You are on page 1of 11

ABSTRACT RELATION BETWEEN INTEREST AND STUDY METHOD, AND YIELD OF PHYSICS STUDY XI IPA GRADER DURING ODD

SEMESTER OF SMAN 1 KALIANDA STUDENTS YEAR 2007/2008 By Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M. Sc. According to the discussion between teacher who teach in XI IPA grader SMAN 1 Kalianda students and researcher found that student tend to do off task activities during process of study. This problem occur because the students think that physics is very difficult to study. It can be showed by average yield of study during last semester just 5.4 very much lower than the target that is 6,0. It probably caused by interest and study method of students. so the problems are; how the relation between (1) interest and yield of study, (2) students study method and yield of study, (3) interest and students study method and yield of study. Population in this research are all XI IPA grader of SMAN 1 Kalianda students that consist of 3 classes. Proportional random sampling was the method used to take sample. The amound of sample just 40% of total population. Data taken from questioner and test. Data interest and students study method taken by questioner but yield of study taken by test. After analysis found that the relation between interest and yield of study was very strong and significant. It can be seen from correlation coefisien (r =0,61) and thit (5,16)> ttab (2,42). Relation between students study method and yield of study was strong and significant. It can be seen from correlation coefisient (r =0,52) and thit (3,93) > ttab (2,42). Relation between interest and students study method and yield of study also very strong. It can be seen from correlation coefisient (r = 0,62) and thit (12,48) Ftab (5,16). Key words: Interest, relation, students study method, yield of study

ABSTRAK HUBUNGAN MINAT DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA SEMESTER GANJIL SMAN 1 KALIANDA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Oleh Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M. Sc. Berdasarkan pra diskusi antara guru mata pelajaran fisika di kelas XI IPA SMAN 1 Kalianda dengan peneliti didapatkan bahwa siswa cenderung kurang fokus (off task) dalam menerima pelajaran di kelas. Hal ini disebabkan karena siswa berpikir pelajaran fisika sulit dipelajari. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai fisika pada semester sebelumnya yang hanya mencapai 5,4 jauh dibawah target yang ditetapkan yaitu 6,0. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya minat dan cara belajar yang kurang pas dari siswa itu sendiri sehingga permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana hubungan antara: (1) minat dan hasil belajar fisika, (2) cara belajar dan hasil belajar fisika, dan (3) minat dan cara belajar dengan hasil belajar fisika. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 1 Kalianda yang terdiri dari tiga kelas. Untuk mengambil sampel digunakan metode proportional random sampling yaitu hanya 40% dari total populasi yang menjadi sampel. Data diambil dengan angket dan tes. Data minat dan cara belajar diambil dengan menggunakan angket sedangkan data hasil belajar fisika fisika diambil dari hasil tes. Setelah dianalisis diperoleh hubungan antara minat dengan hasil belajar yang sangat kuat dan signifikan. Ini dapat dilihat dari koefisien korelasi (r = 0,61) dan thit (5,16) > ttab (2,42). Hubungan antara cara belajar dengan hasil belajar yaitu kuat dan signifikan yang mana dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi (r = 0,52) dan thit (3,93) > ttab (2,42). Hubungan antara minat dan cara belajar dengan hasil belajar juga sangat kuat yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasi (r = 0,62) dan Fhit (12,48) > Ftab (5,16).

Kata kunci: cara belajar, hasil belajar fisika, hubungan, minat PENDAHULUAN Kenyataan bahwa sektor pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, membuat pemerintah selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya mengeluarkan peraturan perundangundangan yang baru, memperbaiki kurikulum, meningkatkan kemampuan para pendidik, serta memperbaiki sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Melalui upaya-upaya tersebut, diharapkan akan terjadi proses belajar mengajar yang lebih baik dan pada akhirnya terjadi peningkatan hasil belajar. Akan tetapi, keberhasilan dari proses belajar mengajar cenderung dipengaruhi oleh banyak faktor (Dalyono, 1997: 55), baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal) . Alangkah baiknya bila tidak hanya faktor eksternal saja yang diperhatikan, faktor internal juga dipertimbangkan. Biasanya selain orang tua, orang yang dekat dengan siswa adalah guru sehingga peranan guru untuk mengetahui dan mengatasi permasalahan internal siswa sangat penting. Nilai fisika siswa kelas XI IPA SMAN 1 Kalianda sebagian besar belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai rata-rata fisika pada mid semester hanya 5,4 sedangkan KKM yang ditetapkan oleh gurunya adalah 6,0. Oleh karena itu, banyak diantara siswa harus mengikuti perbaikan agar dapat mencapai nilai ketuntasan minimal. Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika yang mengajar kelas XI IPA, diketahui bahwa siswa cenderung menunjukkan sikap tidak positif belajar fisika. Antusiasme siswa selama pelajaran fisika berlangsung kurang bagus. Siswa lebih banyak pasif sehingga interaksi antara guru dan siswa minim sekali. Keadaan ini terjadi mungkin karena siswa menganggap fisika sebagai pelajaran yang sulit. Pelajaran fisika dipenuhi oleh rumus-rumus sehingga mereka mungkin merasa jenuh dan bosan. Kejenuhan dan kebosanan yang dihadapi siswa bisa timbul karena mereka mengalami kesulitan dalam usaha memahami materi fisika dengan baik. Kesadaran siswa akan pentingnya ilmu fisika juga dikatakan kurang. Sebagian besar dari siswa hanya

memiliki buku yang diwajibkan oleh gurunya. Rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan juga kurang baik. Jarang sekali siswa mau bertanya kepada gurunya tentang pelajaran fisika baik saat di kelas maupun di luar kelas. Kalaupun ada yang sering bertanya, hanyalah orang yang itu-itu saja. Peneliti juga mengetahui bahwa cara belajar siswa kurang baik. Banyak diantara siswa yang tidak mempersiapkan diri saat pelajaran fisika akan dimulai sehingga saat ditanya guru, siswa hanya bisa diam saja. Mereka hanya mau mempersiapkan diri bila ada ulangan. Bila guru memberikan tugas rumah, kebanyakan dari siswa hanya menyalin pekerjaan temannya. Mereka jarang mau berusaha sendiri mencari jawaban dari tugas-tugas yang diberikan sehingga variasi dari jawaban yang dikerjakan siswa bisa dihitung dengan jari. Melihat kenyataan itu, peneliti menduga bahwa rendahnya hasil belajar fisika siswa terutama disebabkan oleh kurangnya minat siswa terhadap pelajaran fisika itu sendiri. Arikunto (1993: 103) mengatakan bahwa dengan adanya minat, siswa akan mudah menyerap materi yang diberikan. Sehingga bila siswa kurang minatnya dengan fisika, siswa akan susah menyerap materi yang diberikan. Selain minat, kurang baiknya cara belajar siswa juga diduga menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut dimana menurut Thabrany (1994: 37), cara belajar seseorang bisa mempengaruhi hasil belajar orang tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1) Adakah hubungan positif antara minat dengan hasil belajar fisika? (2) Adakah hubungan positif antara cara belajar dengan hasil belajar fisika? (3) Adakah hubungan positif antara minat dan cara belajar dengan hasil belajar fisika? Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu: (1) Untuk mengetahui seberapa besar hubungan positif antara minat dengan hasil belajar fisika (2) Untuk mengetahui seberapa besar hubungan positif antara cara belajar dengan hasil belajar fisika (3) Untuk mengetahui seberapa besar hubungan positif antara minat dan cara belajar dengan hasil belajar fisika. Manfaat dari penelitian ini salah satunya yaitu sebagai masukan bagi para guru fisika dalam melakukan kegiatan pengajaran di kelas untuk memperhatikan faktor

minat dan cara belajar siswa dalam mempelajari fisika. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2007/2008 dari bulan Oktober sampai dengan bulan November 2007 di SMAN 1 Kalianda. Populasi yaitu seluruh siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 1 Kalianda tahun pelajaran 2007/2008 yang terdiri dari 3 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional random sampling, dimana setiap kelas diambil sampel sebanyak 40% (Arikunto, 1998: 120). Untuk memperoleh data tentang minat dan cara belajar yaitu menggunakan angket yang diberikan langsung kepada sampel. Angket disusun dalam skala Likert (Arikunto, 2000: 142). Sebelum diberikan pada sampel yang sebenarnya, angket diujicobakan terlebih dahulu di luar sampel tetapi masih dalam populasi untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Validitas angket dicari dengan menggunakan rumus korelasi product moment ( Arikunto, 1998: 162). Reliabilitas angket dicari dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 1998: 192-193). Adapun metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar. Bentuk tes yang digunakan yaitu berupa pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Materi yang diteskan adalah materi usaha dan energi. Setelah didapatkan semua data maka sebelum data tersebut dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors. Sedangkan uji linearitas dilakukan dengan menggunakan model anava regresi linear sederhana. Uji normalitas ini dilakukan untuk semua data, yaitu data minat (X1), data cara belajar (X2) , dan data hasil belajar fisika (Y). Uji linearitas dilakukan untuk menguji linearitas hubungan minat dengan hasil belajar, dan hubungan cara belajar dengan hasil belajar fisika. Jika hasil uji tersebut menunjukkan bahwa data normal dan linear maka untuk menganalisis data digunakan rumus regresi linear. Sebaliknya jika data yang diuji tidak normal dan tidak linear maka digunakan rumus lain seperti chi kuadrat. Persamaan regresi linear digunakan baik untuk analisis hubungan dua variabel

maupun lebih. Analisis korelasi dua variabel dilakukan pada hubungan X1 dengan Y, dan hubungan X2 dengan Y. Persamaan korelasi antara dua variabel dibuat dengan rumus regresi linear: Y = a + bX . Kekuatan pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y ditunjukkan oleh besar kecilnya indeks korelasi (koefisien korelasi) yang besarnya dihitung dengan persamaan (Sudjana, 1992: 368-369): rXY = n( XY ) ( X )( Y ) (n( X 2 ) ( X ) 2 )(n( Y 2 ) ( Y ) 2 )

Untuk menguji signifikansi dari koefisien korelasi ini maka digunakan uji t. Besarnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan oleh derajat determinasi yaitu kuadrat dari koefisien korelasi yang dinyatakan dalam persen (Sudjana, 1992: 369). Persamaan korelasi multipel variabel ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara minat dan cara belajar dengan hasil belajar fisika yaitu dengan menggunakan rumus regresi linear ganda. Persamaan regresi linear ganda antara X1 dan X2 terhadap Y berbentuk: Y = a 0 + a1 X 1 + a 2 X 2 (Sudjana, 1992: 347-349). Selanjutnya untuk menghitung koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y menggunakan rumus (Sudjana: 1992: 385):

r 2 x1 y + r 2 x2 y 2rx1 yrx2 yrx1 x2 Rx1 x2 y = 1 r 2 x1 x2


Untuk menguji koefisien tersebut signifikan atau tidak, dilakukan uji signifikansi dengan menggunakan uji F (Sudjana: 1992: 385). Besarnya hubungan secara bersama-sama antara X1 dan X2 dengan Y ditunjukkan oleh derajat determinasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data pada penelitian ini terdiri dari tiga jenis dan seluruhnya berupa data primer

yang diambil langsung dari sampel yang berjumlah 44 siswa. Adapun data pada penelitian ini yaitu data minat, data cara belajar, dan data hasil belajar fisika. Dari hasil uji validitas angket minat dan angket cara belajar terdapat masing-masing tiga item yang koefisien validitasnya rendah. Oleh karena itu, item tersebut harus diganti. Untuk uji reliabilitas diketahui bahwa angket minat dan angket cara belajar memiliki reliabilitas yang tinggi karena berada pada interval 0,600 s.d. 0,800 (Arikunto, 1998: 260). Uji Normalitas dilakukan pada data X1, X2, dan Y dengan menggunakan Uji Lilliefors. Dari hasil uji Lilliefors diketahui bahwa semua data penelitian berdistribusi normal seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Hasil uji normalitas data X1, X2, dan Y No 1 2 3 Data X1 X2 Y Lo 0,1253 0,0995 0,1233 LTabel ( = 0,01) 0.1554 0.1554 0.1554 Hasil Normal Normal Normal

Nilai L0 dicari dengan membuat daftar uji normalitas terlebih dahulu. Kriteria uji yaitu tolak hipotesis nol bahwa data berdistribusi normal jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel. Hipotesis nol diterima karena L0 < Ltabel. persamaan regresi linear Y atas X1 didapatkan: Y = 1,66 + 0,81X1. Untuk menguji linearitas persamaan di atas, terlebih dahulu disusun tabel anava. Dari tabel anava didapatkan F (hitung) = 1,18 sedangkan F (tabel) dicari dari tabel distribusi F. didapatkan F (tabel) = 2,05. Oleh karena F (hitung) < F (tabel) maka hipotesis nol bahwa model regresi Y = 1,66 + 0,81X1 linear bisa diterima. Persamaan regresi linear Y atas X2 didapatkan Y = 7,69 + 0,74X2. Untuk menguji linearitas persamaan di atas, terlebih dahulu disusun tabel anava. Dari tabel anava didapatkan F (hitung) = 0,65 sedangkan F (tabel) dicari dari tabel distribusi F, didapatkan F (tabel) = 2,09. Oleh karena F (hitung) < F (tabel) maka model regresi linear bisa diterima.

Setelah terbukti bahwa semua data berdistribusi normal dan linear maka analisis korelasi dibuat dengan rumus regresi linear. Besarnya koefisien korelasi X1 dengan Y didapat rX 1Y = 0.61 dengan derajat determinasi 37,71%. Untuk menguji

signifikansi dari koefisien regresi ini maka digunakan uji t. Didapatkan koefisien korelasi X1 dengan Y signifikan pada = 0,01. Besarnya koefisien korelasi X2 dengan Y didapatkan rX 2Y = 0.52 dengan derajat determinasi 26,94%. Dari hasil

uji signifikansi, koefisien korelasi X2 dan Y signifikan pada taraf nyata 0,01. Koefisien korelasi antara X1 dan X2 terhadap Y didapatkan Rx1 x 2 y = 0.62 dengan derajat determinasi 37,85%. Hasil uji signifikansi koefisien korelasi tersebut dengan menggunakan uji F adalah signifikan pada = 0,01. Pembahasan: Dari Persamaan korelasi X1 dengan Y, Y = 1,66 + 0,81X1, dapat diramalkan berapa nilai Y atau hasil belajar yang akan diperoleh siswa jika besarnya X1 atau minat siswa diketahui. Contoh, seorang siswa diketahui memiliki minat terhadap pelajaran fisika sebesar 70 maka didapatkan hasil belajar fisika sebesar 58, 4. Bisa diperkirakan bahwa siswa tersebut akan mendapatkan nilai fisika sebesar 58,4 jika minat terhadap fisika yang dimilikinya senilai 70. Begitu pula pengertiannya untuk persamaan regresi lainnya. Hanya saja keadaan sebaliknya tidak berlaku. Kita tidak dapat meramakan nilai X1 walaupun nilai Y diketahui karena persamaan regresi di atas merupakan persamaan regresi Y atas X1. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dan Y yang didapat yaitu 0,61. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara X1 dan Y merupakan hubungan yang positif dan menurut Arikunto (1998: 260), kriteria hubungan antara minat dengan hasil belajar adalah tinggi karena koefisien korelasinya berada dalam interval 0,600 s.d. 0,800. Derajat determinasi menunjukkan besarnya hubungan antara variabel yang dikorelasikan. Jadi besarnya hubungan antara minat dan cara belajar yang diperoleh adalah 37,71%. Dari hasil uji t, diketahui bahwa koefisien

korelasi ini signifikan baik pada taraf nyata 0,01. Oleh karena signifikan, maka hasil yang diperoleh tersebut dapat digeneralisasikan untuk populasi. koefisien korelasi X2 dengan Y didapatkan 0.519040 berarti antara X2 dan Y terdapat hubungan yang positif dan kriteria hubungannya adalah cukup tinggi karena berada pada interval 0,400 0,600 (Arikunto, 1998: 260). Derajat determinasi X2 terhadap Y sebesar 26,94% menunjukkan bahwa hasil belajar fisika seorang siswa sebesar 26,94% dapat dijelaskan dari cara belajar siswa tersebut. Dari hasil uji t yang telah dilakukan, didapatkan bahwa koefisien korelasi antara X2 dan Y juga signifikan pada taraf nyata 0,01. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 0,18 + 0,74 X 1 + 0,09 X 2 sedangkan besarnya koefisien korelasi ganda yaitu sebesar 0.61518327. Menurut Arikunto (1998: 260), kriteria hubungan X1 dan X2 terhadap Y adalah tinggi. Hubungan yang terjadi juga merupakan hubungan yang positif dengan derajat determinasi sebesar 37,85%. Koefisiennya signifikan pada taraf nyata 0,01 sehingga hasil analisis tersebut dapat digeneralisasikan pada populasi.

V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang diperoleh sebagai berikut: (1) Terdapat hubungan positif yang sangat kuat dan signifikan antara minat dengan hasil belajar fisika sebesar 0,61, (2) Terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara cara belajar dengan hasil belajar fisika 0,52, dan (3) Terdapat hubungan positif yang Sangat kuat dan signifikan antara minat dan cara belajar dengan hasil belajar fisika sebesar 0,62. Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan baik kepada guru, siswa maupun kepada rekan-rekan mahasiswa yaitu sebagai berikut: (1) Para guru fisika dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya mampu menumbuhkan minat siswa terhadap fisika, serta mengawasi cara belajar siswa karena baik minat maupun cara belajar

mempunyai pengaruh yang berarti terhadap keberhasilan siswa dalam belajar fisika. (2) Dalam mempelajari fisika, para siswa hendaknya mampu menumbuhkan minat dan memperbaiki cara belajarnya supaya mendapatkan hasil belajar yang baik. Dan (3) Para mahasiswa yang hendak melakukan penelitian yang sejenis hendaknya menyiapkan instrumen pengambilan data secara baik sehingga data yang dihasilkan memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. . 1998. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. . 2000. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. . 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Bumi Aksara. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim dan Syaodih. 1996. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Mohamad, Tengku. 2004. Mengapa Mengantuk Saat Belajar. http://www.myschoolnet.ppk.kpm.my/laman_map/belajar/belajar02.htm. Diakses tanggal 23 Juli 2007. Mustaqim dan Wahib. 1991. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Redaksi. 2004. Quantum Learning dan Minat Belajar Siswa. http://www. republika.co.id/suplement/cetak_detail.asp?mid=1&id= 149286kat_id=105. Diakses tanggal 23 Juli 2007. Roestiyah. 1998. Didaktik Metodik. Bumi Aksara. Jakarta. Sardiman. A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta Sidharta, Lani. 2003. Kiat Sukses Belajar di Luar Negeri. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Soejanto, Agus. 1995. Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses. Rineka Cipta. Jakarta. Thabrany, Hasbullah. 1994. Rahasia Sukses Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Tumilisar, Patricia. 2004. Mengembangkan Cara Belajar Efektif. http://tpj.bpkpenabur.or.id/index.php?option=comcontent &task=view&id =12&Itemid=27..Diakses tanggal 23 Juli 2007.

You might also like