You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Makalah tentang kebijakan moneter ini menyoroti kebijakan moneter yang dilakukan Indonesia dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Dalam sistem tukar bebas dan perfect capital mobility, kebijakan moneter lebih efektif dibandingkan kebijakan fiskal dalam upaya mencapai keseimbangan dan stabilitas mekroekonomi. Kebijakan moneter lebih berperan dalam menstimulasi pemulihan ekonomi.Kebijakan moneter yang efektif menjanjikan tercapainya inflasi yang rendah, stabilitas nilai tukar dan suku bunga.

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan menggeser standar bunga pinjaman. Margin Requirement kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negoisasi dengan pemerintah lain.

Kebijakan moneteer adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar atau upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang di inginkan dengan mengatur jumlah uang beredar (JUB).

Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan, sistem keuangan inilah yang paling banyak di lakukan studi empiris maupun historis bila di bandingkan dengan disiplin ilmu ekonomi lainnya.sistem keuangan pada zaman Rosulullah di gunakan

bimatalic standard yaitu emas dan perak (dirham dan dinar) karena keduanya merupakan alat pembayaran yang sah dan beredar di masyarakat. Nilai tukar emas dan perak pada masa Rosulallah ini relative stabil dengan nilai kurs dirham-dinar 1:10, namun demikian, setabilitas nilai kurs pernah mengalami gangguan karena adanya disequilibrium antara supply dan demand. Misalkan pada masa bani umayyah (41/662-132/750) rasio kurs antara dinar-dirham 1:12, sedangkan pada masa abbasiyah (132/750-656/1258) berada pada kisaran 1:15. Pada masa yang lain nilai tukar dirham-dinar mengalami fluktuasi dengan nilai oaling rendah pada level 1:35-1:50. Instabilitas dalam nilai tukar yang ini akan mengakibatkan terjadinya bad coins out of circulations atau kualitas buruk akan menggantikan uang kualitas baik, dalam literature konvensional peristiwa ini di sebut hukum Gresham. Seperi yang pernah terjadi pada masa pemerintahan bany mamluk (1263-1328), dimana mata uang yang beredar tersebut dari fulus (tembaga) mendesak keberadaan uang logam emas dan perak . Oleh ibnu taimiyah di katakan bahwa uang dengan kualitas rendah akan menendang keluar uang kualitas baik.

B. Tujuan

1.Mengetahui apa itu kebijakan moneter

2. Bagaimana hubungan kebijakan makro dalam perekonomian

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Konsep Kebijakan Moneter Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Kebijakan Moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (Bank Indonesia) untuk mempengaruhi jumlah yang beredar dan kredit yang pada akhirnya akan mempegaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.

Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan :

a.

Kesempatan Kerja Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi.

Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.

b.

Kestabilan Harga Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat.

Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang akan masa depan. c. Neraca Pembayaran Internasional Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

1.

Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.

2.

Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Salah satu penyebab terjadinya peredaran uang yang terlalu tinggi adalah terjadinya defisit anggaran yang di tutup dengan pinjaman. Menekan defisit anggaran bukanlah pekerjaan gampang diantara sebabnya adalah:

1.

Sulitnya pemerintah meningkatkan pembiyayaan yang memadai melalui perpajakan dan sumber-sumber pemasukan noninflasioner lainnya untuk memenuhi pengeluaran produktif dan penting lainnya.

2.

Kurangnya kesediaan pemerintah untuk meredukasi secara substansial pengeluaran Negara yang mubazir dan tidak produktif. Suatu pemerintahan muslim haruslah berani menghapus kedua sumber defisit anggaran itu

agar lebihefektif dalam menjalankan kebijakan moneternya. Sesungguhnya, menghapus pengeluaran yang tidak produktif dan mubazir, merupakan kewajiban muslim bagi pemerintah itu menjadi suatu keniscahyaan karena mereka menggunakan sumberdaya yang di sediakan oleh rakyat sebagai suatu amanah. Sumber-sumber daya itu harus di manfaatkan secara efesien dan efektif, di barengi dengan perasaan tanggung jawab kepada Allah. Rasulallah SAW, bersabda siapa saja yang sudah di beri amanah oleh rakyat tetapi tidak melaksanakannya dengan jujur tidak akan mencium bau surga. Neraca pengeluaran pemerintah dapat di bagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. 2. 3. Pengeluaran rutin Pengeluaran proyek Pengeluaran darurat

B.

Manajemen Kebijakan Moneter Konvensional dan Islam

1.

Secara konvensional Adanya ketidak teraturan dan hubungan antar variabel dalam perekonomian sering kali menjadikan kita sulit untuk mengidentifikasi. Alur suatu kebijakan moneter mencapai tujuannya. Ada 2 paradigma dalam memahami mekanisme transmisi moneter: a) Uang pasif Paradigma uang pasif percaya bahwa kesenjangan output merupakan kausal utama dalam mekanisme transmisi. Dalam paradigma ini suku bunga jangka panjang pendek dan nilai tukar dijadikan sebagai sasaran antara (intermediak objective) yang pada gilirannya akan mempengaruhi perkembangan besaran pemerintahan, kesenjangan output dan ekspetasi inflasi. Dalam paradigma uang pasif ini uang dinyatakan sebagai variable endogen yang mana otoritas moneter tidak mempunyai kemempuan secara penuh untuk mengatur jumlah uang beredar. Asumsi yang digunakan dalam endogenous konvensional: Jumlah uang yang beredar adalah dependent terhadap tingkat suku bunga. Uang adalah variable endogen. Instrumen moneter yang dijadikan sasaran operasional bank sentral bukanlah jumlah uang beredar melainkan suku bunga. Sasaran yang ingin dicapai dalam paradigma ini adalah tercapainya target inflasi yang telah ditetapkan sebelumnya (price of targeting) dengan menggunakan sasaran suku bunga jangka pendek sebagai instrument moneternya.

b) Uang aktif Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan kausal utama dalam mekanisme transmisi moneter. Suku bunga dianggap sebagai mekanisme moneter. Jumlah uang beredar merupakan sarana yang aktif dijadikan oleh pemerintah sebagai instruyen moneter dalam mengendalikan tingkat inflasi. Sasaran pokok yang ingin dicapai dari kebijakan dengan paradigma ini adalah terkendalinya tingkat inflasi dengan menggunakan besaran moneter (jumlah uang beredar) sebagai sasaran operasionalnya.

2.

Secara Islam Dasar pemikiran dari manajemen moneter dalam konsep Islam adalah terciptanya stabilitas permintaan uang tersebut lepada tujuan yang penting dan produktif. Dalam teori Keynes telah dikenal bahwa adanya permintaan spekulasi akan uang pada dasarnya dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga ( The theory of liquidity preference ). Pergerakan suku bunga merupakan refleksi pergerakan permintaan uang untuk spekulatif. Semakin tinggi permintaan uang untuk spekulasi, maka semakin rendah tingkat bunga yang berlaku dipasar. Begitu juga sebaliknya apabila permintaan uang spekulatif menurun, maka suku bunga akan relatif meningkat. Penghapusan suku bunga dan adanya kewajiban pembayaran pajak atas biaya produktif yang menganggur, menghilangkan insentif orang untuk memegang uang idle sehingga mendorong orang untuk melakukan: Qard (meminjamkan harta lepada orang lain) Penjualan marginal Mudharabah

Para pemilik dana akan menginvestasikan dananya pada kegiatan yang memberikan keuntungan terbesar (actual return), jadi semakin tinggi permintaan uang untuk investasi disector rill atau kebutuhan akan persediaan dana untuk investasi disector rill atau kebutuhan akan persediaan dana investasi semakin besar, maka tingkat keuntungan harapan yang akan diberikan akan relatif menurun. Karena besarnya tingkat actual return ini tidak berfluktuatif seperti halnya suku bunga maka akan menjadikan permintaan uang akan lebih stabil.

C. Instrument Moneter Konvensional dan Islam Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

1) Instrument Moneter Konvensional

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2.

Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

3.

Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

4.

Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Aplikasi instrument moneter konvensional di Indonesia. Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral lainnya di dunia, mempunyai beberapa instrument

moneter , di antaranya : a.OMO melalui jual beli sertifikat BI (SBI) di pasar uang (saat ini tingkat suku bungan SBI sebesar 17,58%).

b. RR yang di tentukan BI sebesar 5% c. Rasio kecukupan modal atau capital adequancy ratio (CAR) oleh BI sebesar 8% d. Plafon kredit untuk sector-sektor prioritas tertentu seperti sector usaha kecil dan menengah di daerah pedesaan e.Sistem pengawasan perbankan yang memakan sistem forward looking risk based supervision yang mengacu pada standar internasional f. Fit and proper test yang di tunjukan untuk orang-orang yang akan menduduki posisi penting di bank-bank umum di mana orang-orang tersebut harus lulus tes sebelum menduduki jabatan tersebut. g. BPMK (batas maksimum pemberian kredit) yang di tunjukan untuk membatasi pemberian kredit kepada kelompok usaha sendiri oleh bank-bank.

2) Instrument Moneter Islam 1. Mazhab pertama (iqtishaduna) Pada masa awal islam dapat di katakana bahwa tidak di perlukan suatu kebijakan moneterdi karnakan hamper tidak adanya sistem perbankan dan meminimnya penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap penawaran uang (Ms) melalui kebijakan diskresioner. Selainitu, kredit tidak memiliki peran dalam penciptaan uan, karena kredit hanya di gunakan di antara para pedagang saja serta peraturan pemerintah tentang surat peminjaman (promissory notes) dan instrument negoisasi (negotiable instruments) di rancang sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan sistem kredit tersebut menciptakan uang.

2. Mazhab kedua (mainstream) Tujuan kebijakan moneter yang di berlakukan oleh pemerintah adalah maksimisasi sumber daya (resources) yang ada agar di alokasikan pada kegiatan perekonomian yang produktif di dalam al-quran sudah jelas bahwa kita di larang untuk melakukan penumpukan uang (money hoarding) yang pada akhirnya akan menjadikan uang tersebut tidak memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, kekayaan yang tidak tersebut akan menjadikan uang tersebut tidak memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan , kekayaan yang tidak ideal tersebut akan menjadikan sumber dana yang apada awalnya bersifat produktif menjadi tidak produktif. Oleh sebab itu, mazhab kedua ini merancang sebuah instrument kebijakan yang di tujukan untuk mempengaruhi besar kecilnya permintaan uang (Md) agar dapat di alokasikan pada peningkatan produktifitas perekonomian secara keseluruhan.

3. Mazhab ketiga (Alternatif) Mazhab ke tiga ini sangat banyak di pengaruhi oleh pemikiran-pemikiran ilmiah dari Dr M.A. choudury . sistem kebijakan moneter yang di anjurkan oleh mazhab ini adalah berdasarkan musyawarah sebelumnya dengan otoritas moneter adalah berdasarkan musyawarah sebelumnya dengan otoritas sector rill. Jadi keputusan-keputusan kebijakan moneter yang kemudian di tauangkan dalam bentuk instrument moneter biasanya adalah harmonisasi dengan kebijakankebijakan di sector rill. Lalu instrument apa yang dapat di gunakan untuk mengelola kebijakan moneter di Negara muslim? Instrument yang di perlukan adalah satu kebijakan moneter yang tidak saja akan membantu mengatur penawaran uang seirama terhadap permintaan rill terhadap uang, tetapi juga memenuhi kebutuhan untuk membiyayai deficit pemerintah yang benar-benar rill

dan mencapai sasaran sosioekonomi masyarakat islam lainnya. Terdapat sejumlah elemen untuk mengatur hal ini. Diantaranya (chapra, 2000):

a.

Target pertumbuhan dalam M dan MO

b. Saham public terhadap deposito unjuk (uang giral) c. Cadangan wajib resmi

d. Pembatas kredit e. f. Alokasi kredit (pembiyayaan ) yang berorientasi kepada nilai Teknik lain Kesimpulan yang bisa kita ambil dari uraian di atas adalah bahwa tidak ada satupun instrument kebijakan moneter yang di gunakan saat ini di berlakukan pada masa awal priode ke islaman , karena minimnya sistem perbankan dank arena penggunaan uang sebagai alat tukar, tidak ada alasan untuk melakukan perubahan supplay uang melalui kebijakan diskresioner, lagi pula kredit tidak memiliki peran dalam menciptakan uang faktornya antara lain.: Kredit hanya di gunakan di antara sebagian pedagang Peraturan pemerintah tentang promisorry notes (surat pinjaman/kesanggupan) dan

neglotiable instruments (alat-alat negoisasi) dibuat sedemikian rupa hingga tidak memungkinkan sistem kredeit menciptakan uang

D. Instrument Moneter Konvensional dan Islam

1. Sudan (BOS) atau bank sentral sudan Berikut ini adalah instrument-instrumen moneter yang di gunakan BOS dalam oprasionalnay :

a.

Reserve requirement, setiap bank harus menyadangkan pada simpanan BOS sedikitnya 20%

(100% untuk simpanan mata uang asing) dari total dana simpanan masyarakat (dengan mengecualikan simpanan investasi) yang di refleksikan pada neraca akhir bulan bank tersebut. b. Bank-bank konvensional harus mencapai dan memelihara rasio liquiditas sebesar 10% dari dana tabungan dalam bentuk mata uang lokal. c. Pelafon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti: 1) Pertanian 2) Ekspor 3) Perindustrian 4) Pertambangan dan energy 5) Transportasi dan pergudangan 6) Professional, pengrajin, dan bisnis keluarga ukuran kecil 7) Perumahan rakyat 8) Investasi pada pasar saham resmi khartoun Di mana minimum90% dari dana kredit bank harus di alokasikan pada sector non-prioritas, termasuk perdagangan demostik dan jasa yang tidak berhubungan dengan sector prioritas. d. Foreign exchange operation sebagai alat BOS untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan untuk fungsi control likuiditas). e. OMO dengan menggunakan instrument:

1) Central bank mushraka certificate (CMC) dimana fungsi sekuiritas bank sentral konvensional sebagai pengendali likuiditas uang terpenuhi dengan keberadaan sekuritas yang berdasarkan sistem bagi hasil. CMC mempunyai karakteristik sebagai berikut: Tidak mempunyai tinggal jatuh tempo

Berbasiskan akuitas (equity-based) dalam jumlah tertentu dari investasi BOS dan pemerintah di bank bank konvensional.

2) Government musharaka certificate (GMC) Secara garis besar, kegunaan GMC adalah: f. Pembiyayaan anggaran Instrument OMO bagi BOS Mobilisasi tabungan nasional Mendorong investasi Sebagai alat pengembangan pasar uang yang sesuai dengan syariah islam

Ijaroh certificate (sukuk) Sukuk ini adalah instrument financial yang mempresentasikan 3 perjanjian dasar yaitu: Perjanjian pembelian asset Perjanjiansewa menyewa Perjanjian penjualan asset

2. Iran a. Reserve require ment ratio antara 10%-30%

b. Adjusted open market operation pada dasarnya omo tidak dapat efektif di gunakan pada negara yang pasar keuangannya /finansialnya belum berkembang c. Discount rate karena adanya pelarangan terhadap riba, maka instrument jenis ini tidak di

gunakan seluas seperti pada sistem perbankan konvensional d. Credit ceiling untuk mengendalikan penciptaan uang, pertumbuhan likuiditas oleh otoritas moneter.

3. Indonesia a. GWM (giro wajib minimum ) dalam pelaksanaannya GWM ini besarnya adalah 5% dari

dana pihak ke tiga yang berbentuk IDR (rupiah) dan 3% dari dana pihak ketiga yang berbentuk mata uang asing. Sedangkan dana pihak ketiga yang di maksud disini adalah dalam bentuk : 1. Giro wadiaah 2. Tabungan mudorobah 3. Deposito investasi mudhorobah 4. Kewajiban lainnya b. Sertifikat investasi mudharobah antar bank syariah (IMA) adalah suatu instrument yang di gunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan dan di lain pihak sebagai sarana penyediaan dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana sertifikat ini berjangka waktu 90 hari. c. Sertifikat wadilah bank Indonesia (SWBI) adalah instrument BI yang sesuai dengan syariah

islam yang di gunakan dalam omo. Dan juga dapat di gunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek.

You might also like