di tubulus ginjal. Diet rendah-protein akan menurunkan kadar amonia plasma dan melenyapkan pola lisin-sistinuria di dalam urine.
2.4.5
Terapi Gen Memberikan Harapan Untuk Perbaikan Defek pada Biosintesis Ureum Terapi gen untuk mengoreksi defek pada enzim yang mengatalisis
reaksi pada siklus ureum merupakan bidang pengetahuan yang kini diselidiki secara aktif. Sudah diperoleh hasil-hasil pendahuluan yang menggembirakan, contohnya pada model hewan dengan menggunakan vektor adenovirus untuk mengobati penyakit sitrulinemia.
DAFTAR PUSTAKA
Murray,Robert K., dkk. Biokimia Harper. Edisi ke-duapuluh lima.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
Stryer,L. Biokimia. Vol. 2. Edisi ke-empat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.
Marks, Dawn B., dkk. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.
Koolman,J., Rohm, KH. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Jakarta: Hipokrates; 2001.
Disusun oleh:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. FINA GUNAWATI YUNITA SARI FITRI WULANDARI HERMAN WIJAYANTORO TATA MARETA ONNY SUDARMONO IRANA GUSTIA S DINDA PUTRA BAIHAKI (G1A106084) (G1A106075) (G1A106076) (G1A106063) (G1A106091) (G1A106062) (G1A106060) (G1A106095) (G1A106092)