You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Tidak semua spesies hewan kelimpahan atau kerapatannya ditentukan dengan metode pencacahan atau pencuplikan. Salah satu cara lain, khususnya yang digunakan terhadap hewanhewan yang mobilitasnya tinggi ialah yang dinamakan metode mengangkap-menandaimenagkap kembali (MMM : CMR atau Capture Merk Recapture). Metode ini dikenal juga sebagai metode (indeks) Petersen-lincoin berdasarkan nama penemuannya. Pada dasarnya metode mengangkap-menandai-menagkap kembali merupakan modifikasi metode pencuplikan, yang mencupliknya dilakukan pada dua periode yang berbeda. Pada periode pertama hewan ditangkap (dicuplik) ditandai lalu dilepas kembali. Setelah hewanhewan bertanda berbaur lagi dalam populasi pada periode kedua maupun keseluruhannya, interval waktu antara kedua periode pencuplikan itu harus cukup lama agar memberikan peluang pada hewan-hewan bertada berbaur lagi dalam populasi, dalam periode kedua maupun keseluruhannya. Interval waktu antara kedua periode pencuplikan itu harus cukup lama agar memberikan peluang pada hewan-hewan bertanda untuk berbaur namun, tidak pula terlalu lama yang memungkinkan terjadinya pengenceran populasi akibatnya individu baru akibat natalitas dan atau imigrasi. Metode MMM yang akan dipelajari dalam latihan ini hanya bagi populasi tertutup yang dalam hal ini berarti populasi itu (relatif) konstan selama periode pengamatan. Cara menandai hewan bermacam-macam tergantung sepesies hewan yang akan diteliti habitatnya (daratan, perairan) lama periode pengamatan dan tujuan studi namun dalam cara apapun yang digunakan persyaratan-persyaratan berikut ini perlu dipenuhi: 1. Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan. 2. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktifitas dan peluang hidup. 3. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individuindividu lain dalam populasi.
4. Peluang untuk ditangkap (kembali) harus sama bagi individu-individu yang bertanda

maupun tidak.

1.2 Tujuan

1. Untuk menerapkan metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali 2. Untuk memperkirakan kelimpahan populasi hewan 3. Untuk menaksir populasi dengan metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali

di udara

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kelimpahan Populasi Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Odum, 1971). Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar suatu populasi. adalah ukuran besar populasi, kerapatan dan kelimpahan populasi. Dalam mempelajari kelimpahan suatu spesies di satu lokasi tunggal maka idealnya perlu tahu tentang kondisi fisika kimia, tingkat sumber daya yang dapat diperoleh, daur hidup makhluk itu, pengaruh kompetitor, pemangsa, parasit dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan dalam populasi mungkin dapat dikorelasikan dengan cuaca, jenis tanah, cacah predator, dan sebagainya. Suatu populasi dapat dirubah oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Suatu nilai ekstrim besarnya populasi dapat mencerminkan tingkat saat terakhir ketika berkurang, waktu yang dilampaui untuk tumbuh kembali dan laju pertumbuhan intrinsik selama waktu tersebut. Suatu nilai ekstrim lain besarnya populasi juga dapat mecerminkan ketersediaan beberapa sumber daya yang menjadi kendala perluasan populasi lebih lanjut yang dibatasi oleh laju kelahiran, bertambahnya laju kematian atau stimulasi migrasi (Soetjipta, 1993). Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim (Subahar, 2004). Selain itu, menurut Boror (1954), kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Bila mana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan akan

terjadi. Persaingan demikian dapat terjai antara anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan interspesifik) atau antara anggota spesies yang sama (persaingan intraspesifik). Persaingan dapat terjadi dalam mendapatkan makanan atau ruang. Spesies yang bersaing untuk suatu sumber tertentu tidak perlu saling mengacuhkan. Organisme yang saling mirip cenderung menempati habitat yang sama dan membuat kebutuhan yang sama atas lingkungan serta memodifikasi lingkungan dengan cara yang sama. Persaingan diantara hewan sering kali tidak langsung, karena daya geraknya. Tidaklah umum bagi hewan bersaing untuk sumber yang sama dan melanjutkan permusuhan langsung yang menyebabkan pesaing cedera. Persaingan intraspesifik pada hewan bertambah sering bila populasi berkembang dan rapatannya melebihi tingkat optimal (Michael. P, 1991).
2.2

Metode CMR (Capture-Mark-Recapture) atau MMM (Menangkap-MenandaiMetode MMM merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga

Menangkap Kembali) ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya. Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Adapun cara menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan. 2. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup. 3. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain didalam populasi.
4. Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun

tidak. (Anonymous, 2008).

Rumus-rumus perhitungan metode MMM, apabila : M : Jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali pada periode pencuplikan ke-1 n : Jumlah total yang bertanda maupun yang tidak bertanda, pada periode pencuplikan ke-2 m : Jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada periode penangkapan ke-2 N : Jumlah individu di alam/ dalam populasi Maka harga taksiran kelimpahan populasi (N3 Indeks Peterson-Lincoln) dapat dihitung sebagai berikut : Apabila nilai M > 30 N = Dengan variasi estimasi var. N = Apabila M < 30 digunakan perhitungan berdasarkan rumus-rumus berikut: N= dan Var.N =

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Alat tulis 2. Tipe-X atau spidol 3. Termo-higrometer 4. Insectnet 5. Plastik
6. Botol aqua 7. Papan dada

8. Jaring atau jala 3.1.2 Bahan 1. Semua hewan yang tertangkap 3.2 Cara Kerja 1. Menangkap individu-individu spesies hewan yang akan diteliti sebanyak mungkin dalam waktu kira-kira 1 jam pada waktu pagi hari yaitu dengan menggunakan jala atau jaring. 2. Menangani individu yang ditangkap dengan hati-hati. 3. Melakukan penandaan atau menandai dengan tipe-X atau spidol pada bagian dorsak, toraks atau abdomennya. 4. Mencatat dan selanjutnya melepas kembali di tempat itu juga. 5. Mengusahakan tempat pelepasan menyebar di seluruh area untuk menjamin pembauran yang baik. 6. Melakukan pencuplikan kedua atau menangkap individu-individu spesies hewan dalam waktu 1 jam setelah selang waktu beberapa jam dari pencuplikan pertama yaitu sekitar sore hari. 7. Mengusahakan memperoleh serangga sebanyak mungkin. 8. Mencatat individu yang tertangkap yang bertanda maupun tidak bertanda. Kemudian menyimpan dahulu semua individu tersebut pada tempat yang telah disediakan.
9. Memasukkan hasil penangkapan individu ke dalam tabel hasil pengamatan.

BAB IV

DATA PENGAMATAN
4.1 Tabel Jumlah Kelimpahan Populasi dengan Metode MMM (Menangkap-

Menandai-Menangkap Kembali No . Spesies Pagi Hari Jumlah Individu Ditangkap 6 1 1 4 1 1 6 Sore Hari Jumlah Individu Bertanda Tak Bertanda 15 14

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Belalang kecil Ulat Lebah Capung Hewan A Tawon Semut

( Jumlah )

4.1 Hasil Perhitungan MMM

1. Belalang Kecil

2. Ulat

3. Lebah

4. Tawon

5. Hewan A

6. Capung N= = = = 48

7. Semut N= = =

=5

BAB V PEMBAHASAN Pada praktikum dengan metode menangkap-menandai-mengangkap ulang (CMR) dimana hewan ditangkap dengan berbagai cara (misalnya dengan jaring). Pada metode ini hewan ditangkap lalu diberi tanda dan dilepaskan dalam selang waktu yang singkat sehingga dianggap tidak terjadi penambahan spesies baru. Metode CMR ini umumnya diterapkan pada jenis-jenis hewan mobile (bergerak bebas). Dari hasil perlakuan yang dilakukan pada pagi hari diperoleh dengan menggunakan metode ini didapatkan 7 spesies yaitu : 6 ekor belalang kecil, 1 ekor lebah, 1 ekor ulat, 4 ekor capung, 1 ekor hewan A, 1 ekor tawon, 6 ekor semut. Sedangkan dari hasil perlakuan yang dilakukan pada sore hari diperoleh dengan menggunakan metode ini Penangkapan pertama dilakukan selama kurang lebih 1 jam, dan semua spesies yang tertangkap diberi tanda dengan menggunakan tipe x, kemudian dilepaskan lagi dan dibiarkan sekitar 8-9 jam. Setelah sekitar 8-9 jam dilakukan lagi penangkapan yang kedua yaitu sekitar sore hari. Pada pengangkapan yang kedua ini diperoleh spesies yang sama dengan spesies yang ditangkap pada penangkapan pertama namun tidak ada spesies yang bertanda. Melalui perhitungan dapat diketahui bahwa nilai N yang tertinggi pada belalang kecil sebanyak 96 dengan standar erornya . Nilai N terkecil terdapat pada 4 spesies yaitu ulat, lebah,

tawon dan hewan A besar sebanyak 1 dengan nilai SE nya adalah -0,5. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa populasi yang kelimpahannya paling banyak adalah populasi belalang kecil dilokasi pencuplikan oleh kelompok 3 dengan besar nilai N (jumlah individu di alam) sebesar 96. Sedangkan populasi capung dengan besar nilai N (jumlah individu di alam) sebesar 48. Hasil analisis demikian diperoleh karena pada pencuplikan pertama yang dilakukan oleh kelompok 3 berhasil menangkap 6 ekor belalang kecil yang berasal dari jenis yang sama dan pada pencuplikan kedua berhasil menangkap 15 belalang kecil diantaranya merupakan serangga yang tidak ditandai. Sedangkan pada capung, pencuplikan pertama yang dilakukan oleh kelompok 3 berhasil menangkap 4 ekor capung yang berasal dari jenis yang sama dan pada pencuplikan kedua berhasil menangkap 14 capung diantaranya merupakan serangga yang tidak ditandai. Hal ini menandakan bahwa belalang kecil dan capung yang berada dilokasi pencuplikan kelompok

3 memiliki variasi yang tinggi karena jenis belalang kecil dan capung yang ditangkap pada pencuplikan kedua tidak dijumpai adanya hewan yang bertanda. Selain itu, banyaknya jumlah belalang kecil dan capung bertanda yang berhasil tertangkap namun tidak bertanda mengindikasikan tingginya mobilitas dan persebaran spesies-spesies yang berada di lokasi pencuplikan oleh kelompok 3. Sementara Berdasarkan teori yang ada, baik itu jumlah individu atau besarnya populasi di alam maupun kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Iklim, curah hujan dan faktor makanan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup serangga serta mempunyai pengaruh besar pada laju perkembangan populasi serangga (Maramis, 2005) Tambahan lain oleh Subahar (2004), kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim (Subahar, 2004).

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan


1. Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau

kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. 2. Karakteristik dasar suatu populasi. adalah ukuran besar populasi, kerapatan dan kelimpahan populasi. 3. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya.
4. Kelimpahan

populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya

keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. 5. Metode MMM merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. 6.2 Saran Penyusunan laporan praktikum ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan untuk pembaca serta dapat dijadikan pengetahuan tambahan mengenai menentukan metode MMM (Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali) untuk mata kuliah ekologi hewan.

You might also like