You are on page 1of 14

DAMPAK OPEN ECONOMY TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

PENDAHULUAN
Secara umum, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan idikator yang lazim digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang mengguncang perekonomian Indonesia, secara perlahan pertumbuhan perekonomian Indonesia kembali membaik. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pengertian ini mengandung tiga hal pokok yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu yang bersifat dinamis, output per kapita mengaitkan aspek output total dan aspek jumlah penduduk, dan jangka panjang menunjukkan kecenderungan perubahan perekonomian dalam jangka waktu tertentu yang didorong oleh perubahan intern perekonomian. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai kenaikan output total dalam jangka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari jumlah pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh perubahan struktur perekonomian atau tidak. Sukirno (1998), mengartikan pertumbuhan ekonomi sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang dihasilkan bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi (economic growth) dapat ditunjukkan oleh pertambahan produksi atau pertumbuhan pendapatan nasional. Terdapat banyak indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekoonomi suatu negara. Indikator-indikator tersebut antara lain: tingkat inflasi, tingkat suku bunga, GDP/GNP, tingkat kemiskinan, perdagangan luar negeri, tingkat pengangguran, jumlah hutang negara, akumulasi modal, produksi industri, dan pendapatan per kapita. Masing-masing indikator tersebut dapat menunjukkan tingkat pengaruh yang berbeda-beda. Oleh karenanya, dalam mengukur perekonomian suatu negara, indikator yang digunakan biasanya tidak hanya satu indikator saja, melainkan beberapa indikator, yang kemudian dianalisis keterkaitannya antara indikator satu dengan lainnya. Jenis perekonomian yang dianut suatu negara turut menjadi slaah satu penentu indikatorindikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Secara garis besar, jenis perekonomian yang dianut suatu negara dibedakan menjadi perekonomian tertutup dan perekonomian terbuka. Perekonomian tertutup adalah jenis perekonomian yang dijalankan suatu

negara dengan tanpa melibatkan sektor luar negeri. Negara yang menganut sistem perekonomian seperti ini tidak melakukan transaksi atau kerja sama ekonomi dengan negara lain. Sedangkan perekonomian terbuka adalah perekonomian suatu negara yang terlibat secara luas dalam perdagangan antar negara (internasional). Artinya, negara yang menganut perekonomian terbuka akan menjalankan perdagangan internasional, yaitu melakukan kerja sama ekonomi melalui kegiatan ekspor dan impor. Karenanya, tingkat ekspor dan impor suatu negara dapat digunakan sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi dari sisi perdagangan internasional.

PERMASALAHAN
Sebagai salah satu indikator atau variable dalam pertumbuhan ekonomi, perdaganagan luar negeri melalui perkembangan ekspor dan impor suatu negara menjadi kegiatan perekonomian yang terus dipantau pergerakannya. Kebijakan-kebijakan dan isu internasional terkait perdagangan luar negeri turut menjadi perhatian khusus dalam kegiatan perekonomian suatu negara yang menganut system perkonomian terbuka. Kenaikan atau penurunan nilai maupun volume ekspor dan impor suatu negara diamati dan dijaga sedemikian rupa agar neraca pembayaran (balance of payment) suatu negara berada pada posisi surplus. Kondisi ini dianggap sebagai suatu kondisi terbaik dalam memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, dalam materi Dampak Perekonomian Terbuka (open economy) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, kelompok kami merumuskan masalah sebgai berikut: 1. Apa itu ekspor dan impor? 2. Bagaimana perkembangan ekspor dan impor dari tahun 2001-2011 di Indonesia? 3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun 2001-2011? 4. Bagaimana dampak perekonomian terbuka terhadap pertumbuhan ekonomi?

PEMBAHASAN
A. Ekspor dan Impor Sebelum membahas tentang ekspor dan impor, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu teori-teori terkait perdagangan internasional. Beberapa teori dalam perdagangan internasional tersebut ialah sebgai berikut: 1. Teori Keunggulan Mutlak (absolute advantage), dikemukakan oleh Adam Smith, yaitu setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor suatu jenis barang tertentu, dimana negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak. 2. Teori Keunggulan Komparatif, dikemukakan oleh Mill, beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage). Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Makin banyak yang dicurahkan untuk memproduksi suatu barang, makin mahal barang tersebut. 3. Teori Heckscher-Ohlin. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan mengekspor barangbarang yang lebih intensif dalam faktor-faktor yang berlebih. Oleh karena itu, teori ini menekankan peranan yang salingberkaitan antara bagian-bagian dimana faktor-faktor yang berbeda dalam produksi dapat diperoleh diberbagai negara dan proporsi-proporsi dimana mereka dipergunakan dalam memproduksi berbagai macam-macam barang. Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Teori ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kegiatan dalam perekonomian terbuka menyangkut kegiatan perdagangan internasional, yaitu dalam artian sederhana ialah jual beli barang dan jasa dengan negara lain. Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor, kegiatan demikian itu akan menghasilkan devisa bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing ke negara kita dapat digunakan untuk membayar pembelian atas impor dan jasa dari luar negeri.

Secara umum produk ekspor dan impor dapat dibedakan menjadi dua yaitu barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas adalah barang-barang yang bukan berupa minyak bumi dan gas, seperti hasil perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas. Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil perikanan, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa. Sementara produk impor Indonesia bahan baku dan bahan penolong serta bahan modal. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan bermotor. Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. Dalam bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.

B. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam kurun waktu 2001-2011, perekonomian menunjukkan performa yang cukup menggembirakan. Dari data yang diperoleh dari BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tren atau kecenderungan meningkat. Pertumbuhan ekonomi dari tahun 2001-2005 secara konsisten mengalami peningkatan, dan kemudian menurun dalam jumlah yang cukup besar pada tahun 2006 sebanyak 0,2 poin. Dari berbagai sumber yang kami dapatkan, penurunan PDB pada tahun 2006 utamanya dikarenakan pengurangan subsidi yang dilakukan pemerintah dalam sektor migas dan non-migas.

5.7
4.1 5.05 3.32 3.7 5.5

6.2

6.3

6.5 4.5 6.1

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Grafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2001-2011 Sementara itu, jumlah PDB kembali turun setelah meningkat pada tahun 2007 sebesar 6,3% menjadi 4,5 % pada tahun 2009. Penurunan yang tajam ini dikarenakan krisis keuangan global akibat kredit macet perumahan di AS pada pertengahan tahun 2008 yang berimbas hingga tahun 2009, disusul kenaikan harga minyak dunia pada saat itu. Kemudian secara mengagumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar 6,1%, dan terus naik pada tahun 2011 sebesar 0,4 poin.

C. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Sebagaimana pertumbuhan ekonomi, nilai ekspor dan impor Indonesia juga mengalami tren atau kecenderungan meningkat. Terdapat banyak faktor yang memepengaruhi tingkat ekspor seuatu negara, diantaranya: 1. Harga internasional, semangkin besar selisih antara harga dipasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak. 2. Nilai tukar uang (Exchange Rate). Semangkin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara (mengalami apresiasi) maka harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi mahal. Sebaliknya, semangkin rendah nilai tukar mata uang suatu negara (mengalami depresiasi), harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi lebih murah. 3. Kebijakan tarif dan nontarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan komoditi tersebut. Sedangkan kebijakan nontarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor. (Soekarwati, 1991). Sebagaimana ekspor, kegiatan impor suatu negara juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Harga internasional, semakin besar selisih antara harga dipasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diimpor menjadi bertambah banyak. 2. Nilai tukar uang (exchange rate). Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara, semakin besar volume impor akibat harga komoditas yang semakin dapat dijangkau. 3. Cadangan devisa, yaitu simpanan mata uang asing di bank sentral dan otoritas moneter yang digunakan untuk pembiayaan impor dan utang negara.

Dari data yang diberikan bertikut ini, terlihat bahwa nilai ekspor dan impor indonesia dari tahun 2001-2011 memiliki tren meningkat. Tercatat bahwa dalam kurun waktu tersebut, ekspor dan impor Indonesia hanya mengalami penurunan pada tahun 2009.
250,000.00

200,000.00

150,000.00

100,000.00

50,000.00

0.00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Ekspor Indonesia (dalam jutaan US$) Total Impor Indonesia (dalam jutaan US$)

Grafik Total Ekspor Impor Indoneisa Tahun 2001-2011

Dari beberapa sumber yang kami dapat, penurunan ekspor dan impor di tahun 2009 tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga negara lain, sebgaimana terlihat dalam grafik berikut:

Penurunan nilai ekspor dan impor pada tahun 2009 disebabkan oleh kelesuan pasar dunia akibat terjadinya krisis finansial global seperti yang dijelaskan pada sub-bahasan sebelumnya. Seperti yang kita ketahui, krisis global tahun 2009 awalnya hanya berdampak pada sektor finansial saja, bukan sektor riil, dimana krisis ini dipicu kenaikan tingkat suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral AS sehingga menyebabkan kredit macet. Kredit macet menyebabkan banyak

investor buru-buru menarik investasi mereka sebelum perusahaan bangkrut. Kondisi ini menyebabkan pasar finansial mengalami ekspektasi negatif, sehingga banyak investor yang lebih tertarik untuk berinvestasi pada instrumen keuangan jangka pendek, menyebabkan ketidakpastian dalam pasar finansial. Dampaknya adalah melemahnya nilai tukar rupiah di pasar global. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (depresiasi) menyebabkan harga (biaya perolehan) bahan baku dan barang modal yang digunakan untuk berproduksi oleh sektor swasta menjadi mahal. Disinilah krisis finansial global mulai mempengaruhi sektor riil. Perusahaan menjadi tidak efisien dalam menghasilkan barang dan jasa komoditas ekspor sehingga harganya naik. Kenaikan harga ekspor menyebabkan penurunan permintaan pasar internasional terhadap produk domestik. Efeknya ialah penurunan devisa. Penurunan devisa menyebabkan transaksi yang dapat dilakukan atau volume impor menjadi sedikit. Oleh karenanya permintaan secara agragat (C, I, dan G) menjadi berkurang. Penurunan permintaan agregat inilah yang kemudian mempengaruhi penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terjadi pada tahun 2009. D. Dampak Perekonomian Terbuka terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam teori ekonomi makro (macroeconomic theory), hubungan antara ekspor dengan pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Sedangkan dalam teori ekonomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel tersebut tidak tertuju pada masalah persamaan identitas itu sendiri, melainkan lebih tertuju pada masalah, apakah ekspor bagi suatu negara mampu mengerakkan perekonomian secara keseluruhan dan pada akhirnya membuahkan kesejahteraan bagi masyarakat (Oiconita, 2006). Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sistem ekonomi terbuka melibatkan kegiatan ekspor impor sebagai bentuk perdagangan internasional. Sebagaimana terlihat pada grafik pertumbuhan ekonomi dan ekspor impor Indonesia di atas, keduanya memiliki tren hubungan linear positif, dimana kenaikan ekspor impor dibarengi oleh kenaikan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan ekspor akan secara langsung memberi kenaikan penerimaan dalam pendapatan suatu negara. Terjadinya kenaikan penerimaan pendapatan suatu negara akan mengakibatkan terjadinya kenaikan tingkat PDB. Dengan kata lain ekspor akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi (Simpar, 2010). Sejalan dengan teori-teori yang dipaparkan sebelumnya, perdagangan internasional memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam menghasilkan barang dan jasa secara

murah, baik dari segi bahan maupun cara berproduksi. Spesialisasi ini memungkinkan suatu negara untuk dapat mengkonsumsi semakin banyak barang dan jasa, baik dari sektor konsumsi rumah tangga (C), swasta (I), maupun pemerintah (G). Ekspor meningkatkan devisa suatu negara. Devisa negara ini kemudian digunakan untuk membiayai transaksi internssional lainnya seperti kegiatan impor dan pembayaran utang luar negeri. Kegiatan impor menyebabkan jumlah barang yang dapat dikonsumsi rumah tangga bertambah. Konsumsi bertambah, menyebabkan jumlah PDB meningkat. Kegiatan impor oleh sektor swasta menyebabkan efisiensi produksi dari segi biaya bahan baku dan penolong serta peningkatan produktivitas dari mesin-mesin produksi yang digunakan. Efisiensi dan produktivitas yang meningkat akan menyebabkan harga komoditas yang dihasilkan menjadi lebih murah. Harga komoditas yang semakin murah di pasar Internasional akan memberikan keunggulan kompetitif, sehingga meningkatkan permintaan luar negeri. Permintaan yang meningkat akan mendorong terbukanya lapangan kerja yang lebih besar sehingga meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang akhirnya menaikkan pertumbuhan ekonomi. Sementara kegiatan impor oleh sektor pemerintah diantaranya berupa jasa penyewaan alat berat dan tenaga asing digunakan untuk membangun infrastruktur. Pembangunan infrastruktur dan sarana transportasi akan memudahkan mobilitas distribusi hasil pertanian dan industri, sehingga menghasilkan efisinsi dari segi waktu dan biaya transportasi. Infrastruktur berupa sarana umum seperti rumah sakit dan sekolah akan menaikkan kesejahteraan masyarakat. Alasannya, perbaikan infrastruktur dan sarana rumah sakit menyebabkan masyarakat yang mampu mengakses pelayanan kesehatan semakin besar. Sebagaimana pelayanan kesehatan, pembagunan sarana dan infrasruktur di sektor pendidikan akan memperluar akses masyarakat terhadap pendidikan. Semakin banyak dan mudah masyarakat yang mampu mengakses pendidikan, kualitas sumber daya manusia akan semakin baik. Kualitas sumber daya manusia yang semakin meningkat akan memdorong inovasi-inovasi dan efisiensi dalam produksi barang dan jasa. Jika demikian, sektor swasta akan semakin berkembang dan penggunaan tenaga kerja asing akan berkurang. Imbasnya kesemua itu adalah efisiensi biaya. Dan kembali lagi, seperti sebuah mata rantai yang saling terkait, efisiensi biaya akan memberikan keunggulan kompetitif di pasar global, dan meningkatkan permintaan ekpor oleh negara lain, berdampak pada kenaikan cadangan devisa. Meski demikian, linear positif antara ekspor impor dan pertumbuhan ekonomi tidak selamanya dapat terjadi. Hal ini seperti ditunjukkan oleh grafik di atas yang menunjukkan kenaikan ekspor impor di tahun 2006 dan 2008 tidak serta merta menaikkan pertumbuhan

ekonomi pada tahun yang sama. Pertumbuhan ekonomi pada kedua tahun tersebut justru menurun. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi tidak hanya dari satu faktor tertentu saja, melainkan oleh banyak kondisi dan faktor lainnya. Kondisi tersebut bisa jadi karena pada tahun 2006 dan 2008, net ekspor (total ekpor - total impor) lebih sedikit dibanding tahun-tahun lainnya. Alasan berikutnya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada tahun 2006 terjadi pengurangan subsidi BBM dan non-BBM, sementara pada pertengahan tahun 2008 terjadi krisis finansial global yang sedikit demi sedikit berimbas pada perekonomian Indonesia juga. Sehingga meskipun pada tahun 2006 dan 2008 ekspor dan impor Indonesia meningkat, namun tidak demikian halnya dengan pertumbuhan ekonomi.

10

KESIMPULAN
Salah satu keuntungan perdagangan internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan maupun cara berproduksi. Akan tetapi manfaat nyata dari perdagangan internasional dapat berupa kenaikan pendapatan, cadangan devisa, transfer modal dan luasnya kesempatan kerja. Cadangan devisa selain digunakan untuk pembayaran hutang luar negeri, juga menjamin keputusan investasi di pasar modal sehingga menjaga kurs dalam posisi yang stabil atau bahkan menguat, sehingga mencegah inflasi. Dampak jangka panjangnya ialah terciptanya kestabilan ekonomi. Dalam teori ekonomi makro (macroeconomic theory), hubungan antara ekspor dengan pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Ekspor merupakan salah satu sumber devisa yang sangat dibutuhkan oleh negara atau daerah yang perekonomiannya bersifat terbuka seperti di Indonesia, karena ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga diharapkan dapat memberikan andil yang besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas perekonomiannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya impor suatu negara adalah pendapatan (devisa), di mana semakin tinggi pendapatan maka makin tinggi impor baik berupa barang maupun jasa sebagai akibat perkembangan aktivitas perekonomian. Ekspor memberikan pemasukan devisa bagi negara yang bersangkutan yang kemudian akan digunakan untuk membiayai kebutuhan impor maupun pembiayaan program pembangunan di dalam negeri. Namun, tidak selamanya peningkatan yang terjadi pada ekspor dan impor di indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jenis komoditas yang diekspor menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan ekspor. Apabila ekpor Indonesia merupakan bahan mentah dan kemudian mengimpor barang jadi maka Indonesia mengalami defisit, mengingat harga bahan mentah lebih murah dibandingkan barang jadi. Dan negara yang melakukan ekspor barang dengan harga yang murah dan kemudian membeli barang tersebut dengan harga yang lebih mahal dari negara yang mengimpor bahan mentah tersebut, tentunya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut tidak dapat dikatakan meningkat. Selain itu, kondisi-kondisi lain diluar ekspor dan impor juga ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti kebijakan fiskal pemerintah maupun kondisi ekonomi global. Karena itu, meski ekspor dan impor (perekonomian terbuka)

11

memiliki dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, namun dampak tersebut bukanlah satusatunya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

12

DAFTAR PUSTAKA

http://nasional.kompas.com/read/2008/06/26/09164657/pemerintah.siapkan.kenaikan.bbm.2009 http://www.bengkelforex.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2:bengkelforexindikator-ekonomi&catid=2:artikel&Itemid=2 http://id.wikipedia.org/wiki/Cadangan_devisa http://www.lppm.ut.ac.id/pdffiles/02_JOM_Adrian_Pengaruh_Ekspor_dan_Investasi.pdf http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=perdagangan+luar+negeri+dan+GDP&source=web&cd= 2&ved=0CCgQFjAB&url=http%3A%2F%2Foc.its.ac.id%2Fambilfile.php%3Fidp%3D1732&ei=p2OT46FBsG8rAfa7dyxCQ&usg=AFQjCNEOcaP-WwnRvu5oqjmSVnxx7a0Zug http://www.bps.go.id http://www.scribd.com/doc/88469311/TUGAS-EI BAPPENAS, 2011, Ringkasan Laporan Perkembangan Perdagangan Bulan Juli 2011, Direktorat Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Jakarta. Sutawijaya, A. & Zulfahmi, Pengaruh Eskpor dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1980-2006, Universitas Terbuka, Jakarta. Septiana, R & Nugroho SBM, 2011, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Indonesia dari Cina Tahun 1985-2009, TesisFakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Novianingsih, DA, 2011, Analisis Hubungan Antara Ekspor dan Impor PDB di Indonesia Tahun 19992008, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. http://ericktristanto.wordpress.com/2008/11/24/secuil-tentang-krisis-finansial-global-2008/ http://www.datacon.co.id/Minyak1-2009.html http://vibiznews.com/column/economy/2011/08/18/tinjauan-cadangan-devisa-indonesia-fungsidan-posisi-di-dunia/ http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/374AE9EC-2114-4D3F-ABB6F787B134FD99/9833/Tahun2007.pdf

13

LAMPIRAN

14

You might also like