You are on page 1of 4

HASIL PENYADAPAN KPK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhui dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

TONDY ELIA SIANTURI


NIM : 060200204 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Pada perkembangannya, KPK telah mampu mengungkap beberapa kasus korupsi di Indonesia, dengan berbagai alat bukti termasuk alat bukti berupa hasil penyadapan komunikasi dari para pelakunya yang telah menyalahgunakan fasilitas komunikasi ini untuk melakukan kejahatan. Beberapa pihak berpendapat bahwa interception atau penyadapan yang dilakukanoleh KPK tersebut telah melanggar hak privacy individu sebagai bagian dari hak asasi manusia, karena KPK telah masuk pada wilayah pribadi seseorang. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, terlihat bahwa adanya ketidaksesuaian antara beberapa peraturan mengenai tindakan penyadapan, sehingga sampai saat ini kewenangan KPK dalam melakukan penyadapan pun masih menjadi kontroversi di masyarakat dan hal ini sangat mempengaruhi tahap selanjutnya yaitu menjadikan hasil penyadapan tersebut sebagai alat bukti pada proses peradilan pidana. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai Bagaimana kewenangan KPK dalam melakukan penyadapan untuk dijadikan alat bukti berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK dan Apakah rekaman pembicaraan hasil penyadapan KPK mempunyai kekuatan pembuktian berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process). Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif. KPK yang memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan atas kasus korupsi di Indonesia, dalam perkembangannya KPK telah berhasil mengungkap beberapa kasus korupsi di Indonesia. Salah satu tindakan KPK dalam menyidik kasus korupsi adalah melalui penyadapan. Tindakan penyadapan mempunyai beberapa dasar hukum dan pertimbangan, antara lain Pasal 12 huruf (a) Undang-undang KPK mengatur tindakan penyadapan sebagai bagian dari tindakan yang boleh dilakukan oleh Tim KPK dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Rekaman pembicaraan hasil penyadapan KPK mempunyai kekuatan pembuktian berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, karena hasil penyadapan tersebut merupakan bagian dari informasi elektronik, sehingga hasil penyadapan merupakan salah satu alat bukti yang sah secara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang ITE, selain itu disebutkan pula dalam Pasal 5 ayat (2) Undangundang ITE bahwa hasil penyadapan sebagai informasi elektronik yang dianggap sah secara hukum sebagai alat bukti merupakan perluasan dari ketentuan alat bukti sesuai hukum acara yang berlaku, dalam hal ini Pasal 184 KUHAP, khususnya sebagai alat bukti petunjuk, sehingga hasil penyadapan yang dilakukan oleh KPK memiliki kekuatan pembuktian menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) termaksud.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAKSI ......................................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................... BAB I : PENDAHULUAN ............................................................... A. Latar Belakang ............................................................... B. Permasalahan ................................................................. C. Tujuan dan manfaat Penulisan ........................................ D. Keaslian Penulisan ......................................................... E. Tinjauan Kepustakaan .................................................... 1. Sistem atau Teori Pembuktian................................... 2. Macam-macam Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian 3. Pengertian Penyadapan (Wiretapping) ...................... 4. Pengertian Tindak Pidana Korupsi ............................ 5. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban KPK ................... F. Metode Penelitian ........................................................... 1. Jenis Penelitian ......................................................... 2. Jenis Data dan Sumber Data...................................... 3. Metode Pengumpulan Data ....................................... 4. Analisa Data ............................................................. G. Sistematika Penulisan ..................................................... i ii v 1 1 8 8 9 9 10 14 22 28 29 31 31 31 33 34 34

Universitas Sumatera Utara

BAB II : ASPEK HUKUM TENTANG PENYADAPAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERADILAN KASUS KORUPSI............................................................................ A. Aspek Hukum Tindakan Penyadapan ............................. H. Mekanisme Penyadapan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ............................................................... BAB III : ANALISIS HUKUM MENGENAI HASIL PENYADAPAN OLEH KPK SEBAGAI ALAT BUKTI DIHUBUNGKAN DENGAN KUHAP DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.................................. A. Kekuatan Pembuktian Hasil Penyadapan Sebagai Alat Bukti Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana................................ B. Tindakan Penyadapan oleh KPK Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ....................................................................... C. Kasus-kasus Terkait Tindakan Penyadapan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ........................... BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... A. Kesimpulan ................................................................... B. Saran ............................................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

35 35

44

50

50

57

63 68 68 69 70

Universitas Sumatera Utara

You might also like