You are on page 1of 20

Makalah Presentasi BRAIN AND LANGUAGE DEVELOPMENT

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Pemerolehan Bahasa

PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012 Kata Pengantar Daftar Isi

Kata Pengantar Daftar Isi Bab II The Human Brain 1

2.1 Cerebral Cortex 2.2 Brain Development Bab III Cerebral Dominance 3.1 Handedness 3.2 Sign Language 3.3 Development Bab IV Dissocoation: Localization within the Left Hemisphere 4.1 Language Pathologies 4.2 Classic Aphasias 4.3 Refining Dissociations 4.4 Modeling The Brains Organization 4.4.1 The Wernicke Geschwind Model 4.4.2 Current Modeling 4.5 Individual Variance 4.5.1 Gender Differences 4.5.2 Multilingualism Bab V Brain Imaging in Language Development Bab VI Language Development and Dissociations 6.1 Developmental disorders 6.2 SLI (Specific Language Impairment) 6.3 Special Cases Bab VII Critical Period 7.1 Genie 7.2 Second Language Acquisition Bab VIII Creating a Theory 8.1 Where is The Language Faculty? 8.2 Is There a Language Gene? Simpulan BAB I Pendahuluan

Pembahasan makalah ini menjadikan karya Barbara C. Lust, Child Language: Acquisition and Growth sebagai acuan utamanya. Oleh karena itu pengorganisasian dari isi 2

makalah ini pun sesuai dengan urutan mengenai Brain and Language Development pada bab 5 buku tersebut. Sementara sumber-sumber lain yang memiliki keterkaitan dengan bab Brain and Language Development dijadikan sebagai bahan perbandingan serta tambahan pengetahuan. Kedua perspektif rasionalis dan empiris dalam pemerolehan bahasa telah membuat prediksi mengenai dasar biologis alamiah pada pengetahuan bahasa. Sebagaimana pembahasan sebelumnya perihal konstruksi sebuah teori pemerolehan bahasa, Chomsky berhipotesis bahwa otak manusia menetapkan sebelumnya bagaimana pengetahuan bahasa diperoleh dan merepresentasikan pengetahuan tersebut sebagai perbedaan dari pengetahuan kognitif sebelumnya. Sementara itu bagi perspektif empiris, representasi ulang penyaluran dari pengetahuan bahasa dalam otak dihipotesiskan menyerupai pengorganisasian jaringan syaraf (Bates dan Mac Whinney 1989: 33 dalam Lust, 2006: 73). Kedua prediksi tersebut memancing lebih lanjut untuk melihat dengan cermat pada struktur otak dan fungsinya, walaupun belum ada pola yang secara tepat memprediksikan bagaimana perkembangan otak mendasari perkembangan bahasa (Lust, 2006: 73). Prediksi-prediksi dapat segera ditujukan secara lebih tepat melalui kemajuan teknik baru dalam metodologi penggambaran otak, seperti ERP, fMRI, MEG dan pemetaan stimulasi elektrik (electrical stimulation mapping). Instrumen-instrumen baru ini akan menambah bukti-bukti kepada penelitian patologi bahasa yang disebabkan oleh bentuk variasi dari kerusakan otak dan memungkinkan kita untuk pertamakalinya mempelajari otak normal yang berhubungan dengan fungsi-fungsi bahasa normal pada dekade ini. Beberapa hal tersebut dapat diperluas ke studi yang berkenaan dengan anak-anak normal. (seperti pada posner et al. 2001; Molfese et al. 2001; Casey 2002 dalam Lust, 2006: 73). Observasi behavioral oleh Lenneberg (1967) yang berjudul Developmental Milestones in Motor and Language Development menyatakan komponen biologis dan pertumbuhanya dalam perkembangan bahasa, serupa dengan perkembangan motorik. Lenneberg memulai hipotesis pada bidang ini yang dapat diperlakukan terhadap uji empiris, walaupun dasar pikiran penelitiannya untuk the biological basis of language capacities...the exact foundations are still largely unknown (1967, viii dalam Lust, 2006: 73). Pada bab ini, secara singkat meriviu penemuan-penemuan dasar mengenai cara kerja dari pengetahuan bahasa pada otak orang dewasa, mengidentifikasi hubungan-hubungan fungsi struktur utama, dan mencari penemuan-penemuan yang sejajar mengenai anak-anak. Penelitian pada area ini merupakan sebuah batasan yang menyenangkan, walaupun penuh dengan perselisihan dan keraguan (Lust, 2006: 73-4). 3

Bab II Otak Manusia

Otak adalah lokasi dimana kemampuan menggunakan bahasa berada. Mengenai hal tersebut penjelasan lebih spesifiknya terdapat pada neurolinguistics, studi mengenai hubungan antara bahasa dan otak. Berikut ini terdapat suatu kasus Phineas Gage. Pada bulan 4

September tahun 1848 dekat Cavendish seorang bernama Phineas P. Gage dikontrak menjadi salah seorang kru konstruksi. Tugasnya adalah meledakkan batu-batu untuk membuat jalan baru dari jalur kereta api. Ketika Phineas memasukkan batang besi kedalam lubang peledak di dalam batu, beberapa bubuk mesiu meledak secara tiba-tiba, dan melempar batang besi sepanjang 3 setengah kaki keluar mengenai pipi kiri atas Phineas hingga jidatnya. Batang tersebut mendarat sejauh kira-kira sepanjang 5 yards. Phineas menderita tipe luka yang mana diasumsikan tidak seorang pun dapat menyembuhkannya. Walaupun begitu, sebulan kemudian, Phineas sadar dan dengan tanpa kerusakan yang nyata pada ujarannya. Luka Phineas terbukti secara medis. Batang besi yang besar tersebut melewati bagian depan otaknya, namun kemampuan bahasanya tidak terpengaruhi. Jika kemampuan berbahasa terletak pada otak, maka jelaslah tidak terletak tepat di bagian depan otak (Yule, 1996: 162). Otak manusia terdiri dari sel-sel membrane atau neuron yang menjadi bagian dasar pemrosesan informasidari sistem syaraf. Otak manusia terdiri dari sekitar sepuluh juts neuron yang terorganisasi kedalam jaringan-jaringan yang kompleksitasnya hampir tidak dapat dibayangkan. Kekompleksitasannya merupakan hasil dari kenyataan bahwa tiap neuron dapat terhubung secara langsung dengan lebih dari seratus neuron yang lainnya. Selain itu juga tersusun struktur-struktur yang terlihat memainkan peran spesifik dalam fungsi yang terintegrasi dalam otak (Ogrady, 1996: 416-7). Otak manusia memang lebih besar dibandingkan primata yang lainnya (Field, 2003: 7). Namun kekuatan linguistik dalam otak manusia tidak dapat diperhitungkan hanya melalui ukuran saja, semenjak ikan paus dan gajah memiliki otak yang besar namun tidak berbahasa sebagaimana yang manusia ketahui (Lust, 2006: 74). Perlu untuk menginvestigasi cara kerja dari otak manusia dengan tujuan untuk menjelaskan kapasitas bahasa pada spesies manusia (Lust, 2006: 74-5). Para nativis tidak menyetujui kemampuan bawaan memiliki sesuatu yang secara genetic telah ditransimisikan oleh fakultas bahasa dalam rangka memperoleh bahasa secepat dan secara sukses sebagaimana hal tersebut terjadi. Sementara disisi lain, pendekatan para nativis menunjukkan bahwa perbedaan cara otak manusia adalah yang membuat kita mampu mengembangkan bahasa ketika spesies lain tidak (Field, 2003: 7).

2.1 Cerebral Cortex Otak terbagi menjadi dua bagian secara simetris, bagian hemisfer kanan dan hemisfer kiri (the right and left hemispheres) yang masing-masing bagianya memiliki tanggung jawab dalam memproses jenis informasi tertentu. Kedua bagian hemisfer ini dihubungkan dengan 5

ikat syaraf yang dapat memungkinkan untuk kedua hemisfer tersebut saling berkomunikasi dan membangun sebuah gambaran koheren daripada lingkungan berasal dari berbeda macam jenis stimulinya (visual, tactile, oral, auditory, olfactory) yang diterima (Stewart, 2001: 249). Otak diselimuti oleh setebal 1 inchi membran yang disebut dengan cortex. Pada membran inilah yang membuat manusia mampu mencapai fungsi kognitifnya yang tertinggi, seperti kemampuan untuk mengerjakan matematika atau menggunakan bahasa, yang perkembangannya merupakan salah satu perubahan evolusi primer yang membedakan manusia dengan hewan. Pada kenyataannya, kebanyakan pusat-pusat bahasa di otak terdapat pada cortex (Stewart, 2001: 249). Cortex merupakan level tertinggi pada otak, yang mana reptile dan amfibia tidak memilikinya. Kemajuan dari tingkat rendah ke tingkat tinggi pada Mamalia ditandai oleh pertumbuhan dramatis pada proporsi cortex-nya. Hanya manusia yang memiliki proporsi cortex terbesar daripada berat massa otak semua binatang. Poin penting dalam pemetaan cortex adalah lipatan pada permukaannya. Lipatan dari cortex memiliki dua bagian sulci dan gyri. Sulci merupakan area dimana cortex terlipat kedalam, sementara gyri merupakan area dimana cortex terlipat keluar. Ciri yang menonjol adalah sulcus (jamak dari sulci) dalam, karena ukurannya disebut fissure yang meluas dari depan otak ke belakang. Fissure ini dikenal dengan longitudinal fissure yang memisahkan bagian kanan dan kiri hemisfer (Ogrady, 1996: 417). Critical lobes yakni frontal, parietal, temporal dan occipital) yang terpisah oleh sulci dan gyri menyediakan poin-poin acuan. Misalnya, Sylvian Fissure (lateral sulcus) membagi temporal lobe dari parietal dan frontal lobes, juga pusat-pusat area perisylvian. Kepengaturan bahasa melibatkan semua lobe dan sub area-sub areanya. Menurut Fischbach 1993: 3 dalam Lust, 2006: 75) umumnya otak dibangun dari unit-unit berlainan daripada sebuah jaringan yang berlanjut, hal tersebut tidak dibangun dari bagian-bagian yang dapat disimpangkan. Fungsi otak melibatkan perbedaan kelipatan subsistem-subsistem yang berbeda dengan sesuatu yang dikatakan ketelitian dan kestabilan seluruh diagram telegram. Walaupun perbedaan area dari otak mengikuti fungsi-fungsi yang berbeda, ketika satu fungsi bagian atau area kecil mengalami kerusakan, bagian yang lainnya mampu mengkompensasi secara parsial pada bagian yang hilang tersebut. Dengan demikian mengaburkan peristiwa behavioral untuk lokalisasi (Kandel et al.2000: 9 dalam Lust, 2006: 75). Hubungan plasticity secara umum mengacu pada kemampuan ini dari beragam bagian pada otak untuk memikul fungsi ketika bagian-bagian lain telah mengalami kerusakan atau kehilangan fungsinya sebagaimana hasil dari sebuah pengalaman (Lust, 2006: 75). 6

2.2 Brain Development Umumnya struktur dasar dari otak berada pada tempat saat lahir. Kebanyakan, jika tidak seluruhnya, neuron-neuron neocortical dan lokasinya tergenerasi sebelum kelahiran, walaupun perkembangan corticalnya kini masih dibawah penelitian cermat yang intens (Rakic, 1988, 1993; Huttenlocher, 1993; Galaburda, 1995; Johnson 1993 dalam Lust, 2006: 76). Perubahan perkembangan umum pada otak terangkum berikut ini : i) Semenjak balita berumur 2 tahun, otaknya akan memiliki lebih dari tiga kali massanya dan mendekati bentuknya yang penuh. (Springer and Deutsch 1993, 233) ii) The corpus callosum is present at birth but appears disproportionately small in cross section when the brain of newborn is compared with the brain of an adult (Springer and Deutsch 1993: 243; sebelumnya Witelson at al. 1988) iii) Different cortical areas develop at different rates, e.g. aspects of frontal cortex are delayed (Huttenlocher et al. 1993, 1997) iv) v) Myelinization continues across two decades. Connections between neurons multiply in the form of synapses. Synaptogenesis peaks between 9 and 24 months of age, reaching approximately 150 percent of that of the human adult. vi) Synapses are lost; synaptic density begins to decrease after 2 years of age (e.g., Bourgeois et al, 1994; Huttenlocher 1990). Cell death begins in gestation and continues across the life span (Bates et al 1992). vii) Fundamental frecuency of brain waves is slower in children than in adults, increasing with development. viii) Metabolic activity of the human brain peaks around 48 months of age (Chugani et al. 1987). ix) Although it has been long assumed that no new neurons were formed after birth, some new research is the last few years is challenging this view (Kempermann and Gage 1999). x) Aspects of brain function for language may change with experience, e.g. acquisition of a second language. Brain maturation and language experience are confounded throughout development (e.g., Ojemann 1983). (dikutip dari Lust, 2006: 76). 7

Pada saat ini belum terdapat cara menyembungkan kumpulan fakta-fakta tersebut mengenai perkembangan otak ke fakta-fakta spesifik perihal perkembangan bahasa. Maka kemudian harus melihat lebih kepada hubungan-hubungan umum perihal cara kerja otak dan bahasa (Lust, 2006: 76).

Bab III Cerebral Dominance

Kedua hemisfer otak baik secara struktur maupun secara fungsinya tidaklah ekuivalen. Cara kerja bahasa dalam otak melibatkan hubungan asimetris diantara hemisfer kanan dan hemisfer kiri (Gazzaniga 1989 dan 1998; Baynes dan Gazzaniga 2000 dalam Lust, 8

2006: 77). Pada otak orang dewasa kumpulan yang paling mendasar dari hubungan-hubungan struktur-fungsi yang telah ditemukan termasuk dominasi hemisfer (hemispheric dominance), atau lateralisasi (lateralization). Pada kebanyakan individu, hemisfer kiri (left hemisphere (LH)) adalah dominan untuk bahasa. Kerusakan pada LH menimbulkan aphasia (disfungsi pada bahasa mengingat kerusakan pada sisi kanan tidak (Springer and Deutsch 1993: 1 dalam Lust, 2006: 77). Stimulasi elektrik langsung kepada cortex mengkonfirmasikan hal tersebut (Penfield dan Roberts 1959; Ojemann 1983, 1983, 1991 dalam Lust, 2006: 77). Pada percobaan pendengaran dichotic (dichotic listening task), pelaku secara frekuensi lebih berhasil saat melaporkan ujaran yang ditujukan kepada telinga kanan daripada simulasi bukan ujaran kepada telinga kiri. Pada uji Wada, penganestesian LH turut andil pada perlakuan bahasa (language performance), seperti menghitung dengan suara keras, sementara penganestesian pada RH tidak dapat (laccino 1993 dalam Lust, 2006: 77). Studi-studi stimulasi elektrik menyediakan peristiwa perkumpulan. Pada pasien yang menjalani perawatan commysurotomy, LH dapat membuat verbalisasi produktif mengenai stimulus visual, seperti menggambarkan seorang wanita berbicara pada telepon. Kontrasnya, RH dapat tanpa suara; pasien menolak bahwa mereka telah melihat semuanya, tidak dapat menjelaskan secara verbal sama sekali apa yang telah mereka lihat, atau secara ekstrimnya kekurangan dalam verbalisasi. Pada saat yang sama, RH mampu menggambarkan (dengan tangan kiri) apa yang telah dilihat, rupanya secara tidak sadar mengapa. RH nampaknya kekurangan dalam menggunakan faktor-faktor gramatikal, misalnya operasi kalimat pasif, dalam pemahaman. Pasien yang mengalami split brain yang hanya aktif pada RH, menulis kata-kata dari apa yang telah terlihat olehnya, dapat menyatakan beberapa akses pada bahasa, setidaknya dalam kosa kata. Beberapa dapat mengambilnama dari objek yang ditunjukkan kepada RH dari daftar nama-nama dibaca dengan suara keras dan RH yang ditutup dari kebanyakan pasien split brain dapat memahami tulisan tertulis. (Baynes dan Eliassen 1998; Beeman dan Chiarello 1998: 4 dalam Lust, 2006: 77). Pemahaman bahasa pada RH telah dilaporkan sedikit terhalang daripada produksi. Dominasi LH untuk bahasa tidak berarti bahwa RH tidak terlibat sama sekali. Pada pasien kerusakan otak dengan luka yang terlokalisasi pada RH, penggunaan berdasar wacana dari bahasa telah rusak bahkan ketika fonologi dasar dan kemampuan sintaksis seringkali berhubungan. Kekurangan dapat termasuk kegagalan untuk kalimatkalimat informasi silang yang terintegrasi, informasi terintegrasi dalam membuat kesimpulan,

mengikuti lajur kisah naratif, atau memahami penuh candaan, sarkasme atau prosodi (Lust, 2006: 78).

3.1 Handedness Sekitar 90 persen setiap individu pengguna tangan kanan, menunjukkan LH mengintrol aktivitas motorik. Apakah ini berarti bahwa dominsai LH untuk bahasa dijelaskan oleh dominasi motorik? Seseorang yang kidal merupakan populasi yang kritis dalam hal ini. Untuk menguji kemungkinan dominasi bahasa pada individu kidal, Satz 1979 membuat survey frekuensi dari aphasi yang teroservasi setelah kerusakan otak unilateral pada individu kidal dibandingkan dengan indivivu bukan kidal. Kesimpulan dari hasil uji tersebut adalah bahwa bahkan pada yang bertangan kidal dominasi otak untuk bahasa adalah sisi kiri atau bilateral. Handedness dan dominasi LH independen untuk bahasa pada beberapa tingkat (Lust, 2006: 78).

3.2 Sign Language Pengguna bahasa isyarat yang mengalami kerusakan pada LH (Left Hemisphere Damaged (LHD)) menunjukkan lebih miskin pada sejumlah perihal linguistik (penamaan, kefasihan, pemahaman dari tanda yang terisolasi) ketika dibandingkan dengan pengguna bahasa isyarat RHD. Pada saat yang sama, mereka mendemonstrasikan pengendalian pergerakan kompeten secara frekuensi untuk gerakan-gerakan non-linguistik melalui tangan dan jari. Hal ini mengkonfirmasikan bahwa dominasi LH untuk bahasa merefleksikan pengetahuan bahasa, dan bukan dominasi motorik, produksi oral atau hanya penerima auditori (Lust, 2006: 78-9).

3.3 Development Hipotesis Lenneberg bahwa dominasi otak untuk bahasa tidak memberikan karakter pernyataan inisial anak-anak, tetapi berkembang secara bertahap dimulai sekitar dua tahun, dan lengkap pada usioa pubertas. Hipotesis ini mencatat dengan anggapan bahwa terdapat periode kritis untuk pemerolehan bahasa.yang berakhir pada saat usia mencapai pubertas. Hipotesis ini disebut dengan Equipotentiality Hypothesis. pada permulaan perkembangan bahasa kedua hemisfer terlihat keduanya terlibat secara setara; fenomena dominasi terlihat sekitar saat melewati penurunan yang progresif dalam keterlibatan dari RH Lateralisasi secara nyata merupakan proses yang bertahap dari perbedaan hal (spesialisasi fungsi) yang bersamaan dengan kematangan otak seiring pertumbuhan anak menjadi seseorang yang cakap dan operasi kecakapan intelektual baik 10

structural dan spesialisasi fungsional terjadi dalam syaraf substrate yang mempolarisasikan bentuk-bentuk aktivitas, tanpa menempatkan instrument tersebut pada kiri dan yang lainnya untuk bahasa, sebagaimana keterlibatannya dalam proses-proses non-verbal pada sebelah kanan (lenneberg 1975: 13, 15; Inhelder dan Pidget 1964 dalam Lust, 2006: 79)

Bab IV Dissocoation: Localization within the Left Hemisphere

Berdasarkan penemuan-penemuan dasar cara kerja otak untuk bahasa pada bayi dalam bentuk dominasi hemisfer, kini dapat dipertimbangkan aspek-aspek yang lebih tepat dari

11

pengetahuan bahasa dan aspek-aspek yang lebih tepat untuk representasi biologisnya dalam perkembangan, misalnya lokalisasinya. Sebagaimana telah dilihat, pengetahuan bahasa melibatkan beberapa komponen yang berkorespondensi ke beberapa tingkatan dari representasi, yang harus terintergrasi. Memproses sebuah kata atau kalimat melibatkan pendalangan linguistic seperti ini harus secara konstan terhubung kepada kognisi umum. Cara kerja komputasi kompleks pada otak di bawah investigasi melalui beberapa area berbeda.

4.1 Language Pathologies Komponen beragam dari pengetahuan bahasa terungkap ketika mereka terpisah, misalnya ketika satu komponen (a) hilang, sementara yang lainnya (B) bertahan. Pemisahan menampakan komponen-komponen yang dapat dipisah dari pengetahuan bahasa; mereka menyediakan petunjuk-petunjuk sebagaimana pada bagaimana bahasa dibangung dan komponen mana yang independen. Banyak studi mengenai aphasia telah menampakkan bahwa pengetahuan bahasa dan pengetahuan kognitif umum, sebagaimana beragam komponen dari bahasa, dapat menjadi terpisah ketika otak terluka. Beberapa tipe aphasia klasik adalah : Aphasia Broca Aphasia Wernicke Apraxia

Hal tersebut telah terbukti pemisahan (dissociation) dan (localization)

4.2 Classic Aphasias Pasien dengan tipe Aphasia Broca memiliki kerusakan pada area anterior kiri di otaknya, termasuk inferior pada frontal lobe dan adjacent pada motor cortex. Kerusakan tersebut menyebabkannya lambat, sulit berkata-kata dan ekstremnya sulit dalam mengkonstruksi kalimat yang seringkali mengabaikan kalimat dan morfem yang gramatikal. Kehilangan bahasa bukan yang secara sederhana karena defisit pada motoriknya, karena pasien seringkali dapat bernyanyi dengan kata-kata yang tidak dapat mereka ucapkan atau mereka ulang. Kesulitan pengucapan kalimat dan morfem yang gramatikal membuat pasien ini menderita karena pemahaman mereka tentang makna tidak mengalami kerusakan, hanya sulit mengucapkannya saja.

12

Pasien yang megidap aphasia wernicke dapat berbicara dengan lancar bahkan secara berlebihan produktif menggunakan kalimat berstruktur sintaksis, namun kalimat yang mereka produksi tidak memiliki makna. Mereka memilih kata-kata yang salah atau bunyi fonem yang salah pada kata tersebut. Mereka tidak dapat mengerti bahasa yang mereka dengar, walaupun pendengaran mereka tidak mengalami kerusakan. Berbeda dengan pasien Broca, pasien ini terlihat tetap mampu membangun struktur pada kalimatnya, namun kehilangan banyak pemahaman dan kemampuan tingkat kata. Sindrom ini mencerminkan kerusakan pada posterior area sebelah kiri, pada garis belakang temporal lobe, berbatasan pada cortex auditori. Kedua tipe aphasia ini berbeda dari apraxia yang mana penderitanya kehilangan kemampuan motoriknya.

4.3 Refining Dissociations Pasien-pasien penderita aphasia dapat menunjukkan terganggunya proses dalam

pembentukan verba dari kata seperti watch, crack atau dress tetapi tidak pada bentuk nomina dari kata-kata tersebut Analisis linguistik pada ujaran dari penderita aphasia orang Italia menunjukkan kesalahan-kesalahan derivasi yang tidak berarti, tetapi produktif pada kesalahan-kesalahan infleksional dalam morfologi (Badecker dan Caramazza 1989 dalam Lust, 2006: 86). Sistem neurologika yang berbeda telah terimplikasikan untuk memproses verba irregular dan regular dalam bahasa Inggris (Pinker 1991 dalam Lust, 2006: 86). Pemisahan ganda tersebut memberikan bukti untuk representasi modular dan kategorial dari pengetahuan bahasa. Bagaimana otak mengorganisasi hal tersebut? 4.4 Modeling The Brains Organization Studi-studi aphasia menuntun pada model neurologi klasik (Geschwind 1972: 5 dalam Lust, 2006: 87) walaupun model ini telah meluas dan direvisi berkali-kali, hal tersebut menyediakan dasar untuk model terkini dari cara kerja otak untuk bahasa (Lust, 2006: 87).

4.4.1 The Wernicke Geschwind Model Berdasarkan model Wernicke Geschwind, sebuah kata yang didengar, diproses pada area auditori primer dan melewati area Wernicke, dimana kata tersebut dipahami. Jika sebuah kata akan diucapkan, melalui hubungan balutan dari syaraf-syaraf neuron, yaitu arcuate fasciculus ditransmisikan dari area Wernicke ke area Broca, dimana artikulasi kata tersebut 13

diorganisasikan dan melewati area motor mengendalikan otot-otot yang berhubungan dengan ujaran. Ketika sebuah kata dibaca area visual primer pertamakali melewatinya melalui angular gyrus ke area Wernicke, dimana bentuk auditorinya dan pemahamannya ditimbulkan. Model ini, berdasar pada lokalisasi focal dari kerusakan otak di tiap perbedaan tipetipe aphasia klasik, mengusulkan bahwa perbedaan produksi sensor perbedaan motor dan pemahaman- merupakan hal dasar mengenai tipe-tipe aphasia (Geschwind, 1972 dalam Lust, 2006: 87). Umumnya, model Wernicke Geschwind klasik memusatkan area perisylvian, diketahui melalui stimulasi elektik langsung untuk memancing campur tangan dengan ujaran (arrest, slurring, repetition, anomia), dan secara umum berkumpul dengan hasil dari stimulasi cortical yang langsung, menyimpulkan bahwa fungsi-fungsi bahasa memiliki ciriciri tersendiri dan terlokalisasi secara berbeda dalam cortex (Ojemann, 1983: 189 dalam Lust, 2006: 88).

4.4.2 Current Modeling Berdasarkan pada penggambaran otak dengan subjek normal, model-model baru dari cara kerja otak untuk bahasa berkumpul bersama dengan banyak dari model Wernicke Geschwind, tetapi mengalami revisi dan memperluasnya. Area perisylvian dari dominasi hemisfer kiri tetaplah pusat, dan hal tersebut berlanjut pada menjadi dikenali bahwa cortical area ditujukan pada bahasa bukanlah kesatuan.(Ojeman, 1991: 2281 dalam Lust, 2006: 88). Bagaimanapun juga, hal tersebut memperlihatkan kontras pada model Wernicke Geschwind, penelitian yang terkini telah membuktikan cara kerja otak tidaklah secara sederhana sebuah produksi pemahaman atau bagian sensori motor. Aphasia broca tidaklah secara sederhana melibatkan kekurangan pada produksi bahasa, tetapi juga kekurangan pemahaman. Ketika diuji dengan bentuk sintaksis kompleks, pasien didiagnosa dengan Brocas aphasia post-stroke, yang baik dalam mendemonstrasikan kosakata dan dasar sintaksis dalam kalimat-kalimat sederhana, tidak mampu menjawab pertanyaan seperti who killed the Leopard?. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang diberikan Geschwind kepada pasiennya. Hasilnya, pasien mengalami kesulitan dengan menginterpretasikan makna dari sebuah kalimat yang memiliki embedding seperti Thats [my [brothers [sister]]]. Broca aphasia kekurangan pada pengetahuan gramatikal tertentu yang dibutuhkan untuk pemahaman bahasa (Lust, 2006: 88). Lebih lagi bagi pengujian linguistik dan psikolinguistik yang berpengalaman diperlukan untuk menemukan kekurangan-kekurangan bahasa tersebut dihubungkan dengan kerusakan pada otak (Zurif 1980 dan 1983 dalam Lust, 2006: 88). Penelitian terkini mengejar 14

karakteristik terperinci dari linguistic dan kekurangan-kekurangan pemrosesan melibatkan pada bentuk-bentuk berbeda dari aphasia. Model-model terkini dari cara kerja otak untuk bahasa yang terintegrasi psikologi kognitif dengan neuroanatomy dan physiology. Menggunakan metode-metode

penggambaran, hal tersebut menyediakan bukti lebih jelas baik pada beragam aspek lokalisasi dan penentuan waktunya dari pemrosesan bahasa selama penggabungan kompleks penggunaan bahasa dalam waktu nyata (Posner 1997 dan 1995 dalam Lust, 2006: 88). Areaarea berbeda dari cortex hemisfer kiri terungkap ketika melihat kata-kata dibandingkan ketika mendengar kata walaupun jalan kecil kedua visual dan auditori bertemu pada area Brocca (Kandel, et al, 2000: 14). Kedua proses parallel dan serial proses terlibat pengaksesan aktivitas makna, sebuah area dari cortex depan sebelah kiri sebagaimana area Wernicke (Posner dan Raichle 1994: 115; Ojemann 1991: 2282; Lust, 2006: 89). Model-model terkini mempertimbangkan proses-proses parallel dalam penambahan pada serial pemrosesan termasuk dalam model Wernicke Geschwind, dan atas-bawah sebagaimana proses dasar-atas (Posner dan Raichle 1997: 111). Kombinasi bagian mentalisasi (Compartmentalization) dari persepsi dan produksi bukanlah dasar dari cara kerja otak pada bahasa. Cara kerja cortical untuk pengetahuan bahasa tidak hanya melibatkan komponen-komponen sensor-motorik dari pemrosesan bahasa, tetapi komponen-komponen pengetahuan yang berbeda. Peran fungsi dari area yang berhubungan dengan bahasa lebih secara akurat terkarakterisasi dalam bentukbentuk dari sistem yang berhubungan secara linguistic termasuk fonologi, sintaksis dan semantik daripada dalam bentuk aktivitas-aktivitas seperti berbicara, mengulang, membaca, atau mendengar. Memetakan pengetahuan bahasa pada dasar-dasar biologis rumit dikarenakan banyak faktor.

4.5 Individual Variance Tidak ada dua otak dan kerusakan di dua otak yang identik. Terdapat perbedaan substansi individu pada lokalisasi yang terperinci dari fungsi-fungsi bahasa dalam dominasi hemisfer kiri, dalam dan sekitar area Perisylvian, misalnya perbedaan dalam lokalisasi dari naming (Ojeman, 1991). Faktor-faktor seperti perhatian dan praktek dapat mempengaruhi aktivitas cortical (Posner 1995 dalam Lust, 2006: 89).

4.5.1 Gender Differences Cara kerja Cortical dasar untuk bahasa tidak dapat muncul untuk membedakan dari otak lelaki dan perempuan; walaupun beberapa perbedaan jenis kelamin telah tercatat dalam 15

uji elektropsikologi dari proses bahasa. Macaulay 1977 menantang sebuah mitos mengenai superioritas wanita dalam bahasa pada dasar dari sebuah literature reviu yang menyimpulkan bahwa the evidence of consistent sex differences in language development is too tenous and self-contradictory to justify any claims that one sex is superior to the other. When infants between eight and twenty months were tested for their comprehension for boys and girls (Goldfield dan Reznick, 1990: 163 dalam Lust, 2006: 89).

4.5.2 Multilingualism Bilingual, seperti monolingual menunjukkan dominasi hemisfer kiri pada pengetahuan bahasa. Tetapi stimulasi cortical intraoperatif yang langsung dari bilingual telah menunjukkan beberapa pemisahan tempat lintas beberapa bahasa, misalnya stimulasi cortical pada poin tertentu dapat mencampuri naming pada satu bahasa, tetapi tidak dengan yang lainnya (Ojeman 1983: 189 dalam Lust, 2996: 90). Studi dari representasi otak berbahasa banyak dan pemerolehan mereka meninggalkan area pusat dari penyelidikan pada penelitian saat ini (Kim eta al. 1997 dalam Lust, 2006: 90).

Bab V Brain Imaging in Language Development

Kebanyakan metode-metode penggambaran otak baru-baru ini tidak atau mungkin belum secara luas dapat diaplikasikan kepada studi yang berhubungan dengan anak-anak 16

selama periode kritisnya memperoleh bahasa (0-3 tahun), melakukan studi dari cara kerja otak dalam perkembangan khususnya terasa sulit. Kumpulan kecil dari studi-studi groundbreaking sekarang telah ada. Hasilnya, dasar-dasar pemodelan biologis untuk perkembangan bahasa masih harus istirahat untuk sebuah tingkat besar pada studi-studi behavioral seperti kasus-kasus dimana bahasa tidak dapat berkembang secara normal.

Bab VI Language Development and Dissociations

Pemisahan-pemisahan pada pengetahuan bahasa terbukti dalam penyakit-penyakit yang mempengaruhi perkembangan bahasa. 17

6.1 Developmental disorders Bentuk penyakit bahasa (atau developmental dysphasia) telah digunakan untuk merujuk pada gangguan apapun dalam pembelajaran bahasa asal (Bloom dan Lahey, 1978: 290 dalam Lust, 2006: 90). Penyakit-penyakit semacamnya mungkin melibatkan gangguan pada (a) bentuk, (b) content atau (c) penggunaan bahasa, tiap peninggalan lengkap yang lainnya.

6.2 SLI (Specific Language Impairment) Specific Language Impairment (SLI (kerusakan bahasa spesifik)) dapat terjadi, pembuktian adanya kerusakan atau ketertundaan pada bahasa yang secara nyata tidak berhubungan dengan kekurangan-kekurangan kognitif umum. Anak-anak yang menunjukkan gejala SLI dapat berkembang secara normal dalam banyak cara tetapi menunjukkan kekurangan linguistiknya. SLI pada anak-anak dapat memiliki kelambatan permulaan bahasa, mengalami kesulitan berartikulasi dan bermasalah dengan aspek-aspek gramatikal dari bahasa seperti tensis dan infleksi. SLI mencakup beraneka ragam sampel dari kekurangan vitamin, yang dapat menjelaskan mengapa terdapat beberapa hipotesis mengenai sifat dasar dan etiologinya, diurutkan dari hipotesis kekurangan pada pengetahuan morfosintaksis termasuk representasi dari tensis hingga kekurangan dalam pemrosesan auditori, kekurangan spesifik sintaksis, lebih jauh lagi kekurangan gramatikal, kekurangan kognitif spesifik yang terhubung dengan pengetahuan verbal seperti pemrosesan/memori verbal sekuensial. Studi mengenai SLI menjanjikan pemberian informasi pada dasar biologis dari pengetahuan bahasa sebagaimana cara kerja pengetahuan bahasa tersebut. Perihal yang telah disebutkan, sekarang ini ada di bawah penelitian yang sangat cermat oleh para peneliti. Beberapa studi behavioral genetis menunjukkan komponen genetic dan yang berhubungan dengan keluarga pada SLI. Setidaknya beberapa SLI pada anak-anak merefleksikan laterisasi fungsi aberrant untuk bahasa, dengan bahasa kini baik bilateral atau secara predominan pada hemisfer kanan, dan kemungkinan kekurangan dari asimetri hemisfer normal secara anatomis (Stromswald, 2000: 917 dalam Lust, 2006: 91)

6.3 Special Cases Pemisahan ganda dari komponen-komponen pengetahuan bahasa juga terbukti pada kelompok kasus spesial yang telah dipelajari pada beberapa hal detail (Curtiss, 1988 dalam Lust, 2006: 92). 18

William Syndrom Anak-anak dengan sindrom William (WS), sebuah kerusakan genetis yang jarang melibatkan penghilangan porsi kromosom 7, dapat menunjukkan perintah yang tidak biasa pada bahasa, termasuk kosakata luar biasa dan sintaksis umum yang baik sebagaimana dicontohkan pada Lust (2006) halaman 92. Mereka juga menunjukkan musikal yang mengejutkan, kemampuan visuospatial dan jumlah. Pada saat yang sama, mereka dapat mempertontonkan IQ yang rendah dan kekurangan bahasa yang terpilih seperti yang dicontohkan oleh penutur Italia pada Lust (2006) halaman 92. Laura Laura, didiagnosa sebagai terlambat secara mental yang terus berfungsi seperti masih tingkat kognitif pra TK. Dia tidak dapat membaca, menyebut waktu, memberitahukan umurnya, menghitung atau melakukan pemecahan masalah sederhana. Konsep-konsep yang berhubungan seperti sama-berbeda, besar-kecil, merupakan masalah. Bahasanya belum terbangun dengan baik secara sintaksis, memperlihatkan kalimat kompleks dengan multiple embedded, dengan pasif dan kosakata kompleks, walaupun bahasa tersebut seringkali tidak tepat. Simpulannya, dengan beragam tipe-tipe aphasia pada orang dewasa, beragam kerusakan perkembangan bahasa juga membuktikan hingga pemisahan-pemisahan tidak hanya dari bahasa dan pikiran pada umumnya, tetapi juga beragam komponen spesifik lainnya dari pengetahuan bahasa.

Bab VII I Plasticity

Sebuah model dasar-dasar biologis dari pengetahuan bahasa dan perkembangannya diinformasikan melalui studi derajat yang mana kelainan pada beragam bahasa dapat tertanggulangi pada beragam poin dari perkembangan. Bentuk plasticity secara umum mengacu kepada kemampuan otak untuk memulihkan atau mengkompensasi setelah 19

kerusakan sebelumnya (Johnson, 1994: 703 dalam Lust, 2006: 92). Mekanisme neurologis untuk plasticity pada anak-anak seperti pada orang dewasa, keluasan dan keterbatasannya kini sedang diikuti perkembangan ilmunya, baik ketika awal perkembangannya Bab VIII Critical Period 8.1 Genie 8.2 Second Language Acquisition Bab IX Creating a Theory 9.1 Where is The Language Faculty? 9.2 Is There a Language Gene? Simpulan Daftar Referensi Field, Kohn. 2003. Psycholinguistics; A Resource Book for Students. London: Routledge. Katamba, Francis. 1996. Contemporary Linguistics; an Introduction. London: Longman. Lust, Barbara. 2006. Child Language; Acquisition and Growth. Cambridge: Cambridge University Press. Stewart, Thomas. W dan Nathan Vaillette. 2001. Language Files; Materials for an Introduction to Language and Linguistics; Eight Edition. Ohio: Ohio State University Press. Subyakto, Sri Utari dan Nabadan. 1992. Psikolinguistik; Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Thompson, Richard F dan Stephen A. Madigan. 2007. Memory; the Key to Consciousness; Mengungkap Rahasia Otak dalam Menerima dan Menyimpan Memori. Terjemahan oleh Setya Ambar pertiwi. Jakarta: TransMedia. Yule, George. 1996. The Study of Language; Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press.

20

You might also like