You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Upaya WPS melakukan pencegahan Terjadinya Degradasi pada Lingkungan diantaranya adalah dengan menawari pelanggannya memakai kondom saat berhubungan seksual.Tiga informan mengatakan bahwa untuk menang gulangi penyebaran HIV/AIDS, mereka menyediakan, menawarkan dan membujuk para tamu agarmau memakai kondom. Penularan lewat jalur seksual dapat dicegah dengan pendidikan/ penyuluhan yang intensif yang ditujukan pada perubahan cara hidupdan perilaku seksual, karena pada hakekatnya setiap individu secara potensial adalah pelaku seks. Selain itu upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan mengurangi pasangan seksual, monogami, menghindari hubungan seksual dengan WPS, tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita atau yang diduga menderita AIDS. 1.2 Rumusan Masalah Mereka yang memang sudah memilih profesi sebagai wanita pekerja seks komersial dengan alasan utama kekurangan ekonomi. Dalam sistem masyarakat tradisional, yang mana hukum adat dan norma sangat mempengaruhi kehidupan mereka, kegiatan ini dianggap sebagai aib yang sangat memalukan. Akan tetapi anggapan seperti itu mulai berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Di masyarakat perkotaan, wanita pekerja seks komersial dianggap sebagai suatu profesi di kehidupan malam yang sudah biasa. Berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah tak kunjung menyelesaikan masalah ini. Bahkan masalah yang ada semakin parah. Kegiatan menjajakan diri untuk melakukan hubungan seks ini mulai dilakukan oleh orang-orang yang pada dasarnya tidak memiliki kesulitan ekonomi.
1

1.3 Tujuan Umum Upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan mengurangi pasangan seksual, monogami, menghindari hubungan seksual dengan WPS, tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita atau yang diduga menderita AIDS. 1.4 Tujuan Khusus Melakukan pencegahan Terjadinya Degradasi pada Lingkungan diantaranya adalah dengan menawari pelanggannya memakai kondom saat berhubungan seksual. Tiga informan mengatakan bahwa untuk menang gulangi penyebaran HIV/AIDS, mereka menyediakan, menawarkan dan membujuk para tamu agarmau memakai kondom. Penularan lewat jalur seksual dapat dicegah dengan pendidikan/ penyuluhan yang intensif yang ditujukan pada perubahan cara hidup dan perilaku seksual.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Degradasi Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dampaknya mulai terasa sejak awal tahun 1998. Menurut United Nations Developement Program (UNDP) pada tahun 2003, di Indonesia terdapat 190 ribu hingga 270 ribu wanita pekerja seks (WPS) dengan 7 hingga 10 juta pelanggan (Basyuni, 2008). Alasan seseorang menjalani profesi sebagai WPS juga beraneka ragam. Faktor ekonomi merupakan alasan klasik (95%). Pada umumnya mereka berasal dari keluarga kurang mampu atau miskin. Alasan lain kejiwaan atau frustasi (Kasnodiharjo, 2006). Rencana menghapuskan kegiatan para WPS seperti misalnya rencana penutupan lokalisasi atau operasi penertiban tampaknya tidak mungkin. Justru ini akan menimbulkan dampak lain dan tidak menyelesaikan masalah. 2.2 Definisi Lingkungan Hal yang paling mungkin dilakukan/ diperhatikan adalah tindakan agar dampak negatif yang ditimbulkannya tidak meluas ke masyarakat, misalnya dampak kesehatan yaitu munculnya PMS termasuk HIV-AIDS dicegah melalui penggunaan kondom (Kasnodiharjo,2006). WPS (wanita pekerja seks) merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi di kelompok tersebut. Sehingga WPS merupakan kelompok risiko tinggi infeksi PMS, diantaranya adalah HIV/AIDS. HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi organisme (Depkes RI, 2006). Program penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia memiliki banyak kendala. Selain karena banyaknya lokalisasi yang tidak terdeteksi, mobilitas yang tinggi dari para WPS juga dianggap sebagai pemicu penyebaran HIV/AIDS. Selain itu, kesadaran diri para WPS untuk melakukan
3

pencegahan terhadap penyebaran HIV/AIDS tergolong masih rendah. Hal itu terbukti dengan masih rendahnya angka penggunaan kondom dalam aktivita s seksual mereka yaitu masih di bawah 10 persen ( sekitar 5,8 persen) (Basyuni, 2008). Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan pintu masuk penting untuk pencegahan dan perawatan HIV . Klinik VCT merupakan layanan kesehatan untuk medeteksi lebih awal terjadinya kasus-kasus HIV/AIDS dengan bantuan dokter ataupun konselor yang bertugas di klinik ini. Klinik ini dapat berjalan hasil kerjasama antara Komisi Penanggulangan AIDS (http://www.kompas.co.id). 2.3 Definisi Degradasi Lingkungan Setiap orang yang memperjualkan seks dengan uang atau dengan bermacam-macam jenis keuntungan kepada siapapun tanpa keterlibatan emosi sama sekali. Pada tahun 50an di Jakarta banyak lonte yang berkeliaran, namun sejak tahun 60an mereka tidak ada lagi, namun bukan berarti mereka atau penerusnya tidak lagi berkeliaran tapi karena kata lonte itu dianggap tidak manusiawi atau kasar. Menurut kamus besar bahasa indonesia, lonte adalah manusia jalang, wanita tuna susila, pelacur, sundal. Dan sejak saat itu, istilah lonte berganti menjadi wanita tuna susila (WTS). Istilah WTS kemudian menimbulkan banyak protes, terutama dari pihak perempuan, misalnya apakah tuna susila hanya menjadi watak perempuan? Apakah tidak ada lagi laki-laki yang berwatak tuna susila?, Karena itu sejalan dengan era reformasi maka munculah istilah baru yaitu Pekerja Seks Komersial (PSK). Istilah ini nampaknya sangat menjunjung harkat dan martabat wanita, dimana PSK mencoba mengangkat posisi dirinya agar setara dengan orang pencari nafkah atau pekerja lainnya.
4

PSK biasanya hanya dilihat sari aspek kesusilaan, dan hanya ditujukan pada perempuan yang menjadi PSK nya, tetapi tidak kepada laki-laki atau konsumen yang menggunakan jasa mereka, dimana laki-laki yang membeli seks diberi istilah klien atau customer atau pelanggan.

2.4 Faktor Yang Dapat Menyebabkan Degradasi Lingkungan Beberapa paktor yang menyebabkan wanita atau laki-laki menjadi pekerja seks (PSK) karena kurangnya kebutuhan Ekonomi. Yaitu seperti;
a.

Faktor Ekonomi dari Keluarga

b.Faktor Kebutuhan yang Meningkat


c.

Faktor Pergaulan Bebas

d.Faktor Prustasi, dll. 2.5 Pencegahan Terjadinya Degradasi Lingkungan Upaya WPS melakukan pencegahan Terjadinya Degradasi pada Lingkungan diantaranya adalah dengan menawari pelanggannya memakai kondom saat berhubungan seksual.Tiga informan mengatakan bahwa untuk menang gulangi penyebaran HIV/AIDS, mereka menyediakan, menawarkan dan membujuk para tamu agarmau memakai kondom. Penularan lewat jalur seksual dapat dicegah dengan pendidikan/ penyuluhan yang intensif yang ditujukan pada perubahan cara hidupdan perilaku seksual, karena pada hakekatnya setiap individu secara potensial adalah pelaku seks. Selain itu upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan mengurangi pasangan seksual, monogami, menghindari hubungan seksual dengan WPS, tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita atau yang diduga menderita AIDS (Rilis, 2005).Satu dari tiga informan beranggapan bahwa penyakit HIV/AIDS bisa diobati dengan suntikan amphisillin dari puskesmas.
5

AIDS merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus HIV. Salah satu bentuk terapi yang dapat diberikan kepada penderita HIV/AIDS adalah dengan mengkonsumsi antiviral secara rutin.Pemberian suntikan amphisilin bukan merupakan pengobatan terhadapHIV/AIDS karena amphisilin merupakan suatu antibiotik yang fungsinya adalahuntuk menekan pertumbuhan dari bakteri.Perjalanan infeksi HIV dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi ARV (antiretrovirus) sehingga kondisi kesehatan ODHA menjadi lebih baik. Dengan8meminum ARV secara teratur, ODHA tidak lagi memerlukan minumkotrimoksasol untuk profilaksis terhadap pneumonia. Dapat dikatakan bahwainfeksi HIV sekarang ini dapat dianggap serupa dengan penyakit menahun yangdapat dikelola selama bertahun-tahun bila ODHA selalu mengkonsumsi ARVdan tidak terlambat sewaktu mulai minum ARV. Angka keberha silan ARV cukuptinggi, yaitu sekitar 80%. ODHA Indonesia yang mengkonsumsi ARV secarateratur, viral load tidak terdeteksi atau setara dengan jumlah virus kurang dari 50perl darah (sebelum pengobatan antara 55.000 -2 juta) (Djoerban, 2008). 2.6 Penanggulangan Terjadinya Degradasi Lingkungan Penanggulangan Degradasi pada Lingkungan PSK : 1. Preventif

Penyempurnaan UU larangan/pengaturan penyelenggaraan pelacuran Intensifikasi pendidikan keagamaan Kesibukan untuk penyaluran energi yang positif Memperluas lapangan kerja Pendidikan seks Koordinasi berbagai instansi untuk pencegahan/penyebaran pelacuran Penyitaan buku, film dan gambar porno Meningkatkan kesejahteraan rakyat
6

2. Represif dan kuratif (menekan, menghapuskan dan menyembuhkan wanita dari ketunasusilaannya)

Melakukan pengawasan dan kontrol yang sangat ketat terhadap lokalisasi yang sering ditafsirkan sebagai legalisasi Aktivitas rehabilitasi dan resosialisasi Penyempurnaan tempat penampungan dan pembinaan Pemberian pengobatan Membuka lapangan kerja baru Pendekatan keluarga Mencarikan pasangan hidup Pemerataan penduduk dan perluasan lapangan kerja

2.7 Definisi Status Wanita Awalnya kegiatan wanita penjaja seks ini dilakukan oleh mereka yang memang sudah memilih profesi sebagai wanita pekerja seks komersial dengan alasan utama kekurangan ekonomi. Dalam sistem masyarakat tradisional, yang mana hukum adat dan norma sangat mempengaruhi kehidupan mereka, kegiatan ini dianggap sebagai aib yang sangat memalukan. Akan tetapi anggapan seperti itu mulai berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Di masyarakat perkotaan, wanita pekerja seks komersial dianggap sebagai suatu profesi di kehidupan malam yang sudah biasa. Berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah tak kunjung menyelesaikan masalah ini. Bahkan masalah yang ada semakin parah. Kegiatan menjajakan diri untuk melakukan hubungan seks ini mulai dilakukan oleh orang-orang yang pada dasarnya tidak memiliki kesulitan ekonomi. Perbuatan menyimpang ini juga terjadi di institusi pendidikan seperti sekolah dan universitas. Keberadaan ayam kampus di universitas-universitas ini kemudian muncul dan menjadi pelengkap fenomena wanita penjaja seks. Perkembangan selanjutnya adalah
7

munculnya isu-isu dikalangan para pelajar dan mahasiswa yang mengatakan ada beberapa dari mereka yang bisa diajak untuk melakukan hubungan seks diluar nikah tanpa dibayar. Mengkaji dan mengungkap alasan-alasan para wanita penjaja seks melakukan penyimpangan ini; mengkaji dan menelaah serta melihat aspek-aspek dan faktor-faktor lain yang mungin mendorong seorang wanita penjaja seks melakukan kegiatan ini; dan melihat objek atau siapa-siapa saja yang melakukan kegiatan ini merupakan pokok masalah yang dibahas dalam makalah ini. Masalah ini akan diutarakan sedemikian rupa (sebagaimana adanya) sesuai dengan kode etik dalam melakukan penelitian antropologi, namun tidak lepas dari kajian kriminologi. Dalam meneliti fenomena ini, yang menjadi objek kajian penulis adalah para PSK, ayam kampus, dan wanita-wanita yang masih berstatus mahasiswi yang mau melakukan hubungan seks di luar nikah tanpa dibayar (bispak). 2.8 Definisi Pemberdayaan Wanita Penguatan perempuan dalam berbagai bentuk kehidupan sosial, ekonomi, dan politik berdasarkan pada keterkaitan antara kebebasan pribadi dan aturan masyarakat yang berlaku. Pemberdayaan perempuan seharusnya tidak dimaksudkan untuk memaksa perempuan bersaing dengan laki-laki dalam sektor publik untuk mencapai posisi yang sejajar, tetapi seharusnya dilakukan untuk mendorong perempuan (dan juga laki-laki) menciptakan kerja sama dan sinergi antara perempuan dan laki-laki baik dalam sektor domestik maupun publik dalam mencapai tatanan keluarga dan masyarakat yang aman dan nyaman. Pemberdayaan perempuan merupakan langkah nyatauntuk mewariskan semangat yang positif dan keberlanjutan pemberdayaan itu sendiri kepada generasi penerus.

2.9 Definisi Kesehatan Wanita Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab : 1.Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya 2.Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan. 3.Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk. 4.Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo). 5.Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.

2.10 Kaitan Antara Degradasi Lingkungan Dengan Status Wanita


9

Kaitan Antara Degradasi Lingkungan dengan Pekerja seks komersial adalah wanita-wanita yang memiliki profesi sebagai pekerja seks untuk mencari uang. Biasanya PSK sering melakukan aksinya di malam hari, di sudut-sudut kota. Dahulu, mereka sering berdiri di pinggir jalan menunggu para lelaki hidung belang yang membutuhkan kenikmatan sesaat. Namun saat ini kebanyakan dari mereka lebih memilih jasa distributor atau bekerja kepada seorang germo. Meskipun sudah jelas bahwa para pekerja seks komersial memiliki motivasi uang, tetapi penulis tetap menjadikan mereka sebagai objek kajian untuk mengetahui alasan lain di luar motif ekonomi. Dari hasil obeservasi, penulis mendapatkan salah seorang narasumber (PSK) yang mau menceritakan alasan kenapa dia mau melakukan kegiatan ini. Dinda (nama samaran) adalah seorang PSK, berumur 18 tahun, yang sering mangkal dikawasan Depok Lama. Dia bertempat tinggal di daerah Mampang, Pancoran Mas Depok. Saat ini Dinda tidak sekolah, namun dia sempat menyelesaikan sekolahnya hingga Sekolah Menengah Atas di salah satu SMA swasta di daerah Jakarta Selatan. Keadaan ekonomi Dinda termasuk dalam golongan kelas menengah, dan orang tuanya memilki pekerjaan yang tidak ingin disebutkan oleh dia. Penulis mendapatkan narasumber ini dari seorang distributor yang memilki banyak kenalan wanita penjaja seks baik komersial maupun tidak. Penulis mengenal distributor tersebut dari salah seorang teman yang tinggal (kost) di kawasan Kukusan Teknik. Dalam melakukan negosiasi penulis berpura-pura ingin menyewa PSK tersebut (observasi partisipatif). PSK tersebut diantar oleh distributor ke tempat tinggal penulis yang merupakan tempat dilakukannya wawancara. Dalam wawancara yang telah dilakukan, Dinda dipersilakan berbicara secara mengalir tanpa ada bantahan dari penulis. Menurut pengakuan Dinda, pada awalnya dia melakukan kegiatan ini karena penasaran dengan yang namanya seks. Dia pertama kali melakukan hubungan seks
10

dengan kekasihnya saat masih duduk di bangku SMA. Lambat laun karena pergaulan dan karena tertarik dengan pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dengan mudah dan cepat, akhirnya dia memilih profesi sebagai PSK tetap. Karena itu saat ini dia tidak kuliah. Pada dasarnya dia mau melakukan ini bukan karena uang, melainkan karena sensasi berhubungan seks yang membuatnya ketagihan. Menurutnya, apabila dia tidak melakukan hubungan seks sehari saja, dia akan merasakan sesuatu yang beda dari dirinya. Faktor lain yang mendorongnya leluasa melakukan kegiatan ini di masa mudanya adalah karena dia tinggal di daerah yang notabene adalah kawasan para pekerja seks. Menurutnya, melakukan kegiatan seks di luar nikah adalah hal yang wajar di daerah tempat tinggalnya. Sesuatu yang menarik adalah sikap orang tuanya. Menurut pengakuan Dinda, orang tuanya setuju dengan profesinya itu. Malah terkadang orang tuanya meminta uang hasil dari pekerjaannya. Berikut petikan wawancara teletak pada halaman terlampir.Ayam kampus adalah sebutan bagi wanita yang menjajakan seks yang masih memiliki status sebagai mahasiswi. Berbeda dengan PSK yang memang menjadikan kegiatan tersebut sebagai satu-satunya profesi, ayam kampus lebih menganggap kegiatan tersebut sebagai kegiatan sampingan. Dalam menjalani harinya, ayam kampus ini sama dengan mahasiswi umumnya, kuliah dari pagi sampai sore hari. Akan tetapi, malam harinya, mereka mulai menjajakan tubuh pada lelaki hidung elang. Kebanyakan dari ayam kampus biasanya hanya memilih laki-laki yang sesuai dengan riteriannya, dan biasanya harga seorang ayam kampus lebih mahal dari seorang PSK.Keberadaan ayam kampus sangat terselubung. Untuk mendapatkan seorang ayam kampus biasanya laki-laki yang membutuhkan mereka lebih dahulu menghubungi seorang informan atau distributor. Sesuai dengan perkembnagan zaman, saat ini banyak ayam kampus mempromosikan diri mereka melalui situssitus jejaring sosial, seperti facebook dan friendster.
11

Menurut hasil observasi penulis terhadap beberapa orang yang mengetahui ayam kampus ini, penampilan fisik seorang ayam kampus jauh dari perkiraan masyarakat umum terhadap seorang pekerja seks tersebut. Menurut realitanya, ayam kampus ini adalah orang-orang yang kurang bergaul dan bisa dikatakan tidak menonjol dalam lingkungan kampus. Selama ini orang menganggap bahwa ayam kampus melakukan kegiatan tersebut karea faktor ekonomi. Oleh karena itu penulis melakukan observasi partisipatif dan melakukan tanya jawab dengan seorang ayam kampus di Universitas swasta. Penulis mendapatkan sumber ayam kampus ini dari situs jaringan sosial facebook dan wawancara dilakukan langsung oleh penulis. Dari hasil wawancara penulis dengan ayam kampus tersebut, yang bernama Vinka (nama samaran), mereka melakukan kegiatan itu pada awalnya hanya coba-coba. Menurut pengakuan Vinka dia melakukan hal itu karena suka. Selain itu dia juga merasa sakit hati karena ditinggalkan pacarnya sehingga menjadikan hal tersebut sebagai pelampiasan dan ajang balas dendam. Dia juga mengatakan bahwa orang-orang terdekatnya mengetahui dia sebagai seorang ayam kampus tetapi mereka merahasiakan hal itu dengan baik. Malahan teman-teman dekatnya itu menolong untuk mencarikan klien yang mau memakai jasanya. Kutipan wawancara dengan ayam kampus tersebut terdapat pada halaman terlampir.

2.11 Pemberdayaan Kaum Wanita Akibat Terjadinya Degradasi Lingkungan Akibat terjadinya Degradasi Lingkungan pada Kaum Perempuan, Memang faktor utama adalah ekonomi, seharusnya masalah ini sudah bisa terjawab dan hanya diperlukan suatu sikap yang intensif dalam menanggulangi permasalahan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, melihat objek yang melakukan tindakan penyimpangan ini, yang mana notabennya adalah orang yang
12

memiliki ekonomi yang baik, berpendidikan, serta berjiwa muda yang mempunyai potensi untuk maju, merangsang penulis untuk mencari jawaban lain yang lebih rasional dan dilihat dari sudut pandang para pelaku penyimpangan. Pada data pertama, dikatakan bahwa para pelaku penjaja seks kebanyakan berusia muda (lebih kurang 18 tahun), dan memiliki profesi sebagai mahasiswa aau yang sederajat. Menurut hasil wawancara kami dengan Icha (nama samaran) dan Vinka (nama samara), mereka pertama kalinya melakukan kegiatan seks di luar nikah dengan pacar (data kedua). Dari data ini kita mendapatkan suatu keterkaitan antara masalah pergaulan dengan gejolak jiwa muda. Mereka yang melakukan tindakan menyimpang ini pada awalnya memiliki motivasi untuk berbuat disebabkan oleh rasa penasaran yang umumnya dimilki oleh kaula muda. Kurangnya pengetahuan tentang seks, kurangnya pemahaman tentang manfaat dan kerugian dari seks di luar nikah, dapat dijadikan faktor utama akan rasa penasaran ini. Anak gaul, yang secara umum telah menjadi status ideal di kalangan muda, juga menjadi faktor yang harus iperhatikan. Terkadang seorang muda mau melakukan apa saja demi mendapatkan pengakuan dari teman-teman mereka bahwa dirinya bisa dikatakan sebagai anak gaul. Selain itu, status mereka sebagai mahasiswa/mahasiswi, juga menjadi alasan bagi mereka dan pihak-pihak di luar mereka untuk tidak ikut campur terhadap masalah yang mereka punya. Status dewasa sudah dianggap sebagai senjata untuk mengatakan bahwa diri mereka bisa berpikir untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk menurut pandangan pribadi mereka. Hal itu terbukti dari wawancara dengan Icha yang mengatakan bahwa orang tuanya tidak mau ikut campur dengan segala kegiatannya atau dengan pekerjaannya di tempat karaokean. Dan wawancara dengan Vinka, yang mengatakan bahwa teman-teman dekatnya mengakui dan memaklumi statusnya sebagai ayam kampus, malahn mereka mendukung kegiatan menyimpangnya tersebut dengan membantunya mencarikan klien.
13

Tentunya ada faktor lain selain rasa penasaran dan pengaruh pergaulan mereka. Hal tersebut berusaha penulis jawab dari analisa data yang ketiga, yaitu adanya trauma pada diri mereka, para pelaku penjaja seks tersebut. Seperti wawancara dengan Icha dan Vinka, mereka mengaku memiliki rasa ingin balas dendam dengan para lelaki. Hal itu disebabkan oleh trauma masa lalu, yaitu saat mereka menyerahkan keperawanan yang mereka miliki kepada pacar mereka (yang menurut pengakuan mereka sangat mereka sayangi). Mereka mengatakan bahwa setelah pacar mereka berhasil menikmati kesucian mereka, secara perlahan pacar mereka menjauh dan pergi meninggalkan mereka. Rasa sakit hati ini kemudian dilampiaskan dengan melakukan kegiatan menjajakan tubuh utnuk berhubungan seks, dengan maksud untuk menunjukkan bahwa bukan hanya lelaki yang bisa berbuat demikian melainkan wanita juga. Dan kenikmatan dari berhubungan inilah yang menjadi obat untuk meredakan kemarahan mereka terhadap nasib yang mereka terima. Menurut pendapat umum, salah faktor yang paling dominan yang menyebabkan anak muda terjerumus dalam kenakalan remaja adalah karena adanya masalah dalam keluarga. Akan tetapi, dari objek yang penulis wawancarai, mereka mengaku tidak memiliki konflik dengan keluarga. Merupakan sesuatu yang tidak mungkin apabila seorang remaja atau kaula muda yang mendapat perhatian baik dari keluarga bisa terjerumus ke dalam penyimpangan yang dilakukan oleh remaja umumnya. Dari data ini penulis berusaha menjawab bahwa pendorong perilaku menyimpang ini pasti ada kaitannya dengan keluarga. Kalaupun mereka mengaku tidak memiliki konflik dengan keluarga (orang tua), tentunya perhatian yang mereka dapat dari orang tua tidak memenuhi kriteria kata cukup. Dan hal itu tidak disadari oleh objek sendiri. 2.12 Contoh-contoh Degradasi Lingkungan Yang Dapat Mempengaruhi Kaum Wanita

14

Terjadinya

Degradasi

pada

Lingkungan

diantaranya

adalah

dengan

menawari

pelanggannya memakai kondom saat berhubungan seksual. Tiga informan mengatakan bahwa untuk menang gulangi penyebaran HIV/AIDS, mereka menyediakan, menawarkan dan membujuk para tamu agarmau memakai kondom. Penularan lewat jalur seksual dapat dicegah dengan pendidikan/ penyuluhan yang intensif yang ditujukan pada perubahan cara hidupdan perilaku seksual, karena pada hakekatnya setiap individu secara potensial adalah pelaku seks. AIDS merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus HIV. Salah satu bentuk terapi yang dapat diberikan kepada penderita HIV/AIDS adalah dengan mengkonsumsi antiviral secara rutin. Dapat dikatakan bahwa infeksi HIV sekarang ini dapat dianggap serupa dengan penyakit menahun. 2.13 Pengaruh Degradasi Lingkungan Terhadap Kesehatan Wanita Tingginya infeksi HIV pada perempuan ini disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai penyebaran HIV, serta ketidaktahuan dalam mencegah sindrom itu. Di Indonesia, stigma bahwa HIV/AIDS hanya bisa menginfeksi Pekerja Seks Komersial (PSK) makin membuat kondom tak popular di kalangan perempuan. Termasuk juga tak mengenal femidom, yaitu kondom untuk perempuan. Padahal, menurut Nafsiah, perempuan 2,5 kali lebih rentan terhadap HIV. Artinya, sebanyak itu pula perempuan lebih butuh kondom daripada laki-laki. Vagina memiliki lapisan tipis (mukosa) yang lembut dan mudah terluka. Anatomi tersebut membuat air mani bertahan lebih lama dalam rongga vagina bila terjadi penetrasi. Dan jika air mani yang mengandung HIV dipancarkan ke dalam vagina, si perempuan akan tertular Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV. 2.14 Kiat-kiat Bagi Wanita Agar Terhindar Dari Degradasi Lingkungan
15

1. Pekerjaan ini identik dengan perzinahan yang merupakan suatu kegiatan seks yang dianggap tidak bermoral oleh banyak agama 2. Perilaku seksual oleh masyarakat dianggap sebagai kegiatan yang berkaitan dengan tugas reproduksi yang tidak seharusnya digunakan secara bebas demi untuk memperoleh uang. 3. Pelacuran dianggap sebagai ancaman terhadap kehidupan keluarga yang dibentuk melalui perkawinan dan melecehkan nilai sakral perkawinan.
4. Kaum wanita membenci pelacuran karena dianggap sebagai pecuri cinta dari laki-laki

(suami) mereka sekaligus pencuri hartanya 5. Peran sebagai petugas kesehatan 6. Memberikan pelayanan secara sopan seperti melayani pasien-pasien yang lain 7. Belajar membuat diagnosa dan mengobati PMS 8. Mengenal berbagai jenis obat yang masih efektif, terbaru, murah dan cobalah menjaga kelangsungan pengadaan obat 9. Cari pengadaan kondom yang cukup dan rutin bagi masyarakat. 10. Memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk KB, perawatan PMS dan obat yang terjangkau serta penanggulangan obat terlarang.

16

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Awalnya kegiatan wanita penjaja seks ini dilakukan oleh mereka yang memang sudah memilih profesi sebagai wanita pekerja seks komersial dengan alasan utama kekurangan ekonomi. Dalam sistem masyarakat tradisional, yang mana hukum adat dan norma sangat mempengaruhi kehidupan mereka, kegiatan ini dianggap sebagai aib yang sangat memalukan. Akan tetapi anggapan seperti itu mulai berubah sesuai dengan perkembangan zaman. 3.2 Saran Agar pembaca dapat mengerti bahayanya AIDS merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus HIV. Salah satu bentuk terapi yang dapat diberikan kepada penderita HIV/AIDS adalah dengan mengkonsumsi antiviral secara rutin. Dapat dikatakan bahwa infeksi HIV sekarang ini dapat dianggap serupa dengan penyakit menahun.

17

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&hs=xpw&rls=org.mozilla%3Aen-US %3Aofficial&q=Pengaruh+Degradasi+Lingkungan+dan+ +Status+Wanita+Pemberdayaan+dan+Kesehatan+Wanita&btnG=Telusuri&aq=f&aqi=&aql=&oq =&gs_rfai= http://www.google.co.id/search? q=Pengaruh+Degradasi+Lingkungan+PSK+Terhadap+kesehatan+Wanita&hl=id&client=firefoxa&hs=S8b&rls=org.mozilla:en-US:official&ei=hNcuTNzVGca9rAf5uLnzBQ&start=10&sa=N http://apatis.blogsome.com/2008/11/

18

You might also like