You are on page 1of 24

MODUL (ASKEB IV PATOLOGI KEBIDANAN)

Disusun Oleh: AYUNINGTIAS 4501.0309.A.101

REGULER : 3

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN CIREBON 2011

KATA PENGANTAR Dalam mendukung upaya safe motherhood, strategi making pregnancy safer WHO berfokus pada kontribusi sektor kesehatan untuk mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir. Integrated Management of Pregnancy and Childbirt (IMAPAC) merupakan komponen teknis strategi tersebut diatas dan terutama dijelaskan sebagai berikut : Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan melalui pedoman dan standar penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang diadaptasi secara lokal pada tingkat sistem perawatan kesehatan yang berbeda. Intervebsi untuk meningkatkan respon sistem perawatan kesehatan terhadap kebutuhan ibu hamil dan bayi baru lahir serta meningkatkan penatalaksanan layanan kesehatan ditingkat daerah termasuk penyediaan, staf, logistik, suplay barang, dan peralatan yang adekuat. Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan yang memperbaiki sikap dan praktik keluarga serta masyarakat terkait dengan kehamilan dan kelahiran. Modul pedoman ini untuk melengkapi dan sejalan dengan buku Essential care Practice Guide for Pregnancy and Childbirt yang terutama dipersiapkan untuk tingakat perawatan primer. Modul secara bersama-sama memberikan panduan bagi tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap perawatan ibu hamil dan baiyibaru lahir .

SESI 1

Emesis dan Hiperemesis gravidarum

A. Tujuan intruksional Setelah membaca modul ini, mahasiswa mampu : 1. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan emesis atau hiperemesis gravidarum 2. Menjelaskan pengertian emesis dan hiperemesis gravidarum 3. B. Materi Sebagian besar kejadian emesis dan hiperemesis gravidarum berlangsung sejak usia kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini makin berkurang dan selanjutnya diharapkan berakhir pada usia kehamilan 20-24 minggu. Tingkat manifestasi keluhan ibu hamil sampai yang terberat hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut : 1. Hipersalivasi (ptialismus) atau pengeluaran air liur berlebihan air ludah yang berlebihan pada saat hamil. Terutama pada trimester pertama. Keadaan ini disebabkan aoleh meningkatnya hormon estrogen dan human chorionic gonodotrophin. Selain itu ibu hamil sulit menelan ludah karena mual muntah. Pengobatannya tidak ada dan ptialismus akan menghilang dengan tuanya kehamilan. Jika sistomatik dapat diberikan vitamin B kompleks dan vitamin C.

2. Morning sickness terjadi sekitar 80-95% paling ringan kepala pusing saat bangun pagi dan terasa mual tetapi tanpa muntah-muntah pengobatan hindari bangun tiba-tiba atau berjalan duduk terlebih dahulu di tempat tidur sebelum berdiri 3. Emesis gravidarum terjadi sekitar 65-75%. Mungkin masih terdapat sisa morning sikness disertai muntah ringan tetapi tidak menggangu aktifitas sehari-hari. Berobat jalan dilakukan diantaranya adalah pengobatan psikologis agar tenang, vitamin B6, B2, dan B kompleks, serta vitamin C, dan diberi obat penenang ringan (Vilisanbe-valium 2-5 mg/hari). 4. Hiperemesis gravidarum terjadi sekitar 10-15% mual muntah berlebihan dan telah menggangu aktivitas sehari-hari sudah terjadi gangguan elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi dan menurunnya berat badan sebesar 5% terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk pengobatan psikologis, dehidrasi tambahan cairan diperlukan pengobatan medikamentosa khusus. Penanganan untuk emesis gravidarum : a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang hamil muda yang slalu disertai emesis gravidarum emesis gravidarum akan berangsurangsur berkurang sampai usia kehamilan 4 bulan. b. Dinasehatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat c. Nasihat diet. Dianjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering makanan yang merangsang timbulnya mual muntah dihindari d. Obat obatan dan pengobatan ringan tanpa masuk rumah sakit pada emesis gravidarum :

Vitamin yang diperlukan (vitamin B kompleks, mediamer B6, sebagai vitamin dan anti muntah)

Pengobatan (sedatif ringan [luminal/barbiturat/valium 3 X 30mg], anti mual muntah [stemetil,primperan, emetrol, dan lainnya]).

Nasihat pengobatan (banyak minum air putih atau makanan lain hindari minuman atau makanan yang asam untuk mengurangi iritasi lambung)

Nasihat kontrol antenatal (pemeriksaan kehamilan lebih sering segera datang bila terjadi keadaan abnormal) Penyebab dan gejala klinik Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut : Faktor adaptasi dan hormonal pada ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum yang termasuk dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada kehamilan ganda dan kehamilan mola hidatidosa sebagian kecil primi gravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan gonadotropin korionik, sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum

Faktor psikologis hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitanya dapat berkurang sampai menghilang Faktor alergi pada kehamilan, diduga terjadi invasi jaringan vili korialis yang masuk kedalam peredaran darah ibu sehingga faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum. Sekalipun batas antara mual yang fisiologis dan patologi tidak jelas, tetapi muntah yang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi petunjuk bahwa ibu hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi 3 tingkat berikut ini ; 1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama : a. Muntah berlangsung terus b. Makanan berkurang c. Bareat badan menurun d. Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah e. Nyeri didaerah epigastrium f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat

g. Lidah kering h. Mata tampak cekung 2. Hiperemesis gravidarum tingkat 2 ; a. Penderita tampak lebih lemah b. Gejada dan dehidrasi makin tampak, mata cekung, tugor kulit makin kurang , lidah kering dan kotor c. Tekanan darah turun nadi meningkat d. Berat badan makin turun e. Mata ikterus f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak : urine berkurang dan badan aseton dalam urine meningkat g. Terjadinya gangguan buang air besar h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran menjadi apati i. Nafas berbau aseton

3. Hiperemesis gravidarum tingkat 3 ; a. Muntah berkurang b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun : tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik keadaan dehidrasi makin jelas c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikhterus d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma komplikasi susunan saraf pusat (enselopatiwernicke) nistagmus (perubahan bola

mata) diplopia (gambar tampak ganda) dan perubahan mental Keadaan yang memerlukan pertimbangan pengguguran kandungan adalah a. Gangguan kejiwaan (delirium, apati, somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke) b. Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan ) c. Gangguan faal (hati[ikterus], ginjal [anuria], jantung dan Pembuluh darah [nadi meningkat, tekanan darah menurun]). C. Evaluasi Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan sehingga sangat sedikit memerlukan pengobatan di rumah sakit. Penderita hiper emesis gravidarum yang dirawat dirumah sakit hampir seluruhnya dapat di pulangkan dengan memuaskan sehingga kehamilannya dapat diteruskan. Bidan desa dengan POLINDES dapat merawat ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum. Dalam perawatan perlu dilakukan konsultasi dengan dokter

Sesi II Abortus A. Tujuan Intruksional Tujuan intruksional

Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan pengertian abortus 2. Setelah membaca modul ini mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis abortus dan penjelasanya B. Materi

Jelis-jenis abortus 1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi buatan untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Abortus spontan terbagi menjadi 4 bagian : a. Abortus imminents yaitu terjadinya perdarahan bercak pada kehamilan muda tanpa disertai dilatasi serviks kadang-kadang disertai mules uterus membesar sesuai usia kehamilan pada kondisi ini kehamilan masih dapat dipertahankan. Terapi dilakukan dengan istirahat baring sampai perdarahan berhenti dan jangan melakukan aktifitas yang berlebihan atau hubungan

seksual. Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup b. Abortus insipiens yaitu perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda disertai dengan mules dilatasi serviks namun hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan menjadi abortus inkomplit atau komplit c. Abortus inkomplit yaitu perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian besar hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. Banyaknya perdarahan dapat menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Bila terjadi syok karena perdarahan berikan infus NaCl fisiologik/ RL disusul dengan transfusi, berikan antibiotika d. Abortus komplit yaitu perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri pada pemeriksaan ditemukan ostium uteri telah menutup dan uterus sudah banyak mengecil. Penderita tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila mengalami anemia sedang diberikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu dan apabila anemia berat dilakukan tranfusi. 2. Abortus infeksiosa Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi pada alat genital dengan gejala panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus membesar, lembek, serta nyeri

tekan dan leukositosis. Penderita diberi antibiotika sampai tidak panas lagi selama 2 hari.bila terjadi perdarahan banyak diberikan infus dan transfusi darah 3. Missed abortion Missed abortion adalah perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang disertai gejala subyektif kehamilan yang menghilang mamae agak mengendor lagi uterus mengecil tes kehamilan menjadi negative. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan .pengeluaran hasil konsepsi akan lebih sulit kerena plasenta dapat melekat erat pada diding uterus hingga resiko peforasi lebih tinggi dan kadang-kadang terdapat hipofibrinogenemia. 4. Abortus habitualis Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut pada umumnya penderita tidak sukar untuk hamil tetapi penyebabnya adalah serviks yang inkompeten, namun sebagian besar penyebabnya tidak diketahui oleh karena itu penanganan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki keadaan umum pemberian makanan yang sempurna anjurkan istirahat yang cukup banyak larangan koitus dan berolahraga . pada serviks inkompeten dilakukan operasi untuk mengecilkan ostium uteri

internum dengan pengikatan pada kehamilan 12 minggu dan dibuka pada kehamilan 38 minggu 5. Abortus tidak aman 6. Merupakan abortus buatan yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengahiri proses kehamilan dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien. Penyulit abortus kebanyakan dari abortus disebabkan abortus criminals walaupun dapat timbul juga pada abortus spontan . 1. Perdarahan yang hebat 2. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan 3. Renal falurue (faal ginjal rusak ); disebabkan karena infeksi dan shock. Pada pasien dengan abortus diurese slalu harus diperhatikan. Pengobatannya ialah dengan pembatasan cairan dan pengobatan infeksi 4. Shock bakteriil : terjadi shock berat rupa-rupanya oleh toxintoxin. Pengobatannya ialah dengan pemberian antibiotica, cairan, corticosteroid dan heparin 5. Perforasi : ini terjadi waktu curettage atau karena abortus criminalis C. Evaluasi

SESI III KETUBAN PECAH DINI A. Tujuan Intruksional B. Materi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri penyebabnya adalah : Serviks inkompeten Overdistensi uterus Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin c rendah, kelainan genetik). Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia, meningkatnya enzim proteolitik). Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten a. b. Makin panjang fase laten makin tinggi kemungkinan infeksi Makin muda kehamilan makin sulit upaya pemecahannya

tanpa menimbulkan morbiditas janin c. Komplikasi ketuban pecah dini semakin meningkat

Penyebab utama ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi (hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi safalopelvik, kehamilan letak lintang, sungsang, atau pendular

abdomen. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dimulai dengan terjadinya pombukaan prematur serviks. Ketuban yang terkait dengan pembukaan mengalami devaskularisasi, nekrosis, dan dapat dikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga ketuban, makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim (enzim proteolitik, kolagenase). Evaluasi Kehamilan dengan ketuban Pecah dini. Evaluasi yang dilakukan pada kehamilan dengan ketuban pecah dini (KPD) meliputi evaluasi terhadap resiko, evaluasi,dengan ultrasonografi dan melakukan pemeriksaan terhadap tingkat infeksi. Infeksi yang mungkin terjadi deevaluasi dengan amniosentesis, ultrasonografi, kultur beta-streptokokus, menilai kematangan paru janin. Dan percobaan indigokarmin untuk memastikan apakah benar ketuban pecah dini dengan cairan terdapat dalam vagina. Evaluasi dengan menggunakan ultrasonografi dapat dilakukan untuk mengetahui kelainan konginetal karena KPD sering menyertainya. Ultrasonografi juga bermanfaat untuk menentukan usia kehamilan dan menentukan kesehatan janin dalam kandungan. Pemeriksaan terhadap tingkat infeksi dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium lengkap dan pemeriksaan C-reactive protein (CRD). CRP normal pada

kehamilan adalah 0,3-0,8 mg/ maksimal 2 mg, peningkatan CRP lebih dari 2 mg menunjukan infeksi koriomnionitis. Infeksi dapat juga terjadi ketika dilakukan induksi persalinan sehingga perlu pertimbangan waktu melakukan induksi (setelah pecah 6 jam setelah pecah 21 jam setelah pecah 24 jam ). Tata Laksana KPD, Kehamilan Prematur Dan Aterm Perlu dilakukan pertimabangan tentang tatalaksana yang paling tinggi well born baby dan weel health mother. Masalah berat dalam menghadapi ketuban pecah dini adalah apabila kehamilan kurang dari 26 minggu karena untuk mempertahankannya memerlukan waktu lama. Bila berat badan janin sudah mencapai 2.000 gram, induksi dapat dipertimbangkan. Kegagalan induksi disertai dengan infeksi yang diikuti histerektomi. Selain itu, dapat dilakukan pemberian kortikosteroiddengan pertimbangan.tindakan ini akan menambah reseptor pematangan paru, meningkatkan maturitas paru janin. Pemberian betametason 12 mg dilakukan dengan interval 24 jam dan 12 mg tambahan, maksimum dosis 24mg, masa kerjanya 2-3 hari. Bila janin setelah satu minggu belum lahir, pemberian betakortison dapat diulang lagi. Pemberian tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus dapat dilakukan bila sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi korioamnionitis. Pemberian antibiotik profilaksis dengan triple drug dilakukan untuk menghindari terjadinya sepsis.

Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut: 1. Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu apakah 6,12 atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2.000 gram 2. Terdapat tanda infeksi intrauterin suhu meningkat lebih dari 38 C, dengan pengukuran perektal terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan labolatorium dan pemeriksaan kultur air ketuban C. Evaluasi

SESI IV KEHAMILAN LEWAT WAKTU A. Tujuan Intruksional B. Materi Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan melampawi usia 294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya. Nama lain kehamilan lewat waktu adalah serotinus, prolonged prenancy, atau post-term pregnancy. Kehamilan normal ditandai dengan gerakan janin 7-10 /20 menit, denyut jantung janin 120-140/menit, usia kehamilan 37-42 minggu (rata-rata 37-40 minggu), dan berat janin 2500-4000 gram. Penyebab terjanya kehamilan lewat waktu adalah adanya ketidakpastian mengetahui tanggal akhir haid, tewrdapat kelainan kongenital anensefalus, atau terdapat hipoplasia kelenjar adrenal. Komplikasi kehamilan lewat waktu Komplikasi kehamilan lewat waktu terjadi baik pada ibu maupun janin. Komplikasi pada ibu meliputi timbulnya rasa takut akibat terlambatnya melahirkan atau rasa takut menjalani operasi yang mengakibatkan trias komplikasi ibu. Komplikasi pada janin meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Oligohidramnion. Air ketuban normal pada kehamilan 34-37 minggu adalah 1.000 cc, aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu 400 cc. Akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental kerena mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterin (gawat janin), pada inpartu (aspirasi air ketuban, nilai apgar rendah, sidrom gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga menimbulkan atelektasis). 2. Warna mekonium mekonium keluar karena refleks vagus terhadap usus. Peristaltik usus dan terbukanya sfigter ani membuat mekonium keluar.

Aspirasi air ketuban yang disertai mekonium dapat menimbulkan gangguan pernafasan bayi/janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir, dan hipoksia intrauterin sampai kematian janin 3. Makrosomia dengan plasenta yang masih baik terjadi tumbuh kembang janin dengan berat 4.500 gram yang disebut makrosomia. Akibatnya terhadap persalinan adalah perlu dilakukannnya tindakan oporatif seksio sesaria, dapat terjadi trauma persalinan karena operasi vaginal, distorsia bahu yang menimbulkan kematian bayi, atau trauma jalan lahir ibu 4. Dismaturitas bayi pada usia kehamilan 37 minggu luas plasenta 11m2. Selanjutnya, terjadi penurunan funggsi sehingga plasenta tidak berkembang atau terjadi klasifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan matabolisme menuju anaerob sehingga terjadi badan keton dan asidosis. Terjadi dismaturitas dengan gejala clifford yang ditandai dengan: a. Kulit: subkutan berkurang dan diwarnai mekonium b. Otot makin lemah c. Kuku tampak panjang d. Tampak kriput e. Tali pusat lembek, mudah tertekan dan disertai oligohidramnion Pemeriksaan USG bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan kondisi oligohidramnion , klasifikasi plasenta, kelainan kongenital, pergerakan janin (aktivitasnya 7-10/30 menit), dan pernafasan janin

a. b. c. d. e.

Menentukan usia kehamilan Mengetahui tanggal haid terakhir dengan rumus Nagele Mengukur tinggu fundus uteri Muncul gerakan janin (mulai 16-18 minggu) Bunyi jantung janin (12-14minggu) Mempergunakan USG (crown-rump length, biparietal,panjang remur) Masalah yang dihadapi pada kehamilan lewat waktu adalah resiko

terhadap janin, waktu yang tepat untuk melakukan persalinan, menentukan persalinan per vagina versus per abdominal. Resiko kehamilan sulit dipastikan sehingga dapat menjurus resiko kematian janin intrauterin dan resiko makrosomia. Pada kehamilan lewat waktu, persalinan perlu dipercepat bila terjadi preeklamsia/eklamsia, ibu dengan hipertensi, ibu dengan diabetes militus, dan gangguan tumbuh-kembang janin intauterin. Pada kehamilan lewat waktu juga dihadapi masalah kematangan serviks. Tehnik Pertolongan Persalinan Tehnik pertolongan persalinan pada kehamilan lewat waktu adalah dengan induksi oksitosin atau seksio sesaria 1. Induksi oksitosin pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah kematangan serviks yang dapat dilakukan pasangan laminaria stiff,kateter forley,jeli prostaglandin vaginal. Selain itu, dilakukan evaluasi skor bishop; kurang dari 4 langsung dilakukan seksio sesaria, antara 5 dan 6 dicoba mematangkan serviks dan ada kemungkinan berhasil lebih dari 7 sebagian besar berhasil. 2. Seksio sesaria tindakan ini dilakukan bila ada tanda asfiksia intrauterin, makrosomia, kelainan letak janin, riwayat obstetrik buruk, induksi gagal, infertilitas primer/skunder, atau ibu dengan penyakit tertentu Untuk menentukan keadaan janin dalam rahim dilakukan pemeriksaan rutin berulang dengan ultrasonografi, evaluasi dengan uji nonstres. Amnioskopi dilakukan untuk mengetahui air ketuban (kental, keruh atau hijau) guna memastikan adanya asfeksia intrauterin dan pertimbangan lebih aktif untuk seksio sesaria.

Evaluasi ketat selama induksi persalinan untuk mengurangi kemungkinan seksio sesaria karena gawat janin dan dapat dilakukan infus cairan klorit 37 C 15-20 ml/menit sehingga kompresi terhadap tali pusat dapat dikurangi.

SESI V GAWAT DARURAT NEONATUS Kelahiran merupakan proses yang menyebabkan perubahan kedudukan dan situasi dari bayi yang hangat dalam rahim menuju keadaan yang lebih dingin di luar rahim. Perubahan ini memerlukan upaya yang mantap dari kehidupan bayi dalam rahim menuju suasana diluar rahim. Bayi yang sudah aterm, semua organ dan fungsinya telah dipersiapkan untuk hidup di luar kandungan. Sehingga bayi tidak akan banyak mengalami kesulitan beradaptasi. Kegagalan beradaptasi memerlukan pertolongan adekuat agar bayi mampu mengatasi keadaan diluar yang baru karena persiapan organ tumbuhnya masih dalam pertumbuhan untuk persiapan beradaptasi. Kegagalan itu sering diikuti dengan kematian bayi yang baru lahir. Penyebab kematian tersebut adalah asfeksia, infeksi dan sepsis, hipotermia, trauma yang dikuti dengan perdarahan intrakranial, serta terjadi kejang pada bayi baru lahir. Asfiksia neonatorum asfiksia adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang mempengaruhi seluruh metabolisme tubuhnya. Keadaan depresi pernapasan yang dimaksud adalah keadaan asfiksia dan terjadi kesulitan untuk mempertahankan pernapasan normal yang menyebabkan gangguan tonus otot.penyebab asfiksia atau depresi mpernapasan bayi baru lahir adalah: 1. Asfiksia intrauterin 2. Bayi prematur (kurang bulan) 3. Penyakit atau cacat bawaan bayi 4. Hipoksia intrauterin 5. Obat-obatan yang menekan spontanitas napas. Asfiksia berarti terjadi hipoksia (kekurangan oksigen) yang menimbulkan metabolisme anaerob sehingga terjadi penimbunan karbon dioksida, asidosis darah, dan cairan tubuh. Situasi yang berlangsung terus menerus tanpa diselingi tambahan oksigen akan menimbulkan keadaan yang lebih berbahaya, yaitu gangguan metabolisme pada organ sehingga fungsinya mengalami gangguan

sebagai kompensasi kekurangan oksigen akibatnyapernapsan makin cepat dan frekuensi jantung meningkat. Bila kondisi bayi bertambah buruk dengan asfiksianya bayi dapat jatuh dalam keadaan apnea sekunder, dengan gejala : Bila kondisi bayi bertambah buruk dengan asfiksianya, bayi dapat jatuh dalam keadaan apnea sekunder, dengan gejala : 1. Napas megap-megap (gasping) 2. Frekuensi jantung menurun 3. Tekanan darah menurun 4. Bayi tampak lemas atau flaksid (tonus otot sangat berkurang ) 5. Gangguan metabolisme paling akhir adalah jantung sampai berhenti sama sekali yang diikuti kematian. Upaya untuk menimbulkan pernapasan spontan tidak akan berhasil, kecuali dapat dilakukan resusitasi napas. Seperti diketahui bahwa sebagian besar bayi aterm tidak memerlukan bantuan karena scara spontan sudah dapat mulai bernapas dengan baik. Adapun rangsangan napas adalah pernapasan badan sehingga sebagian besar lendir pada percabangan saluaran paru akan dikeluarkan yang merupakan cara membersihkan secara alami; rangsangan mekanis yang terjadi pada badan dan paru saat melalui jalan lahir; perbedaan suhu intra uterin yang lebih panas dari pada diluar uterus yang dingin; upaya untuk makin membebaskan lendir dari mulut dan hidung bayi bahkan sampai jauh di trakea. ahli anak dari inggris yang telah menemukan cara menilai bayi baru lahir dengan melakukan penilaian pada beberapa manifestasi klinisnya.

Tabel 12-1 penilaian bayi menurut Apgar Kriteria Frekuensi jantung Napas Otot ekstremitas Reaksi terhadap rangsangan kulit 0 Tidak ada Tidak ada Lumpuh (flaksid) Tidak ada 1 Kurang dari 100 Lemah/tidak teratur Fleksi sedikit 2 Lebih dari 100 Baik dan segera menangis Gerak aktif

Sedikit mimik Batuk/bersin meringis pucat Badan merah, Seluruhnya ekstremitas biru merah Catatan : melakukan penilaian Apgar: segera setelah lahir atau lima menit pertama dan lima menit kedua Menurut pengamatan di berbagai klinik, hanya sebagian kecil bayi yang memerlukan resusitasi sehingga pernapasan spontannya dapat dimulai dengan segera, memotong mata rantai . Tabel 12-2 nilai Apgar dan tindakannya Tindakan Resusitasi lengkap Resusitasi segera sehingga bernapas spontan 8-10 Bayi aterm normal Nilai yang diinginkan,well born baby Metabolisme anaerob sehingga tidak akan terjadi timbunan karbon dioksida dan hasil metabolismelainnya yang akan menggangu kelanjutannya. Timbunan karbon dioksida dan hasil metabolisme akan menimbulkan keadaan asfiksia yang progresif dan berakhir dengan kem atian. Sangat sulit membedakan keadaan apnea primer dan apnea sekunder sehingga sebaiknya slalu segera memberi bantuan napas, jika berhadapan dengan situasi gawat, yaitu bayi tidak segera menangis dengan aktif. Langkah-langkah resusitasi yang sering disebut resusitasi ABC adalah sebagai berikut: 1. Memastikan jalan napas bebas terbuka a. Latakan bayi sedemikian rupa sehingga jalan napsnya bebas b. Bersihkan mulut, hidung, dan kalau perlu trakeanya Nilai Apgar 0-4 5-7 Kondisi Asfeksia berat Asfeksia ringan, sedang

c. Jika diperlukan, masuka selang endoktrakeal sehingga jalan naps dapat dipastikan terbuka 2. Memulai pernapasan a. Lakukan rangsangan traktil, kaki, dan tangan sehingga pernapasan mulai b. Jika perlu, lakukan/gunakan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) disertai penggunaan sungkup/balon atau pipa ET dan balonnya 3. Mempertahankan sirkulasi darah a. Lakukan kompresi dada b. Pasang infus atau tambahkan obat-obatan Untuk memulai langkah pertama (awal) resusitasi, perlu menjawab pertanyyan berikut tentang bagaimana keadaan bayi saat lahir: 1.

You might also like