You are on page 1of 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. 2.1.1

Pengetahuan Defenisi Pengetahuan Pengetahuan menurut Notoatmodjo 2003 adalah merupakan hasil Tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni Indra penglihatan, pandangan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2.1.2

Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu mated yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasi mated tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan mated yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. d. Analisis (Analisyis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedaiam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada untuk meletakkan atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu mated atau objek.

2.1.3

Cara Mengukur Pengetahuan Pengukurain pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yarrc menanyakan materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Dalam penelitian ini peneliti hanya ingin mengetahui tingkatan

pengetahuan responden: 1. Tahu (Know). 2. Memahami (Comprehension). (Notoatmodjo, 2003)

2.2 2.2.1

Remaja Pengertiar, Remaja Remaja atau Adolescence berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh kearah kematengan yang maksudnya bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009). WHO inemberikan defenisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu biologis, psikososial dan sosial ekonomi. Maka secara lengkap defenisi tersebut berbunyi sebagai berikut : 1. Individu berkembang dad saat pertama kali ia menunjukkan tanda - tanda seksualnya. sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak - kanak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dan ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
-

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2010).

Remaja adalah masa peraiihan diantara masa kanak - kanak dan dewasa, dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan fisikisnya (Desmita, 2005). Remaja (Adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dewasa yang mencakup perubahan biologis, dan sosial - emosional (Santrock, 2003). WHO menetapkan batasan usia remaja adalah 12. sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adaiah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009). Sedangkan batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli antara 12 hingga 21 tahun. Usia remaja biasanya dibedakan atas 3 yakni : 1) Masa remaja awal 2) Masa remaja pertengahan 3) Masa remaja akhir : 12 - 15 tahun. : 15 - 18 tahun. : 18 - 21 tahun.

Menurut Monks, Knoers, dan Haditno membedakan masa remaja menjadi 4 bagian, yaitu : 1) Masa pra-remaja 2) Masa remaja awal 3) Masa remaja pertengahan 4) Masa remaja akhir : 10 - 12 tahun. : 12 - 15 tahun. : 15 - 18 tahun.

: 18 - 21 tahun. (Desmita, 2005).

Pada masa remaja terjadi suatu perubahan organ - organ fisik secara cepat, perubahan tersebut tidak seimbang dengan ---

perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya menyinggungkan rernaja yang mengalaminya.

Sehingga dalam hal ini perlu pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perVembangan yang sehat sehingga remaja tersebut tumbuh menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti, 2009).

2.3 2.3.1

Perkawinan Usia Dini Pengertian Perkawinan Menurut UU perkawinan NO I tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan dipahami sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai . suami istri dengan tujuan memoentuk keluarga (numah. tangga) yang bahagia , dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (VVidyastuti, 2009). Menurut hukum adat perkawinan merupakan urusan kerabat atau urusan masyarakat, urusan pribadi satu sama lain dalam hubungan yang berbeda - beda, atau merupakan salah satu cara untuk menjalankan upacara - upacara yang banyak corak ragamnya menurut tradisi masing - masing. Menurut hukum agama, perkawinan adalah suatu perbuatan

yang suci, perikatan antara dua belah pihak yaitu pihak pria dan pihak wanita dalam memenuhi perintah dan anjuran yang Maha Esa, agar kehidupan keluarga dan rumah tangga serta berkerabat bisa berjalan dengan baik sesuai dengan anjuran agamanya (Puspita, 2006). Perkawinan usia dini adalah perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun (Widyastuti, 2009).

2.3.2

Tujuan Perkamman Adapun tujuan perkawinan yaitu : 1. Menciptakan ketenangan jiwa bagi suami dan istri karena telah ada seseorang yang diharapkan menjadi teman dalam suka maupun duka. 2. Pendewasaan diri bagi pasangan suami; istri sehingga memulai pernikahan dih'arapkan suami istri baik mandiri dan makin berpotensi karena keduanya saling mendukung bagi kemajuan masing - masing. 3. Melahirkan generasi yang jauh lebih berkualitas daripada pasangan suami istri itu sendiri. Mereka berdua dapat belajar hal hal positif dari orang tua sendiri. Mereka berdua dapat belajar positif dari orang tua masing - masing dan tidak mengalami kesalahan orang tua dalam mendidik anak.

Menurut hukum tujuan perkawinan adalah : 1. Untuk mengesahkan hubungan seksual antara laki - laki dan perempuan. 2. Untuk mengatur hak dan kewajiban masing - masing termasuk di dalamnya pelanggaran atau penghanmbat terjadinya poligami. 3. Untuk pendataan dan kepentingan demografi. Untuk menghadapi perkawinan dibutuhkan-persiapan

fisik/biologis, persiapan mental serta sosial ekonomi. Persiapan fisik yang dimaksud seperti usia. Usia yang ideal dalam perkawinan' adalah antara 20-25 tahun bagi perempuan dan usia 25 - 30 bagi laki - laki. Persiapari mental 1. Kepribadian :kematangan merupakan faktor utama perkawinan. Pasangan yang berkepribadian matang dapat saling memberikan kebutuhan psikis atau jiwa yang paling penting dalam kemanusian keluarga. 2. Pendidikan : taraf kecerdasan dan penelitian juga perlu

diperhatikan dalam mencari pasangan. Permasalahan ekonomi harus menjadi pertimbangan yang matang diantaranya perlu diperhatikan : 1. Latar belakang sosial keluarga. 2. Latar belakang budaya. 3. Pekerjaan dan kondisi materi lainnya. 4. Pergauian. - (Mohamad, 2002).

2.3.3

Yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Dini 1. Menurut RT Akhwad Jaya Diningrat, faktor - faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia dini adalah : a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga. b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu muda, baik mempelai itu sendiri maupun keturunannya. c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.

2. Menurut Hollean dalam Suryono, terjadinya perkawinan usia muda disebabkan beberapa faktor yaitu : a. Masalah ekonomi ke!uarga. b. Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki - laki apabila mau mengawinkan anak gadisnya. c. Bahwa adanya perkawinan anak - anak tersebut, maka dalam keluarga gadis akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung jawab (Sarwono, 2006).

2.3.4

Dampak Perkawinan Usia Dini Dampak yang terjadi karena perkawinan usia dini 1. Kesehatan perempuan : a. Kehamilan dini dan kurangnya terpenuhi gizi bagi dirinya sendiri. .

b. Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi. c. Beresiko pada kematian usia dini. d. Meningkatnya angka kematian ibu (AKI). e. Resiko.terkena penyakit menular seksual (PMS). f. Semakin muda wanita memiliki, anak pertama, semakin rentan terkena kanker.serviks.

2. Kualitas anak : a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi adanya kebutuhan nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya dengan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri. b. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun rata rata lebih kecil dan bayi dengan BBLR memiliki kemungkinan 530 x lebih tinggi untuk meninggal.

3. Keharmonisan keluarga dan perceraian : a. Banyaknya pernikahan usia dini berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian. b. Ego remaja yang masih tinggi. c. Banyaknya kasus perceraian. d. Perselingkuhan. e. Ketidak cocokan hubungan dengari orang tua maupun mertua . f. Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung stabil dan emosianal.

g. Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi.

Upaya pencegahan terjadinya perkawinan usia dini : 1. Undang - undang perkawinan. 2. Bimbingan kepada remaja dan menjelaskan tentang, pendidikan seks (sex education). 3. Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat. 4. Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat. 5. Model desa percontohan pendewasaan usia perkawinan

(Soekanto, 2006).

2.3.5

Pengaruh Usia Perkawinan Terhadap kehidupan keluarga Perkawinan di negara kita masih banyak dilakukan pada usia dibawah 20 tahun. Berdasarkan pada kenyataan dan pengawasan. kesehatan, ternyata bahwa perkawinan pada usia dini banyak menimbulkan masalah - masalah yang dimaksud adalah: 1. Kematian ibu yang melahirkan WHO memperkirakan resiko kematian akibat kehamilan pada remaja putri berusia 15 - 19 tahun dua kali lebih tinggi dibanding perempuan usia 20 - 24 tahun. Bahkan pada anak atau remaja putri usia 10 - 14 tahun lima kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan usia 20 tahun. Penyebab utama karena kondisi fisik ibu yang beluir atau kurang mampu untuk melahirkan. Oleh karena itu angka kematian ibu (AKi) di Indonesia inenjadi sangat tinggi.

Menurut laporan UNICEF 2001 menyebutkan angka kematian ibu rata - rata ditahun 1980-1999 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasii survey kesehatan rumah tangga (SKIRT) 2001 menunjukkan penurunan AKI sampai 373 per 100.000 kelahiran hidup. Besarnya angka ini berkaitan dengan banyaknya kasus pernikahan dini yang sering kali diikuti kehamilan muda. Serta resiko - resiko yang dihadapi. 2. Kematian bayi Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia muda lebih reritan untuk lahir premature, memiliki berat badan lahir rendah (BBLR), mengalami gangguan pertumbuhan atau kecacatan adapula yang langsung meninggal. Dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh usia ibu usia dewasa. 3. Komplikasi terhadap kehamilan dan persalinan Komplikasi terhadap kehamilan usia muda antara lain

preeklamsia, anemia dan perdarahan. Resiko persalinan macet karena rongga panggul belum berkembang secara sempuma. Besar kepala janin tak sesuai dengan rongga panggul serta dapat menyebabkan persalinan dengan robekan vagina atau perineum. 4. Masalah ekonomi Pasangan yang 'menikah pada usia dini umumnya belum cukup memiliki pengetahuan dan keterampilan sehingga susah untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan memadai.

Penghasilan yang rendah dapat meretakkan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga. 5. Masalah psikis Kestabiian emosi umunya terjadi pada usia 20 - 40 tahun yang dikatakan sebagai usia dewasa muda. Sedangkan dari segi mental emosi remaja belurn stabil. Ketidakstabilan emosi ini menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dorongan untuk mencari tahu jati dirinya sehingga tanggung jawab terhadap keluarga terabaikan (Mohamad, 2002).

2.3.6

Penanganan Perkawinan Usia Dini 1) Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga kehamilun pada waktu usia reproduksi sehat. 2) Bimbingan menghadapi psikologis untuk membantu agar pasangan mempunyai dalam cara

persoalan-persoaaan

pandang dengan pertimbangan kedewasaan. 3) Dukungan keluarga, peran keluarga sangat banyak membantu keluarga mudah baik dukungan berupa material maupun nonmaterial untuk kelenggangan keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatan-hambatan yang ada. 4) Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan

kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kuarng gizi (Widyastuti, 2009).

2.3.7

Variabel yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Dini 1. Sumber Informasi Perkembangan . teknologi komunikasi yang menyebabkan

berbagai informasi hiburan, budaya sudah demikian maju. Arus informasi semakin cepat, pesan komunikasi dapat disampaikan kesuatu tempat yang jaraknya jauh dengan hitungan detik. Demikian juga dengan informasi yang berbau seks, remaja bisa mendapatkan dengan mudah karna inforrnasi itu dikemas dengan menarik (Notoatmodjo, 2003). a. Orangtua Kelurga merupakan lingkungan primer hamer setiap individu. Sebagai lingkungan primer hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum anak mengenal lingkungan yang lebih luas ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, sebelumnya mengenal nama-nama dan nilai-nilai dari

masyarakat umum (Sarwono, 2010). Hubungan pendidikan seks dengan keluarga sangat erat dan penting. Disatu sisi keluarga adalah pemberi pendidikan seks pertama bagi anak-anaknya disamping teman sebaya dan media. Pendidika seks disini dapat membantu para remaja untuk mengetahui resiko dari sikap seksual mereka dan mengajarkan pengambilan keputusan seksualnya, secara

dewasa, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang tua (Dianawati, 2006). b. Media elektronik Ada banyak sekali cerita dimasyarakat atau berita di majalah surat kabar, radio dan televisi yang memberitahukan segala akibat buruk yang dilakukan remaja dalam aktivitas seks. Kemunculan media memiliki dua pengaruh baik positif dan negatif terhadap anak. Secara sadar atau tidak, setiap hari anak-anak belajar tentang seks melalui tayangan yangn mereka tonton di TV, video dan bioskop. Televisi misalnya seks dikemas sangat halus dan menarik dalam cerita sinetron. Remaja yang sedang periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihatnya atau mendengar dari media massa, karena pada umunya mereka belum pernah

mengetahui masalah seksual secara lengkap dari . orang tuanya (Sanvono, 2010). c. Tenaga Kesehatan , Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan (Wkipedia, 2011).

2. Pendidikan Responden Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

dilrencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh prilaku pendidikan. Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok atau'masyarakat. Konsep . ini berangkat dad suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam

kehidupannya

untuk

mencapai

nilai-nilai

hidup

memerluka

bantuan orang lain (Notoatmodjo, 2003).

3. Pendidikan orangtua Timbulnya normal-norma dan nilai- nilai yang ditanamkan oleh orang tua dan dapaf mempengaruhi pengetahuan remaja karena pengetahuannya yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Kemudian rendahnya tingkat pendidikan atau pengetahuan orang tua. Sehingga anak menyebabkan adanya kecenderungan

mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur, karena orang tua tidak berpikir jauh kedepannya (Nasriani, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep' penelitian Gambaran Pengetahuan Remaja

Tentang Perkawinan Usia Dini di Desa Goti Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2011 yaitu sebagai variabel independen adalah tua

pengetahuan, sedangkan

sumber

informasi,

pendidikan,

pendidikan

orang

variabel

dependen

adalah

pengetahuan

remaja

tentang

perkawinan usia dini. Bagan 3.1. Kerangka Konsep Variabel Independen Sumber Informasi Pendidikan responden Pendidikan orangtua Variabel Dependen Pengetahuan Remaja tentang perkawinan usia dini

3.2 3.2.1

Defenisi Operasional Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden atau

tingkat pengetahuan responden mengenai perkawinan usia dini diniiai dad jawaban terhadap pertanyaan atau kuesioner yang diajukan.

3.2.2

Sumber Informasi Asal pesan atau sumber pesan tentang perkawinan usia dini yang diperoleh remaja sehingga mempengaruhi responden

dikategorikan. a. Media elektronik dan media massa (TV,Radio, Internet; Koran, Majafah,Poster). b. Tenaga kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan). c. Keluarga (Orangtua, Saudara, Teman sebaya).

3.2.3

Pendidikan Responden Pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan prilaku seseorang dimulai dengan : 1. Dasar (tidak sekolah, SD derajat dan SMP). 2. Menengah (SMU sederajat dan SMP). 3. Tinggi (Diploma, Sadana).

. 3.2.4 Pendidikan Orang Tua Jenjang pendidikan orang tua yang pernah diselenggarakan oleh orang tua dikategorikan : 1. Dasar ( tidak sekolah, SD sederajat dan SMP). 2. Menengah (SMU sederajat). 3. Tinggi (Diploma, Sarjana). ;

3.3

Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penilaian deskriptif dimana metode penelitian dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif.Adapun data yang diambil adalah data primer dimana data yang diambil langsung dari responden dengan cara kuesioner.

3.4 3.4.1

Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi Pene4itian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Goti Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara yang menjadi dasar peneliti mengambil lokasi penelitian, yaitu : a. Mudah mendapatkan data. b. Belum pernah dilakukan penelitian pengetahuan remaja tentang perkawinan usia dini.

3.4.2

Waktu Peneiitian Penelitian ini dimulai dari bulan Maret-Juli 2011 pengajuan judul sampai dengan penggandaan hasil penelitian di Desa Goti Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

3.5

Populasi dan sampel 3.5.1 Populasa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpiIlan (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Desa Goti Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara berjumlah 150 orang.

3.5.2

Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang ditefiti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Adapun sampel dalam penelitian ini di ambil dengan menggunakan rumus : n= Keterangan : N n d : Besar Populasi : Besar sampel ,

: Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1) (Notoatmodjo, 2005).

berdasarkan rumus diatas maka dicad jumlah sampel sebagai berikut n= n= n= =60 Total sampai 60 orang.

3.6

Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh . peneliti dengan menggunakan kuesioner terlebih dahulu memberikan penjelasan singkat tentang kuesioner. Prosedur penelitian : 1. Memperoleh surat permohonan melakukan penelitian dari pihak pendidikan Akademi Darmais Padangsidimpuan. 2. Mengajukan permohonan izin kepada kepala Desa Goti

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. 3. Menjelaskan tujuan dari penelitian yang dilakukan. 4. Membangikan lembaran kuesioner kepada responden. 5. Mendampingi pertanyaan. responden saat proses pengisian kuesioner

3.7

Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah melalui langkah - langkah sebagai berikut : 1) Editing Melakukan pencegahan kesalahan dan kekeliruan dalam

mengumpulkan data melalui kuesi,oner yang telah terkumpul. 2) Coding .

Merubah data yang telah diedit kedalam bentuk angka-angka. 3) Tabulating

Untuk mempermudah analisis data dan pengolahan --data serta pengambilan kesimpulan, maka data ini seBanjutnya dimasukkan kedalam distribusi frekuensi.

P=f/N x 100 % Keterangan: P = Presentase F = Frekuensi N =Jumlah Responden (Arikunto, 2006) .

3.8

Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan dilanjutkan dengan membalas hasil penelitian dengan menggunakan teori dad perpustakaan yang ada. Aspek pengukuran menurut Arikunto dilakukan berdasarkan jawaban responden dad semua pertanyaan sebagai berikut : 1. Baik : apabila responden menjawab dengan benar (76 -100%) dad keseluruhan pertanyaan yang diberikan. 2. Cukup baik : apabila responden menjawab dengan benar (56 -75%) dad keseluruhan pertanyaan yang

diberikan. 3. Kurang baik : baik apabila responden menjawab benar ( < 55 %) (Arikunto, 2006). Untuk mengukur skor pengetahuan adalah : 1. Skor jawaban yang salah adalah 0 (skor maksimal dad setiap aspek jawaban di kali skor) yaitu 0 X 20 = 0. 2. Skor jawaban yang benar adalah (skor maksimal dad setiap aspek jawaban di kali skor) yaitu 5 X 20 = 100.

You might also like