DAGING SAPI GILING SELAMA PROSES PENGERINGAN BEKU Determination of Thermal Conductivity and Water Vapour Permeability Within the Dried Layer of Minched Beef During Freeze Drying Mukti Widodo 1 dan Armansyah H. Tambunan 2 ABSTRACT Freeze drying has had a gr2at impact upon the the production of dehydrated food because of the superior quality of the product obtained. However, the process is only feasi- ble if the cost of production can be lowered by optimum plant operations. This requires not only a good engineering design and control to minimize the drying time, but also detail knowledge on the transport properties of material to be dried and its characteristic behavior during freeze drying. The objective of this study was to determine thermal conductivity and permeability within the dried layer of minched beef during freeze drying. Effects of freezing rate of freezing process on tthe drying time were not appearred definitely under experimental condition. The drying time was found to be depended mainly on the heater plate and external coldtrap temperature. The drying time decreased with increasing heater plate temperature and decreasing external coldtrap temperature. Effects of freezing rate of the dried layer on thermal conductivity were not appearred definitely under experimental condition. The average of thermal conductivity with in 4.62 - O. 79 em/hour range of freezing rate was assessed to be 0.0563 W/mK. The permeability increased with decreasing freezing rate of freezing process. Water vapor permeability value found in this study was range at 0.0013 - 0.0024 m 2 /second. PENDAHULUAN Oaging sapi giling merupakan salah satu hahan pangan yang hanyak dibutuhkan sebagai hahan pembuat jenis makanan ter- tentu. Pada kondisi normal daging sapi gi- ling, akan mengalami kerusakan atau penu- runan mutu. Pengeringan merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menga- wetkan daging. Akan tetapi penggunaan su- hu yang terlalu tinggi dalam pengeringan akan menyehabkan kerusakan produk. Pe- ngeringan beku merupakan suatu cara pe- ngeringan yang dapat menghasilkan produk kering hermutu tinggi. Agar penerapan pe- ngeringan beku layak secara ekonomis, maka hiaya operasi harus ditekan serendah mungkin dengan optimalisasi proses. Op- timalisasi proses memhutuhkan tidak hanya disain dan sistem kendali yang baik untuk meminimumkan waktu pengeringan, tetapi juga pengetahuan tentang sifat transpor hahan. Sifat transpor adalah sifat perpinda- han panas dan massa suatu bahan, diantara- nya adalah konduktivitas panas dan permea- bilitas uap airnya. Sehingga pengukuran konduktivitas panas dan permeabilitas da- ging sapi selama pengeringan beku merupa- kan informasi yang diperlukan untuk opti- malisasi proses. Tujuan penelitian ini adalah menentu- kan nilai konduktivittas panas dan permeabili- tas uap air pada lapisan kering daging sapi giling selama proses pengeringan beku pada berbagai laju pembekuan dan membandingkan karakteristik pengeringan heku pada herbagai laju pembekuan. BAHAN DAN METODA Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : (1) daging sapi giling, 1 Alumnus Jurusan Mekanisasi Pcrtanian IPIl. Tahun 1995 2 Star Pcngajar Jurusan Mckanisasi I'crtanian II'Il 52 (2) wadah eontoh berbentuk siIwder satu alas berdiameter 5.3 em dan tinggi 1 em, (3) termokopel CC (Copper Constantant) tipe T, (4) gabus insulasi siIinder satu alas berdiameter 9 em dan tinggi 5 em, (5) perekam data berupa perangkat NEC, (6) mUltiplexer/ ADC berupa Green kit 88 dan (7) alat pengering beku "KYOWA" tipe RL- 50 MBW (5). Metoda Penelitian Tiga eontoh daging sapi giling dengan ketebalan 1 em dibekukan pada kondisi laju pembekuan yang berbeda. Pada proses su- blimasi tekanan yang diberikan pada ruang pengeringan adalah 13.3 Pa. Sedangkan suhu kontrol permukaan sublimasinya (Ps) adalah 40C. Pengolahan Data Pada penelitian ini perhitungan fraksi air yang tersisa dalam bahan pada saat t di- dekati dengan persamaan berikut : m-m II III X=---- (1) m -m 10 In Pergerakan daerah lapisan kering pada bahan selama proses sublimasi dinyatakan dengan persamaan sebagai fungsi waktu (Sagara, 1984). x(t) = (l - X) I (2) Persamaan untuk menyatakan aliran massa pada proses sublimasi bahan adalah sebagai berikut (Sagara, 1984) : KM w rn=--- (3) R r.rx(t) Laju pindah massa dapat juga dihu- hungkan dengan laju pengeringan dengan persamaan herikut (Sagara, 1984) : dX m = P 1(-) W dt (4) Pada Gambar 1 a dan 1 b ditunjukkan model pengeringan beku dan irisan wadah eontoh yang digunakan pada penelitian. Persamaan yang digunakan untuk menghitung laju pindah panas yang melalui lapisan kering bahan pada proses sublimasi INSULASI . DAERAH ES I r- LAPISAN KERING ( PERMUKAAN PINDAH PANAS - q PINDAH MASSA p.fllihan Gamhar 1 a. Model pengering heku untuk analisa sifat transpor / / / ,I ,/ " " / -- / I " I' / " , , ~ ; I " Gambar lb. lrisan wadah eontoh yang digunakan 53 adalah sebagai berikut (Massey dan Sunder- land (1967) dalam Sagara. 1984) : ~ ITS q = - (T -T ) - m C dT (5) X(/) S I Tf P Laju pindah panas pada lapisan kering dapat juga dinyatakan sebagai beri- kut: q=mAH (6) Dari rumus-rumus di atas dapat ditur- unkan persamaan yang menunjukan nilai konduktivitas : Ts A = O! r /2 (t. H + reliT) (7) w J Tf P dimana: dX (1 - X) (--) dl O! = -------- (8) Sedangkan permeabilitas dapat dinya- takan dengan persamaan herikut : K=.P fw P R dimana: dX (l-X) (- -) dt .lJ = ------- (P s - P) HASIL DAN PEMBAHASAN (9) (10) Dari hasil penelitian didapatkan 3 contoh dengan laju pembekuan yang berbe- da, yaitu masing-masing 64.62 cm/jam, 1.82 cm/jam dan 0.79 cm/jam. Ketiganya masing-masing tergolong ke dalam laju pemhekuan cepat, lamhat dan lambat. Laju pemhekuan 4.62 cm/jam didapatkan dengan menyentuhkan contoh ke plat pembeku. Se- dangkan lInlllk laju pcmhckllan 1.82 cm/jam didapatkan dengan menyentuhkan bahan de- ngan plat pemheku, tetapi diantara keduanya disisipkan bahan isolator plastik dengan ketebalan 2 mm. Kemudian untuk laju pembekuan Q.79 cm/jam didapatkan dengan memeberikan jarak antara contoh dengan plat pembeku sekitar 3 mm. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa proses sublimasi pada dasarnya dapat dikla- sifikasikan menjadi dua perioda. yaitu kon- disi aliran tidak mantap (unsteady state) dan kondisi ali ran mantap (steady state). Kon- disi aliran tidak mantap dimulai pada awal proses pengeringan hingga saat gradien suhu pada permukaan hahan pertama kali menea- pai suhu kontrol permukaan sublimasi (T ). Kondisi aliran mantap dimulai pada saat berakhirnya kondisi aliran tidak mantap sampai herakhirnya proses suhlimasi. Kon- disi aliran mantap ditandai dengan gradien suhu pada permukaan contoh yang konstan pada suhu kontrol permukaan suhlimasi (T). Dari hasil penelitian ditunjukan ada- nya perhedaan waktu pada masing-masing contoh. Pada Gamhar 2 dapat dilihat juga hahwa gradien suhu pada bagian tengah contoh akan herangsur naik seiring dengan naiknya gradien suhu pada permukaan ba- han. Keherhasilan proses suhlimasi dapat dilihat dari karakteristik suhu pada bagian tengah bahan. Apabila gradien suhu pada hagian tengah hahan sudah meneapai Qoe sementara pada saat bersamaan gradien pada permukaan contoh belum mencapai kondisi ali ran mantap, maka proses sublimasi tidak herhasil atau terjadi pencairan lapisan heku contoh yang disehut Collapse. Sedangkan gradien suhu pada dasar contoh beberapa saat lamanya akan konstan sehelum naik menuju suhu kontrol permu- kaan sublimasi (T). Suhu pada saat kea- daan gradien konstim inilah yang dinamakan suhu kesetimbangan pada saat beku (T f ). Penurunan massa dan fraksi air tersi- sa dalam bahan dapat dilihat masing-masing pada Gamhar 3 dan 4. Massa dan fraksi air tersisa dalam bahan akan menurun secara tajam sampai saat sublimasi belum herlang- sung setengahnya, dan kemudian penurun- annya relatif landai sampai konstan. Fraksi air tersisa dalam hahan menggamharkan kandungan air hehas dalam hahan yang hclllm disuhlimasikan pada saar Icrlenlu. 54 150 r------------------------------- ,...... lfl ::J lJ) - Q) U I...J :;) I :;) VJ 100 50 0 -50 --------------------------------------- .... PEr'oJI.XA-..N eAH6..N *1l4.5AR B"HI<N PE"''''''S AADIASI +TENGAH BA.HA.N .. PEAANGt::AP 01 NG I N LU4.R
o 50 100 150 200 250 300 350 400 WAKTU SU8LIMASI ( menit ) Gambar 2. Karakteristik gradien suhu eontoh pada saat sublimasi dengan laju pemhekuan 1.82 em/jam 7 r-------,--------------------------------------,-------.25 f"""'\
'" ( .g,s .>< '"
,- x '-'3
UJ a. 1 3 --lAwU PENGERINGAN + MASSA BAHAN ---------------------------------20 ------------------------- c6 :;:) (/)
CD o o 50 100 150 :200 :250 300 350 .,00 .,50 500 WAKTU SU8L I MAS I C men It) Gambar 3. Penurunan massa dan laju pengeringan eontoh dengan laju pemhekuan 4.62 em/jam 55 1 ;',IR TERSISA +TEB;',L L,A,PIS';" KERING E 1 0 O i 08
iJ5 0,6 -------- ---- -------------------- 0 6 65 w 0,4 -------- 04 4: 0,2 CiS & w
0 o 50 100 150 200 250 300 350 400 WAKTU SUBLIMASI C menit ) Gambar 4. Pergerakan lapisan kering dan fraksi air tersisa dalam bahan selama proses sublimasi eontoh dengan laju pemhekuan 1.82 em/jam.
o 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 WAI:TU SU8LlMASI C rnQnft ) Gambar 5. Sebaran nilai konduktivitas panas selama proses suhlimasi 56 lumlah keseluruhan kandungan air bebas pada bahan dapat dicari dari selisih massa awal bahan dan massa kering bahan pada akhir proses sublimasi. Proses subli- masi pada suatu bahan dianggap selesai bila bahan tersebut sudah tidak memiliki kandu- ngan air bebas yang ditandai dengan tidak adanya penurunan massa bahan. Pergerakan lapisan kering pada bahan berbanding lurus dengan jumlah fraksi air bebas yang dilepaskan dari bahan. Sehing- ga pada saat tidak ada pelepasan air bebas dari bahan maka pergerakan lapisan kering telah mencapai dasar bahan. Pada Gambar 3 ditunjukkan hubungan penurunan massa bahan dengan laju pengeringan selama pro- ses sublimasi. Besarnya laju pengeringan sebanding dengan jumlah penurunan massa bahan pada saat tertentu. Laju pengeringan meningkat sampai suhu pada permukaan eontoh mencapai suhu kontrol permukaan sublimasi (T). Setelah mencapai nilai mak- simum. selahjutnya menurun seeara perla- han sampai meneapai nilai no\. Dari hasil penelitian tidak dapat hubungan yang pasti an tara laju pemhekuan dengan waktu yang dibutuhkan untuk proses sublimasi. Sedangkan untuk suhu perang- kap dingain luar. besarnya mempengaruhi laju perpindahan massa selama proses su- hlimasi. Semakin rendah suhu perangkap dingin luar akan semakin mempercepat waktu sublimasi. Hal ini dikarenakan se- makin rendah suhu perangkap dingin luar. semakin besar pula kemampuan untuk me- ngembunkan uap air hasil suhlimasi. Hu- bungan lain yang didapatkan adalah semakin tinggi suhu plat pemanas semakin eepat pula proses sublimasi berlangsung. Seharan nilai konduktivitas panas selama proses pengeringan sublimasi dapat dilihat pada Gambar 5. Seharan nilai kon- duktivitas panas tersehut meliputi kondisi aliran tidak mantap dan kondisi aliran man tap . Sementara itu hubungan nilai konduktivitas panas dan suhu bahan dapat dilihat pada Gamhar 6. Dari Gamhar 6 dapat dilihat hahwa konduktivitas panas suatu hahan akan me- nurun dengan meningkatnya suhu hahan. Nilai konduktivitas selama proses sekitar 0.05 - 0.07 W /mK pada suhu 40C. Selama itu konduktivitas panas lapi- san kering tiap-tiap eonttoh adalah 0.0499 W /mK. 0.0686 W /mK dan 0.0503 W /mK. Hubungan antara konduktivitas panas lapi- san kering dan laju pembekuan tidak tampak pada penelitian ini. Nilai rata-rata konduk- tivitas lapisan kering adalah 0.0563 W/mK. Sebaran nilai permeahilitas selama proses sublimasi dapat dilihat pada Gamhar 7. Nilai permeabilitas ini meliputi nilai pada kondisi aliran tidak manttap dan ali ran mantap. Nilai permeabilitas lapisan kering tiap-tiap eontoh adalah 0.0013 m'!/detik. 0.0018 m 2 /detik dan 0.0024 m 2 /detik her- turut-turut untuk eontoh dengan laju pemhe- kuan 4.62 em/jam. 1.82 em/jam dan 0.79 em/jam. Nilai permeabilitas lapisan kering diperoleh dari rata-rata nilai permeahilitas pada kondisi ali ran mantap. Dari hasil pe- nelitian terlihat adanya huhungan yang her- handing terhalik antara permeahilitas de- ngan laju pemhekuan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Nilai konduktivitas panas dan permeahili- tas uap air pada lapisan kering adalah 0.0499 W/mK dan 0.0013 m'!/detik. 0.0686 W/mK dan 0.0018 m.!/detik. serta 0.0503 W/mK dan 0.0024m.!/detik, masing-masing untuk eontoh dengan laju pembekuan 4.62 cm/jam, 1.82 em/jam dan 0.79 cm/jam. 2. Dari hasil penelitian tidak tampak huhun- gan antara laju pembekuan dengan nilai konduktivitas panas lapisan kering daging sapi giling. Sementara itu semakin eepat laju pemhekuan akan cenderung menur- unkan nilai permeabilitas lapisan kering daging sapi giling. Saran Laju pembekuan sedang sehaiknya juga didapatkan untuk melihat pengaruh laju pembekuan terhadap nilai konduktivitas dan permeabilitas. Kemudian untuk menghin- dari tluktuasi suhu permukaan hahan pada kondisi aliran manttap penyangga termoko- pel sehaiknya dihuat dari hahan isolator. 57 0.0.------------------------------------------------------, o ~ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ~ -20 -15 -10 -5 o 5 10 15 20 25 30 35 40 SUHU BAHAN ( celelus ) LAJU PEI\1BEKUAN ....... 0 . 79 em! jam + 4 .62 em! j am * 1 . 82 em! j am Gambar 6. Hubungan konduktivitas dan suhu bahan selama sublimasi 10r----------------------,--------. "- -- 4 62 em! Jam ~ 8 --------- ----- +182 em/jam '" ~ '7 ~ x *" 0.79 em! J6m o ~ ~ ~ - - - - - - - - - - - - - - - - ~ - X ~ ~ ~ ~ o 50 100 150 200 250 300 3:;0 400 450 SOD 'N1o.I(TU SUBL 1"oSI ( men it) Gambar 7. Sebaran nilai permeabilitas selama proses sublimasi 58 Tabel 1. Data-data hasil penelitian pengeringan beku daging sapi giling) Data-data eontoh I eontoh " C ontoh '" Laju pemhekuan (cm/jam) 4.62 I.lQ 0.79 Waktu suhlimasi (menit) 500 405 450 Lama aliran tak l11antap (l11enit) 310 220 195 Lama aliran mantap (l11enit) 190 IX5 255 Suhu rata-rata lapisan kering ("C) 40.62 40.60 39.60 Suhu kesetil11hangan lapisan heku ("C) -20 -20 -25 Suhu rata-rata perangkap dingin luar ee) * selama proses suhlil11asi -3R.66 -42.94 -42.X6 * selal11a aliran mantap -33.76 -44.55 Suhu rata-rata plat pemanas radiasi ("C) * selal11a proses suhlil11asi 90.73 95 . .16 XX.J 1 * selamH aliran l11antap 76.94 XI.X5 X 1.03 Ketehalan awal (cm) 1.0 1.0 1.0 Massa awal (g) 20.36 21.7:' 21.91 Massa akhir (g) 6.19 5.51 5.90 Densitas awal 0.921 O.9X:' 0.991 Densitas akhir 0.2XO 0.249 0.267 Kandungan air hehas (g) 14.17 16.22 16.01 Konduktivitas lapisan kering (W/mK) 0.0499 0.06XII 0.0503 Permeahilitas lapisan kering (m 2 /detik) 0.0013 0.001 X 0.0024 " Pad a kOIldisi tekanan ruang 13.3 Pa dan suhu suhlil11asi 40"C r DAFTAR PUSTTAKA 1. Buckle, K.A., R.A. Edwars, G.H. Flee dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pa- ngan. Terjemahan Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta. 2. Cotson, S. dan D.B. Smith. 1963. Freeze Drying of Food Stuffs. Co- lumbine Press Ltd., Manchester. 3. Desroiser, N.W. 1988. Teknologi Pe- ngawetan Pangan (The Technology of Food Preservation). Diterje- mahkan oleh M. Muljoharjo. UI- Press, Jakarta. 4. Fellows, P.J. 1990. Food Processing Technology : Principle and Prac- tice. Ellis Horwood. 5. Fennema, o.R.. M. Karel dan D.B. Lund. 1975. Principles of Fond Science Part II. Physical Principles of Food Preservation. Marcel Dekker Inc., New York. 6. Gaman, P.M. and K.B. Sherrington. 1981. The Science Food, An Intro- duction to Food Science, Nutrition and Microbiology. Pergamon Press pic. 7. Harper, J.C., C.O. Chichester and T.E. Roberts. 1962. Freeze drying of food : Dielectric heating applied to dehydrated food production. Jour- nal of Agricultural Engineering, February, 78-90. 8. Heldman, D.R. and R.P. Singh. 1981. Rekayasa Proses Pangan (Food Pro- cessing Engineering). Diterjemah- kan oleh M.A. Wirakartakusumah. Penerbit Pusa Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor. 9.lIyas, S. 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan. Penerbit Paripur- na, Jakarta. 10. Kamil, S. 1983. Termodinamika dan Pindah Panas. Melton Putra, Jakarta. 11. 12. 13. 14. King, c.l. 1971. Freeze Drying of Food. CRC, The Chemical Ruhher Co., Cleveland-Ohio. Slade, F.H. 1967. Food Process- ing Plantation. Leonard Hills Books, London. Sagara, Y. 1984. Freeze drying characteristic and transpor proper- ties in concentrated coffee solution system. Proceedings of Fourth In- . ternational Drying Symposium, 2. 443-450. Wirakartakusumah, M.A .. D. Her- manianto dan N. Andarwulan. 1989. Prinsip Teknik Pangan. Pu- sat Antar Universitas Pang an dan Gizi IPB, Bogor. DAFTAR SIMBOL Cp : panas spesifik uap air (J/kg K) K : permeahilitas bahan (m 2 /detik) 1 : tehal awal hahan (m) M : berat molekul air (kg/Mol) T f w : suhu setimbang heku (K) m : laju pindah massa/laju pengeringan ba- han (kg/detik) m t : massa hahan terukur pada akhir penge- n ringan (kg) mit : massa bahan terukur pada saat t (kg) m t : massa hahan terukur pada awal penge- o ringan (kg) P f : tekanan keseimbangan dalam hentuk es (Pa) Ps : tekanan pada permukaan bahan kering heku (Pa) t : waktu (detik) q : laju pindah panas (J/detik) R : tetapan universal gas (Jm/kg Mol) :.s : suhu pada permukaan bahan (K) h : fraksi air tersisa dalam bahan (.) x(t) : tebal lapisan kering saat t (m) a : nilai rata-rata sifat pindah panas per perioda 13 : nilai rata-rata sitat pindah massa per perioda H : panas laten sublimasi (J/kg) : kondukttivittas panas (W /mK) f : massa jenis air dalam bentuk es w (kg/m3) 60