You are on page 1of 13

MODUL 25.

KEPEMIMPINAN Kemampuan akhir yang diharapkan : Setelah membahas/ mengkaji modul ini diharapkan mahasiswa akan mampu menjelaskan berbagai hal berkenaan dengan kepemimpinan. Materi yang dibahas : 1. Konsep dasar kepemimpinan. 2. Pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan 3. Pendekatan kontingensi mengenai kepemimpinan 4. Pendekatan lainnya mengenai kepemimpinan Materi 25.1. KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para karyawan/bawahan dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan pada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman dan Gilbert Leadership is the process of directing and influencing the task related activities of group member. Lebih jauh lagi Griffin membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu : 1. Sebagai proses, dalam hal ini difokuskan pada apa yang dilakukan oleh para pemimpin yakni proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para karyawan, bawahan atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tsb, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif bagi organisasi. 2. Dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu pemimpin dapat didifinisakan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orangorang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka. Pada dasarnya setiap organisasi selalu memerlukan manajemen dan kepemimpinan, dimana manajemen diperlukan untuk menyusun , mengorganisasikan, melaksanakan dan mengontrol rencana termasuk target yang telah ditetapkan, sedangkan kepemimpinan

Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan

Page 1

diperlukan untuk melakukan perubahan dalam rangka beradaptasi dengan perubahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Secara mendasar kepemimpinan melibatkan empat aspek, yaitu : 1. Followers, yaitu orang-orang yang mengikuti para pemimpin atau orang yang diberi perintah atau dipengaruhi oleh pemimpin untuk melakukan sesuatu. 2. Distribution of powers, dengan adanya perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, antara pemimpin dan pengikut, atau antara atasan dan bawahan berimplikasi pada perbedaan kekuasaan diantara keduanya. 3. Power to influence, adanya perbedaan kekuasan melahirkan konsekuensi logis bahwa pemimpin memiliki kekuasaan lebih untuk dapat mempengaruhi karyawan atau para pengikutnya. Yang perlu dipengaruhi oleh para pemimpin dengan kekuasaan yang dimilikinya adalah perilaku karyawan/ followers agar mau melakukan tindakan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. 4. Leadership value, pemimpin juga perlu memahami bahwa dirinya bukan sekedar berkuasa , akan tetapi perlu mendorong terwujudnya suatu nilai positif yang dapat memberikan perubahan positif kepada semua anggota organisasi. Disini faktor etika, moralitas, keteladanan atau figur seorang pemimpin diperlukan. Pemimpin yang tidak mengindahkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, termasuk di organisasinya hanya akan melahirkan perubahan yang akan dapat mengancam dirinya maupun organisasinya di masa yang akan datang. Materi 25. 2. PENDEKATAN PERILAKU MENGENAI KEPEMIMPINAN Ketika kita menyadari bahwa dari sisi personal atau karakteristik individu ,antara pemimpin dan bukan pemimpin agak sulit dibedakan, maka pendekatan lain yang bisa digunakan adalah pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan. Pada dasarnya pendekatan ini mencoba lebih memfokuskan pada perilaku dan tindakan apa yang dilakukan oleh sesorang pemimpin atau pemimpin yang efektif. Pendekatan perilaku ini lebih memfokuskan pada beberapa tindakan yang dilakukan oleh pemimpin, seperti bagaimana mereka melakukan delegasi, bagaimana mereka melakukan komunikasi dengan banyak orang, serta bagaimana mereka memotivasi para Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan Page 2

karyawan dll. Perilaku dapat dipelajari, sehingga mereka yang mendapatkan pendidikan atau pelatihan yang memadai mengenai kepemimpinan akan mampu menjadi pemimpin yang efektif. Para teoritisi yang melakukan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan pada dasarnya memfokuskan pada dua aspek dari perilaku kepemimpinan yaitu leadership functions dan leadership styles. LEADERSHIP FUNCTIONS. Aspek ini terkait dengan fungsi- fungsi yang akan mendukung tercapainya team yang efektif sehingga manajemen dapat dijalankan secara efektif dalam mencapai tujuan. Terdapat dua fungsi yang terkait dengan hal ini, yaitu fungsi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan (task related functions) dan fungsi yang terkait dengan hubungan social atau pemeliharaan kelompok ( group-maintenance functions). 1. Task related functions memfokuskan fungsi kepemimpinan dalam menjalankan berbagai pekerjaan atau tugas yang telah direncanakan dalam suatu organisasi. Dengan demikian kepemimpinan yang efektif adalah ketika pemimpin mampu mempengaruhi orang-orang untuk dapat melakukan tugas yang telah dipercayakan pada mereka. Adapun yang terkait dengan group-maintenance, memfokuskan fungsi kepemimpinan dalam upaya untuk senantiasa memelihara kesatuan diantara para karyawan, serta saling pengertian dengan sesama mereka. Dengan demikian pemimpin yang efektif adalah ketika pemeimpin tsb mampu berkomunikasi dengan baik dengan team kerja, mengajak mereka untuk senantiasa memelihara kebersamaan dan saling pengertian sehingga tim kerja yang ada senantiasa terpelihara dengan baik. Organisasi bisnis umumnya lebih memfokuskan pada fungsi yang terkait dengan pekerjaan, sedangkan untuk organisasi non profit cenderung lebih memfokuskan pada fungsi yang terkait dengan relasi sosial. LEADERSHIP STYLES. Sebagai konsekwensi dari adanya dua fungsi kepemimpinan , maka terdapat dua gaya kepemimpinan yang dapat di identifikasi, yaitu : 1. Task oriented or job style ( gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan.) Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan Page 3

2. Employee oriented style (gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. Sekalipun konsep dasarnya sama ,Griffin menamakan kedua gaya kepemimpinan ini dengan istilah : Job centered leader behavior dan employee centered leader behavior . Task oriented or job style lebih memberikan fokus pada pekerjaan dan prosedur yang harus dilakukan dalam pekerjaan,sedangkan Employee oriented style cenderung memberikan perhatian pada pemeliharaan team dan memastikan bahwa seluruh orangorang mendapatkan kepuasan dalam setiap pekerjaannya. Setiap pemimpin memiliki kecenderungan yang berbeda-beda berkaitan dengan gaya kepemimpinan ini. Ada yang cenderung ke penyelesaian pekerjaan, namun ada juga yang lebih pada membangun relasi sosial. Gaya kepemimpinan akan ditentukan oleh berbagai factor, yaitu dari segi latar belakang, pengetahuan, nilai dan pengalaman dari pemimpin tsb.Pemimpin yang menilai bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan dari kepentingan individu akan memiliki kecenderungan ke task oriented style. Sebaliknya bagi pemimpin yang dibesarkan pada lingkungan yang menghargai perbedaan dan relasi antar manusia akan cenderung ke employee oriented style. Namun selain empat factor tsb , karakteristik dari bawahan atau orang-orang yang dipimpin juga perlu untuk dipertimbangkan, sebelum memutuskan gaya kepemimpinan mana yang sebaiknya digunakan. Jika yang dipimpin cenderung menyukai keterlibatan dalam berbagai hal dan punya inisiatif tinggi, barangkali lebih tepat bila memadukan kedua gaya kepemimpinan yang ada melalui apa yang dinamakan sebagai MANAJEMEN PARTISIPATIF, dimana dalam hal ini faktor orientasi social diakomodir melalui keterlibatan orang-orang dalam menyelesaikan pekerjaan (apakah berkaitan dengan penyusunan tujuan,penyelesaian masalah dll). Sementara itu Robert Blake dan Jane Mouton menyusun pemetaan berupa diagram yang menggambarkan kecenderungan gaya kepemimpinan dikaitkan dengan kedua orientasi kepemimpinan yang telah dibahas, yaitu antara orientasi pada orang dan orientasi pada pekerjaan/produksi. (diagram ini disebut yaitu : Managerial Grid atau gaya manajemen).Berdasar managerial grid, gaya manajemen dibagi menjadi lima kelompok

Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan

Page 4

1.Kelompok improvished management, yang memiliki karakteristik yang rendah sekali berkenaan dengan upaya yang dilakukan ,baik dalam kaitan melakukan pekerjaan maupun membangun relasi socsial. 2. Kelompok country club management, yaitu gaya manajemen yang memiliki perhatian tinggi terhadap orang/relasi sosial tetapi perhatiannya rendah terhadap pekerjaan. 3. Kelompok middle of the road management, yaitu gaya manajemen yang memiliki posisi seimbang dan cukup baik antara perhatian terhadap relasi social maupun pekerjaan. 4. Kelompok authority compliance, yaitu merupakan kebalikan dari gaya manajemen ad.2,yang berarti lebih perhatian tinggi pada pekerjaan dan rendah terhadap relasi social. Ini juga disebut gaya otoriter. 5. Kelompok team management, yaitu gaya manajemen yang memiliki perhatian yang tinggi terhadap relasi social maupun pekerjaan. Materi 25.3. PENDEKATAN KONTINGENSI MENGENAI KEPEMIMPINAN Seperti telah kita ketahui bahwa gaya kepemimpinan sangat ditentukan oleh berbagai factor antara lain latar belakang personal, pendidikan personal, pengalaman hingga lingkungan yang dihadapinya. Kenyataan ini membawa pada kesimpulan bahwa pada dasarnya gaya kepemimpinan bersifat situasional (misal saat kegiatan perusahaan dalam kondisi normal, maka barangkali perlu gaya kepemimpinan yang demokratis yang menyeimbangkan antara orientasi relasi sosial dan pekerjaan. Akan tetapi pada saat organisasi mengalami keadaan darurat, maka pimpinan perlu mempertimbangkan semua perhatiannya pada pekerjaan darurat yang harus segera dilakukan). Para peneliti selanjutnya mulai melakukan identifikasi situasi-situasi yang mendorong suatu gaya kepemimpinan tertentu dilakukan. Pendekatan kepemimpinan yang mempertimbangkan situasi yang dihadapi inilah yang dinamakan sebagai pendekatan kontingensi dalam kepemimpinan ,dimana secara sederhana pendekatan kontingensi memandang bahwa gaya manajemen atau gaya kepemimpinan yang akan memberikan

Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan

Page 5

kontribusi positif bagi organisasi sangat beragam dan sangat ditentukan oleh keragaman situasi dan keadaan yang dihadapi oleh organisasi tsb dari waktu ke waktu. Terdapat beberapa model dalam pendekatan kontingensi, antara lain : 1. Model kepemimpinan situasional dari Hersey Blanchard. 2. Model kepemimpinan LPC dari Fiedler 3. Model jalan tujuan dari Evans House. Ad1. Model kepemimpinan situasional. Model ini menjelaskan bahwa para manajer perlu menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon terhadap berbagai karakter dari orang-orang yang menjadi bawahannya seperti harapan karyawan, pengalaman, keahlian, dan kesanggupan dalam menerima tanggung jawab. Model ini dapat digambarkan sbb. :

High

High Relationship And Low Task Low Relationship And Low Task

High Task And High Relationship

RELATIONSHIP BEHAVIOR (Memberikan Dukungan)

Low Relationship And High Task High

Low Low and TASK BEHAVIOR (Memberikan Panduan)

Kwadran pertama (LRHT) menunjukkan bahwa terdapat tuntutan pekerjaan yang tinggi dan tuntuttan yang rendah relasi, maka pemimpin yang dibutuhkan adalah yang orientasi pada pekerjaan nya tinggi, kadang-kadang cenderung sedikit otoriter. Pemimpin juga harus memberikan panduan yang jelas agar pekerjaan segera dapat dilakukan. Pada kwadran kedua (HTHR) menunjukkan terdapat tuntutan/ perlu perhatian yang tinggi pada pekerjaan maupun relasi/orang, disini memerlukan gaya kepemimpinan yang demokratis dan berorientasi pada kemajuan dan perubahan.

Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan

Page 6

Pada kwadran ketiga (HRLT) , karyawan punya karakteristik team kerja yang baik dan termotivasi untuk berprestasi dalam pekerjaan ,tetapi belum diarahkan pada pekerjaan yang memberikan tantangan pada mereka sehingga orientasi pada pekerjaan masih rendah. Dalam konteks ini perlu manajer yang dapat memberi dukungan/motivasi akan arti penting prestasi pada karyawan agar dapat melakukan hal yang terbaik dari pekerjaan mereka . Disini pemimpin harus benar-benar memperhatikan aspek relasi antar orang, sehingga pendekatan manajemen partisipatif dianggap sesuai. Pada kwadran keempat (LRLT) , menunjukkan orientasi pada orang maupun tugas/pekerjaan rendah, sehingga manajer perlu kerja keras untuk memotivasi karyawan sekaligus memberikan panduan mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan. MODEL LPC (Least Preferred Coworker) Model yang diperkenalkan Fred Fiedler ini menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang sebaiknya digunakan beragam dan tergantung pada kecenderungan situasi yang terjadi. LPC, dimana pemimpin atau manajer perlu mengidentifikasi gaya kepemimpinan mana yang paling cocok untuk diimplementasikan yang disesuaikan dengan kondisi minimum pekerja yang dihadapinya. Artinya manajer perlu menilai apakah situasi yang dihadapi memiliki kecenderungan yang mungkin didekati dengan gaya kepemimpinannya atau tidak. Fiedler mengukur gaya kepemimpinan melalui angket yang terdiri dari 16 pertanyaan yang dapat menggambarkan situasi minimum yang sanggup dihadapi oleh manajer. Manajer memberi penilaian dari skor 1 sampai 8 untuk setiap karakteristik karyawan yang sanggup dihadapinya. Sementara itu Griffin menganggap daftar pertanyaan ini controversial dikalangan teoritisi maupun praktisi, terutama dalam validitas jenis-jenis sikap maupun pengukuran sikap yang dimunculkan dalam angket tsb. Namun demikian sebagai bagian dari kontribusi Fiedler mengenai gaya kepemimpinan, usahanya perlu cukup diapresiasi sebagai upaya untuk mengenali kemampuan manajer dalam hal gaya kepemimpinannya dikaitkan dengan situasi orang/karyawan yang dihadapinya. Fiedler menyimpulkan ada tiga factor kontingensi yang perlu dipertimbangkan dalam model LPC yang dikemukakannya, yaitu : 1. Relasi pemimpin bawahan (Leader member relation0 Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan Page 7

2. Struktur pekerjaan (structure task) 3. Peran kekuasaan (power position) Relasi pemimpin bawahan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepercayaan, penghargaan, kepercayaan diri, dll. Struktur pekerjaan menggambarkan baik tidaknya seluruh rangkaian pekerjaan yang akan dilakukan, mulai dari kejelasan tugas, prosedur dll, jika struktur hal ini tersedia dengan jelas dan lengkap ,maka dikategorikan tinggi dan demikian sebaliknya. Sedangkan peran kekuasaan menggambarkan peran atau posisi kekuasaan pemimpin terhadap bawahannya. Jika pemimpin punya peran yang kuat dalam mempengaruhi dan mengarahkan bawahan, maka factor peran/posisi kekuasaan dikategorikan kuat, demikian sebaliknya . Berdasarkan ketiga faktor kontingensi dengan berbagai kategorinya, dapat dipetakan 3 kondisi dari situasi yang dihadapi oleh manajer/pemimpin, yaitu : 1. Situasi kondusif, terjadi jika relasi pimpinan-bawahan baik, struktur pekerjaan baik, atau meski struktur pekerjaan lemah tapi peran kekuasaan tinggi. 2. Situasi cukup kondusif 3. Situasi tidak kondusif, terjadi jika relasi pimpinan-bawahan buruk, Struktur pekerjaan dan peran kekuasaan juga lemah. Untuk situasi yang kondusif ,perilaku pemimpin yang ideal adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan/tugas. Untuk situasi cukup kondusif, gaya kepemimpinan yang perlu diimplementasikan adalah gaya kepemimpinan yang lebih menekankan pada orientasi hubungan dengan orang. Sedangkan untuk situasi tidak kondusif, gaya kepemimpinan yang perlu diimplementasikan adalah yang berorientasi tugas/pekerjaan. MODEL JALAN TUJUAN ( PATH GOAL THEORY). Model ini diperkenalkan oleh Martin G Evans dan Robert J House, dimana pendekatannya berangkat dari asumsi dasar mengenai teori pengharapan ( expectancy theory) bahwa sekalipun gaya kepemimpinan perlu disesuaikan dengan situasi yang dihadapi, (apakah kecenderungan karyawan untuk berorientasi pada pekerjaan atau relasi social), namun factor penting yang perlu diperhatikan justru bahwa pemimpin harus mampu menyediakan dan menjelaskan penghargaan apa yang akan diterima para karyawan Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan Page 8

sekiranya

mereka

mengikuti

apa

yang

diperintahkan

atau

diarahkan

oleh

pimpinan/manajer. Manajer harus menentukan tujuan (rewards yang diharapkan karyawan) dan path (jalan) yang perlu dilakukan karyawan untuk meraih tujuan tsb. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dari model ini, yaitu : 1. Perilaku pemimpin (Leader behavior) 2. Faktor situasi ( situational factors) Dalam hal perilaku pemimpin, paling tidak ada empat tipe pemimpin berdasarkan model jalan tujuan ini, yaitu : Pemimpin Direktif, yaitu pemimpin yang cenderung untuk menentukan langsung apa yang harus dilakukan bawahan dan apa yang diharapkan oleh pemimpin. Pemimpin Suportif, yaitu pemimpin yang cenderung bersahabat dan mudah diajak dialog oleh siapapun, memberikan perhatian penuh pada kesejahteraan bawahan serta memperlakukan anggota secara setara. Pemimpin Partisipatif, yaitu pemimpin yang cenderung memberikan konsultasi pada bawahn, mengakomodir berbagai masukan, dan melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan. Pemimpin Prestatif, yaitu pemimpin yang memiliki visi perubahan dan standar yang tinggi akan produktivitas, memberikan dorongan pada bawahan untuk berprestasi dan memotivasi kemampuan bawahan dalam melakukan berbagai pekerjaan. Pada prakteknya ke-4 tipe perilaku pemimpin ini bersifat situasuional juga, bagi orang-orang baru pendekatan direktif barangkali lebih sesuai untuk digunakan, namun setelah cukup lama dan telah mengenal organisasi dan pekerjaan, mungkin pendekatan lain perlu dilakukan. Berkenaan dengan faktor situasi, dua hal yang perlu dipertimbangkan oleh pemimpin dalam menggunakan gaya kepemimpinannya, yaitu : 1. Faktor personal dari karyawan (latar belakang, karakteristik dan kemampuan individu karyawan.)

Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan

Page 9

2. Faktor lingkungan ( semua yang diluar factor individu, missal struktur pekerjaan, job description yang jelas, target organisasi yang ingin dicapai, dll). MODEL VROOM-YETTON-JAGO ( VYJ) Model ini diperkenalkan oleh Victor Vroom, Phillip Yetton dan disempurnakan oleh Vroom dan Arthur G jago. Model ini memfokuskan hanya pada tingkat partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan, yang disertai asumsi bahwa sebuah keputusan dikatakan efektif bila keputusan tsb mempunyai dua ciri yaitu Berkualitas (yang dapat memberi implikasi positif pada kinerja) dan Diterima.(sekiranya keputusan tsb diterima oleh bawahan dan bawahan berkomitmen untuk menjalankannya. Untuk memaksimumkan efektivitas dari sebuah keputusan, model VYJ menganjurkan agar para manajer mengadopsi salah satu dari lima alternatif pengambilan keputusan yaitu dua dari tipe otoriter (tipe AI dan AII), dua dari tipe konsultatif ( CI dan CII), dan satu dari tipe satu kelompok (GII ). Secara ringkas kelima tipe tersebut dapat dikemukakan sbb.: Tipe keputusan ------------------AI AII Pengertian ----------------------------------------------------------------------------Manajer membuat keputusan sendiri Manajer menanyakan informasi dari bawahan, tapi keputusan diambil sendiri oleh manajer.Bawahan tidak selalu harus mengetahui informasi mengenai situasi yang dihadapi. CI Manajer berbagi informasi dengan bawahan secara individual, dan bertanya tentang berbagai info dan evaluasi dari mereka, Manajer mengambil keputusan sendiri. CII Manajer dan bawahan bertemu sebagai tim untuk mendiskusikan ber bagai hal yang menyangkut situasi yang dihadapi akan tetapi manajer yang mengambil keputusan. GII Manajer dan bawahan bertemu sebagai team, umtuk mendiskusikan berbagai hal yang menyangkut situasi yang dihadapi dan keputusan ditentukan oleh team. Materi 25.4. PENDEKATAN LAINNYA MENGENAI KEPEMIMPINAN Page 10

Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan

Tidak diragukan lagi bahwa factor kepemimpinan mempunyai arti penting berkenaan dengan fungsi pengarahan dari keseluruhan fungsi-fungsi manajemen organisasi. Disamping seperti yang telah dibahas diatas, terdapat pendekatan lainnya yang secara kontemporer telah banyak diperbincangkan dan diaplikasikan, yaitu pendekatan substitusi untuk kepemimpinan (substitutes for leadership), kepemimpinan karismatik (charismatic leadership) dan kepemimpinan transformatif (transformative leadership). PENDEKATAN SUBSTITUSI UNTUK KEPEMIMPINAN. Adalah sebuah konsep yang mengidentifikasi situasi dimana peran kepemimpinan bersifat netral dan cenderung tidak diperlukan serta bisa digantikan oleh KARAKTERISTIK
DARI PARA BAWAHAN, STRUKTUR KERJA DAN ORGANISASI .(Contoh ; saat ada

pasien datang ke rumah sakit untuk berobat, para dokter atau juru rawat tidak perlu menunggu perintah dari kepala rumah sakit untuk memeriksa pasien tsb, karena situasi yang ada mampu dihadapi oleh bawahan kepala rumah sakit yaitu para dokter jaga dan perawat tanpa harus menunggu arahan dari pimpinan). Namun pada saat sakitnya sangat parah dan perlu tindakan operasi misalnya maka dokter ataupun juru rawat perlu menunggu persetujuan. Karakteristik bawahan, yang memungkinkan mereka untuk tidak menunggu dulu arahan dari pimpinan adalah dilihat dari kemampuannya untuk melakukan pekerjaan di lingkungan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain, tingkat independensi yang tinggi serta punya tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan. Karakteristik struktur kerja, Bila struktur kerja atau pekerjaan baik,dimana jenis-jenis pekerjaannya telah jelas, diskripsinya jelas, prosedurnya jelas, metode dan mekanismenya jelas serta lengkap, maka bawahan tak perlu menunggu arahan dari pimpinan. Kelengkapan dan kejelasan struktur kerja tadi telah dapat menggantikan peran pemimpin dalam organisasi, paling tidak untuk pekerjaan yang sifatnya rutin. Karakteristik organisasi.,yang memungkinkan peran pemimpin bersifat netral adalah ketika berbagai mekanisme dan prosedur organisasi telah lengkap dan jelas serta dapat dijalankan oleh setiap anggota organisasi, system organisasinyapun bersifat kaku, system kompensasinya jelas, prosedurnya relative tetap dan kurang fleksibel sekaligus bersifat Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan Page 11

rutin, maka organisasi dengan karakteristik demikian ini tidak perlu menunggu arahan dari pimpinan. KEPEMIMPINAN KARISMATIK. Karisma berarti perilaku individu yang memberikan inspirasi, dukungan dan penerimaan dari bawahan.Adapun kepemimpinan karismatik adalah kepemimpinan yang mengasumsikan bahwa karisma merupakan karakteristik individu yang dimiliki seorang pemimpin yang dapat membedakannya dengan pemimpin yang lain, terutama dalam hal implikasi terhadap inspirasi, penerimaan dan dukungan dari bawahan. Menurut Robert House, seorang pemimpin karismatik haruslah memiliki criteria sebagai seorang yang tinggi tingkat kepercayaan dirinya, kuat keyakinan dan idealismenya serta mampu mempengaruhi orang lain. Selain itu juga harus mampu berkomunikasi secara persuasif dan memotivasi para bawahannya. Menurut GRIFFIN , paling tidak terdapat tiga elemen yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin Kharismatik, yaitu : Mampu menyusun visi bagi masa depan, mampu menetapkan harapan yang tinggi, serta mampu memberikan perilaku yang mendukung pencapaian harapan tinggi tersebut. Mampu memberikan kekuatan pada orang lain untuk menunjukkan kinerja yang baik dan terdorong untuk berprestasi, percaya diri dan terdorong untuk meraih kesuksesan. Mampu untuk membangun relasi dengan orang lain melalui dukungan, empati dan keyakinan akan kemampuan yang dimiliki orang lain

KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF. Kepemimpinan transformatif adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh manajer ataupun pemimpin dimana kemampuannya bersifat tidak umum dan diterjemahkan melalui kemampuan untuk merealisasikan misi, mendorong para anggota untuk melakukan pembelajaran, serta mampu memberikan inspirasi kepada bawahan mengenai berbagai hal baru yang perlu diketahui dan dikerjakan. Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan Page 12

Transformatif pada dasarnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, sehingga esensi dari kepemimpinan transformative adalah kemampuan seorang pemimpin untuk membawahi orang-orang dan organisasi untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan guna mencapai kesuksesan di masa yang akan datang. PERILAKU POLITIS DALAM ORGANISASI. Adalah kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan tertentu, dengan menggunakan berbagai cara antara lain kekuasaan serta sumberdaya yang ada untuk memperoleh hasil tertentu yang diharapkan. Perilaku ini dapat dilakukan pemimpin terhadap bawahan, bawahan terhadap pemimpin, atau pemimpin dan bawahan terhadap bagian lainnya dalam organisasi. Dalam berbagai keadaan perilaku politis ini dapat dilakukan oleh siapapun dalam organisasi dalam rangka pencapaian tujuan individunya, perlindungan dirinya dari orang lain, untuk pencapaian kepentingan pribadinya yang terkait dengan organisasi atau juga kepentingan untuk memperoleh jabatan tertentu dalam organisasi.

---------------------------------------

Modul 25 Dabisman- Kepemimpinan

Page 13

You might also like