You are on page 1of 3

ANGKA PENGENAL IMPOR hanya untungkan perusahaan besar

Oleh Sri Mas Sari JAKARTA: Importir menilai Permendag No 27/2012 tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir hanya menguntungkan perusahaan besar, karena lebih mampu mendirikan perusahaan baru dengan tujuan mengantongi beberapa API. Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Indonesia (Ginsi) Yayat Priyatna mengatakan kondisi sebaliknya dialami perusahaan kecil yang menghadapi risiko kolaps karena tidak mampu mendirikan perusahaan baru atau paling tidak profitnya tergerus karena biaya tinggi. Ini menimbulkan persaingan tidak sehat karena perusahaan besar lebih bisa bertahan dan menyesuaikan diri terhadap peraturan menteri itu, katanya hari ini, Rabu 23 Mei 2012. Seperti diketahui, dengan adanya Permendag tersebut, satu perusahaan yang awalnya cukup memiliki satu API-U untuk mengimpor barang dari berbagai kelompok (section), nantinya harus mendirikan beberapa perusahaan agar memiliki beberapa API-U yang berbeda section untuk menyelenggarakan usahanya. Pihak lain yang diuntungkan adalah perusahaan forwarding dan pelayaran sebab adanya importir yang berbeda untuk kebutuhan perusahaan akan berdampak pada penerbitan bill of lading (B/L) yang berbeda. Ini artinya biaya doc fee, agency fee dan mekanik akan dibagi untuk masing-masing B/L. Di sisi lain, industri kecil yang selama ini menggantungkan kegiatan impor melalui handling importir terpaksa tidak bisa impor barang modal, mengingat API-U hanya diberikan kepada impor barang tertentu untuk tujuan diperdagangkan. Sebelumnya, sistem QQ (qualitate qua) masih diperbolehkan, yang mana perusahaan industri bisa mengimpor melalui handling importir sembari mendapat fasilitas bebas pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap barang modal. Banyak perusahaan kecil menggunakan jasa importir pemilik API-U ketimbang memiliki API sendiri. Dalam waktu dekat, industri kecil yang mengimpor mesin lewat perusahaan jasa importir ini akan kalang-kabut dan membuat mereka semakin terpuruk, ujarnya. Beleid ini, ungkapnya, hanya menimbulkan inefisieni akibat biaya pengurusan penambahan perusahaan baru tanpa diikuti dengan penambahan produksi. Selain itu, muncul perusahaanperusahaan semu yang didirikan hanya untuk mengantongi banyak API-U. Ini menjadi pertanyaan besar buat kami. Apa yang hendak dicapai dengan adanya pembatasan satu API hanya untuk satu section karena toh perusahaan besar masih bisa memiliki beberapa API? ungkapnya. Sebelumnya, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Deddy Saleh menjanjikan revisi sebelum Permendag itu berlaku mulai 31 Desember 2012. Namun, hingga kini Deddy belum memastikan kapan revisi itu akan diterbitkan. (sut)

Revisi ANGKA PENGENAL IMPOR belum jelas


Oleh Sri Mas Sari JAKARTA: Pemerintah belum kunjung memberikan kepastian mengenai revisi Permendag No 27/2012 tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir, kendati rencana itu sudah digulirkan sejak beberapa pekan lalu. "Revisi mudah-mudahan dalam waktu cepat. Ini kan masih ada waktu (gunakan ketentuan lama) sampai 31 Desember," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh, Rabu 23 Mei 2012. Deddy sebelumnya menyampaikan pihaknya akan merevisi aturan itu dengan memperbolehkan satu angka pengenal importir umum (API-U) digunakan untuk mengimpor lebih dari satu kelompok (section) barang. Syaratnya, importir harus menunjukkan adanya hubungan istimewa antara perusahaan pemilik API-U dengan perusahaan di luar negeri, yang mana salah satu pihak mempunyai kemampuan mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional sesuai standar akuntansi yang berlaku. Deddy menjelaskan aturan itu sebetulnya ingin memberikan perlakuan adil bagi importir produsen dan importir umum. Bayangkan importir produsen yang sudah banyak berinvestasi selama ini hanya hanya diperbolehkan impor barang modal dan bahan baku, tapi importir umum yang kadang kantornya tidak jelas di mana, boleh mengimpor apa saja," ungkapnya. Selain itu, beleid bertujuan mendorong industri dalam negeri memproduksi barang serupa, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap barang impor. (ra)

ANGKA PENGENAL IMPORTIR bisa ganggu kinerja logistik


Oleh JIBI Rabu, 23 Mei 2012 | 10:52 WIB JAKARTA: Ketentuan Angka Pengenal Importir (API) yang mulai berlaku 2 Mei 2012 dikhawatirkan mematikan eksistensi importir umum yang sudah mengantongi izin API Umum (API-U). Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Yayat Priyatna mengatakan sesuai Permendag tersebut para importir umum yang hendak mengimpor lebih dari satu jenis barang harus menambah/mendirikan perusahaan baru. Padahal, kata dia dalam Permendag No.45/2009, izin API-Umum diperbolehkan melakukan importasi beberapa macam barang tertentu. Dia juga mengharapkan pemerintah memperpanjang masa waktu pengurusan Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana dituangkan dalam Permendag. Menurut Yayat sesuai aturan itu importir harus menyesuaikan paling lambat hingga 31 Desember 2012."Masa waktu itu terlalu singkat, sampai saat ini saja belum banyak importir yang mengajukan izin API baru sesuai aturan Permendag tersebut," ujarnya kepada Bisnis, disela-sela Seminar Ginsi yang bertema "Membangun Sistem Importasi Tepat Guna Melalui Penerapan Permendag No.27" di Jakarta (23/5). Seminar yang dibuka oleh Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan Eddy Putra Irawadi itu diikuti sekitar 300 perusahaan importir, operator pelabuhan dan pelaku usaha logistik di Indonesia. Yayat mengatakan, jangan sampai Permendag No:27 itu justru menimbulkan inefisiensi kegiatan logistik."Jangan sampai menambah beban dunia usaha," tuturnya. Kendati begitu, ujar Yayat, BPP Ginsi tetap mendukung upaya pemerintah dalam membenahi sistem perdagangan/impor nasional."Memang niat pemerintah baik,tetapi ada kegelisahan dari anggota Ginsi oleh karenanya kita juga mesti melihat kemampuan para importir kita merespon aturan Permendag 27 tersebut," ujar dia. Dia juga mengungkapkan, jangan sampai Permendag No:27 itu justru menghilangkan kegiatan importir umum. "Padahal kegiatan importir umum selama ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum.Karena itu butuh waktu yang cukup panjang, tidak cukup hanya sekitar 6 bulan (hingga Desember).Kita mesti belajar saat peraturan Nomor Induk Kepabeanan (NIK) di berlakukan akhir tahun lalu," paparnya. Sebelumnya, Sekjen Ginsi Achmad Ridwan Tento mengungkapkan, Permendag 27 tersebut bakal mendongkrak kegiatan importasi barang less than container load (LCL) di pelabuhanpelabuhan Indonesia. (K1/arh)

You might also like