You are on page 1of 9

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL (ARRA) BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Kota Bandung adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. Mengingat ruang lingkup pelayanan publik dalam pembangunan kesehatan luas dan menyentuh hajat hidup orang banyak, maka kegiatannya tidak semata-mata menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan sebagai bagian dari pemerintah Kota Bandung, melainkan harus dilakukan dan didukung oleh seluruh komponen masyarakat. Kemitraan antara Dinas Kesehatan dengan seluruh komponen masyarakat menjadi kunci strategis untuk memecahkan masalah di Kota Bandung. Implikasi Kemitraan di bidang kesehatan adalah bahwa pembangunan kesehatan Kota Bandung harus direncanakan, dilaksanakan serta dikendalikan oleh seluruh warga masyarakat yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung. Kemitraan yang secara teknis membantu Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah Puskesmas. Puskesmas merupakan unsur pelaksana teknis pada Dinas Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan. Puskesmas UPT Panghegar merupakan Puskesmas yang penulis ambil sebagai locus kajian. Salah satu alasannya karena Puskesmas UPT Panghegar Kecamatan Panyileukan merupakan puskesmas percontoham dari berada di Kabupaten Bandung. Pada dasarnya pelayanan publik mencakup aspek hidup masyarakat luas termasuk pada bidang kesehatan. Tuntutan masyarakat dalam era desentralisasi terhadap pelayanan publik semakin meningkat. Dalam pengelolaannya kearah pelayanan publik yang berkualitas, tentunya diperlukan seorang pemimpin aparatur yang harus mampu membawa organisasi publik yang dipimpinnya ke peningkatan kualitas pelayanan publik, pimpinan yang memenuhi kriteria perilaku pemimpin yang efektif, yang mampu mendiagnosa berbagai sumber masalah secara baik dan tepat, beradaptasi dengan 1

lingkungan, dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga dinamika sosial dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik. Pada tingkat organisasional, model kepemimpinan transformational secara positif berkorelasi dengan ukuran-ukuran efektivitas organisasi. Berbagai fenomena tentang puskesmas terjadi selama ini, banyak masyarakat beranggapan bahwa puskesmas memiliki kualitas pelayanan teknis yang dinilai kurang. Kedudukan Pegawai Puskesmas sebagai aparatur pemerintah menjadi bagian penting dari proses pelaksanaan teknis penyelenggara kesehatan yang lebih arif da bijaksana dalam memberikan kebutuhan publik. Realitas di lapangan, pegawai puskesmas merupakan unsur pelaksana teknis kesehatan yang berada di lapisan inti terdepan dalam melayani kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Bagaimanapun juga, tanpa adanya pegawai puskesmas yang tanggap, sigap dan melayani dengan sepenuh hati, penyelenggaraan teknis kesehatan, tidak akan optimal. Tentu saja juga diperlukan perilaku kepemimpinan yang lebih mengutamakan kebesaran nurani dan kepekaan nurani. Keberhasilan penyelenggaraan teknis puskesmas tidak lepas dari cara pengelolaan yang tepat sesuai dengan segala peran, fungsi dan berbagai myasalah yang selalu terjadi di lingkungan sekitar. Apabila Kepala Puskesmas sebagai pemimpin selalu memperhatikan perangkat puskesmas dalam melaksanakan tugasnya, maka perilaku kepemimpinannya merupakan sosok manusia yang dengan sengaja mampu mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dari pihak terkait atau berperan mencapai tujuan yang sudah dirumuskan. Kepala Puskesmas sebagai pemimpin bertanggung jawab yaitu mendorong staf dan pegawai untuk meningkatkan kerja mereka. Keberhasilan perliaku kepemimpinan Kepala Puskesmas sangat dipengaruhi kepribadian yang kuat. Masih terdapatnya kegiatan yang tidak solutif dan inovatif yang terlihat dari beberapa kegiatan program pegawai Puskesmas UPT Panghegar, merupakan rangsangan perilaku yang juga berkaitan dengan model peran dari kepemimpinan Kepala Puskesmas. Berdasarkan uraian di atas, maka yang akan dikaji di sini yaitu, Bagaimana Kepemimpinan Transformasional di Puskesmas UPT Panghegar Kecamatan Panyileukan Kota Bandung?

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan Transformasional di Puskesmas UPT Panghegar Kecamatan Panyileukan Kota Bandung Kepemimpinan transformasional terkait dalam empat tatanan perilaku pemimpin, yaitu : a. Motivasi inspirasional, yaitu pengembangan dan atraktifikasi dari visi masa depan, penggunaan argument-argumen emosional, melibatkan optimism dan entusiasme. Visi yang jelas akan merangsang tumbuhnya/ timbulnya komitmen, memberikan energi kepada karyawan, meningkatkan standart kesempurnaan kerja, mengubah pemikiran-pemikiran/ idealism dan menjembatani kesenjangan antara masalah-masalah. b.Pengaruh idealisme, mencerminkan pengorbanan bagi kebaikan kelompok, menjadi model peran, dan memperlihatkan standar etika yang tinggi. c.Konsiderasi individual, yaitu memberikan dukungan, keberanian, pemberdayaan dan coaching. d.Stimulasi intelektual, yaitu perilaku yang merangsang para karyawan selalu mempersoalkan status qua dan selalu berupaya mencari solusi-solusi kreatif dan inovatif dalam mengatasi berbagai masalah organisasi. Untuk memudahkan melihat fenomena yang ada, maka penulis akan membuat matriks berdasarkan konsep kepemimpinan transformasional di Puskesmas UPT Panghegar Kecamatan Panyileukan Kota Bandung.

Tabel 1.1 Kepemimpinan Transformasional di Puskesmas UPT Panghegar Kecamatan Panyileukan Kota Bandung. 3

No.

Konsep

Kepemimpinan Kenyataan di Puskesmas UPT Keterangan Panghegar Kota Bandung a. Peraturan yang berisikan visi dan misi yang jelas, sudah tersedia dengan sangat baik. b. Ketersediaan Kebijakan Standart Pelayanan Minimal (SPM) memudahkan pegawai puskesmas untuk melakukan pelayanan publik yang ideal. c. menunjang pelaksanaan suatu programpun di Puskesmas UPT Panghegar diketahui bahwa sudah terdapat JUKNIS atau Petunjuk Teknis. a. Kepala Puskesmas UPT Panghegar menerima penjajak kerudung pada jam kerja. b. Waktu istirahat melebihi waktu yang sudah di tentukan sebelumnya. a. mengikutsertakan pegawai puskesmas dalam pelatihanpelatihan b. berani mengikutsertakan petugas puskesmas muda dalam rangka penyuluhanpenyuluhan imunisasi c. memberikan rasa keadilan kepada pegawai puskesmas muda sebagai wujud regenerasi a. Rangsangan-rangsangan dalam rangka mengatasi berbagai masalah di dalam organisasi masih tergolong lamban , yang akhirnya menyebabkan dalam 3 tahun terakhir ini tidak terlihat perbaikan dalam pencatatan laporan data imunisasi. b. Belum adanya solusi atau inovasi jemput bola kepada warga sekitar juga merupakan faktor masih kurang baiknya stimulasi intelektual Kepala 4 Pada tahapan yang pertama yaitu Motivasi Inspirasional, tidak begitu mengalami hambatan yang berarti atau dinilai sudah cukup baik.

Transformasional 1. Motivasi Inspirasional

2.

Pengaruh idealism

3.

Konsiderasi Individual

Pada tahap Pengaruh Idealisme, Kepala Puskesmas UPT Panghegar, masih dilihat kurang baik Penilaian baik dalam tahapan konsiderasi individual

4.

Stimulasi intelektual

Kurangnya Stimulasi intelektual yang dilakukan Kepala Puskesmas mengakibatkan perbaikan pada kegiatan sebelumnya berjalan lamban.

Puskesmas. Penjelasan dan analisis tabel 1.1 mengenai Kepemimpinan Transformasional di Puskesmas UPT Panghegar Kecamatan Panyileukan Kota Bandung : 1. Motivasi Inspirasional, Dikarenakan Puskesmas UPT Panghegar bergerak di bidang pelayanan publik, tentunya bila dikaitkan dengan Peraturan yang berisikan visi dan misi yang jelas, tentu saja sudah tersedia dengan sangat baik. Ketersediaan Kebijakan Standart Pelayanan Minimal (SPM) memudahkan pegawai puskesmas untuk melakukan pelayanan publik yang ideal yang nantinya berpengaruh terhadap kinerja Puskesmas UPT Panghegar. Untuk menunjang pelaksanaan serta meningkatkan standart kesempurnaan kerja maupun program di Puskesmas UPT Panghegar, diketahui bahwa sudah terdapat JUKNIS atau Petunjuk Teknis yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Ini juga sangat memudahkan Kepala UPT dalam mengarahkan pegawai puskesmas dalam memberikan pelayanan publiknya. Sosialisasi yang dilakukan Kepala Puskesmas UPT Panghegar dengan baik mengenai peraturan serta visi misi memberikan energi kepada pegawai puskesmas dan merangsang karyawan memilik komitmen untuk melayani masyarakat lebih baik dan baik lagi. Ruangan yang tidak begitu besar dan terdapatnya media yang bersifat internal yang dapat mengkomunikasikan segala bentuk informasi, memudahkan karyawan mengetahui apa tujuan yang akan dicapai dalam rentang waktu tertentu. Menyatukan pemikiranpemikiran ataupun menampung argumentasi-argumentasi yang adapun biasanya dilakukan oleh Kepala Puskesma setiap dua minggu sekali, yang biasanya dilakukan pada hari rabu, yaitu agenda progres atau laporan secara lisan. Pada tahapan yang pertama yaitu Motivasi Inspirasional, tidak begitu mengalami hambatan yang berarti. Dalam amatan penulis, Kepala Puskesmas sudah cukup baik dalam pelaksanaan Motivasi Inspirasional.

2. Pengaruh Idealisme Pada tahap kedua ini mengenai pengaruh idealisme, pemimpin dituntut memiliki standar etika yang tinggi yang dapat menjadi model peran atau contoh yang baik yang nantinya bisa dicontoh para bawahan/ karyawannya. Puskesmas UPT Panghegar sendiri 5

memiliki ruangan yang tidak terlalu besar. Ruangan Kepala Puskesmas dan Pegawai Puskesmas hanya dibatasi satu tembok saja, dan biasanya posisi pintu Kepala Puskesmas tidak dalam kedaan terkunci. Apapun kegiatan yang dilakukan Kepala Puskesmas dapat langsung terpantau oleh para petugas puskesmas. Seperti contoh, ketika seseorang penjajak kerudung yang sudah terlihat akrab dengan Kepala Puskesmas dan Petugas Puskesmas menjajakan kerudungnya di ruang Kepala Puskesmas pada jam kerja, diterima tanpa beban dan juga tanpa memperhatikan akibatnya kepada pegawai Puskesmas. Dan pada akhirnya, ketika setelah selesai menjajakan kerudung kepada Kepala Puskesmas, penjajaan kerudung itu beralih ke pegawai puskesmasnya. Bukan hanya penjajak Kerudung saja, terdapat juga penjajak kue yang diterima di puskesmas UPT Panghegar itu, dalam waktu kerja. Model peran yang dilakukan Kepala Puskesmas akan menghambat pelayanan publik, karena dilakukan pada jam kerja. Contoh lainnya, ketika Jam istirahat sudah berakhir, Kepala Puskesmas masih asik menyantap semangkok bakso, padahal jam istirahat sudah menunjukkan lewat 15 menit. Ketidaktepatan waktu juga merupakan ukuran standart etika untuk para pemimpin, karena disiplin kerja seorang pemimpin, akan juga diikuti oleh para bawahannya. Pada tahap Pengaruh Idealisme, Kepala Puskesmas UPT Panghegar, masih dilihat kurang baik menurut amatan penulis.

3. Konsiderasi Individual Tahap Konsiderasi individual lebih memfokuskan kegiatan pimpinan yang mempengaruhi para individu. Dalam hal Konsiderasi individual, Kepala Puskesmas UPT Panghegar dinilai cukup baik dalam pelaksanaannya. Seperti mengikutsertakan pegawai puskesmas dalam pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kesehatan dan pelayanannya bagi masyarakat. Pimpinan tidak menutup pengembangan diri individu di dalam peningkatan kualitas diri. Dukungan materilpun dialokasikan dalm rangka pendidian dan pelatihan yang dirasa nantinya akan berguna untuk pelayanan publik di Puskesmas UPT Panghegar ini. Contoh lainnya adalah mengikutsertakan petugas puskesmas muda dalam rangka penyuluhan-penyuluhan imunisasi kepada ibu-ibu yang merupakan tanggung jawab wilayah Panghegar. Kepala Puskesmas memberikan rasa keadilan kepada pegawai puskesmas muda sebagai wujud regenerasi untuk keberlanjutan kehidupan Puskesmas UPT 6

Panghegar. Penilaian baik dalam tahapan konsiderasi individual karena Kepala Puskesmas tidak membatasi individu dalam rangka peningkatan mutu individu.

4. Stimulasi Intelektual Perilaku yang merangsang paraa karyawan untuk selalu mengadakan evaluasi pada keadaan sebelumnya merupakan bagian dari stimulasi intelektual. Dari contoh berikut, rangsangan Kepala pemimpin dalam rangka menjalankan stimulasi intelektual, belum dilakukan secara maksimal, yaitu sebagai berikut, dalam rangka membenahi laporan jumlah balita yang sudah melakukan imunisasi untuk laporan pertanggung jawaban kepada Dinas Kesehatan, dalam beberapa tahun terakhir ini dari 2007 sampai 2009, belum ada peningkatan perbaikan laporan, dikarenakan belum adanya solusi jemput bola dari pegawai puskesmas sendiri kepada ibu balita atau rumah sakit sekitar kecamatan Panyileukan yang bertanggung jawab langsung kepada Puskesmas Panghegar. Bagi balita yang tidak mendaftar langsung ke puskesmas, berarti tidak tercatat dalam laporan jumlah imunisasi, artinya balita yang tidak datang ke puskesmas tidak mendapatkan pelayanan sehingga pelaksanaan imunisasinya tidak terpantau pada beberapa tahun terakhir. Seharusnya, bisa saja diadakan sanksi bagi dokter sekitar Kecamatan Panyileukan yang tidak memberikan laporan pencatatan imunisasi kepada pihak Puskesmas. Rangsanganrangsangan dalam rangka mengatasi berbagai masalah di dalam organisasi masih tergolong lamban , yang akhirnya menyebabkan dalam 3 tahun terakhir ini tidak terlihat perbaikan dalam pencatatan laporan data imunisasi. Kurangnya Stimulasi intelektual yang dilakukan Kepala Puskesmas mengakibatkan perbaikan pada kegiatan sebelumnya berjalan lamban. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1

Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis

membuat kesimpulan dari hasil pengamatan yang dilakukan pada Puskesmas UPT Panghegar Kecamatan Panyileukan Kota Bandung sebagai berikut : 7

a. Tahap Motivasi Inspirasional Sudah berjalan cukup baik karena kejelasan peraturan-peraturan yang ada. b. Tahap Pengaruh idealisme Kepala Puskesmas masih kurang baik dalam hal memperlihatkan standart etika dan kurang baik dari segi model peran. c. Tahap Konsiderasi Individual Dukungan moril daupun alokasi materil dinilai baik dalam pengelolaan Kepala Puskesmas dalam rangka pengembangan diri para individu. d. Tahap Stimulasi Intelektual Masih terdapatnya perbaikan yang tergolong lamban dalam menangani masalah, berarti belum tercapainya perilaku Kepala Puskesmas dalam memberika rangsangan kepada pegawai puskesmas. Kepemimpinan Transformasional di Puskesmas UPT Panghegar Kecamatan Panyileukan masih tergolong kurang baik. Masih harus ada perbaikan di beberapa tahapan kepemimpinan transformasional.

3.2 Saran Berdasarkan uraian dan kesimpulan, maka penulis mencoba untuk mengemukakan saran sebagai berikut : a. Pada tahapan Pengaruh idealisme sebaiknya Kepala Puskesmas harus memiliki Disiplin kepada diri sendiri terlebih dahulu, karena apaun yang beliau contohkan pada jam kerja dapat menjadi teladan bagi pegawai puskesmas lainnya. b. Pada tahap Stimulasi intelektual 8

Harus lebih ditingkatkan komunikasi kepada pegawai pusesmas. Agar mereka juga mendapat masukan-masukan yang dapat membuka jalan pikiran pegawai puskesmas dalam mengembangkan kreatifitas mereka.

You might also like