You are on page 1of 43

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.

Minat Belajar

2.1.1. Pengertian Minat Belajar Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Hal ini karena dengan tumbuhnya minat dalam diri sesorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalan jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajari. Menurut Joko Sudarsono (2003:8) Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut. Definisi secara sederhana lainnya diberikan oleh Muhibbin Syah (2008:136) yang mendefinisikan bahwa Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Begitu pun dengan Slameto (2010:180) mengatakan bahwa Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Hillgard dalam Slameto (2010: 57) memberi rumusan tentang minat sebagai berikut Interst is persisting to pay attention to and enjoy some activity or content. Yang berarti bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

11

12

Dari pemaparan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan atau terlibat terhadap sesuatu hal karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal tersebut. Dengan demikian minat belajar dapat kita definisikan sebagai ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas belajar karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang ia pelajari. Jika dikaitkan dengan aktivitas belajar, minat belajar merupakan salah satu alat motivasi atau alasan bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa adanya minat dalam diri siswa terhadap hal yang akan dipelajari, maka ia akan ragu-ragu untuk belajar sehingga tidak menghasilkan hasil belajar yang optimal atau seperti yang diharapkan. Dalam hal pembelajaran pada bidang akuntansi, apabila seorang siswa mempunyai minat terhadap mata pelajaran tersebut maka siswa tersebut akan merasa senang mempelajararinya, kemudian akan memperhatikan materi pelajaran tersebut.

2.1.2. Klasifikasi Minat Belajar Beberapa ahli telah mencoba mengklasifikasikan minat berdasarkan pendekatan yang berbeda satu sama lain, sehingga minat dapat dikatagorikan seperti berikut ini: Menurut Super & Krites (Dewi Suhartini, 2001 : 25) mengklasifikasikan minat menjadi empat jenis berdasarkan bentuk pengekspresian dari minat

13

a. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau aktivitas b. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu c. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan d. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan. Menurut Mohammad Surya (2007:122) menggolongkan minat menjadi tiga jenis berdasarkan sebab-musabab atau alasan timbulnya minat 1. 2. 3. Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari luar. Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru. Minat Nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa secara paksa atau dihapuskan. (dalam Dewi Suhartini, 2001: 23) mencoba

Kemudian Krapp, et. al

mengkategorikan minat menjadi tiga yaitu: 1. Minat Personal 2. Minat Situasional 3. Minat psikologikal Minat personal merupakan minat yang bersifat permanen dan relatif stabil yang mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Minat personal merupakan suatu bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik tidak tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. Minat ini biasanya tumbuh dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan eksternal. Sedangkan minat situasional yaitu minat yang bersifat tidak permanen dan relatif berganti-ganti, tergantung rangsangan dari eksternal. Rangsangan tersebut misalnya dapat berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar dan

14

media yang menarik, suasana kelas, serta

dorongan keluarga. Jika minat

situasional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka panjang, minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau minat psikologis siswa, semua ini tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada. Jenis minat psikologikal merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara minat personal dengan minat situasional yang terus menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan dia memilki kesempatan untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur dikelas atau pribadi (di luar kelas) serta mempunyai penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa memliki minat psikologikal.

2.1.3. Indikator Minat Belajar Pada umumnya minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melului kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. Sehingga untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatankegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. Dengan demikian untuk menganalisa minat belajar dapat digunakan beberapa indikator minat sebagai berikut : Menurut Sukartini (Dewi Suhartini, 2001:26) analisa minat dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut: 1. Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu 2. Objek-objek atau kegiatan yang disenangi 3. Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi 4. Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu.

15

Pendapat tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Slameto (2010:180), bahwa: Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanipestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Selain itu menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:132) mengungkapkan bahwa minat dapat diekpresikan anak didik melalui : 1. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya 2. Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan 3. Memberikan perhatian yang lebih besar yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus) Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dapat dilihat dari bagaimana minatnya dalam melakukan aktivitas yang mereka senangi dan ikut terlibat atau berpartisipasi dalam proses pembelajaran serta perhatian yang mereka berikan. Dengan demikian, indikator minat yang digunakan sebagai acuan penelitaian ini adalah indikator-indikator minat sebagaimana diuraikan

sebelumnya yakni meliputi keinginan untuk mengetahui sesuatu, kegiatan yang disenangi, jenis kegiatan dan usaha untuk merealisasikannya. Minat yang diungkap melalui penelitian ini adalah minat belajar siswa terhadap mata pelajaran produktif akuntansi khususnya pada kompetensi menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa.

16

2.1.4. Cara Menumbuhkan Minat Belajar Dalam hal belajar apabila seorang siswa mempunyai minat terhadap pelajaran tertentu maka siswa tersebut akan merasakan senang dan dapat memberi perhatian pada mata materi pelajaran sehingga menimbulkan sikap keterlibatan ingin belajar. Menurut Djamarah (2002: 81) Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiaanya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar. Senada dengan hal ini Lobby Loekmono (1994 : 62) berpendapat bahwa Minat merupakan menentukan salah satu hal yang ikut

keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik dalam studi,

kerja dan kegiatan- kegiatan lain, hal tersebut karena minat akan memunculkan perhatian yang spontan terhadap bidang tersebut. Dengan demikian proses belajar akan berjalan lancar bila disertai dengan minat belajar sehingga dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Hal ini ditegaskan kembali oleh pendapat The Liang Gie (2002: 28) tentang pentingnya minat dalam kaitannya dengan studi adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Minat dapat melahirkan perhatian yang lebih terhadap sesuatu Minat dapat memudahkan siswa yang berkonsentrasi dalam belajar Minat dapat mencegah adanya gangguan perhatian dari luar Minat dapat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan Minat dapat memperkecil timbulnya rasa bosan dalam proses belajar

Dengan

demikian,

minat

belajar melekatnya

memiliki bahan

peranan pelajaran

dalam dalam

mempermudah dan

memperkuat

ingatan, membantu untuk berkonsentrasi serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar. Menurut John Adams ( dalam The Liang Gie, 2002:29) minat

17

yang dimiliki seseorang, maka pada saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Pemaparan di atas menunjukan betapa pentingnya untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa. Minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing individu. Ada pun pihak lain hanya memperkuat menumbuhkan minat dan untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang. Menurut Lobby Loekmono (1994: 60) beberapa hal yang bisa dilakukan oleh siswa untuk

menumbuhkan minat terhadap bidang studi tertentu yaitu : 1. Berusaha memperoleh informasi tentang bidang studi tersebut. Carilah berbagai informasi selengkap mungkin tentang bidang studi tersebut, seperti mengenal sejarahnya, tokoh-tokohnya, bidang-bidang kerja yang dapat dimasuki, kesempatan untuk maju dan hal-hal menarik lainnya. 2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bidang studi tersebut. Buatlah catatan-catatan pribadi, menulis karangan ilmiah popular, melakukan penelitian-penelitian sederhana atau berdiskusi dengan teman. Lester & Alice Crow (dalam Lobby Loekmono, 1994 : 61)

mengemukakan lima butir motif penting yang dapat dijadikan alasan-alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seseorang yakni : 1. Suatu hasrat keras untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran. 2. Suatu dorongan batin memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi. 3. Hasrat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi. 4. Hasrat untuk menerima pujian dari orang tua, guru dan teman. 5. Gambaran diri di masa mendatang untuk meraih sukses dalam bidang tertentu. Adapun menurut William Amstrong (The Liang Gie, 2002:132) mengemukakan 10 cara memperoleh minat belajar yaitu sebagai berikut:

18

1. 2. 3. 4.

Siswa hendaknya berusaha menetapkan keinginan dan tujuan belajarnya Menetapkan suatu alasan dan tujuan setiap akan melakukan pekerjaan Siswa hendaknya membangun sikap yang positif Siswa hendaknya berusaha menentukan tujuan hidup, sehingga dapat menjadi motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar 5. Berusaha sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan guru mengenal dan pengabdian diri pada mata pelajaran yang bersangkutan 6. Siswa hendaknya berusaha sungguh-sungguh menerapkan keaslian dan kecerdasan dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukan pada hal kegemarannya 7. Berlaku jujur pada diri sendiri 8. Praktikkan kewajiban dari minat dalam ruang belajar, yaitu tampak berbuat seakan-akan sungguh berminat, hal ini bisa menjadi latihan hingga perlahan-lahan akan terbiasa 9. Siswa hendaknya menggunakan nalurinya untuk mengumpulkan keterangan. Hal ini dapat menolong perkembangan minat dan konsentrasi 10. Hindari rasa takut untuk menggunakan rasa ingin tahu.

Dalam upaya memperkuat atau menumbuhkan minat dan untuk memelihara minat yang telah dimiliki siswa, pihak di luar siswa khususnya guru pun dapat membantu hal tersebut. Tanner & Tanner (dalam Slameto, 2010:181) mengungkapkan bahwa Para pengajar disarankan untuk berusaha memanfaatkan minat siswa yang telah ada ataupun membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Selain itu menurut Rooijakkers (Slameto, 2010:181) Menumbuhkan minat-minat baru dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:133) ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik, diantaranya sebagai berikut:

19

1. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru dapat menjelaskan manfaat dari akuntansi dalam kehidupan sehari-hari, serta gambaran akan masa depan yang cerah bagi profesi akuntan. 2. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru dapat menghubungkan materi tentang bukti transaksi dengan aktivitas siswa dalam kehidupan sehari-hari. 3. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengutarakan pendapatnya dalam pembelajaran akuntansi. 4. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. Contohn ya: Guru dapat menggunakan strategi belajar mengajar yang bervariasi dan penggunaan media pembelajaran akuntansi yang tepat.

2.2.

Pemanfaatan Sumber Belajar

2.2.1. Definisi Sumber Belajar Pada hakikatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia sepanjang masa. Namun untuk memperjelas maknanya para ahli mendefinisikannya dengan bahasa yang hampir senada. Dalam arti luas, sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan memudahkan terjadinya

proses belajar. (Ahmad Rohani, 1997:102). D a n m e n u r u t Udin Saripuddin Winataputra ( Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, 2006:48) mengatakan bahwa Sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu

20

yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Sedangkan menurut AECT dalam Bambang Warsita (2008:209)

Sumber belajar adalah meliputi semua sumber belajar baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas atau

kemudahan belajar bagi peserta didik. Begitupun dengan Mulyasa (2008:156) yang merumuskan Sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan. Menurut Bambang Warsita (2008:209) Sumber belajar adalah semua komponen sistem instruksional baik yang secara khusus dirancang maupun menurut sifatnya dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan

pembelajaran. Selain itu menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2007:76) mengatakan bahwa Sumber belajar adalah suatu daya yang bisa

dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik langsung maupun tidak langsung, sebagian atau keseluruhan. Dengan demikian sumber belajar merupakan segala sesuatu baik yang didesain maupun menurut sifatnya dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam

kegiatan pembelajaran untuk kemudahan belajar peserta didik.

2.2.2. Fungsi Sumber Belajar Pentingnya sumber belajar dalam kegiatan sumber belajar tidak bisa dipungkiri lagi. (Bambang Warsita, 2008:207). Hal tersebut menunjukan bahwa

21

sumber belajar memiliki banyak fungsi, seperti apa yang diungkapkan oleh Karwono (2007:4) yaitu: a. Meningkatkan produktivitas dengan jalan: 1) Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik. 2) Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar siswa. b. Memberikan kemungkinaan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan: 1) Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional. 2) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya. c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran dengan jalan: 1) Merencanakan program yang sistematis. 2) Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. d. Lebih memanfaatkan pengajaran dengan jalan: 1) Meningkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media komunikasi. 2) Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit. e. Memungkinkan belajar secara seketika karena dapat: 1) Mengurangi jurang pemisah antara pekerjaan yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit. 2) Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. f. Kemungkinan penyajian pendidikan yang lebih luas tenaga atau kejadian langka: 1) Pemanfaatan bersama secara bersama secara lebih jelas, tenaga ataupun kejadian yang langka. 2) Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografi.

2.2.3. Manfaat Sumber Belajar Istilah Proses Belajar Mengajar atau kegiatan belajar mengajar hendaklah diartikan proses belajar dalam diri siswa terjadi baik karena ada yang secara langsung mengajar (guru/instruktur) atau pun secara tidak langsung. Menurut Arief Sadiman (2008:5) Belajar tak langsung artinya siswa secara langsung aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar lain sedangkan guru atau instruktur hanyalah satu dari begitu banyak sumber belajar yang dapat memungkinkan siswa

22

belajar." Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa salah satu komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar adalah sumber belajar. Dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran, sumber belajar

memiliki beberapa manfaat seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Rohani (1997:103)

a. Sumber belajar dapat memberi pengalaman belajar baru yang konkrit dan langsung kepada siswa b. Sumber belajar menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan dikunjungi atau dilihat c. Sumber belajar menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada d. Sumber belajar memberikan informasi yang akurat dan yang terbaru e. Sumber belajar membantu memecahkan masalah pendidikan atau pembelajaran f. Sumber belajar memberi motivasi yang positif terlebih jika diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat g. Sumber belajar merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.

2.2.4. Klasifikasi Sumber Belajar Hingga saat ini masih banyak pihak termasuk para guru yang mengartikan sumber belajar dengan arti sempit, yakni terbatas pada buku (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2007: 76). Padahal sumber belajar memiki makna yang luas, namun untuk membatasinya beberapa ahli pun mengklasifikasikannya berdasarkan sudut pandang dan pendekatan yang berbeda satu dengan lainnya seperti berikut ini. Menurut Bambang Warsita (2008: 213) ditinjau dari tipe atau asalusulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

23

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang atau dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Contohnya, buku pelajaran, modul, program VCD pembelajaran, program audio pembelajaran, transparansi, CAI (Computer Based Instruction), programmed instruction dan lain-lain. 2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang secara tidak khusus dirancang atau dikembangkan dalam untuk keperluan pembelajaran, tetapi dapat dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: surat kabar, siaran televisi, sawah,pabrik, museum, kebun binatang,pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olah ragawan, dan lain-lain. Berdasarkan AECT (Association for Educational

Communcation Technology) yang dikutip oleh Bambang Warsita (2008:209) sumber belajar dibedakan menjadi enam jenis seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.1. Jenis Sumber Belajar Menurut AECT
No Jenis Sumber Belajar Pesan Pengertian Contoh

Orang

Bahan

Informasi pembelajaran yang Seluruh mata pelajaran atau akan disampaikan baik berupa bidang studi seperti politik, ide, fakta, ajaran, nilai, dan ekonomi, fisika, dan lain-lain. data. Guru, dosen, tutor, Manusia yang berperan pustakawan, laboran, sebagai pecari, penyimpan, instruktur, tenaga ahli, peserta pengolah, dan penyaji pesan didik Buku teks, modul, Perangkat lunak (software) transparansi, kaset program yang mengandung pesanaudio, kaset program video, pesan pembelajaran yang program slide suara, biasanya disajikan melalui programmed instruction, CAI (pembelajaran berbasis peralatan tertentu ataupun dengan sendirinya komputer). Perangkat keras(hardware) yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tereimpan dalam bahan. OHP, Proyektor Slide, tape recorder, Video/ CD player, komputer, proyektor film.

Alat

24

Tabel lanjutan
Jenis Sumber Belajar

No

Pengertian Prosedur atau langkahlangkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat,lingkungan, dan orang untuk menyampaikan pesan. Situasi di sekitar terjadinya proses pembelajaran tempat peserta didik menerima pesan pembelajaran Lingkungan dibedakan menjadi dua macam yaitu fisik dan non fisik.

Contoh Demonstrasi, diskusi, praktikum, pembelajaran mandiri, sistem pendidikan terbuka/ jarak jauh, tutorial tatap muka. Lingkungan fisik: Gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, bengkel dan lain-lain. Lingkungan non fisik : tata ruanng belajar, vemtilasi udara, cuaca, suasana lingkungan belajar.

Tekhnik

Lingkungan

Menurut Edgar Dale yang dikutip oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007:76) pengalaman yang dapat memberi sumber belajar diklasifikasikan menurut jenjang berbentuk keruncut pengalaman (Cone Of Experience) sebagai berikut :
Lambang Kata Lambang Visual Gambar tetap, rekaman, dan radio Gambar hidup Televisi Pameran dan museum Darmawisata Percontohan Pengalaman Dramatis Pengalaman tiruan Pengalaman langsung dan bertujuan

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) dari Edgar Dale

25

Gambar tersebut menunjukan bahwa pengalaman yang dapat memberi sumber belajar meliputi hal yang bersifat abstrak sampai dengan hal yang bersifat konkrit, yang terdiri dari pengalaman yang berbentuk verbal, simbol visual, visual, radio, film, televisi, wisata, demonstrasi, partisipasi, observasi, d an pengalaman langsung individu.

2.2.5. Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Akuntansi Jika sumber belajar telah tersedia maka hal yang lebih penting lainya adalah bagaimana memanfaatkannnya secara efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar yang diperoleh. Dalam pemanfaatannya, guru mempunyai tanggung jawab membantu siswa agar lebih mudah, lebih lancar, lebih terarah. Pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran oleh

peserta didik merupakan aktivitas,

proses, dan cara dalam memanfaatkan

sumber belajar oleh peserta didik untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pada mata sumber belajar pelajaran produktif dalam memperoleh akuntansi, jenis-jenis informasi belajar pemanfaatan pada proses

pembelajaran dilaksanakan berdasarkan dengan kebutuhan informasi belajar peserta didik dalam memperoleh pengetahuan sesuai dengan pembelajarannya. Adapun komponen yang termasuk sumber belajar dalam pembelajaran

Akuntansi, diantaranya:

26

1. Pemanfaatan Bahan Tertulis Sebagai Sumber Belajar a. Buku Teks atau Buku Pelajaran Sebagai Sumber Belajar Menurut Shores dalam Yusuf (1995: 29) Buku teks adalah buku yang membahas suatu bidang ilmu tertentu yang ditulis dengan tujuan untuk memudahkan pencapaian proses belajar dan mengajar antara murid dan guru Definisi lain mengatakan bahwa: Buku teks adalah buku yang direncanakan untuk membantu murid (yang pada umumnya belajar secara berkelompok) dibawah bimbingan seorang guru untuk belajar secara efisien. Buku teks disusun dengan dengan sistematika dan organisasi tertentu sehingga tempo-tempo pembahasannya disesuaikan dengan besarnya beban topik dan waktu belajar yang tersedia. diberikan oleh Whitaker dalam Yusuf (1995:29)

Dari kedua pendapat di atas dapat dikatakan bahwa buku teks berarti buku mengajar bagi guru dan buku belajar bagi peserta didik. Sesuai dengan pengertian tersebut maka buku teks ini berisi sumber informasi tentang bidang studi di sekolah.

Dalam konteks peranan buku teks bagi siswa Crow dan Crow dalam Tedi (2007:21) menjelaskan bahwa: Buku teks mendorong subjek didik memperoleh kecakapan dengan cara memahami sendiri, menelaah kenyataan dan pendapat dalam bentuk tulisan. Pada pengajaran lisan hanya memerlukan ingatan sedangkan dengan membaca sendiri memerlukan kecakapan menarik kesimpulan, membandingkannya, dan nilai isi secara kritis. Pemanfaatan bahan tertulis atau buku teks dapat memberikan

informasi kepada peserta didik atau siswa, misalnya tentang definisi suatu konsep, peristiwa tertentu, tempat, bahkan iklan dan data-data lain yang

27

diperlukan. Menurut Sri Joko Yunanto (2004:28) menyatakan bahwa: bahan tertulis dapat memberikan informasi kepada siswa, misalnya tentang peristiwa tertentu, yang dibutuhkan. tempat, bahkan iklan dan data-data lain

Dengan demikian pemanfaatan bahan tertulis dapat

dijadikan sumber belajar oleh siswa dalam upaya memperoleh informasi belajar dalam usaha pembelajarannya. Pada pembelajaran Akuntansi buku teks atau bahan tertulis dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk memperoleh informasi mengenai definisi atau pemaparan dari suatu teori dan konsep atau pun istilah. Misalnya untuk mengetahui siklus dari akuntansi perusahaan jasa siswa dapat mencari dalam buku paket siklus akuntansi perusahaan jasa. Dengan demikian indikator pemanfaatan buku sebagai sumber belajar dalam pembelajaran akuntansi dapat terlihat dari intensitas siswa dalam memanfaatkan buku teks atau buku pelajaran sebagai sumber informasi belajar. b. Pemanfaatan Diktat atau Buku Pedoman Sebagai Sumber Belajar Buku pedoman (handbook) atau diktat adalah buku yang memuat fakta atau peristiwa, bahkan memuat proses kegiatan secara rinci dari satu bidang tertentu.(Yusuf, 1995:41). Diktat atau buku pedoman berbeda dengan buku teks atau buku pelajaran. Buku teks cenderung berisi

informasi yang harus dipelajari oleh siswa, sedangkan buku pedoman lebih merupakan petunjuk mempelajari sesuatu agar mencapai hasil maksimum. Buku pedoman lebih bersifat praktis karena berisi petunjuk-petunjuk

praktis langkah-langkah atau cara mengerjakan sesuatu secara sistematis,

28

sesuai dengan isi yang dianjurkan dalam buku tersebut. Diktat disusun oleh penulisnya dengan tujuan melayani atau memfasilitasi pembacanya

mengenai berbagai sumber informasi pengetahuan dengan taraf referensi yang lengkap. Diktat atau buku pedoman sangat relevan untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Hal ini karena diktat biasanya bersifat lebih praktis dan cocok untuk mata pelajaran akuntansi yang sepatutnya membutuhkan banyak praktek atau latihan dari pada hanya sekedar teori. Misalnya dalam pembelajaran akuntansi tentang pembuatan laporan keuangan perusahaan jasa, siswa dapat mempelajari langkah-langkahnya dan mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam diktat. Dengan demikian pemanfaatan buku pedoman atau diktat dapat terlihat dari intensitas aktivitas siswa dalam memanfaatkan buku pedoman atau diktat sebagai sumber informasi belajar c. Pemanfaatan Media Cetak Bukan Buku Sebagai Sumber Belajar Media cetak merupakan salah satu bentuk dari media massa yang dapat memberikan informasi terbaru. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2008:160) Media massa merupakan sumber pembelajaran yang yang menyajikan informasi terbaru mengenai suatu hal yang belum sempat dimuat oleh sumber belajar berupa buku, meskipun buku terbitan terbaru. Media cetak bukan buku dapat berupa koran atau surat kabar, majalah, tabloid dan sebagainya.

29

Dalam proses pembelajaran media cetak dapat membantu peserta didik dalam memperoleh informasi terbaru berkaitan dengan materi pelajaran yang dipelajari. Contoh penggunaannya antara lain sebagai sumber referensi dalam pembuatan makalah tentang materi akuntansi, dan sumber informasi untuk dijadikan bahan diskusi dalam metode belajar kelompok dan sebagainya. Dengan demikian indikator untuk pemanfaatan media cetak bukan buku dapat dianalisa dengan intensitas pemanfaatan media cetak bukan buku sebagai sumber informasi belajar. 2. Pemanfaatan Orang Sebagai Sumber Belajar Dalam pendidikan formal, pada umumnya guru merupakan faktor

yang sangat dominan dan penting bagi peserta didik, guru kerap dijadikan tokoh teladan, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari dalam proses pembelajarannya. Sebagian tanggung jawab pendidikan peserta didik di sekolah ada pada tangan para guru, dengan demikian guru harus mampu meningkatkan profesionalismenya agar memiliki kompetensi yang

diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sehingga dapat tercipta kondisi belajar yang baik dan sehat bagi peserta didik itu sendiri.

Menurut Adam dan Dickey dalam Oemar Hamalik (2008:123) terdapat peranan guru dalam situasi belajar mengajar, yang dapat dijadikan sumber belajar oleh peserta didik adalah: a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor) Guru berperan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, informasi kepada siswa sehingga memahami dengan bik semua pengetahuan yang disampaikan itu.

30

b. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor) Guru berperan membantu anak yang mengalami kesulitan belajar tertentu Contoh konkrit siswa yang memanfaatkan guru sebagai pengajar adalah ketika siswa benar-benar memperhatikan apa yang guru paparkan dalam proses belajar mengajar,sedangkan pemanfaatan guru sebagai konselor nampak ketika seorang siswa bertanya pada guru tentang materi yang tidak ia pahami atau terdapat soal-soal yang tidak dapat ia jawab dengan benar. Keberadaan seorang guru dalam pembelajaran memang memiliki peranan yang cukup besar. Namun demikian tak dapat dipungkiri bahwa dalam lingkungan siswa pun terdapat individu lain selain guru, yakni teman sebaya. Dalam perkembangan perilaku dan pribadi remaja tidak lepas dari konteks sosial dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Abin yang menyebutkan bahwa perilaku

Syamsuddin Makmun (2002:134) dari siswa yaitu

adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok

sebaya. Pernyataan tersebut menerangkan bagaimana peserta didik dalam

perkembangannya dipengaruhi oleh teman sebaya dalam pergaulan ataupun dalam usaha pembelajarannya. Keberadaan teman sebaya adakalanya memiki peran yang penting untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar, karena terkadang beberapa siswa memiliki rasa segan pada guru, atau pun manakala guru tidak mampu memberikan pemahaman yang optimal bagi siswa. Hal ini berarti bahwa teman sebaya dapat dijadikan sumber belajar dengan menjadikan teman sebagai sumber informasi dan dalam menambah pembelajarannya sehingga dapat

memperoleh

informasi

pengetahuan keilmuan. Misalnya

31

siswa yang tidak hadir pada saat pelajaran akuntansi ataupun saat ada materi yang tidak ia pahami kemungkinan besar akan bertanya tentang materi pelajaran yang tidak ia dapatkan atau dimengerti tersebut pada temannya.

Dengan demikian indikator dari pemanfaatan orang sebagai sumber belajar dapat dianalisa dari aktivitas siswa dalam memanfaatkan guru sebagai sumber informasi dan konselor untuk menghadapi kesulitan dalam proses belajar mengajar, serta memanfatkan teman sebaya (sesama siswa) sebagai sumber informasi.

3. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada dasarnya belajar merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Selama manusia hidup ia akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, karena lingkungan memberikan berbagai kemungkinan atau kesempatan kepada individu untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya. Pernyataan ini sependapat dengan Oemar Hamalik (2009:194) Belajar pada hakikatnya adalah interaksi individu dan lingkungannya. Dalam aktivitasnya dimiliki, Menurut untuk mengaktualisasikan interaksi potensi-potensi yang

individu membutuhkan Slameto

dengan

lingkungannya.

(2010:74) dikarenakan kebutuhan manusia yang

harus dipenuhi oleh lingkungannya, yaitu kebutuhan untuk mengerti dan mengetahui dengan pengertian kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan informasi dan untuk mengetahui sesuatu. Dengan

32

demikian lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sesuai dengan fungsinya: a. Lingkungan belajar sebagai sumber data dan informasi, dapat memberikan informasi dan data yang akurat. Dalam pembelajaran akuntansi salah satu contoh pemanfaatan lingkungan yang memberikan informasi dan data yang akurat yakni ketika siswa atau peserta didik dapat terjun langsung untuk mengamati aktivitas dari suatu satuan ekonomi tepatnya dalam perusahaan jasa. b. Lingkungan belajar sebagai pengalaman belajar bagi siswa,dapat memberi pengalaman belajar baru yang konkrit dan langsung kepada siswa. Dalam pembelajaran akuntansi salah satu contoh pemanfaatan lingkungan yang memberikan pengalaman belajar konkrit yakni manakala siswa atau peserta didik dapat terjun langsung atau merasakan pengalaman melakukan aktivitas atau kegiatan ekonomi khususnya dalam proses kegiatan akuntansi pada perusahaan jasa. Dengan demikian indikator dari pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dianalisa dengan intensitas pemanfaatan lingkungan sebagai sumber data atau informasi dan sebagai pemberi pengalaman belajar bagi siswa.

4. Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Pada saat ini, kontribusi internet dalam segala bidang kehidupan sangatlah besar terasa, tak terkecuali bagi dunia pendidikan. Hal tersebut karena fungsinya sebagai penyedia informasi yang teraktual sesuai dengan perkembangan zaman.

33

Karena alasan itulah maka saat ini dunia pendidikan pun mulai menjadikan internet sebagai sumber belajar bagi siswa. Seperti yang dikemukakan oleh La Quey (1997:19) bahwa: penggunaanya kini mencakup berbagai kalangan surat kabar, penerbit, stasiun televisi, para penduduk, lembaga pendidikan, penggemar komputer dan pengusaha. Alasan pemanfaatannya beraneka ragam, mulai dari sekedar untuk berkomunikasi hingga mengakses informasi data yang penting. Selain itu menurut Arifin Zainal (2005:26) Internet dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti sebagai sumber informasi dalam penyusunan makalah, diskusi, penilaian portofolio, bahkan aktivitas tanya jawab dengan guru, dosen atau expert lainnya. Berdasarkan pendapat tersebut maka pemanfaatan internet ini dapat dikelompok menjadi dua yaitu: a. Internet sebagai sumber informasi Pada awalnya penciptaan internet diperuntukan bagi para peneliti sebagai sarana untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perkembangan zaman kini

perangkat keras komputer, namun seiring

internet memberikan bermacam layanan yang diperuntukkan bagi semua pengguna untuk mengakses segala macam informasi. Secara khusus dalam bidang pembelajaran akuntansi, internet dapat dimanfaatkan untuk mengakses informasi atau data yang berkaitan dengan materi pembelajaran akuntansi sehingga peserta didik akan selalu Up to date dengan perkembangan dari ilmu akuntansi dan dapat dijadikan sumber

34

informasi dalam penyusunan makalah atau tugas lain yang membutuhkan banyak sumber referensi. b. Internet sebagai media komunikasi Internet memberikan layanan untuk memudahkan

berkomunikasi antara pengguna yang satu dengan pengguna yang lain daalm memperoleh informasi yang diinginkan. Dengan adanya internet sebagai media komunikasi, memungkinkan adanya pembelajaran akuntansi secara On Line ataupun jarak jauh dan memudahkan peserta didik untuk bertukar informasi antara teman sebaya, atau bahkan dengan ahli akuntansi. Dengan demikian indikator pemanfaatan internet sebagai sumber belajar dapat dianalisa melalui intensitas pemanfaatan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar dapat dianalisa dengan mengukur intensitas pemanfaatannya sebagai sumber informasi dan sebagai media komunikasi.

2.3.

Prestasi Belajar

2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar Merujuk pada definisi belajar dari para ahli, maka dalam setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan suatu perubahan pada dirinya atau biasa disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar tersebut dapat dikelompokkan pada perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar peserta didik dapat diukur berdasarkan perubahan perilaku sebelum dan sesudah belajar dilakukan.

35

Istilah prestasi menunjukan gambaran keberhasilan seseorang dalam upaya mengoptimalisasikan kemampuan yang dimilikinya melalui suatu kegiatan yang digelutinya. Salah satu indikator terjadinya perubahan hasil belajar di sekolah adalah prestasi belajar Prestasi Belajar terdiri atas dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), definisi prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dikerjakan, dilakukan, dll.), sedangkan belajar secara sederhana diartikan berusaha mengetahui sesuatu/ memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Maehr (dalam Suryabrata 2001:45) prestasi belajar yaitu:

1. Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar (achievemen test) 2. Prestasi belajar merupakan hasil dari perubahan individu itu sendiri bukan hasil dari perbuatan orang lain. 3. Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang telah ditetapkan. 4. Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari, jadi bukanlah suatu kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari. Pengertian yang lebih khusus mengenai prestasi belajar ini dikemukakan Tuu (2004:75) Prestasi keterampilan yang belajar adalah penguasaan mata pengetahuan pelajaran, atau

dikembangkan

oleh

lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Selain itu menurut Suryabrata (2001 : 296) nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu.

36

Dari pengertian-pengertian prestasi belajar di atas dapat diambil pemahaman bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku yang

diperoleh dari proses belajar yang disadari dan dapat diukur berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang ditetapkan serta yang lazimnya ditunjukkan dalam nilai. Nilai dalam pengertian prestasi belajar dikelompokkan menjadi formatif dan sumatif, namun dalam penelitian ini yang digunakan sebagai indikator pretasi belajar adalah nilai sumatif yaitu nilai ujian tengah semester siswa pada kompetensi siklus akuntansi perusahaan jasa.

2.3.2. Indikator Prestasi Belajar Pada hakikatnya prestasi belajar adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Adapun hasil belajar tersebut menurut para ahli dapat dikelompokan sebagai berikut: Menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Slameto (2010: 15) menyatakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : Keterampilan motoris, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan strategi kognitif. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35) Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing); 2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being). Pendapat lain diberikan Benjamin S. Bloom dalam Winkel (2004:272) bahwa bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).

37

Bertolak dari ketiga pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah yang diajukan lebih mudah terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal selain itu ketiga ranah tersebut dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai prestasi belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh siswa setelah dilakukan evaluasi/tes. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain). Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut maka diperlukan indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Berikutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenisjenis belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah

38

tabel yang disarikan dari tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi (Muhibbin Syah, 2008: 151). Tabel 2.2. Tabel Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah/Jenis Prestasi Indikator A. Ranah Cipta (Kognitif) Dapat menunjukkan Dapat membandingkan Dapat menghubungkan Dapat Menyebutkan Dapat menunjukkan kembali Dapat menjelaskan Dapat mendefenisikan Dapat memberikan contoh Dapat menggunakan secara cepat

Cara Evaluasi

1. Pengalaman

Tes Lisan Tes Tertulis Observasi Tes Lisan Tes Tertulis Observasi Tes Lisan Tes Tulisan Tes Tertulis Pemberian Tugas Observasi Tes Tertulis Pemberian Tugas

2. Ingatan

3. Pemahaman

4. Penerapan

Dapat menguraikan 5. Analisis Dapat mengklasifikasikan/memilahmilah Dapat menghubungkan 6. Sintesis Dapat menyimpulkan Dapat mengeneralisasikan (membuat prinsip baru) B. Ranah Rasa (Afektif) Menunjukkan sikap menerima Menunjukkan sikap menolak Kesediaan berpartisipasi/terlibat Kesediaan memanfaatkan

Tes Tertulis Pemberian Tugas

1. Penerimaan

2. Sambutan

Tes Tertulis Tes Skala Sikap Observasi Tes Skala Sikap Pemberian Tugas Observasi

39

Lanjutan tabel Ranah/Jenis Prestasi

Indikator Menganggap penting dan bermanfaat 3. Apresiasi Menganggap indah dan (sikap menghargai) harmonis Mengagumi C. Ranah Rasa (Afektif) Menunjukkan sikap menerima Menunjukkan sikap menolak Kesediaan berpartisipasi/terlibat Kesediaan memanfaatkan

Cara Evaluasi Tes Skala Sikap Pemberian Tugas Observasi

4. Penerimaan

5. Sambutan

Tes Tertulis Tes Skala Sikap Observasi Tes Skala Sikap Pemberian Tugas Observasi Tes Skala Sikap Pemberian Tugas Observasi

6. Apresiasi (sikap menghargai)

7. Internalisasi (Pendalaman)

Menganggap penting dan bermanfaat Menganggap indah dan harmonis Mengagumi Mengakui dan meyakini Mengingkari

8. Karaktersasi (Penghayatan)

Melembagakan atau meniadakan Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari

Tes Skala Sikap Pemberian Tugas Ekspresif dan Proyektif Observasi Pemberian Tugas Ekspresif dan Proyektif Observasi

D. Ranah Karsa (Psikomotor) 1. Keterampilan Bergerak dan bertindak 2. Kecakapan ekspresif verbal dan non verbal Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya Mengucap Membuat mimik dan gerak jasmani Observasi Tes Tindakan Tes Lisan Observasi Tes Tulisan

40

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar dapat dicapai seorang peserta didik melalui usaha yang dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Banyak faktor yang turut mempengaruhi prestasi belajar itu, namun pada umumnya para ahli pendidikan menggolongkan menjadi dua kategori, yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).

Slameto (2010:54) memaparkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain dikelompokan menjadi dua yaitu internal dan eksternal seperti dijelaskan berikut ini : 1. Faktor Intern yakni faktor yang ada dalam diri individu a. Faktor Jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan, dan cacat tubuh b. Faktor psikologis yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, dan bakat, motif, kematangan, serta kesiapan siswa c. Faktor Kelelahan 2. Faktor Ekstern yakni faktor yang ada di luar individu a. Faktor keluarga, pengaruhnya dapat berupa cara orang tua mendidik, relasi antar angggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan b. Faktor sekolah dapat memberikan pengaruh berupa metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, dan metode belajar, serta tugas rumah c. Faktor masyarakat yang turut berpengaruh seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat Untuk melengkapi pendapat di atas, penulis sajikan pandangan Syaiful Bahri Djamarah (2002:141-142) mengenai faktor yang

mempengaruhi hasil atau prestasi belajar seperti berikut ini. Menurut Noehi Nasution (dalam Syaful Bahri Djamarah, 2002:141) Belajar itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri tetapi ada unsur-unsur lain yang terlibat

41

di dalamnya yaitu raw input, learning teaching process, inviromental inpu , dan instrumen input, out put. Adapun penjelasan dari unsur-unsur tersebut digambarkan dalam gambar sebagai berikut: ENVIROMENTAL INPUT

RAW INPUT

LEARNING TEACHING

OUT PUT

INSTRUMENTAL INPUT Gambar 2.2 Unsur-unsur Belajar (Sumber Djamarah, 2002 :142) 1. Raw Input, yakni masukan atau bahan mentah atau merupakan faktor internal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat terdiri dari komponen kapasitas (IQ), bakat khusus, motivasi, minat, kematangan(kesiapan) sikap/ kebiasaan. 2. Instrumental input yaitu sesuatu yang dengan sengaja dirancang dan dimanipulasikan guna mencapai tujuan pembelajaran. Faktor ini dapat terdiri dari komponen guru, metode, teknik, media, bahan sumber (sumber belajar) serta sarana. 3. Environmental input merupakan lingkungan di sekitar yang terdiri dari lingkungan sosial, fisik,dan kultural. 4. Learning teaching process merupakan aktivitas belajar dan mengajar antara siswa dengan guru

42

5. Out put merupakan keluaran atau hasil dengan dengan kualifikasi tertentu dari proses belajar mengajar dan biasa disebut dengan prestasi belajar.

2.4

Gambaran Umum Kompetensi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Sesuai dengan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

maka mata diklat dibagi dalam tiga program, yaitu program adaptif, program normatif, dan program produktif. Hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Depdiknas

(2004:8), menyatakan bahwa: Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri/dunia usaha/asosiasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan dan diorganisir menjadi program normatif, produktif, dan adaptif. Kompetensi Menyelesaikan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam program

keahlian akuntansi, bertujuan menyiapkan tamatan untuk menjadi tenaga kerja menengah dalam bidang akuntansi yang mampu bekerja mandiri, memiliki pengetahuan, menguasai keterampilan dan sikap professional serta bersikap jujur dan teliti. Sehingga cakupan materi yang diajarkan harus sesuai dengan gambaran tugas dalam prakteknya kelak di dunia kerja seperti berikut ini. Tabel 2.3 Cakupan Materi Menyelesaikan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Kompetensi Dasar Menyiapkan dan menganalisis Bukti transaksi keuangan Materi Pembelajaran Bukti-bukti transaksi seperti : Bukti Kas Masuk, Bukti Kas Keluar,Nota Kontan, Faktur penjualan, faktur pembelian, Nota debet, Nota Kredit, Bukti Memorial, Bukti-bukti penting lainnya. Penilaian Tes tertulis Penugasan

43

Tabel lanjutan
Kompetensi Dasar Mencatat transaksi ke dalam jurnal umum dan jurnal khusus lalu diposting ke dalam buku pembantu Posting transaksi da jurnal ke buku besar Penyusunan Neraca Saldo Materi Pembelajaran Jurnal Umum Jurnal khusus Buku Pembantu Buku Besar

Penilaian
Tes tertulis Penugasan Tes tertulis Penugasan Tes tertulis Penugasan Tes tertulis Penugasan Tes tertulis Penugasan Tes tertulis Penugasan

Neraca saldo

Membuat Jurnal Penyesuaian dan posting ke buku besar Penyelesaian Neraca lajur

Jurnal Penyesuaian

Neraca lajur Menyusun neraca lajur dari data yang telah ada Menyusun laporan keuangan Laporan laba-rugi Neraca Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Sumber : Silabus Mata Pelajaran Produktif Akuntansi Bentuk evaluasi atau penilaian

kompetensi menyelesaikan siklus

akuntansi perusahaan jasa merupakan hasil akhir dari rangkaian proses belajar di kelas oleh guru yang bersangkutan dan lebih menekankan pada pemahaman peserta didik berdasarkan teori-teori yang dikaji berdasarkan ketentuan dan permasalahan yang ada. Adapun sistem penilaian untuk

pemahaman berdasarkan tes tertulis dan tugas yang diberikan kepada peserta didik yang dijadikan acuan dari penilaian hasil belajar peserta didik dalam kompetensi menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa SMK Negeri 3 Bandung.

44

Nilai ujian tengah semester (UTS) merupakan salah satu indikator dalam pengukuran terhadap hasil belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai UTS dapat mewakili prestasi belajar peserta didik pada kompetensi ini.

2.4.1

Pengertian Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Luasnya bidang kegiatan akuntansi mengakibatkanpengertian akuntansi

bergantung dari sudut pandang mana penekanannya. Salah satu definisi mengenai akuntansi diberikan oleh American Accounting Association (Hendi Somantri, 2000: 9) yang diterjemahkan sebagai berikut: Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomis, untuk memungkinkan pembuatan pertimbangan-pertimbangan dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas oleh pemakai informasi ekonomis. Pengertian di atas menekankan kepada fungsi dan kegiatan akuntansi, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dipandang dari sudut fungsi dan kegunaannya, akuntansi merupakan aktivitas jasa yang menyediakan informasi penting untuk penilaian jalannya perusahaan, sehingga memungkinkan pimpinan perusahaan atau pihak-pihak di luar perusahaan membuat pertimbangan-pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat. 2. Dipandang dari sudut kegiatannya, akuntansi merupakan suatu proses yang meliputi indentifikasi (penentuan), pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomis. Informasi ekonomis yang dihasilkan akuntansi adalah data transaksi yang terjadi dalam perusahaan yang dinyatakan dalam satuan uang. Oleh karena itu,

45

yang menjadi sasaran atau objek akuntansi adalah transaksi yang bersifat finansil (keuangan), atau transaksi yang akibatnya dapat diukur dengan satuan uang. Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dipandang dari sudut kegiatannnya atau dalam artian sempit, akuntansi adalah suatu proses yang meliputi pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan penyajian laporan mengenai transaksi keuangan yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, selaim kegiatan di atas, kegiatan akuntansi juga meliputi perencanaan sistem pencatatan dan interprestasi (Penafsiran) atas laporan keuangan. Adapun perusahaan jasa dapat didefinisikan sebagai perusahaan yang kegiatan usahanya menyediakan dan menjual jasa. (Hendi Somantri, 2000: 62). Dalam hubungan dengan usaha pokok, perusahaan jasa tidak memiliki persediaan barang dagangan. Perusahaan jasa hanya menyediakan sarana berupa peralatan dan perlengkapan, untuk melayani pihak lain yang memerlukannya. Pendapatan usahan perusahaan jasa adalah penerimaan dari pihak lain, senagai imbalan atau pembayaran atas jasa yang diserahkan perusahaan. Termasuk golongan perusahaan jasa, antara lain konsultan, salon kecantikan, perusahaan jasa penitipan kilat, bengkel kendaraan dan jasa service elekronik. Berdasarkan pemaparan di atas maka secara singkat dapat disimpulkan bahwa siklus akuntansi perusahaan jasa adalah proses pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan penyajian laporan mengenai transaksi keuangan yang terjadi berulang dalam sebuah perusahaan yang kegiatan usahanya menyediakan dan menjual jasa dari suatu periode tertentu.

46

2.4.2

Proses Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Siklus akuntansi untuk setiap jenis perusahaan pada dasarnya sama.

Menurut Hendi Somantri (2000: 62-63) kegiatan akuntansi yang terjadi setiap periode, dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
Neraca Awal periode

Transaksi didukung bukti transaski Pencatatan transaksi dalam jurnal

Penggolongan transakasi ke dalam buku besar

Pengikhtisaran transaksi dalam neraca saldo

Penyesuaian neraca saldo Neraca Lajur Dihasilkan neraca saldo disesuaikan

Ikhtisar Laba-Rugi Neraca Akhir Periode Laporan Keuangan

Gambar 2.3 Siklus Akuntansi Menurut Hendi Somantri

47

Pemaparan yang lebih rinci dikemukakan oleh Rahmat Moeslihat (2005:3) yang menjelaskan bahwa sebagai sistem informasi keuangan, akuntansi yang merupakan proses yang terdiri dari aktivitas pengidentifikasian, pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, pelaporan dan pengkomunikasian atas aktivitas ekonomi sebuah organisasi baik bisnis ataupun non bisnis untuk memberikan informasi keuangan kepada penggunanya. Adapun penjelasan dari aktivitas tersebut ialah sebagai berikut: 1. Pengidentifikasian Dalam proses identifikasi ini termasuk di dalamnya penyeleksian berbagai aktivitas ekonomis (disebut transaksi) yang dinyatakan oleh berbagai bukrti transaksi yang relevan dengan kegiatan tersebut. Hal ini merupakan hal yang sangat penting karena dalam ilmu akuntansi pencatatan akan dilakukan jika transaksi tersebut memiliki bukti transaksi. 2. Pencatatan Proses pencatatan dalam ilmu akuntansi dimaksudkan untuk mencatat secara sistematik berbagai transaksi keuangan . 3. Penggolongan Penggolongan atau pengklasifikasian dalam proses akuntansi adalah suatu kegiatan mengelompokkan berbagai perkiraan yang muncul pada setiap transaksi dengan maksud untuk mempermudah pengerjaan akuntansi dalam memasuki tahap pengerjaan selanjutnya. 4. Pengikhtisaran Pengikhtisaran dalam proses akuntansi adalah suatu kegiatan penyusunan ringkasan saldo-saldo perkiraan buku besar ke dalam neraca saldo yang diikuti dengan dengan penyusunan jurnal penyesuaian dan penyusunan jurnal penutup dan jika dianggap perlu maka dibuat jurnal pembalik. 5. Pelaporan Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses akuntansi (siklus akuntansi), pada tahap ini dihasilkan laporan keuangan berupa laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, laporan arus kas dan tambahan informasi lainnya yang menyangkut perubahan dalam posisi keuangan perusahaan. 6. Pengkomunikasian Tahap ini dimaksudkan bahwa hasil akhir dari proses akuntansi merupakan salah satu alat untuk mengkomunikasikan antar bagian dalam suatu perusahaan dan sekaligus memberikan gambaran kinerja perusahaan yang tercermin dalam bentuk laporan keuangan, sehingga hasilnya dapat diketahui dan dilihat oleh mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut.

48

Adapun penjelasan tentang siklus akuntansi di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Rahmat Moeslihat, 2005:57):
Bukti Transaksi Tahap pencatatan dan penggolongan Tahap Pengikhtisaran Tahap pelaporan

Penyesuaian
- Faktur

Kuitansi Nota kredit Bukti kas masuk Bukti kas keluar

Jurnal: -Harian -Penyesuaian -Penutup -Pembalik

Kertas Kerja

Laporan Keuangan Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Modal Neraca Laporan Arus Kas

Data Penyesuaian

Buku Besar

Neraca Saldo

NS Penutup

Gambar 2.4 Siklus Akuntansi Menurut Rahmat Moeslihat

2.5

Kerangka Pemikiran Belajar adalah key term, istilah kunci yang paling vital dalam setiap

usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah terdapat aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa yang akan menentukan keefektifan pengalaman belajar dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila adanya keterkaitan antara komponen pembelajaran. Hal senada diutarakan Noehi Nasution (dalam

49

Djamarah, 2002:141-142) yang memandang bahwa belajar itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri tetapi ada unsur-unsur lain yang terlibat di dalamnya yaitu raw input, learning teaching process, output,inviromental, dan instrumen input. Dalam proses belajar mengajar ikut berpengaruh sejumlah faktor diantaranya faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang merupakan bahan mentah (raw input) dan faktor eksternal yaitu sejumlah masukan dari lingkungan (enviromental input) serta sejumlah faktor yang dengan sengaja dirancang guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (instrumental input) sehingga menghasilkan out put berupa hasil belajar siswa. Raw input (siswa) terdiri atas komponen kapasitas (IQ), bakat khusus, motivasi, minat, kematangan(kesiapan) sikap/ kebiasaan. Kemudian untuk instrumental input terdiri dari komponen guru, metode, teknik, media, bahan sumber (sumber belajar) serta sarana, sedangkan environmental input merupakan lingkungan di sekitar yang terdiri dari lingkungan sosial, fisik,dan kultural. Adapun output dari learning teaching (proses belajar mengajar) merupakan hasil belajar yang diharapkan dan dapat berupa perilaku kognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotor. Faktor internal atau raw input merupakan faktor yang sangat menentukan keefektifan perilaku belajar. Faktor minat merupakan salah satu faktor yang tergolong ke dalam faktor internal-psikis. Minat mengandung pengertian kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

50

Perasaan senang akan akan menimbulkan minat, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Dalam hal belajar apabila seorang siswa mempunyai minat terhadap pelajaran tertentu maka siswa tersebut akan merasakan senang dan dapat memberi perhatian pada mata materi pelajaran sehingga menimbulkan sikap keterlibatan ingin belajar. Begitu pun dengan Syaiful Bahri Djamarah (2002: 81) Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiaanya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar. Selain itu menurut pendapat Dalyono (dalam Syaiful Bahri Djamarah,2002:157) bahwa Minat belajar yang besar cenderung mengahasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya jika minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Dengan demikian minat seperti yang dipahami orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Istilah Proses Belajar Mengajar atau kegiatan belajar mengajar hendaklah diartikan proses belajar dalam diri siswa terjadi baik karena ada yang secara langsung mengajar (guru,instruktur) atau pun secara tidak langsung. Menurut Arief Sadiman (2008:5) Belajar tak langsung artinya siswa secara langsung aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar lain sedangkan guru atau instruktur hanyalah satu dari begitu banyak sumber belajar yang dapat memungkinkan siswa belajar. Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa salah satu komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar adalah sumber belajar.

51

Dalam arti luas, sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan memudahkan terjadinya proses belajar. Jika sumber belajar telah tersedia maka hal yang lebih penting lainya adalah bagaimana memanfaatkannnya secara efektif dan mampu kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar yang diperoleh. Merujuk pada definisi dan manfaat dari sumber belajar di atas maka dapat dikatakan bahwa sumber belajar memiiki pengaruh terhadap pencapaian kualitas prestasi belajar siswa. Semakin banyak dan instens sumber belajar yang dimanfaatkan oleh siswa maka akan semakin banyak pula ilmu yang diperoleh sehingga memudahkan terjadinya proses belajar. Dari kedua variabel yang diteliti yaitu minat dan pemanfaatan sumber belajar, kedua variabel tersebut mempunyai pola hubungan. Minat belajar siswa berpengaruh terhadap pemanfaatan sumber belajar. Minat siswa terhadap suatu studi akan diekspresikan lewat keinginannya untuk mengetahui dan usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu. Hal tersebut sesuai dengan Slameto (2010:180)minat dapat dimanifestasikan melaui partisipasi dalam dalam suatu aktivitas. Begitu pun Pemanfaatan sumber belajar dapat mempengaruhi minat belajar. Dengan pemanfaatan sumber belajar yang tepat dan efektif dapat mendorong atau miningkatkan minat belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penjelasan Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2007:54) bahwa salah satu fungsi dari penggunaan sumber belajar adalah memberi kemudahan belajar sehingga mendorong minat belajar.

52

Dari kedua faktor penunjang prestasi belajar di atas, maka maka dapat dibuat suatu paradigma penelitian. Menurut Sugiyono (2006:65) yang dimaksud dengan paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis. Paradigma dalam penelitian ini adalah jika minat belajar dan pemanfaatan sumber belajar siswa meningkat maka prestasi siswa akan meningkat.

(X1) (Y) (X2) Gambar 2.5 Hubungan antara variabel Keterangan : X1 X2 Y = Minat Belajar = Pemanfaatan Sumber Belajar = Prestasi Belajar Siswa = Garis yang menunjukkan Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y = Hubungan korelasional antara variabel eksogen.

2.6

Hipotesis Suharsimi Arikunto (2006:71) mengatakan bahwa hipotesis dapat

diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

53

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sedangkan menurut franklen dan Wallen dalam Yatim Riyanto (2001:13) dijelaskan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian, dan benar tidaknya tergantung hasil pengujian dari data empiris. Perumusan hipotesis ditujukan untuk landasan logis dan pemberi arah kepada proses pengumpulan data serta proses penyelidikan itu sendiri. Dan rumusannnya harus sejalan dengan hasil telaah pustaka atau bahasan teoritik dan relevan dengan rumusan masalah .(John W.Best, dalam Yatim Riyanto,2001 : 13) Bertitik tolok dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Minat Belajar dan Pemanfaatan Sumber Belajar berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Kompetensi Menyelesaikan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa.

You might also like