You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pada dasarnya fungsi utama bank adalah untuk menghimpun dana dari

masyarakat dan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada penggunaan investasi yang efektif dan efisien. Ternyata saat ini bank mencari alternatif lain untuk menambah penghasilannya, yaitu melalui penciptaan produkproduk baru yang kemudian dikenal sebagai produk yang belum tercantum dalam neraca bank (off balance sheet), transaksi ini sebenarnya merupakan transaksi bank dengan nasabahnya yang belum dicantumkan dalam laporan neraca keuangan, karena belum diterima atau dikeluarkan dana pada waktu diawalinya transaksi. Transaksi off balance sheet adalah transaksi yang dengan risiko, untuk itu transaksi off balance sheet harus dicatat walaupun belum mempengaruhi neraca bank, agar dapat diperoleh informasi yang akurat sehingga bank dapat mengelola serta mengatur strategi lebih lanjut. Transaksi off balance sheet dalam akuntansi dikenal sebagai transaksi yang bersifat administratif yang ditampung dalam rekening administratif bank, dimana rekening ini tergolong dalam komitmen dan kontinjensi bank.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang : 1. Apakah yang dimaksud dengan kontinjensi 2. Bagaimanakah penyajian kontinjensi dalam laporan keuangan 3. Bagaimanakah azas konservatif dalam kontinjensi 4. Apa sajakah jenis transaksi kontinjensi 5. Bagaimanakah laporan kontinjensi

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

1.3

Tujuan dan Manfaat Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengertian kontinjensi 2. Penyajian kontinjensi dalam laporan keuangan 3. Azas konservatif dalam kontinjensi 4. Jenis transaksi kontinjensi 5. Laporan kontinjensi Sedangkan manfaat dalam penyusunan makalah ini, dapat memberikan sejumlah manfaat yang berguna diantaranya : 1. Secara teoritis: penyusunan makalah mengenai kontinjensi bermanfaat kontinjensi. 2. Secara praktis: penyusunan makalah ini bermanfaat bagi para pihak yang memang tertarik dengan pekerjaan di bank. dalam meningkatkan pemahaman mengenai

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Kontinjensi Kontinjensi adalah suatu situasi yang melibatkan ketidakpastian dalam

kemungkinan memperoleh gain (gain contingency) atau loss (loss contingency) bagi sebuah perusahaan yang baru akan diketahui secara pasti ketika satu atau lebih kejadian di masa mendatang benar-benar terjadi atau tidak pernah terjadi. Oleh karena itu diperlukannya suatu perencanaan kontinjensi dengan tujuan untuk merencanakan peristiwa yang mungkin terjadi tetapi bisa saja peristiwa itu tidak terjadi. Karena adanya unsur ketidakpastian itulah maka kontinjensi didefinisikan sebagai berikut : Perencanaan kontinjensi adalah proses perencanaan kedepan dalam keadaan tidak menentu, dimana skenario dan tujuan disetujui, tindakan manajerial dan teknis ditentukan, dan sistem untuk menanggapi kejadian disusun agar dapat mencegah, atau lebih mengatasi secara lebih baik keadaan atau situasi yang darurat yang dihadapi.

Dari definisi tersebut, maka dapat diambil butir-butir penting mengenai perencanaan kontinjensi, yaitu : 1. Dilakukan sebelum keadaan darurat berupa proses perencanaan ke depan, 2. Lebih merupakan proses daripada dokumen, 3. Merupakan suatu proses pembangunan konsensus untuk menyepakati skenario dan tujuan yang akan diambil, 4. Merupakan suatu kesiapan untuk tanggap darurat dengan menentukan langkah dan sistem penanganan yang akan diambil sebelum keadaan darurat terjadi, 5. Mencakup upaya-upaya yang bersifat mencegah dan juga membatasi konsekuensi yang kemungkinan akan terjadi.

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

Prinsip-prinsip perencanaan kontinjensi : 1. Proses penyusunan bersama 2. Merupakan rencana penanggulangan untuk jenis ancaman tunggal 3. Rencana kontinjensi mempunyai skenario 4. Skenario dan tujuan disetujui bersama 5. Dilakukan secara terbuka 6. Menetapkan tugas dan peran setiap sektor 7. Menyikapi konsensus yang telah dibuat bersama 8. Dibuat untuk menghadapi keadaan darurat

Kondisi Penyusunan Rencana Kontinjensi

Dampak Dapat Diabaikan Parah Kebijakan yang ada

Tingkat Kejadian Kecil Tetapkan skenario Besar Perlu proses perencanaan

Ringan

Tidak Perlu Perencanaan

Kebijakan yang ada

Tetapkan skenario

Hampir Tidak ada

Tidak perlu perencanaan

Tidak perlu perencanaan

Kebijakan yang ada

Perencanaan kontinjensi merupakan bagian kehidupan sehari-hari. Diperlukannya perencanaan kontinjensi tergantung dari upaya mempertemukan antara besarnya kejadian dengan tingkat dampak yang diakibatkan seperti pada gambar. Dari gambar diatas perencanaan kontinjensi hanya sesuai dengan peristiwa atau kejadian dengan tingkat besar dan parahnya dari dampak yang ditimbulkan. Sedangkan untuk kejadian-kejadian yang tidak terlalu parah cukup menggunakan kebijakan-kebijakan yang ada, jika memang tidak parah sama sekali tidak perlu disusun rencana kontinjensi.

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

Waktu Penyusunan Rencana Kontinjensi Waktu penyusunan rencana kontinjensi ketika setelah ada tanda-tanda awal terjadinya suatu bencana atau adanya peringatan dini (early warning). Beberapa jenis bencana yang sering terjadi tiba-tiba tanpa adanya tanda-tanda terlebih dahulu misalnya gempa bumi, keadaan seperti ini sulit dibuat rencana kontinjensinya, tetapi dapat dibuat dengan menggunakan data yang lalu. Sedangkan jenis-jenis bencana tertentu dapat diketahui tanda-tanda akan terjadi, terhadap hal ini dapat dilakukan pembuatan rencana kontinjensinya. Umumnya penyusunan rencana kontinjensi dilakukan pada saat segera akan terjadi bencana. Pada saat ini rencana kontinjensi langsung segera disusun tanpa melalui penilaian/analisis ancaman/bahaya. Akan tetapi kenyataan di lapangan hal tersebut sulit dilakukan karena keadaan sudah panik. Akan lebih baik apabila rencana kontinjensi dibuat pada saat sudah diketahui adanya potensi bencana.

Perencanaan Kontinjensi Suatu Proses Perencanaan kontinjensi disusun melalui proses, dimana proses ini sangat penting karena disusun oleh participant (peserta) sendiri, sedangkan fasilitator hanya mengarahkan jalannya proses penyusunan perencanaan kontinjensi. Adapun berikut ini adalah beberapa kesalahan pemahaman mengenai kontinjensi : 1. Perencanaan kontinjensi bukan suatu perencanaan untuk pengadaan barang/jasa, pembelian atau pembangunan prasarana/sarana, akan tetapi lebih pada pendayagunaan sumberdaya setempat yang dimiliki dan dapat dikerahkan. 2. Pakar dari luar diperlukan hanya untuk memberikan

informasi/pengetahuan yang tidak dimiliki oleh peserta. 3. Rencana kontinjensi sangat sensitif, konfidensial, dan terbatas. Oleh karena itu, pelaksanaannya harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan keresahan atau salah paham bagi masyarakat.

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

4. Perencanaan kontinjensi ini merupakan faktor pendorong yang mengarah pada penindakan/menggerakan masyarakat meskipun bencana belum tentu terjadi. 5. Produk dari perencanaan kontinjensi ini adalah rencana persediaan dan anggaran bukan keberhasilan tanggap darurat.

2.2

Penyajian Kontinjensi dalam Laporan Keuangan Dalam transaksi kontinjensi belum mempengaruhi posisi neraca ataupun

laba/rugi perusahaan, karena transaksi ini adalah transaksi yang tidak pasti akan diperoleh laba ataupun ruginya suatu perusahaan sehingga transaksi ini sebenarnya dapat saja kita abaikan atau tidak diungkapkan dalam laporan keuangan, apabila nilai transaksi kontinjensi ini tidak mempengaruhi posisi keuangan secara menyeluruh. Dalam transaksi perbankan sehari-hari frekuensi transaksi kontinjensi banyak ditemukan yang apabila dikumpulkan dalam satu periode menghasilkan nilai yang cukup atau bahkan sangat materil sehingga mempengaruhi posisi keuangan secara keseluruhan. Karena nilai yang sangat materil ini., bank diwajibkan untuk melakukan pencatatan transaksi yang bersifat kontinjensi ini. PSAK No. 31 mengatur masalah kontinjensi ini. Kontinjensi harus disajikan sedemikian rupa sehingga bila dikaitkan dengan pos-pos aktiva dan pasiva dapat menggambarkan posisi keuangan bank secara wajar. Kontinjensi merupakan transaksi yang belum mengubah posisi aktiva dan pasiva bank pada tanggal laporan, tetapi harus dilaksanakan oleh bank apabila persyaratan yang disepakati dengan nasabah terpenuhi. Kontinjensi tersebut dapat bersifat tagihan atau kewajiban baik dalam rupiah maupun valuta asing. PSAK No. 31 menyatakan bahwa sistematika penyajian laporan komitmen dan kontinjensi disusun berdasarkan urutan tingkatan kemungkinan pengaruhnya terhadap perubahan posisi keuangan dan hasil usaha bank. Selanjutnya komitmen dan kontinjensi, baik yang bersifat sebagai tagihan maupun kewajiban, masingmasing disajikan secara tersendiri tanpa pos lawan.

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

2.3

Azas Konservatif dalam Kontinjensi Dalam laporan keuangan dikaitkan dengan pengungkapan transaksi

kontinjensi dengan azas konservatif atau berhati-hati dalam prinsip akuntansi. Maksudnya adalah bahwa penyisihan suatu rugi kontinjensi dapat dilakukan pada perhitungan rugi laba kedua kondisi berikut dipenuhi : Terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah terjadi penurunan nilai suatu aktiva atau telah timbul kewajiban pada tanggal neraca. Jumlah kerugian dapat ditaksir secara wajar. Sedangkan dalam laba kontinjensi tidak dicantumkan dalam perhitungan laba rugi, tetapi perlu diungkapan dalam laporan keuangan.

2.4

Jenis Transaksi Kontinjensi Dalam transaksi bank dapat ditemukan beberapa jenis transaksi kontinjensi

seperti : garansi bank, letter of credit yang dapat dibatalkan (revocable) yang masih berjalan, transaksi opsi valuta asing, pendapatan bunga dalam penyelesaian. Semua jenis transaksi diatas apabila ditemukan dalam transaksi sehari-hari wajib untuk dilaporkan dalam laporan keuangan melalui rekening administratif, yang dapat berupa tagihan maupun kewajiban. Kontinjensi Tagihan terdiri dari : 1. Garansi Bank

Istilah garansi bank berasal dari bahasa inggris guarantee atau guaranty yang berarti menjamin atau jaminan. Dalam pasal 1 butir 1 surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (SKBI) No. 11 / 110 / Kep / Dir / UPPB TANGGAL 28 Maret 1979 tentang pemberian jaminan oleh bank dan pemberian jaminan oleh lembaga keuangan bukan bank, menyebutkan : Jaminan adalah warkat yang diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan bukan bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima jaminan apabila jaminan pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi) Dalam garansi bank, ada 3 pihak yang terlibat yaitu : 1. Pihak penjamin : Pihak yang memberikan jaminan (dalam

hal ini adalah bank)

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

2. Pihak terjamin

: Pihak yang dijamin (nasabah)

3. Pihak penerima jaminan : Pihak yang menerima jaminan Jadi, garansi bank merupakan suatu perjanjian tertulis yang isinya bank menyetujui untuk meningkatkan diri kepada penerima jaminan guna memenuhi kewajiban terjamin dalam suatu jangka waktu tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu berupa pembayaran sejumlah uang tertentu apabila terjamin dikemudian hari ternyata tidak memenuhi kewajibannya kepada penerima jaminan. Atas pemberian garansi bank tersebut, maka bank akan menerima fee dari terjamin berupa sejumlah uang tertentu yang disebut provisi. Jumlah provisi ini dihitung atas dasar prosentase tertentu dari jumlah garansi bank untuk jangka waktu tertentu pula (Anwar, 1981 : 9). Perjanjian Garansi Kesepakatan pemberian garansi bank perbankan kepada terjamin dituangkan dalam suatu perjanjian yang disebut perjanjian bank garansi vide pasal 1824 KUH perdata, pasal tersebut menentukan bahwa penanggungan harus ditentukan secara tegas meski tidak harus secara tertulis, namun sebagaimana lazimnya, suatu perjanjian perbankan selalu dituangkan dalam bentuk akta tertulis untuk menjamin kepentingan hukum para pihak. Berdasarkan surat perjanjian garansi bank tersebut bank akan memberikan surat garansi bank kepada terjamin untuk diserahkan kepada penerima jaminan. Menurut Anwar (1981 : 26) dalam surat perjanjian garansi bank memuat syarat minimal sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Tujuan penggunaan garansi bank Jumlah tertinggi garansi bank Tanggal mulai berlaku serta jangka waktu garansi bank Tempat kedudukan (domisili) terjamin dan bank Macam jaminan lawan yang diserahkan oleh jaminan kepada bank serta nilainya 6. Terjamin tunduk kepada ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan tentang pemberian garansi bank yang ditetapkan oleh bank

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

7.

Terjamin tunduk kepada intruksi-intruksi dan peraturan-peraturan yang dilkeluarkan oleh pemerintah dan bank Indonesia serta kelaziman perbankan

8. 9.

Biaya garansi bank yang harus dibayar oleh terjamin Terjamin memberi kuasa yang tak dapat dicabut kembali kepada bank untuk sewaktu-waktu merencakana jaminan lawan melunasi hutang terjamin sebagai akibat dilaksanakannya pembayaran garansi bank maupun hutang lainnya yang timbul sehubungan dengan pemberian garansi bank tersebut.

SKBI No. 11 / 110 tahun 1979 tidak memberikan definisi tentang perjanjian garansi bank SKBI tersebut hanya menentukan hal-hal minimal yang harus dipenuhi dalam satu garansi bank. Dalam pasal 2 butir 2 SKBI mengatur syarat minimal dalam garansi bank sebagai berikut : 1. Judul garansi bank atau bank garansi 2. Nama dan alamat bank pemberi garansi 3. Tanggal penerbitan garansi bank 4. Transaksi antar pihak yang dijamin dengan penerimaan jaminan 5. Jumlah uang yang dijamin oleh bank 6. Tanggal mulai berlaku dan berakhirnya garansi bank 7. Penegasan batasan waktu klaim 8. Pernyataan bahwa penjamin (bank) akan memenuhi pembayaran dengan terlebih dahulu menyita dan menjual benda-benda terjamin (nasabah) untuk melunasi hitungannya sesuai dengan pasal 1831 KUH perdata, atau pernyataan bahwa penjamin (bank melepaskan bank istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda terjamin (nasabah) lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutangnya vide pasal 1832 KUH perdata. Pada pasal 2 butir 3 SKBI menentukan hal yang tidak boleh dimuat dalam garansi bank sebagai berikut : 1. Syarat-syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi untuk berlakunya garansi bank.

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

2.

Ketentuan bahwa garansi bank dapat diubah atau dibatalkan secara sepihak.

Jumlah Nilai Masing-masing Jenis Counter Jumlah Jaminan Lawan Uang tunai yang disetor ke bank Dana giro yang dibekukan Deposito Surat surat berharga Barang bergerak Barang tidak bergerak Harta tak berwujud seperti tagihan dan hal lain yang sifatnya serupa dengan itu Harta kekayaan lain yang dapat diterima oleh bank Performance bond, bid bond dan advance payment bond Sumber : Anwari, 1981 : 23 Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi penerima garansi bank : 1. Pastikan keaslian dan keabsahan garansi bank dengan cara menghubungi bank penerbit 2. Periksa masa berlakunya garansi bank sesuai dengan jangka waktu proyek 3. Periksa dan pahami syarat-syarat klaim untuk memudahkan dalam melakukan klaim apabila diperlukan < nilai garansi bank 150% Nilai Garansi 100% 100% 100% 100% 150% 150% 150%

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

10

Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi pihak yang dijamin garansi bank: 1. Perhatikan biaya-biaya yang harus dibayar dalam rangka penerbitan garansi bank 2. Laksanakan kewajiban sesuai dengan yang perjanjian dengan pihak penerima jaminan, sehingga tidak terjadi klaim atas garansi bank yang diterbitkan 3. Proses penerbitan garansi bank sama halnya dengan proses pemberian kredit, sehingga anda perlu menjelaskan usaha secara terbuka kepada bank. Kegunaan Garansi Bank Ditinjau dari segi kegunaannya, garansi bank dapat dipergunakan untuk transaksi-transaksi sebagai berikut : 1. Tender dalam negeri. Garansi bank yang diberikan untuk kontraktor atau leverancier di dalam negeri. 2. Perdagangan. Garansi bank diberikan kepada pihak pabrikan (prosedur) untuk kepentingan agen penyalur produk-produk hasil dari pabrik tersebut. 3. Tender luar negeri. Garansi bank diberikan untuk memberikan jaminan untuk dapat turut serta tender diluar negeri. 4. Uang muka kerja. Garansi bank diberikan untuk ikut ambil bagian dalam suatu kontrak yang diberikan oleh pemilik bangunan. 5. Penanggung bea masuk. Garansi bank diterbitkan untuk memberikan jaminan kepada bea cukai atas pembayaran bea masuk suatu barang. 6. Cukai rokok. Garansi bank diterbitkan sebagai jaminan untuk penangguhan pembayaran cukai dalam peredaran. 7. Pelaksanaan pembelian aktiva tetap. Garansi bank diterbitkan untuk memberikan jaminan pembelian suatu aktiva tetap.

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

11

Dasar Hukum Garansi bank Garansi bank yang diterbitkan mempunyai tanggal jatuh waktu dimana kepada si nasabah yang diberikan fasilitas garansi bank berkewajiban memenuhi seluruh kewajibannya dan pihak bank diwajibkan untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar kepada nasabah yang diberikan jaminan. Batas waktu berlakunya hanya untuk satu kali saja sesuai dengan klausal yang tercantum dalam surat garansi bank. Dalam ini bukan berarti garansi bank tidak dapat diperpanjang. Garansi bank dapat diperpanjang bila ada persetujuan tertulis dari pemegang garansi bank. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967 dalam pasal 23, menyatakan bahwa bank umum memberikan jaminan bank dengan tanggungan yang cukup. Bila dikaitkan dengan KUH perdata pasal 1820 : Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan yang berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya pihak yang berpiutang, manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya. Selanjutnya, dalam pasal 1821 KUH perdata menyatakan bahwa tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah. Dengan demikian garansi bank merupakan perjanjian accessoir (ikutan), yaitu adanya garansi bank tergantung pada adanya suatu perjanjian pokok, sehingga dengan demikian maka garansi bank akan berakhir karena berakhirnya perjanjian pokok, atau berakhirnya garansi bank sebagaimana ditetapkan dalam garansi bank yang bersangkutan. Sebagaimana suatu perjanjian accessoir, maka bank tidak dapat mengikat diri untuk lebih atau dengan syarat-syarat yang lebih daripada perikatan pokoknya. Pengajuan klaim dalam garansi bank biasanya sekitar dua minggu semenjak tanggal berakhirnya atau tanggal jatuh tempo garansi bank (untuk garansi bank tertentu lebih dari dua minggu). Dalam batas waktu ini bank berkewajiban memenuhi seluruh kewajiban yang melekat pada garansi bank.

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

12

Apabila sudah lewat waktu yang telah ditentukan baru ada pengajuan klaim, maka pihak bank dapat menolak untuk memenuhi kewajibannya. Akuntansi untuk garansi bank Akuntansi untuk garansi bank meliputi saat penerbitan dan jatuh tempo. Dalam jatuh tempo ini bank akan dihadapkan pada dua situasi pertama, apabila nasabah mampu melunasi sisa kewajibannya, kedua, apabila nasabah wanprestasi. Contoh, apabila bank A cabang Bekasi menerbitkan garansi bank atas permintaan PT. ABC ditujukan kepada PT. XYZ di Surabaya senilai Rp 200 juta. Setoran jaminan dibayarkan oleh PT. ABC sebesar 50% atas beban rekening gironya, maka ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.

Keterangan Giro PT. ABC Setoran jaminan garansi bank

Debit Rp. 100.000.000,-

Kredit

Rp. 100.000.000,-

Ayat jurnal untuk mencatat kontinjensi garansi bank adalah sebesar kewajiban penuh atau 100% sebagai berikut :

Keterangan Rekening administratif rupiahgaransi bank yang belum jatuh tempo

Debit

Kredit

Rp. 200.000.000,-

Rekening administratif rupiah diatas akan tetap outstanding dalam laporan keuangan hingga tanggal jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo nasabah pembuka garansi bank harus menyetor kekurangan setoran jaminannya. Apabila kemudian PT. ABC melunasi seluruh sisa kewajibannya atas beban rekening giro tepat pada saat garansi bank tersebut jatuh tempo, pada saat ini pula bank Agkasa cabang Bekasi akan mengkredit rekening antar kantor cabang Surabaya dengan memerintahkan untuk membayar kepada PT. XYZ. Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

13

Keterangan Giro PT. ABC Setoran jaminan garansi bank RAK-Cabang Surabaya

Debit Rp. 100.000.000,Rp. 100.000.000,-

Kredit

Rp. 200.000.000,-

Maka oleh cabang Surabaya akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut : Keterangan RAK-Cabang Bekasi Giro-PT. XYZ Debit Rp. 200.000.000,Rp. 200.000.000,Kredit

Ayat jurnal untuk menghapus pos kontinjensi garansi bank dan mencatat penerimaan kekurangan setoran jaminan adalah sebagai berikut :

Keterangan Rekening administratif rupiahgaransi bank yang belum jatuh tempo

Debit

Kredit

Rp. 200.000.000,-

Dengan demikian ayat jurnal ini, seluruh transaksi kontinjensi sudah selesai dan bank A cabang Bekasi hanya berhubungan pada cabang Surabaya sebesar nilai garansi bank yang telah diterbitkan. Wanprestasi dalam bank garansi Adakalanya nasabah yang telah diberikan fasilitas garansi bank tidak dapat memenuhi sisa kewajibannya pada saat garansi bank jatuh tempo. Dalam hal ini terjadi wanprestasi dari pihak nasabah. Wanprestasi ini akan mengakibatkan bank penerbit garansi bank harus mengonversi menjadi debitur umum dengan membebankan nasabah sejumlah biaya tertentu. Sebagai contoh, PT. Angkasa membuka garansi bank pada bank Rakyat cabang Jakarta senilai Rp. 450 juta dengan setoran jaminan sebesar 60% yang Akuntansi Perbankan - Kontinjensi
14

dibayar atas rekening gironya. Garansi bank ditujukan kepada nasabah cabang Bandung PT. Angkasa. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut : Keterangan Giro PT. Angkasa Setoran jaminan garansi bank Debit Rp. 270.000.000,Rp. 270.000.000,Kredit

Ayat jurnal administratif atas penerbitan garansi bank adalah sebagai berikut :

Keterangan Rekening administratif rupiahgaransi bank yang belum jatuh tempo

Debit

Kredit

Rp. 450.000.000,-

Pada saat jatuh tempo nasabah PT. Angkasa belum datang untuk melunasi kewajibannya, oleh Bank Rakyat cabang Jakarta terlebih dahulu harus membukukan rekening administratif atas garansi bank yang telah jatuh tempo. Ayat jurnal untuk mencatat peristiwa ini adalah sebagai berikut :

Keterangan Rekening administratif rupiahgaransi bank yang belum jatuh tempo

Debit

Kredit

Rp. 450.000.000,-

Keterangan Rekening administratif rupiahgaransi bank yang sudah jatuh tempo

Debit

Kredit

Rp. 450.000.000,-

Rekening administratif atas garansi bank yang sudah jatuh tempo ini akan tetap outstanding hingga datang melunasi sisa kewajibannya. Akuntansi Perbankan - Kontinjensi
15

Apabila paling lambat dua minggu kemudian PT. Angkasa menyatakan diri belum sanggup atau tidak sanggup untuk melunasi sisa kewajibannya maka Bank Rakyat cabang Jakarta segera mengonversi garansi bank tersebut kedalam debitur. Hal ini dilakukan untuk segera memperhitungkan opportunity cost atas dana yang telah dibayarkan kepada nasabah PT. Angkasa di Bandung. Bila nasabah PT. Angkasa dibebankan biaya provisi kredit sebesar Rp 450.000, maka ayat jurnal untuk transaksi ini adalah sebagai berikut :

Keterangan Debitur Setoran jaminan garansi bank RAK-Cabang Bandung Pendapatan provisi kredit

Debit Rp. 180.450.000,Rp. 270.000.000,-

Kredit

Rp. 450.000.000,Rp. 450.000,-

Pada saat rekening administratif atas garansi bank yang sudah jatuh tempo akan dihapuskan dengan ayat jurnal sebagai beirkut :

Keterangan Rekening administratif rupiahgaransi bank yang belum jatuh tempo

Debit

Kredit

Rp. 450.000.000,-

Dengan dibukukannya rekening ini seluruh rekening administratif garansi bank bersaldo nihil dan kontinjensi sudah menjadi efektif melalui rekening debitur dan rekening antar kantor.

2.

Transaksi Opsi Valuta Asing

Opsi dalam pasar modal, adalah suatu hak yang didasarkan pada suatu perjanjian untuk membeli atau menjual suatu komoditi, surat berharga keuangan, atau suatu mata uang asing pada suatu tingkat harga yang telah disepakati pada setiap waktu dalam masa tiga bulan kontrak. Opsi dapat digunakan untuk

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

16

meminimalisir risiko dan sekaligus memaksimalkan keuntungan dengan daya ungkit yang lebih besar.

3.

Pendapatan Bunga dalam Penyelesaian

Transaksi ini dalam bank yang sifatnya kontinjensi adalah pendapatan bunga dan aktiva produktif yang digolongkan sebagai non-performing loan. Pendapatan bunga dalam penyelesaian adalah perhitungan bunga dan aktiva produktif non-performing yang belum dapat diakui sebagai pendapatan bunga dalam periode berjalan. Aktiva produktif non-performing loan adalah aktiva yang digolongkan kurang lancar, diragukan dan macet menurut kriteria Bank Indonesia. Pendapatan bunga yang dihitung dari saldo aktiva produktif ini digolongkan sebagai bunga dalam penyelesaian. Bunga ini dicatat sebesar jumlah perhitungan bunga sejak saat bank menetapkan kredit atau aktiva tersebut menjadi non-performing dan dilakukan perubahan metode pengakuan bunga sampai dengan saat tanggal laporan. Jumlah pendapatan bunga dalam penyelesaian ini akan dikelompokan atau disajikan sebagai tunggakan bunga sejak perhitungan bunga atas kredit atau aktiva produktif non-performing dilakukan sampai dengan tanggal laporan. Dengan demikian, karena sifatnya yang masih menunggu kepastian dari nasabah dan bunga ini merupakan hak atau pendapatan bank yang masih harus diterima. Maka akan disajikan dalam laporan keuangan sebagai rekening adminstratif. Bunga ini tidak disajikan sebagai salah satu pos aktiva hanya akan memperbesar jumlah aktiva yang sebenarnya merupakan praktek dari window dressing. Sebagai contoh apabila semenjak tanggal 1 Juli 20XX nasabah debitur Bank Rakyat cabang Jakarta, PT. Satria yang bersaldo Rp. 400 juta dan suku bunga 18%, tidak sanggup membayar bunga semenjak bulan Mei 20XX, dan oleh Bank Rakyat digolongkan sebagai debitur yang kurang lancar. Pada pembuatan laporan keuangan tanggal 31 Juli 20XX diadakan perhitungan tunggakan bunga sebagai berikut. Tunggakan bunga = 3 bulan

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

17

Besarnya bunga

Oleh karena Bank Rakyat cabang Jakarta peristiwa ini akan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut :

Keterangan Rekening administratif rupiahtunggakan bunga

Debit

Kredit

Rp. 18.000.000,-

Peristiwa kontinjensi ini merupakan kontinjensi tagihan, karena hak dari Bank Rakyat untuk membukukan sebagai pendapatan tertunda oleh karena kondisi nasabah. Kontinjensi kewajiban terdiri dari: 1. Garansi yang diberikan

Bank garansi yang diberikan adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang diberikan oleh bank yang mengakibatkan pembayaran kepada pihak penerima jaminan apabila pihak yang dijamin oleh bank yang bersangkutan wanprestasi atau cidera janji. Bentuk-bentuk tersebut misalnya bank garansi, akseptasi atau endosemen surat berharga, dan lainnya.

Kredit : Rekening Administrasi Rupiah Garansi yang diberikan dan belum jatuh waktu Rp. .............

Nilai yang disajikan sebesar jumlah rupiah garansi yang diberikan oleh bank. Rekening ini akan dinihilkan atau didebet bila garansi telah jatuh tempo dalam keadaan wanprestasi atau tidak.

2.

Penjualan Opsi Valuta Asing

Opsi Jual (put option) adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegang opsi untuk yang menjual valuta asing pada harga tertentu selama atau pada akhir masa opsi. Sebagai opsi, pemegang opsi jual tentu akan melakukan bila underlying asset pada akhir periode memiliki harga di bawah strike price. Sebaliknya bila harga jual pada saat jatuh tempo (expiration date) di atas strike price maka pemegang opsi tidak akan melaksanakan opsinya. Dengan Akuntansi Perbankan - Kontinjensi
18

memperhatikan karakter opsi seperti ini, maka transaksi penjualan opsi merupakan transaksi bersyarat yang masuk dalam kelompok kontinjensi kewajiban dengan pencatatan pada saat kontrak:

Kredit : Rekening Administrasi Rupiah Penjualan opsi valuta asing Rp. .............

Catatan ini akan dinihilkan dengan cara mendebat rekening tersebut bila opsi telah jatuh tempo.

Debet : Rekening Administrasi Rupiah Penjualan opsi valuta asing Rp. .............

2.5

Laporan Kontinjensi Setiap tanggal laporan akan dibuatkan laporan kontinjensi yang akan

menjabarkan posisi kontinjensi bank, apakah short atau long position. Dengan mengambil contoh transaksi yang di atas dan mengasumsikan bahwa terhadap seluruh transaksi kontinjensi belum diselesaikan oleh nasabah, maka laporan kontinjensi Bank Rakyat akan tampak sebagai berikut:

Tagihan 1. Tunggakan bunga Rp. 18 jt 1. 2.

Tunggakan Garansi bank yg blm jt. Tempo Rp. 200 jt

Garansi bank yg sudah jt.Tempo Rp. 450 jt

Jumlah Tagihan

Rp. 18 jt

Jumlah Kewajiban

Rp. 650 jt Rp. 632.000.000,-

Saldo Kewajiban Bersih Kontijensi

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

19

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

2.1

Kesimpulan Kontinjensi merupakan suatu kondisi atau situasi, dengan hasil akhir

berupa keuntungan

atau kerugian, yang baru dapat dikonfirmasikan setelah

terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa yang tidak pasti terjadi di masa depan. Peristiwa tersebut diantaranya ada dua jenis peristiwa yang dapat diidentifikasi: peristiwa yang menyediakan bukti lebih lanjut mengenai kondisi yang telah ada pada tanggal neraca dan peristiwa yang mengindikasikan kondisi yang timbul setelah tanggal neraca. Peristiwa-peristiwa setelah tanggal neraca, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, adalah peristiwa yang terjadi antara tanggal neraca dan tanggal penerbitan laporan keuangan. Dampak dari peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, untuk memungkinkan para pemakai laporan keuangan membuat evaluasi dan keputusan sebagaimana mestinya, informasi yang diberikan mencakup uraian mengenai peristiwa yang bersangkutan dan kalau memungkinkan estimasi mengenai dampak keuangannya.

2.2

Saran Rencana tertulis itu penting, namun tanpa proses perencanaan kontinjensi

yang baik dapat membuat upaya tidak efektif. Oleh karenanya, diperlukan skenario yang cukup terinci sebagai dasar untuk perencanaan kontinjensi dan memberikan ruang untuk adaptasi, karena skenario yang disiapkan sebelumnya dan disusun oleh para pakar dalam rencana kontinjensi, dapat berbeda dari kejadian yang sebenarnya.

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

20

Daftar Pustaka

N Lapoliwa, SE. AK.MBA. 2000. Akuntansi Perbankan. Jakarta : Institut Bankir Indonesia Bank Indonesia. 2011. Mengenal Bank Garansi. Available from URL : http://www.bi.go.id Hidayah, Nurul. 2011. Akuntansi Perbankan Modul Pertemuan Ke 3. Available from URL : http://www.mercubuana.com Whindi. 2011. Akuntansi Kliring, Pendapatan, Biaya, Koitmen, Kontinjensi Available from URL : http://www.whindhy.blogspot.com

Akuntansi Perbankan - Kontinjensi

21

You might also like