You are on page 1of 13

Teologi, berasal dari kata Theos artinya Tuhan dan logos artinya Ilmu, jadi teologi adalah ilmu

tentang ketuhanan. Dengan kata lain yang dimaksud dengan teologi adalah pengetahuan tentang Tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan Tuhan, baik disandarkan kepada wahyu (revealed theology) maupun disandarkan pada penyelidikan akal pikiran (rational theology). Teologi disebut pula ilmu kalam yaitu ilmu yang menerangkan sifat-sifat Allah yang wajib diketahui dan dipercayai dan yang terpenting adalah pembahasan mengenai keesaan Allah. Oleh karena itu, ilmu kalam disebut juga ilmu tauhid. Ada juga yang menyebut teologi dengan sebutan ilmu ushul artinya ilmu yang membahas tentang pokok-pokok kepercayaan dalam agama.
Diterbitkan di: 07 Nopember, 2010

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2071351-pengertianteologi/#ixzz1vnXOk7LB

LITURGI = PERAYAAN IMAN bukan PERTUNJUKAN IMAN Pertunjukan dalam liturgi? Masak ada sich!? Pertanyaan ini tiba-tiba saja muncul dalam diri saya ketika pertama kali mulai belajar pengantar Liturgi, apalagi setelah mulai sedikit tahu tentang arti dan makna liturgi. Memang, Liturgi itu bukanlah sebuah pertunjukan, panggung sandiwara, teater atau apa sajalah yang bisa dikaitkan dengan dunia pertunjukan. Liturgi adalah sebuah perayaan iman, bukanlah pertunjukan iman. Memang antara perayaan dengan pertunjukan terdapat arti yang hampir serupa. Melalui liturgi, iman kita dinyatakan. Kita dikenal sebagai seorang Katolik karena kita merayakan liturgi (Ekaristi, misalnya). Sedangkan pertunjukan di sini pertama-tama akan dimaksudkan sebagai sebuah tontonan di mana ada subyek dan obyek yang saling berkorelasi. Selanjutnya kata pertunjukan akan diartikan sebagai sebuah kesaksian iman.

Liturgi sebuah pertunjukan


Cukup menarik mengikuti perkembangan liturgi dalam Gereja Katolik. Dalam liturgi pra-Konsili Vatikan II, perayaan Liturgi terutama Ekaristi seakan menjadi sebuah fenomena pertunjukan belaka. Sejak berkembangnya misa votiv, yakni misa yang dirayakan sesuai dengan ujub yang diminta (abad XII-XIV), pembacaan misa menjadi amat populer di gereja atau kapel. Bangunan gereja dipenuhi dengan altar-altar kecil untuk keperluan misa pribadi para imam yang ingin membaca misa sebanyak ujub yang harus dibacakan. Di sini seorang imam bisa merayakan misa berkali-kali sesuai ujub yang diminta. Masih pada abad ini, fenomena pertunjukan dalam liturgi semakin nampak oleh karena bahasa dan struktur yang digunakan dalam liturgi. Bahasa Latin yang digunakan dalam perayaan liturgi menjadi permasalahan tersendiri bagi kebanyakan umat yang tidak mengerti Bahasa Latin. Sedangkan struktur yang ada dalam perayaan liturgi waktu itu peranan imam sangat mendominasi, bahkan umat tidak bisa berpartisipasi dalam seluruh perayaan liturgi. Terjadilah sebuah alienasi (keterasingan umat dalam liturgi).

Alienasi inilah yang bisa kita gunakan untuk menyebut fenomena pertunjukan dalam liturgi. Keterasingan umat dalam perayaan liturgi membuat umat merasa semakin jauh dari liturgi. Umat hanya menjadi seorang penonton, yang dengan tekun memperhatikan imamnya melakukan ritual dalam liturgi. Pada abad XII juga berkembang kebiasaan elevasi, yakni umat melihat hosti suci dan piala yang berisi darah Kristus yang diangkat oleh imam sesudah konsekrasi. Dengan memandang hosti suci dan piala ini, umat mengungkapkan kerinduannya akan Yang Mahakudus. Maka tak mengherankan kalau umat sudah cukup puas memandang hosti suci dan piala yang diangkat oleh sang imam. Di sinilah sebuah pertunjukan terjadi dalam liturgi Gereja pra-Konsili Vatikan II. Kehadiran umat seakan-akan hanyalah seorang penonton, untuk melihat imamnya mempertunjukkan ritual dalam liturgi. Umat tak mengerti bahasa yang dipergunakan oleh imam dalam liturgi, keterlibatan mereka pun tak ada dalam struktur perayaan liturgi. Puncak pertunjukan liturgi itu terjadi dalam elevasi. Patut disyukuri bahwa Gereja melihat adanya kemunduran ini. Paus Pius X memulai gerakan pembaharuan dalam Liturgi. Ia ingin menekankan keterlibatan aktif umat dalam liturgi (participatio actuosa). Liturgi bukanlah urusan klerus saja, melainkan juga seluruh umat dan warga Gereja. Gerakan pembaharuan ini akhirnya berpuncak pada Konsili Vatikan II (1962-1965) melalui Sacrosanctum Consilium (SC). Secara tegas, peran aktif umat dalam liturgi dinyatakan dalam dokumen ini, terlebih karena Gereja menyadari bahwa Liturgi merupakan puncak dan sumber kehidupan Gereja (bdk. SC 10). Dalam Konsili Vatikan II ini pula secara tegas dinyatakan pengertian Liturgi yakni sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus oleh Tubuh Mistik Kristus, yaitu Kepala dan para anggota-Nya (bdk. SC 7). Tugas imamat Yesus Kristus untuk melaksanakan karya keselamatan Allah perlu dihadirkan oleh Gereja di dalam liturgi. Maka pembaharuan liturgi di sini mendapatkan pendasaran yang kuat. Saat umat semakin terasing dari liturgi, oleh karena bahasa yang tidak dimengerti atau pun struktur yang meniadakan keterlibatan umat, bagaimana mungkin karya keselamatan Allah dapat dikenangkan dan dihadirkan oleh Gereja, yang adalah anggota Tubuh Mistik Kristus? Hasil nyata dari pembaharuan liturgi sesudah Konsili Vatikan II nampak dalam rumusan liturgi yang diterjemahkan dalam berbagai daerah setempat. Di mulailah sebuah tahapan dalam proses inkulturasi. Partisipasi umat juga semakin besar dalam perayaan liturgi. Umat mempunyai andil yang cukup besar dalam perayaan liturgi sehingga keterasingan umat dalam liturgi perlahan mulai sirna.

Perlukah Berkreativitas dalam Liturgi?


Sebuah fenomena baru muncul. Banyak imam, biarawan/wati dan bahkan umat sendiri berkeinginan mengadakan variasi dalam berliturgi. Berbagai macam cara dilakukan untuk sekedar mencari sesuatu yang baru dalam berliturgi. Tatacara yang lama membosankan, hanya itu-itu melulu! Sebuah alasan yang mungkin bisa dibenarkan dalam menghadapi rumusan liturgi yang telah baku.

Perlu-tidaknya berkreasi dalam liturgi hendaknya tetap memperhatikan kaidah dasar dari perayaan liturgi. Liturgi bukan hanya mencakup urusan aturan, petugas, dan bagaimana-nya liturgi itu dilaksanakan, namun lebih dari itu. Pertama-tama liturgi menunjuk pada perayaan misteri karya keselamatan Allah sendiri yang dilaksanakan oleh Kristus bersama Gereja-Nya dalam Roh Kudus. Maka melalui liturgi ini terjadilah perjumpaan antara Allah dengan manusia, yang berlangsung melalui Kristus dalam Roh Kudus. Kreativitas dalam berliturgi tentu saja diperlukan sejauh itu bisa menghantar kita untuk semakin mengalami karya keselamatan Allah. Kebosanan dalam liturgi yang disebabkan oleh tatacara liturgi yang baku dan sama, tentu saja bukanlah cara yang tepat untuk merasakan karya keselamatan Allah. Kreativitas yang kelewat batas juga bukan maksud untuk mencari variasi dalam berliturgi. Maka diperlukan suatu sikap kritis dan bijak dalam menentukan bagaimana liturgi itu dilakukan, demi semakin menghadirkan karya keselamatan Allah itu sendiri.

Mem-pertunjuk-kan Iman dalam Kehidupan Sehari-hari


Mungkin terlalu ekstrim sub-judul di atas. Sebagian dari kita mungkin akan mempertanyakan Mengapa iman harus dipertunjukkan? Atau, Cukuplah bagi kita memberi kesaksian dengan jalan hidup baik kepada orang lain, tak usah mem-pertunjuk-kan iman kita. Sebagaimana dinyatakan dalam kedua paragraf di atas, pertunjukan di sini lebih mengarah pada sebuah kesaksian iman. Maka benarlah yang dikatakan dalam pernyataan kedua pada paragraf di atas. Kita perlu memberi kesaksian iman dalam hidup kita sehari-hari. Kesaksian iman ini merupakan buah dari liturgi yang kita rayakan. Kita masih bisa bertanya, Untuk apa berliturgi kalau hidup kita tidak mengalami perubahan? Sebuah pertanyaan refleksi yang bisa kita tanyakan dalam diri kita masing-masing. Apa buah konkret dari liturgi yang kita rayakan, yang dapat kita wujudkan dalam hidup sehari-hari? Seorang anak yang baru saja merayakan ulang tahunnya bersama teman-temannya, tentu saja akan mempunyai kenangan tersendiri dalam dirinya. Ia mungkin akan selalu mengenang peristiwa yang dialaminya itu. Ia akan merasakan kebahagiaan karena bisa merayakan pesta ulang tahun bersama teman-temannya. Baginya, pesta ulangtahunnya menyisakan kenangan indah dalam hidupnya. Sebagaimana anak kecil mempunyai kenangan istimewa dari perayaan ulangtahunnya, demikian juga semestinya kita mempunyai kenangan akan buah dari perayaan liturgi yang dapat kita wujudkan dalam hidup. Iman tak cukup hanya dirayakan melalui sebuah perayaan, namun perlu kita pertunjuk-kan dalam hidup kita sehari-hari. Dengan demikian nyatalah buah dari perayaan liturgi. Santo Yakobus mengajak kita untuk menyeimbangkan kedua hal di atas. Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati (Yak 2:14.26). yang terselip di antara file-file lainnya..... akhir bulan November 2010 ssigitpscj

Ada usul agar Bidah digabungkan ke artikel atau bagian ini. (Diskusikan) Ajaran sesat, Heresi, atau Bidah atau kadangkala ditulis sebagai bid'ah, bid'aah (dari bahasa Arab

yang secara harafiah

berarti memulai), menurut Oxford English Dictionary, adalah "pandangan atau doktrin teologis atau keagamaan yang dianggap berlawanan atau bertentangan dengan keyakinan, atau sistem keagamaan manapun, yang dianggap ortodoks atau ajaran yang benar. Dalam pengertian ini, ajaran sesat adalah pandangan atau doktrin dalam filsafat, politik, ilmu, seni, dll., yang berbeda dengan apa yang umumnya diakui sebagai yang berwibawa."
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Etimologi 2 Ajaran sesat dalam berbagai agama


o

2.1 Kristen

2.1.1 Kriteria yang Salah 2.1.2 Batasan pengertian 2.1.3 Penyebab timbulnya 2.1.4 Titik Tolak 2.1.5 Ajaran-ajaran yang dianggap sesat

2.2 Islam

2.2.1 Ahmadiyyah

o o

2.3 Buddha 2.4 Hindu

3 Lihat pula 4 Referensi 5 Pranala luar

[sunting]Etimologi Kata "heresy" berasal dari bahasa Yunani , hairesis (dari , haireomai, "memilih"), yang berarti pilihan keyakinan ataufaksi dari pemeluk yang melawan. Kata ini banyak dipergunakan oleh Ireneus dalam risalatnya Contra Haereses (Melawan Penyesat). Ia menggambarkan posisinya sendiri sebagai yang ortodoks (dari ortho-

"lurus" + doxa "pemikiran") dan posisinya akhirnya berkembang menjadi posisi Gereja Kristen perdana, dari mana kata-kata ortodoks itu berasal. Jadi, ada anggapan bahwa "ajaran sesat" tidak mempunyai arti yang sepenuhnya obyektif. Kategori ini hanya ada sebagai kebalikan dari posisi suatu sekte yang sebelumnya telah didefinisikan sebagai "ortodoks". Jadi, setiap pandangan yang non konformis di dalam bidang apapun juga dapat dianggap "sesat" oleh yang lainnya di dalam bidang tersebut yang yakin bahwa pandangan mereka adalah yang "benar" (ortodoks). Para penyesat biasanya tidak menganggap keyakinan mereka sesat. Menyebut sebuah ajaran itu "sesat" adalah suatu penghakiman yang tidak bebas nilai, karena hal itu dilakukan dari dalam suatu sistem kepercayaan yang mapan. Misalnya, orang Katolik Roma menganggap ajaran Protestan sesat, sementara orang non-Katolik menganggap ajaran Katolik sebagai "Kemurtadan Besar." Agar sebuah ajarah sesat bisa ada, pertama-tama harus ada suatu sistem dogma yang berwibawa yang ditetapkan sebagai dogma yang ortodoks, seperti misalnya yang diusulkan oleh Gereja Katolik Roma. Istilah ortodoks digunakan di Gereja Ortodoks Timur, sejumlah Gereja Protestan, dalam Islam, sebagian denominasi Yahudi, dan dalam tingkat yang lebih rendah dalam agama-agama lain. Pandangan varian dari Marxisme-Leninisme yang ortodoks digambarkan sebagai "golongan kanan" atau "penyimpangan kiri". Gereja Scientology menggunakan istilah "squirelling" ("membajing") untuk merujuk kepada perubahan-perubahan yang tidak sah terhadap ajaran atau metodenya. [sunting]Ajaran [sunting]Kristen Penggunaan istilah ajaran sesat dalam konteks kekristenan sudah jarang digunakan saat ini, dengan beberapa perkecualian: misalnyaRudolf Bultmann dan perdebatan tentang penahbisan imam wanita dan para imam gay. Pandangan populer menurunkan "bidah" kepadaAbad Pertengahan, saat puncak kekuasaan gereja di Eropa, tapi kasus seorang sarjana dan humanis Giordano Bruno bukanlah eksekusi terakhir untuk bidah. Bidaah mengingatkan akan sebuah hukuman resmi dalam negara-negara Katolik Roma hingga akhir abad 18. Di Spanyol, kasus bidah telah didakwa dan dihukum sepanjang Kontra Pencerahan setelah Era Napoleon.
[1]

sesat dalam berbagai agama

Penyesatan di dalam gereja sebenarnya memiliki usia yang sama tuanya dengan usia

gereja itu sendiri. Sejak zaman Paulus danYohanes, setelah Kristus naik ke surga, berbagai penyesat telah bermunculan. Gereja mula-mula yang muda itu telah

diperhadapkan dengan berbagai pengaruh ajaran yang menyesatkan, dan itu akan terus berlangsung sampai akhir zaman nanti. Abad-abad berikutnya pun gereja menghadapi berbagai aliran seperti: Marsionisme, Montanisme, Novatianis, Donatis, dan sebagainya. Demikian juga seterusnya. Jadi, gereja tidak perlu terkejut dengan munculnya berbagai ajaran dan aliran yang membingungkan dan menyesatkan, namun justru harus waspada, dan memperkokoh iman, penyelidikan kebenaran yang alkitabiah dan mempererat hubungan dengan Tuhan, Sang Kepala Gereja. [sunting]Kriteria yang Salah

Sebelum melihat beberapa titik tolak yang merupakan dasar untuk mengukur sejauh mana suatu ajaran itu bernilai sesat, orang Kristen kadang-kadang memiliki miskonsepsi, antara lain: 1. Jemaat besar selalu benar, kelompok kecil adalah sesat. Kriteria ini salah, sepanjang perjalanan sejarah gereja, sering terjadi bahwa jumlah aliran yang tidak alkitabiah lebih besar dari pada gereja Tuhan. Di Chili, pada abad lalu tercatat aliran-aliran bidat lebih banyak pengikutnya daripada anggota gereja resmi. Dan, biasanya justru aliran-aliran yang mengandung kesesatan itu lebih banyak diminati orang ketimbang gereja resmi yang setia pada kebenaran dan kekudusan. 2. Gereja Negara adalah benar, jemaat pecahan sesat. Kriteria ini pun salah. Di Eropa tercatat bahwa waktu gereja menyatu dengan negara, justru membawa berbagai penyimpangan. Di Indonesia setelah zaman kemerdekaan memang tidak terjadi kesatuan antara kekuasaan gereja dan negara. 3. Gereja yang benar adalah yang menjangkau golongan sosial ekonomi menengah ke atas. Kriteria ini juga salah. Memang, berbagai aliran baru sering lebih dapat menjangkau masyarakat rendah. Sedangkan kalangan gereja besar banyak anggota dari kalangan menengah ke atas. Namun, berbagai catatan sejarah mencatat bahwa aliran-aliran tertentu justru menjangkau kelompok menengah ke atas, seperti kalangan bisnis, pejabat dan sebagainya. Bidat Christian Science, Children of God, dsb. jelas mempunyai pengikut kalangan menengah ke atas. [sunting]Batasan pengertian Ajaran adalah suatu pemahaman (yang biasanya menyangkut konsep kehidupan) yang disampaikan kepada pihak yang lebih luas dengan sengaja dan terencana. Sesat adalah salah jalan atau menyimpang dari yang telah ditetapkan.

Berbicara tentang ajaran yang sesat, kedua belah pihak dapat saling menuduh yang lain sesat dengan dasar suatu ketetapan yang menguntungkan pihak tersebut, oleh karena itu orang Kristen yang benar perlu mengambil titik tolak yang telah dibuktikan dalam sejarah Gereja Tuhan. Semua penganut ajaran, apa pun isi ajarannya, meyakini bahwa ajaran yang mereka anut itu benar. Mereka juga dapat mengatakan bahwa ajaran di luar yang mereka anut adalah sesat. Karena itu, orang Kristen perlu melihat sejarah/penyebab munculnya berbagai ajaran yang disebut sesat, dan dari sudut pandang mana ajaran itu disebut sesat. Ajaran-ajaran yang jelas-jelas menentang kekristenan tidak termasuk ajaran sesat melainkan Anti-Kekristenan. [sunting]Penyebab timbulnya Beberapa penyebab ajaran-ajaran sesat di dalam gereja, antara lain:

Sebagai reaksi terhadap gereja resmi (aliran utama). Para pencetus dan penganut ajaran-ajaran yang kemudian orang Kristen sebut sesat, umumnya diawali dengan kekecewaan terhadap gereja-gereja resmi (gereja arus utama) yang semakin melembaga, semakin baku dan kaku, yang biasanya diikuti dengan ajarannya yang cenderung menekankan intelektualitas. Para penganut aliran ini ingin kembali pada kehangatan persaudaraan, pengalaman rohani, dan persekutuan langsung dengan Allah, kesederhanaan pemahaman atas Alkitab, serta penerapan ajaran Alkitab yang langsung aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Penekanan terhadap doktrin tertentu. Alkitab sangat kaya dengan berbagai ajaran untuk pedoman iman dan kehidupan ini. Para penganut ajaran sesat biasanya memberi tekanan khusus pada satu atau dua ajaran Alkitab, lalu diinterpretasikan sedemikian rupa dan ditambah dengan ajaran-ajaran pemimpinnya sehingga menjadi satu doktrin utama dalam aliran itu.

Pengaruh ajaran yang tidak Alkitabiah (pola pikir di luar Alkitab/pemahaman Alkitab yang salah). Bersamaan dengan perkembangan ilmu pemikiran (sosial, sains, komunikasi, dll. yang sudah diawali pada abad 17 dan 18) berbagai fenomena pemikiran serta pemahaman saling bersentuhan dan memengaruhi. Dalam abad ke20 yang baru lalu ini, misalnya, munculnya gerakan karismatik (dalam konotasi ekses negatifnya) bertemu dengan ajaran kemakmuran dan hidup sukses (bukan teologi sukses, sebab ajaran tersebut bukan teologi), serta pola bisnis "pasar bebas" menghasilkan menjamurnya penyelenggaraan kebaktian-kebaktian di kota-kota besar. Seperti halnya pola bisnis pasar bebas, mereka tanpa risih membuka kebaktian di samping gereja yang sudah ada. Bahkan, ada satu gedung dengan dua

merek gereja yang satu sinode. Maka, yang berlaku adalah hukum rimba: yang kuat yang menang (kuat modal, kuat suara, dan kuat ndablegnya). [sunting]Titik Tolak Titik tolak untuk menyatakan suatu ajaran sesat menjadi perdebatan tersendiri. Umumnya gereja menggunakan Alkitab sebagai tolak ukur apakah suatu ajaran menyeleweng dari ajaran Tuhan. Namun persoalannya seringkali bukan apa yang mereka ajarkan dari Alkitab, melainkan apa yang mereka tambahi di luar Alkitab maupun yang ajaran Alkitab tidak mereka ajarkan. Masing-masing ajaran yang dicap sesat memiliki interpretasi sendiri-sendiri terhadap Alkitab. Berikut beberapa pedoman yang dapat dijadikan acuan penilaian. Gereja-gereja di sepanjang zaman, terutama di lingkungan gereja-gereja reformasi, tetap sepakat menerima ajaran dasar tentang keselamatan yang bertumpu pada sola gratia , sola fide , dan sola scriptura , yaitu bahwa keselamatan ini hanya oleh anugerah Allah yang diterima dengan iman berdasarkan berita Alkitab. Semua aliran dan ajaran dalam berbagai kelompok kekristenan memang menerima prinsip tersebut, namun dalam praktiknya ada hal-hal lain yang ditambahkannya, seperti: 1. Adanya syarat-syarat tambahan. Beberapa contoh syarat tambahan yang tidak disetujui dengan dasar ketiga prinsip di atas, terutama Sola Fide:

"Betul keselamatan adalah anugerah Allah, tetapi orang percaya harus dapat berkarunia lidah (glosolalia). Kalau tidak maka orang tersebut belum tentu selamat."

"Memang keselamatan adalah anugerah Allah, tetapi si penerima harus menunjukkan perubahan hidup yang radikal (perfeksionisme) sebagai bukti keselamatan tersebut."

"Keselamatan yang adalah anugerah itu harus disambut dengan peribadahan pada hari Sabat (sesuai berita Alkitab). Hari Sabat adalah hari ketujuh, yaitu hari Sabtu, bukan Minggu (Adventis)."

Sebelum seseorang menerima keselamatan, ia harus melepaskan diri dari segala ikatan "duniawi", yaitu: politik dan institusi pemerintah, badan-badan usaha dan bisnis, serta lembaga agama resmi, yaitu Katholik dan Protestan, lalu bergabung dengan Society of the New World (Saksi Yehova)."

Orang dapat menerima keselamatan setelah mampu menganggap bahwa segala penyakit, penderitaan, dan kematian adalah semu dan khayalan belaka (Christian Science).

Bahwa asas-asas Utama serta tatacara-tatacara Injil adalah: pertama, Beriman kepada Tuhan Yesus Kristus; kedua, Bertobat; ketiga, Pembaptisan dengan penculapan untuk pengampunan dosa-dosa; keempat,

Penumpangan tangan untuk karunia Roh Kudus. (Pasal-pasal kepercayaan Ke-4) Mormonisme). 2. Pembedaan tingkat-tingkat keselamatan yang terpengaruh oleh sistem kelas yang ada di masyarakat.

Ada aliran yang membedakan sekelompok orang percaya pada tingkat keselamatan, sementara ada yang sudah pada tingkat hidup rohani yang lebih dekat dengan Allah.

Ada orang yang selamat yang tergolong pada 144.000 yang masuk surga, sisanya hanya tinggal dalam Kerajaan 1000 tahun di bumi ini. Aliran lain membedakan: orang Kristen Maha Kudus, Kristen Tempat Kudus, dan orang Kristen Halaman.

3. Pemuliaan tokoh-tokoh manusia. Para pelopor dan penganut ajaran tertentu memang tetap memuliakan Kristus, dan juga mengakui bahwa pendiri/pimpinan kelompoknya dipanggil untuk mengajar kebenaran yang telah hilang. Aliranaliran di berbagai tempat percaya para tokoh mereka mengajarkan kebenaran, seperti:

Lou Voorthuisen di negeri Belanda Raux di Prancis Father Divine sebagai Allah di Amerika Ny. Ellen Gould White-Harmon (Ny. White), Adventis Nabi Joseph Smith (Mormon) Pendeta Protestan (Protestan) Ny. Mary Baker-Eddy (Christian Science) William Branham (Gerakan Faith Healing)

4. Pemuliaan diri dan kecaman-kecaman terhadap gereja dan teologi. Gejala lain dari kesesatan adalah kuatnya pemuliaan diri dan kecaman terhadap gereja dan kelompok lain yang dinilai duniawi, tidak penuh dengan roh, murtad, dan lainlain. Di samping itu, mereka umumnya mengecam pendidikan teologi dan orangorang yang sekolah teologi. Muncul ucapan, seperti: "Aku tidak sekolah teologi, tetapi dipakai Tuhan dengan heran, lihat hasil pelayananku sudah sekian jumlahnya." 5. Alkitab di tangan kanan, ajaran lain di tangan kiri. Orang Kristen semua menerima bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan (Sola Scriptura). Para penganut ajaran yang dianggap menyalahi Sola Scriptura menambahkan buku lain/wahyu lain yang dipercaya sebagai tuntunan iman yang setara dengan, bahkan lebih tinggi dari, Alkitab, seperti:

Tn. Sweden-borg, seorang pemimpin sekte tertentu. Setiap selesai membaptiskan orang, ia memberi Alkitab dengan tangan kanan dan buku karangannya sendiri dengan tangan kiri sebagai penuntun hidup beriman.

"Testimonies" Ny. White yang berisi interpretasi berbagai penglihatan pribadinya tentang Kitab Wahyu merupakan buku wajib penganut Adventis. Penganut Christian Science menetapkan bahwa buku Mary Baker Eddy, "Science and Health with key to the Scripture"adalah kunci untuk mengerti isi Alkitab.

Para Saksi Yehova menyatakan secara praktis dan teoritis bahwa penjelasan Russell tentang Rencana Allah lebih penting daripada Alkitab. Gereja Mormon percaya Kitab Mormon: Satu Kesaksian Lagi Tentang Yesus Kristus adalah Firman Allah. Mereka percaya Kitab Mormon tidak bersaing dengan Alkitab, melainkan menguatkannya. Kitab Mormon merupakan catatan sejarah para nabi dari bangsa Amerika kuno yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Joseph Smith. Bangsa tersebut itu mengetahui mengenai misi Yesus Kristus, percaya kepada Dia, mengajar tentang Dia, dan kemudian menulis di atas lemping-lemping.

Di bawah sub pokok ini dapat ditambahkan adanya penggunaan bendabenda tertentu dan doa/ayat yang dipakai sebagai semacam jimat atau mantera karena dianggap benda atau ayat tersebut, mengandung kekuatan gaib/magis, yang mendatangkan pertolongan.

6. Penekanan yang berlebihan tentang Eskatologi/teologi akhir zaman. Salah satu ciri utama dari aliran-aliran ini adalah penekanan yang berlebihan tentang eskatologi. Berbagai perhitungan dan tafsiran dikemukakan. Terutama tentang angka-angka dan lambang-lambang. Lalu dicocok-cocokkan dengan situasi yang terjadi pada zamannya. Karena itu, tafsiran tentang apa dan siapa Antikristus selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu dan tokoh yang dianggap musuh kekristenan. Tetapi, kalau anggota-anggota aliran (kelompok) itu makin banyak bergaul dengan gereja dan ada yang belajar teologi, kecenderungan ini makin tipis. Sebab, mereka mulai terbuka tentang bentuk-bentuk sastra yang dipakai dalam Alkitab dan dalam konteks apa suatu firman diwahyukan Tuhan kepada umat Tuhan, sehingga mereka mulai meninjau ulang ajaran-ajaran yang pernah disampaikannya. Tahun-tahun belakangan ini tercatat propaganda sesat bahwa Tuhan Yesus datang pada 28 Oktober 1994, lalu September 2001, dan muncul ramalan kiamat terjadi pada 3 November 2003. Dan, ramalan semacam itu akan terus bermunculan.

Beberapa ciri yang menjadi pedoman di atas tidak semua terdapat pada aliran/ajaran sesat. Namun, dapat dijadikan sebagai gambaran umum. Makin banyak dan makin kuat ciri-ciri yang terdapat dalam suatu ajaran/aliran, semakin parahlah kesesatannya. Seperti tubuh jasmani yang sakit, makin kompleks dan makin kronis organ-organ tubuh yang terserang penyakit, makin parahlah ia; semakin sedikit dan ringan, semakin besar harapan untuk disembuhkan dan sehat kembali

Konsili berasal dari kata latin Concilium yang berarti persatuan, pertemuan, sidang. Di lingkungan Gereja Katolik Roma berarti sidang para pejabat gereja terutama para uskup, dengan tujuan membahas berbagai masalah kegerejaan untuk pembangunan masyarakat gereja dan mencari keputusan bersama. Dibedakan antara Konsili ekumenis atau konsili umum yang mewakili gereja keseluruhan dan Konsili khusus yang meliputi suatu wilayah gereja tertentu.[1]

Bulan Mei sebagai Bulan Maria


Posted May 31, 2009 by keretadorong in Religius. 1 Comment

Bulan mei hampir berakhir, tinggal hitungan jam, maka bulan Juni akan menggantikannya. Bulan Mei ini, ditetapkan sebagai bulan Maria oleh Gereja, selain bulan Oktober juga. Saya bersyukur, masih diberi kesempatan untuk mengunjungi salah satu tempat Ziarah di Ganjuran. Untuk berdoa Rosario. Tahukah anda sejarah dari doa Rosario ini? terdapat beberapa versi mengenai asal-usul doa Rosario ini. Versi pertama adalah pada awal abad 12, Bunda Maria menampakkan dirinya dan memberikan rosario pada Santo Dominikus pendiri Ordo Dominikan dan meminta Dominikus untuk mewartakan rosario ini. Pada masa itu Santo Dominikus sedang berjuang melawan kaum bidaah Albigensian. Bunda Maria berjanji bahwa karya kerasulannya akan berhasil jika Dominikus dengan setia mendoakan dan mewartakan Doa Rosario ini. Dalam sejarah akhirnya, Dominikus dan pengikutnya dari abad 12 sampai abad 14 berhasil mematikan bidaah Albigensian dengan jalan menggalakkan Doa Rosario dan merenungkan misteri-misteri penyelamatan. Bersama-sana dengan Ordo Kartusian ( yang membagi doa salam maria dalam sepuluh-sepuluhan dan menyisipkan doa Bapa Kami di antara tiap perpuluhan -nya) menerbitkan buku penuntun, berkothbah tentang peranan Doa Rosario dan menggalakkan Persekutuan Rosario. Versi kedua, setelah mapan secara historis kemudian mulai mendapat dukungan dari lingkungan kepausan dan dimasukkan dalam bulla kepausan ( surat resmi kepausan menyangkut ajaran Gereja yang harus diimani). Hal ini karena Gereja melihat Doa Rosario menjadi doa perang suci baik ketika Santo Dominikus berperang melawan kaum Albigensian dan kemenangan Armada Laut Kristen atas Turki di Lepanto Timur Tengah tanggal 7 Oktober 1571. Don Yuan dari Austria terkenal mempunyai devosi yang kuat pada Bunda Maria. Pertempuran ini seperti pertempuran Daud dan Goliath. Armada Laut Kristen ketika maju berperang setiap anggotanya memegang rosario di tangan kanan dan senjata di tangan kiri. Sehingga Paus Clemens XI ( tahun 1667- 1669) kemudian menentukan hari Minggu pertama bulan Oktober sebagai Pesta Rosario Santa Perawan Maria untuk

memperingati kemenangan di Lepanto. Doa rosario merupakan doa renungan, sambil mendaras doa Salam Maria berulangulang (10 kali) para pendoa merenungkan salah satu misteri yang dirangkai dalam rosario. Tanpa unsur renungan Doa Rosario akan kehilangan maknanya, dan ada bahaya bahwa pendarasannya akan nenjadi pengulangan kata-kata secara mekanis. Hal ini tentu saja bertentangan dengan ajaran Yesus: Dalam doamu, janganlah kamu berteletele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan (Mat 6:7) Doa Rosario adalah ringkasan Injil, karena di dalamnya dirangkai dan direnungkan sejarah keselamatan yang dipaparkan dalam Injil; mulai kisah-kisah sekitar Inkarnasi sampai dengan kebangkitan dan kenaikan Tuhan. Hal ini tertuang melalui peristiwaperistiwa yang terdapat dalam Doa Rosario, seperti Peristiwa Gembira(menggambarkan peristiwa-peristiwa sekitar inkarnasi dan masa kecil Yesus), Peristiwa Terang(peristiwaperistiwa amat penting dalam pelayanan Yesus di hadapan umum), Peristiwa Sedih(Peristiwa-peristiwa sengsara-Nya), dan Peristiwa Mulia(kenangan akan kebangkitan-Nya). Semoga Bermanfaat

St. Perawan Maria dari Gunung Karmel


Gunung Karmel adalah sebuah gunung di dataran Galilea. Gunung Karmel menjadi terkenal pada jaman nabi Elia, nabi yang hidup sebelum Kristus dilahirkan. Elia mengadakan mukjizat di sana. Kitab Pertama Raja-Raja bab 18 mengisahkan bagaimana Elia dengan gagah berani menghadapi 450 nabi dewa palsu Baal. Melalui doa-doanya, Elia mendatangkan mukjizat dari Tuhan untuk membuktikan bahwa allah Elia-lah yang sungguh Allah yang benar. Berabad-abad kemudian, sekitar tahun 1200-an, sekelompok biarawan Eropa mulai tinggal di Gunung Karmel. Mereka menghormati Maria Bunda Allah sebagai Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel. Oleh karenanya, orang mulai menyebut mereka sebagai para biarawan dari Santa Perawan Maria Gunung Karmel. Itulah asal mula terbentuknya Ordo Karmel. Paus Honorius III menyetujui regula (= peraturan) Ordo Karmel pada tahun 1226. St. Simon Stock, yang berkebangsaan Inggris, menjadi Superior (= pembesar biara) seluruh Karmel pada tahun 1247. Simon berbuat banyak untuk memperluas ordonya serta menyesuaikannya dengan perkembangan jaman dengan menjadikan Ordo Dominikan dan Ordo Fransiskan sebagai contoh. Pada tanggal 16 Juli 1251, Bunda Maria menampakkan diri kepada St. Simon serta memberinya skapulir coklat. Bunda Maria menjanjikan perlindungannya kepada mereka semua yang mengenakan jubah Karmel yang terberkati. Banyaknya mukjizat yang terjadi merupakan bukti kebenaran kata-kata Sang Perawan. St. Pius X adalah paus yang bertahta dari tahun 1903 hingga tahun 1914. Ia mengatakan bahwa kaum awam juga dapat memperoleh berkat yang sama jika mereka mengenakan medali skapulir. Medali tersebut bergambar

Santa Perawan dari Skapulir di satu sisinya dan Hati Kudus di sisi lainnya. Simon Stock wafat di Bordeaux, Perancis pada tahun 1265.

Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (Lukas 2:19

You might also like