You are on page 1of 4

Fasilitas Sepeda di Jalan Sepeda sebagai alat transportasi yang handal, di Indonesia nampaknya kini sudah dilupakan dalam

perencanaan sistem transportasi di kota. Dalam krisis bahan bakar minyak serta masalah lingkungan yang disebabkan oleh kendaraan bermesin dan kemacetan lalulintas yang terjadi, sepeda memberi kemungkinan bantuan solusi yang terbaik. Selain ramah lingkungan, sepeda juga mempunyai fleksibilitas dalam pemakaian jalur lalulintas yang tersedia. Sepeda dapat dipakai oleh hampir semua umur. Sepeda selain mempunyai nilai rekreatif juga memungkinkan untuk dipakai sebagai alat transportasi untuk pergi bekerja ataupun pergi belajar oleh para siswa. Mahalnya harga bahan bakar untuk kendaraan serta kemacetan yang terjadi di kota merupakan kendala untuk sebagian besar penduduk kota dalam menunjang mobilitas yang diperlukan. Hal tersebut bisa berakibat lebih jauh pada ekonomi keluarga maupun kemajuan studi para siswa belajar. Untuk mengatasi hal tersebut sepeda bisa merupakan sebuah jawaban yang ampuh untuk menyelesaikan permasalahan. Pada sisi lain, kondisi lalulintas di kota besar berada pada sebuah krisis disiplin yang sangat mengkhawatirkan. Baik kendaraan pribadi maupun publik sering membahayakan setiap pemakai sarana lalulintas yang tersedia, khususnya sepeda. Secara khusus kendaraan umum jenis angkot serta sepeda motor merupakan permasalahan yang serius. 1. Sepeda sebagai Alat Transportasi dan Rekreasi Sebagai alat transportasi, sepeda memang dirancang untuk membawa barang. Sepeda pada awalnya dirancang untuk menunjang mobilitas manusia, agar dengan energi yang relatif kecil dapat mencapai jarak yang cukup jauh. Kapasitas sepeda dalam mengangkut barang sangat terbatas. Bila dibandingkan dengan manusia yang berjalan kaki pada sebuah dataran selama satu jam dapat mencapai jarak sepanjang 3 sampai dengan 4 km, maka dengan sepeda jarak tersebut dapat dicapai hanya dalam waktu sekitar 15 menit. Selain sebagai alat transportasi sepeda juga memberikan nilai rekreatif dan menunjang pergerakan fisik yang sehat (Mc Cullagh, 1977). Nilai tambah sepeda sebagai alat transpor dapat digambarkan sebagai berikut (Watson and Gray, 1978; Sulivan, 1983; Whitt & Wilson, 1980): a. Bentuk dan ukuran yang ringkas, memungkin-kan sepeda untuk disimpan dengan mudah atau diangkut dalam kendaraan (untuk dipakai jika diperlukan). Dengan teknologi konstruksi dan material (alucarbon) yang ada saat ini dimungkinkan sepeda untuk dilipat dan mempunyai massa yang ringan. b. Teknologi freewheel pada sepeda memungkinkan sepeda dipakai dengan nyaman, sekalipun pada jalan mendaki lebih dari 10%. c. Pemakaian sepeda mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi kemacetan lalulintas. d. Jangkauan jarak tempuh pemakaian sepeda relatif besar untuk suatu kawasan kota besar (4 sampai dengan 5 km per 15 menit). e. Nilai investasi relatif sangat kecil dibandingkan kendaraan bermotor/sepeda motor. f. Parawatan sepeda umumnya bisa dilakukan secara mandiri. g. Pemakaian sepeda secara teratur memberikan sumbangan kebugaran fisik yang baik. h. Pemakaian sepeda memberi sumbangan untuk kebersihan udara (pengurangan pemakaian bahan bakar mineral, yang memberikan emisi buangan beracun carbon monoksida). i. Sepeda, secara teknis dapat dimodifikasi dengan mudah. Segi kelemahan sepeda sebagai alat transportasi sendiri dapat diuraikan sebagai berikut: (Haecher, 1986):

a. Sepeda hanya memungkinkan bagi transportasi barang secara terbatas, sekalipun diberi tambahan konstruksi khusus (yang tidak membahayakan pengendara maupun pemakai sarana lalulintas lainnya). b. Pengendara sepeda tidak bisa terhindar dari kondisi cuaca yang tidak menguntungkan (panas dan hujan). c. Keselamatan pengendara sepeda relatif lemah, bila terjadi kecelakaan dengan alat transportasi lainnya (terutama dengan perilaku berkendaraan yang buruk dari kendaraan bermotor). d. Sepeda relatif mudah dicuri. e. Bila kondisi cuaca kurang baik atau topografi jalur lintasan yang naik turun membuat pengendara mudah berkeringat, hal mana bisa mengganggu kenyamanan kerja di kantor atau di tempat lainnya. Dengan adanya kelebihan dan kelemahan sepeda sebagai alat transportasi, maka perencanaan jalur lintasan sepeda di dalam kota hendaknya bisa memenuhi kriteria atau prasyarat keselamatan/ keamanan pengendara dan juga kenyamanan berkendaraan. Bersepeda di dalam kota harus aman dan nyaman. 2. Perencanaan Lintasan Sepeda Pada prinsipnya pengendara sepeda mempunyai hak yang sama dengan pengguna prasarana lalulintas lainnya. Di jalan umum sepeda harus berada pada sisi terdalam jalur untuk kendaraan umum. Namun karena pertimbangan faktor keamanan (mengingat kelemahan kendaraan sepeda) maka tidak semua jalanan bisa dipakai/ direncanakan dengan kelengkapan untuk jalur sepeda. Selain pemberian tanda lintasan sepeda, diperlukan juga syarat bebas konflik dengan pengendara nonsepeda. Seperti tersebut dalam UU No.20 Tahun 2009 Pasal 25 tertulis: Pasal 25 1. Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan Jalan berupa: a. Rambu Lalu Lintas; b. Marka Jalan; c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas; d. alat penerangan Jalan; e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan; f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan; g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Ada tiga pokok penting dalam perencanaan jalur sepeda, yaitu: 1. Penetapan titik sumber asal sepeda dan penentuan titik tujuan; 2. Penilaian topografi kawasan dimana lintasan akan dibangun serta hambatan lain, seperti sungai, saluran irigasi dan sebagainya; 3. Hubungan atau jaringan antar-wilayah, guna pengintegrasian jaringan sepeda di kota 3.Geometri Jalur Sepeda Untuk perencanaan geometri jalur sepeda diatur Direktorat Jendral Bina Marga mengenai Standar Perencanaan Geometri untuk Jalan Perkotaan. Dalam Standar tersebut, tertulis: 5.11. Jalur Sepeda

5.11.1 Ketentuan Jalur Sepeda Bila sepeda melebihi 500 per 12 jam dan volume lalu lintas melebihi 2000 per 12 jam, maka sebaiknya disediakan jalur khusus untuk sepeda dan atau pejalan kaki. Dalam hal seperti yang disebut di atas, terdapat pejalan kaki dengan volume melebihi 1000 orang/12 jam, maka sebaiknya jalur pejalan kaki dan jalur sepeda dipisah. Bila volume sepeda melebihi 200 per 12 jam dan volume lalu lintas melebihi 2000 per 12 jam, sebaiknya disediakan jalur khusus untuk sepeda. Dalam merencanakan jalur sepeda harus mencakup asal dan tujuan dari rute sepeda tersebut. Untuk jalan tipe II kelas I seperti misalnya jalan pintas (bypass) di mana tidak ada akses masuknya maka pengadaan jalur sepeda tergantung dari keperluan. 5.11.2 Dimensi Untuk Perencanaan Dimensi sepeda untuk perencanaan jalur sepeda dinyatakan pada tabel 5.9 di bawah ini. Tabel 5.9 Dimensi Sepeda Lebar kemudi 0,6 meter Ruang pengemudi 1,0 meter Tinggi sepeda 1,0 meter Tinggi untuk 2,25 meter pengemudi 1,9 meter Panjang sepeda 0,05 meter Tinggi pedal 5.11.3 Lebar Minimum Jalur Sepeda Lebar minimum jalur sepeda adalah 2,0 m. Lebar minimum jalur sepeda dan pejalan kaki adalah 3,5 m untuk jalan tipe II, kelas I dan kelas II dan 2,5 m untuk tipe II, kelas III. Lebar minimum jalur sepeda dan pejalan kaki boleh dikurangi sebesar 0,50 m, bila volume lalu lintas tidak terlalu besar atau di sepanjang jembatan yang cukup panjang (lebih dari 50 m). Lebar minimum jalur sepeda dalah 1,0 m. Ruang bebas mendatar antar jalur sepeda dengan lalu lintas adalah 1,0 m. 5.11.4 Parameter Perencanaan lainnya Tinggi ruang bebas bagi jalur sepeda adalah 2,5 m. Kapasitas maksimum perencanaan jalur sepeda untuk 2 jalur 2 arah, adalah 1600 sepeda/jam dan kecepatan rencana sepeda pada jalur sepeda adalah 15 km/jam. 5.11.5 Potongan Melintang Jalur Sepeda Jalur sepeda terletak langsung di sebelah bahu kiri jalur lalu lintas atau pada tepi kiri jalur lalu lintas (bila ada jalur parkirnya). Bila jalan dilengkapi juga dengan jalur tanaman yang bersebelahan dengan bahu kiri jalan aatau jalur parkir, maka jalur sepeda harus terletak pada bersebelahan dengan jalur tanaman. Perlengkapan utilitas harus diletakkan pada bagian tepi dalam jalur sepeda. Sedang untuk jalur sepeda, fasilitas utilitas harus diletakkan pada bagian luarnya. Pohon-pohon ditanam pada bagian teri dalam dari jalur sepeda bila terletak bersebelahan langsung dengan tanah milik pribadi. Bila juga ditanam di bagian luar jalur sepeda, jika terdapat ruang cukup untuk menempatkan tanaman antara jalur sepeda dengan tanah milik pribadi ini.

Untuk jalur sepeda, pohon harus ditanamkan pada bagian luarnya. Saluran terbuka untuk drainase jalan sebaiknya ditempatkan di sebelah luar jalur sepeda. Selokan tertutup bisa dianggap sebagai bagian dari jalur sepeda bila cukup baik tertutup dengan plat beton.

You might also like