You are on page 1of 4

II.

7 Adsorpsi Karbon aktif

Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh
permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya.
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;

1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses
bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada
permukaan adsorben.

2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorbsi.

Adsorbsi menggunakan istilah adsorbant dan adsorbent, dimana adsorbent adalah merupakan suatu penyerap yang
dalam hal ini berupa senyawa karbon, sedangkan adsorbant adalah merupakan suatu media yang diserap. Pada air
buangan proses adsorbsi adalah merupakan gabungan antara adsorbsi secara fisika dan kimia yang sulit dibedakan,
namun tidak akan mempengaruhi analisa pada proses adsorbsi. Absorbsi adalah proses adhesi yang terjadi pada
permukaan suatu zat padat atau cair yang berkontak dengan media lainnya, sehingga menghasilkan akumulasi atau
bertambahnya konsentrasi molekul – molekul. (Soedarsono dan Benny Syahputra, 2005).

Suatu permukaan padatan yang bersentuhan dengan larutan akan menyebabkan molekul-molekul terlarut terjerap/
adsorp pada permukaan padatan. Adsorbsi molekul digambarkan sebagai berikut :

A + B —> A.B

Dimana :

A = adsorbant

B = adsorbent

A.B = jumlah bahan yang terjerap

Energi yang dihasilkan seperti ikatan hidrogen dan gaya Van Der Waals menyebabkan bahan yang teradsorp
berkumpul pada permukaan penjerap. Bila reaksi dibalik, molekul yang terjerap akan terus berkumpul pada permukaan
karbon aktif sehingga jumlah zat diruas kanan reaksi sama dengan jumlah zat pada ruas kiri. Apabila kesetimbangan
telah tercapai, maka proses adsorpsi telah selesai. (Arifin, 2008)
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukan distribusi adsorbent antara fasa teradsorpsi pada permukaan
adsorben dengn fasa ruah saat kesetimbangan pada suhu tertentu. Dibawah ini adalah beberapa contoh isotherm yang
biasa digunakan dalam adsorpsi :

GAMBAR. 9 :
BERBAGAI JENIS KURVA ISOTERM ADSORPSI

(Sumber : Carlos Moreno Castilla, 2003)

Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara, kulit kelapa, dan sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan
dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif
dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar
atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat
karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60% produksi
karbon aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan
farmasi. ( M.T. Sembiring, dkk, 2003)

GAMBAR. 10 :
STRUKTUR KARBON AKTIF

(Sumber : Arifin dan Heri Rizky, 2008)

Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m 2, sehingga sangat efektif
dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif
dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut
manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya karbon aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara.
Sampai tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang yang
disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena
itu perlu diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut. (Perpamsi, 2002).

Menurut M.T Sembiring, dkk, 2003 bahwa karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan
sebagai penyerap uap.
1. Karbon aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus, diameter pori
mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu
yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat
penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari
serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas
kecil dan mempunyai struktur yang lemah.

2. Karbon aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granula atau pellet yang sangat keras
diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi
untuk memperoleh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari
tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai bahan baku yang
mempunyai struktur keras. Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
karbon aktif untuk masing- masing tipe, pernyataan diatas bukan merupakan suatu keharusan.

Ann Limley, Et.al, 1995, menyatakan bahwa dengan proses oksidasi, karbon aktif yang dihasilkan terdiri dari dua jenis,
yaitu :

1. L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu 300 oC – 400 oC (570o-
750oF) dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia. L-AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion
terlarut dari logam berat basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat
asam akan berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan menggunakan
asam atau garam seperti NaCl hampir sama pada perlakuan pertukaran ion.

2. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800 o-
1000oC (1470 o-1830oF) kemudian didinginkan pada atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan
yang bersifat basa sehingga tidak efektif dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan
air tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat hidrofobik, dan senyawa
kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi
dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya
dalam mereduksi dan mengadsorbsi kimia organik sehingga efektif mengadsorbsi ion logam berat
dengan kompleks khelat zat organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya.

Menurut M.T. Sembiring dkk, 2003 bahwa karbon aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang tercantum pada
SII No.0258 -79. Sifat karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
daya serap adsorpsi, yaitu :

1. Sifat Serapan

Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk
masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari
sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi,
ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
1. Temperatur/ suhu.

Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada
peraturan umum yang bisa diberikan mengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi suhu
proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-
sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik
didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada suhu kamar atau bila memungkinkan pada suhu yang lebih
kecil.

1. pH (Derajat Keasaman).

Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam
mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya
bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat
terbentuknya garam.

1. Waktu Singgung

Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang
dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis karbon aktif,
pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel
karbon aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi,
dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.

Karbon aktif disamping sebagai adsorben juga dapat dianggap sebagai zat pemberat. Zat pemberat (weighing agent)
digunakan untuk menambah partikel – partikel untuk tumbukan pada pembentukan/ pertumbuhan flok (membantu
proses flokulasi). Penambahan zat pemberat, yang mempunyai berat jenis (specific gravity) relatif besar,
menghasilkan aksi pemberatan, dan flok mengendap dengan cepat. (Perpamsi, 2002).
Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya gravel, pelet (0.8-5 mm) lembaran fiber, bubuk (PAC : powder
active carbon, 0.18 mm atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active carbon, 0.2-5
mm). (PAC) lebih mudah digunakan dalam pengolahan air dengan sistem pembubuhan yang sederhana. Metode ini
adalah salah satu metode yang potensial, karena prosesnya yang sederhana, dapat bekerja pada konsentrasi rendah,
dapat di daur ulang, dan biaya yang dibutuhkan relatif murah. (Arifin dan Heri Rizky, 2008).
Adopted from . BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. Sub. II.7 dari Arifin. 2010. Dekolorisasi Air yang Mengandung Zat
Warna Tekstil Dengan Metode Koagulasi Poly Aluminium Chloride dan Adsorpsi Karbon
Aktif. Tangerang : PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri.

You might also like