You are on page 1of 6

n o

nama

Jenis kelam in

usia

BB/TB

Obat anastesi onset

keterangan Warna Rasa mukos sakit Tidak terasa Tidak terasa Tidak terasa apaapa Tidak terasa Tidak terasa a pucat pucat

Durasi

1 2 3

rio sekti nova

L L P

20 20 19

50/17 0 60/17 1 47/14 9

pehacain lidokain Anastesi topikal

47 det 22 det

1 jam 15 mnt 20 mnt

4 5

graceci a sintha

P P

18 19

44/16 4 44/15 4

Ethyl chlor xylonor

4 det 2 det

41 det 22 mnt

1 a) onset on action dari ethyl chloride yaitu 4 det , xylonor 2 det sedangkan pada anstesi topical tidak memiliki onset on action karena mahasiswa coba tidak merasakan adanya anastesi yang bekerja. 1 b) onset on action merupakan waktu dimulainya sensasi rasa tebal/kebas pada daerah yang teranastesi. Dan pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan onset on action yang berbeda pada obat anastesi yang digunakan. 1 c) durasi dari ketiga macam obat tersebut berbeda, dari hasil percobaan didapatkan durasi untuuk ethil chlor sebesar 41 det, untuk penggunaan xylonor memberi durasi 22mnt (berlangsung lama karena rasa tebal masi dirasakan oleh mahasiswa coba) dan untuk A.topikal tidak memiliki durasi karena sejak awal pemberian anastesi mhasiswa cb tdak mrasakn adanya anastesi yg bkerja. 1 d) dari masing2 obat memiliki onset on action dan durasi yang berbeda, hal ini dapat berpengaruh pada waktu yang digunakan untuk melakukan tindakan medis. Efek yang ditimbulkan oleh masing-masing obat berbeda yaitu xylonor memberi efek kebas/tebal sedangkan chlor ethyl memberikan rasa dingin (hampir sama ketika ditempel dengan es).

2 a) tidak ada perbedaan penggunaan pada cara pemakaian lidokain maupun pehacain. Keduanya sama-sama disuntikkan di daerah antara P2 bawah sampai menyentuh periosteum mandibula, kemudian di deponir 0.5-1 ml yg membedakan diantara keduax adalah pada laju awitan. Laju awitan lidokain lebih lambat dripda pehacain yg ditambah dg adrenalin.selain itu lidokain memiliki reaksi yg lebih panjang daripada pehacain.

2 b)perbedaan laju awitan bisa terjadi karena lidokain digunakan secara tunggal tanpa tambahan zat vasokonstriktor (adrenalin). Penambahan adrenalin pada lidokain nantinya disebut pehacain, akan mempercepat laju awitan dan lama reaksi, sebaliknya pada lidokain. Pada percobaan kami, tidak ada orang coba yang mengalami alergi. Sedangkan laju awitan pada obat anastesi local, yaitu pehacain yang diambahn dengan golongan simpatomimetik contohnya epinefrin (1:50000 sampai 1:250000), norepinefrin (1:30000), ferileferin (1:2500),lovonordefrin (1:50000 sampai 1:250000), penambahan adrenalin bertujuan untuk mengurangi toksisitas sistemik, mengurangi perdarahan dan mempercepat masa kerja a.lokal. a.lokal direabsorbsi di plasma (darah). 2 c) lidokain : untuk pasien darah tinggi ( hipertensi ), pasien glukoma ( tekanan bola mata tinggi ), pasien Diabetes ( gula ) yang telah menyebabkan komplikasi pada jantung .Yang memerlukan pencabutan dengan waktu kerja yang cepat pehacain : untuk pasien normal dengan tekanan darah dibawah 150 mm Hg, dengan pencabutan yang memerlukan waktu agak lama. Tidak untuk pasien glukoma ( tekanan bola mata tinggi ), tidak untuk pasien Diabetes ( gula ) yang telah menyebabkan komplikasi pada jantung, tidak untuk pasien dengan tensi 150 mmHg keatasYang memerlukan pencabutan dengan waktu kerja yang cepat 2d) memperpanjang masa kerja A.L ,mengurangi toksisitas sistemik,mengurangi perdarahan

Hasil pemeriksaan Frekuensi pernafasan Lebar pupil Reflex cahaya Pergerakan mata Tonus otot Rasa nyeri Salivasi auskultasi Lain-lain (nangis)

Sebelum anastesi 80/mnt Teratur 6 mm + + + + + -

Stage 1 96/mnt Agak cepat 6 mm + + + + -

Stage 2 135/mnt cepat 6 mm ++ +

Stage 3 86/mnt Teratur 9 mm +++ -

Jawaban pertanyaan 1.pada percobaan yang telah dilakukan dapat terlihat stage anastesi umum dengan eter (stage 1-3), dimulai dari stage 1 yaitu kelinci mulai hilang kesadaran, stage 2 yang ditandai dg teriakan (tangis) dari kelinci dan stage 3 pernafasan yang kembali teratur dan tangan kelinsi dapat jatuh bebas tanpa tahanan.

2.a pada tiap-tiap stage yg dlalui didapatkan tanda-tanda sesuai teory namun tidak semua tanda terlihat. Pada stage 1 : setelah diberi anastesi kelinci mulai hilang kesadaran frekuensi pernafasan agak cepat yaitu 96/mnt, lebar pupil 6mm, masih terdapat reflex cahaya dan pergerakan mata, masi terdapat nyeri dan terdapat sedikit salivasi Pada stage 2 : didpatkan tanda berupa teriakan dari kelinci (tangis), nafas tidak teratur (cepat dengan frekuensi 135/mnt, lebar pupil 6mm, salvasi banyak Pada stage 3 : tanda yang didaptkan berupa nafas yang kembali teratur, tangan kelinci jatuh bebas (tangan lemas), pupil melebar, reflek terhadap cahaya hilang

2.b pada praktikum yang dilakukan tidak semua tanda-tanda pada masing-masing stage dapat terlihat terutama pada stage 2 dan 3, beberapa tanda yang tidak dapat terlihat pada tiap stage Stage 2 : tonus muskulus skeletal karena kelinci mulai lemas tidak berdaya, muntah karena pada kelinci tidak mengalami muntah, hipertansi dan takikardi karena pada praktikum tidak dilakukan pengukuran tensi. Stage 3 : gerakan bola mata, relaksasi otot bergaris, serta miosis

3. a)tidak terjadi auskultasi. 3.b) auskultasi biasa terjadi akibat kerja obat yg mempengaruhi pernafasan (menyebabkan iritasi) sehingga menimbulkan auskultasi.

4. pada praktikum dapat dilihat bahwa rasa nyeri mulai menghilang pada stage 2, pada stage 1 rasa nyeri masi terasa, hal ini dapat diakibatkan anastesi yang belum sempurna dan ketika dilakukan tes yaitu dengan mecubit kelinci, kelinci masi merasakan nyeri shingga dapat memberikan respon dari cubitan. Pada stage 2, dilakukan pencubitan dan kelinci tidak memberikan respon sehingga rasa nyeri tersebut hilang pada stage 2.

5.relaxasi otot bergaris terdapat pada stage 3, yang terlihat menunjukkan hasil lambat atau pasif. Hal ini sesuai dengan teori yaitu bahwa pada stage 3 yang memiliki 4 plane khususnya plane 1 ditandai dengan nafas teratur, dan relaksasi muskulus bergaris tidak ada.

6.salivasi pada stage 1 hingga stage 2 maaasi dalam keadaan normal namun seiring meningkatnya stage yang dialami kelinci maka salivasipun meningkat (berlebih), hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari anastesi yang bekerj dalam penghambatn

system sraf shg terjadi pengurangan control terhadap saliva sehingga salva meningkat

7. adapun tanda-tanda yang didapatkan kelinci sebagai hewan coba dari keadaan anastesi kembali ke keadaan semula yaitu dengan kembalinya reflex cahaya ketika diarahkan senter, kelinci mencoba bangkit dari posisi tubuh yang tertunduk lemas, dan mulai berjalan-jalan, lebar pupil kembali ke keadaan normal, mulai merasakan nyeri kembali

8. cara anastesi yang digunakan pada praktikum ini adalah anastetik inhalasi. Cara2 yg biasa digunakan diantaranya a.anastetik inhalsi : semua nastetik inhalasi adalah derivate eter kecuali halotan dan nitrogen. Anastetik inhalasi yang sempurna akan menghasilkan masa induksi dan pemulihan singkat dan nyaman, peralihan stadium anastesi terjadi cepat, relaksasi otot sempurna, cukup aman dan tideak menimbulkan efek toksik b.anastetik intravena : beberpa obat digunakan secra intravena dalam anastesi atau untuk membuat tidur pasien yang menggunkan respirator. Untuk tindak bedah tertentu , anastetik intravena sudah memadai dan pemulihan terjadi cukup cepat

9. + penggunaan eter : murah, relative tidak toksik, dapat digunakan dengan peralatan yang sederhana, sifat analgesic kuat, - penggunaan eter : dapat menyebabkan iritasi saluran napas, mual, muntah, aktivitas saluran cerna terhambat,

10. halotan : berbentuk cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar, efek analgesi lemah, anastetik kuat,secra langsung menghambat otot jantung,

menghambat salvias, menurunkan aktivitas saraf simpatis, pemggunanan berulang kali dapat menyebabkan nekrosis hati. Ekskresi halotan utamanya melaui paru.

Siklopropan : anastetik inhalasi yang kuat, berbentuk gas, berbau spesifik, tidak berwarna, mudah terbakar dan meledak ,relative tidak larut dalam darah, menimbulkan relaksasi otot cukup baik, sedikit sekali mengiritasi saluran napas pada masa pemulihan sering terjadi mual, muntah dan delirium. diEkskresi melalui paru.

N2O : gas tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, lebih berat daripada udara,tidak mudah terbakar, tetapi bila dikombinasi dengan zat anastetik yang mudah terbakar dapat menimbulkan ledakan, sukarlarut dalam darah, efek terhadap pernafasan tidak terlalu besar, pada anastesi lama dapat menyebabkan mual, muntah dan lambat sadar. Diekskresi dalam bentuk utuh melalui paru2 dan sebagian kesil melaui kulit.

Pentotal : cepat menimbulkan ngantuk, anastesi ringan dan cepat, tidak terdapat delirium, dapat menebabkan depresi pusat nafas, jika masuk ke pembuluh darah dapat menimbulkan rasa panas.

Kloroform : lebih kuat daripada eter,memiliki bau, mudah meledak, menyebabkan iritasi paru, bersifat karsinogenik

You might also like