You are on page 1of 16

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Sabun1 Triasilgliserol bila dihidrolisis dengan basa lazim disebut saponifikasi, akan menghasilkan gliserol dan campuran yang berasal dari rantai panjang. Berikut ini merupakan reaksi yang terjadi.

Gambar 2.1. Reaksi Saponifikasi

Garam yang berasal dari asam-asam karboksilat rantai panjang ini disebut sabun, dan cara ini merupakan proses pembuatan sabun atau biasa dikenal sebagai reaksi saponifikasi. Panambahan NaCl pada sabun akan membuat sabun mengendap. Setelah sabun dipisahkan, gliserol dapat diisolasi dengan cara distilasi. Sabun yang dihasilkan dapat ditambah dengan pewangi/parfum. Garam-garam natrium dari asam karboksilat rantai panjang (sabun) hampir larut sempurna dengan air. Garam-garam kalium lebih mudah larut dibandingkan dengan garam-garam natrium. Sabun dapat bekerja dikarenakan memiliki gugus fungsi tertentu sehingga sabun dapat berinteraksi dengan air dan mineral/minyak bumi. Bagian yang panjang dari sabun terbentuk dari rantai karbon yang panjang, gugus alkil, yang bersifat non-polar seperti minyak. Pada hal ini berlaku kaidah like dissolves like".
1

Hardjono Sastrohamidjo, 2009, Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan Protein, (Yogyakarta: Erlangga) h.111-116

Bagian terbesar dari molekul berwujud hidrokarbon yang non polar dan bersifat hidrofobik, yang berarti menolak atau tidak suka air. Bagian ini sering disebut ekor. Bagian lain yang mengandung gugus karboksilat bersifat sangat polar dan hidrofilik, berarti suka air. Bagian ini sering disebut kepala. Bila sabun dilarutkan dengan air maka ujung karboksilat akan larut, sedangkan bagian hidrokarbon tidak larut dalam air. Sebaliknya bila sabun berhubungan dengan cairan/kotoran yang mengandung oli/grease maka bagian hidrokarbon akan larut dalam oli sedangkan gugus karboksilat yang polar tetap larut dalam air. Kelemahan sabun muncul bila digunakan dalam air sadah, yakni air yang mengandung kation logam-logam tertentu seperti Ca2+, Mg2+, Ba2+, Fe2+, dan Fe3+. Kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam natrium dan kalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larut. Proses Pembuatan Sabun2 Sabun merupakan garam logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang panjang. Larutan Alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasanya digunakan pada sabun keras adalah natrium hidroksida dan alkali yang biasanya digunakan pada sabun lunak adalah kalium hidroksida. Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12 C18 Jika: < C12 : iritasi pada kulit > C20 : kurang larut (digunakan sebagai campuran) Jenis-jenis soda kaustik yang digunakan pada pembuatan sabun. 1. sodium laurat : buih yang cepat/banyak, rendah daya pencucian 2. sodium palmitat : detergency yang baik pada suhu tinggi 3. sodium stearat : detergency yang baik pada suhu tinggi
2

2.2.

ocw.usu.ac.id/course/download/.../tkk-322_handout_sabun.pdf (diakses pada 14 Juni 2012 pukul 20.00 WIB)

4. sodium oleat : buih yang baik, lembut, larut 5. sodium miristat : buih, daya pencucian (detergency) baik Bahan mentah utama yang digunakan dalam pembuatan sabun dibagi ke dalam 4 kelompok: a. Lemak hewan (tallow dan grease) b. Minyak laurik (minyak kelapa dan kernel kelapa sawit) c. Minyak bukan laurik (minyak sawit dan biji kapas) d. Minyak ikan (bilis dan sardin) Bahan-bahan tambahan pembuatan sabun dan fungsinya sebagai berikut: a. Gula : Gula yang ditambahkan yaitu gula tebu. Penambahan gula berfungsi sebagai pembersih sabun (membuat sabun kelihatan lebih terang), sebagai antibakeria, sebagai pelembut, dan memperbanyak busa (improve lathering). Gula tidak akan larut apabila larutan alkali dan lemak telah dicampurkan. b. Gliserin : berfungsi sebagai pelarut c. Alkohol : Untuk menjernihkan, yang digunakan biasanya adalah etanol d. Pewarna : Sebagai zat tambahan untuk membuat sabun menjadi lebih menarik. e. Pewangi: Sebagai zat tambahan yang dimasukkan untuk membuat sabun menjadi harum.

Gambar 2.2. Flow Diagram Pembuatan Sabun

Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalis dengan sendirinya

pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut : Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + gliserin

NaOH = [ SV x 0,000713 ] x 100 / NaOH ( % ) [ SV / 1000 ] x [ MW ( NaOH ) / MW ( KOH ) ] dimana : SV = angka penyabunan dan MW = berat molekul Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30 35% pada sabun murni menjadi 8 18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis jenis vakum spray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Sabun yang sudah dipanaskan terlebih dahulu disemprotkan di atas dinding ruang vakum melalui mulut pipa yang berputar. Lapisan tipis sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Selanjutnya, proses yang dilakukan adalah netralisasi asam lemak. Reaksi asam basa antara asam-asam lemak dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali. RCOOH + NaOH RCOONa + H2O

Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam lemak dapat dihitung sebagai berikut : NaOH = [ berat asam lemak x 40 ] / MW asam lemak Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan: MW asam lemak = 56,1 x 1000 / AV

Dimana: AV (angka asam asam lemak paduan)= mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 1 gram asam lemak. Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih dahulu menuju turbo disperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap ini, kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan dengan vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi sabun batangan. 2.3. Lemak dan Minyak3 Pengertian umum lemak (fat) mempunyai arti suatu zat yang tidak larut dalam air yang dipisahkan dari tanaman atau binatang. Sedangkan minyak (oil) dapat mempunyai dua pengertian, bila digunakan bersama-sama dengan kata lemak maka dapat diartikan bahwa zat tersebut sebagai lemak, kecuali bila ia merupakan bentuk cairan yang sempurna pada suhu biasa, maka ia disebut minyak. Minyak sendiri dapat dibedakan secara fundamental dari berbagai mineral lain seperti mineral oil dan essential oil. Minyak sering disebut juga dengan istilah asam lemak. Secara kimia yang dimaksud dengan lemak adalah trimester dari gliserol yang disebut dengan trigliserida. Dari bentuk strukturnya, trigliserida, merupakan hasil kondensasi dari satu molekul gliseroldengan tiga molekul asam lemak dan daripadanya menghasilkan tiga molekul air dan satu molekul trigliserida. Minyak adalah turunan karboksilat dari ester gliserol yang disebut gliserida. Sebagian besar gliserida berupa trigliserida atau triasilgliserol yang ketiga gugus OH dari gliserol diesterkan oleh asam lemak (Fessenden,1986:). Jadi, hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol . Asam karboksilat ini
3

Hardjono Sastrohamidjo, 2009, Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan Protein, (Yogyakarta: Erlangga) h.98-102.

juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang. Beberapa lemak dan minyak yang penting antara lain4: 1. Tallow Tallow adalah lemak hewani yang paling umum digunakan dalam pembuatan sabun. Tallow merupakan produk yang didapatkan dari industri pengolahan daging yangdiambil dari lemak sapi dan domba. Tallow dari sumber yang berbeda dapat berbeda warna (baik sebelum diolah atau sesudah diputihkan), titik didih, kandungan asam lemak bebas, angka penyabunan (alkali yang dibutuhkan untuk saponifikasi), dan angka iodine (pengukuran kejenuhan). Kualitas tallow yang baik dapat dilihat dari titik didih dan warna setelah pemutihan, yang digunakan sebagai bahan pembuatan sabun mandi. Tallow yang berkualitas rendah digunakan pada pembuatan sabun cuci. Lemak lembuatau lemak domba dengan titik didih sekitar 40C atau lebih dapat digolongkan sebagai tallow. 2. Grease Kualitas grease di bawah kualitas tallow karena memiliki warna yang lebih gelap, grease mengandung asam lemak bebas yang lebih banyak, dan titik didih di bawah 40C. 3. Lard Lard yang tidak dapat dimakan dapat digunakan sebagai pengganti tallow setelah melalui proses hidrogenasi sebagian untuk mengurangi kejenuhannya. 4. Minyak kelapa sawit Minyak kelapa sawit diperoleh dari bubur atau daging buah pohon kelapa sawit tropis (Elacis guineensis). Minyak kelapa sawit mentah berwarna oranye-merah disaponifikasi. dan biasanya diputihkan terlebih dahulu sebelum

http://ocw.usu.ac.id/course/download/.../tkk-322_handout_minyak_nabati.pdf (diakses pada 14 Juni 2012 pukul 21.00WIB).

5.

Minyak kelapa Minyak kelapa merupakan minyak nabati terpenting yang digunakan dalam pembuatan sabun. Minyak kelapa diperoleh melalui penghancuran dan ekstraksi buah kering (kopra)dari pohon kelapa sawit.

6.

Minyak biji sawit Minyak biji sawit diekstraksi dari jantung buah yang sama dengan tandan buah menghasilkan minyak kelapa sawit. Minyak biji sawit dapat juga

diperoleh dari minyak kelapa karena jenis dan jumlah komponen asam-asam lemaknya hampir sama. 7. Minyak ikan laut Minyak ikan laut seperti minyak ikan paus dan minyak mehaden dapat digunakan secara terbatas dalam pembuatan sabun setelah dihidrogensi sebagian. Adapun sifat fisiko kimia minyak dan lemak adalah sebagai berikut5: 1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil- amin dari lecitin 2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur kamar 3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak. 4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (Coaster oil), sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon disulfide dan pelarut halogen. 5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai karbon. 6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak

http:// ml.scribd.com/doc/26616864/Laporan-Praktikum-Pembuatan-Sabun (diakses pada 14 Juni 2012 pukul 21.00WIB).

7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau minyak dengan pelarut lemak 8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak atau lemak 9. Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama dari minyak/lemak. 10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya. Desain Eksperimen6 Desain eksperimen yaitu suatu rancangan percobaan dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul terdefinisikan sedemikian sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diteliti dapat dikumpulkan. Desain sebuah eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa pada analisis objektif dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas. 2.4.1. Prinsip Dasar Desain Eksperimen7 Untuk memahami desain eksperimen maka perlu dimengerti prinsipprinsip dasar yang lazim digunakan dan dikenal. Prinsip-prinsip tersebut ialah yang biasa dinamakan replikasi, rendemisasi atau pengacakan dan kontrol lokal. Sebelum dijelaskan mengenai ketiga prinsip dasar di atas, terlebih dahulu akan dijelakan perlakuan, kekeliruan eksperimen, dan unit eksperimen. Perlakuan diartikan sebagai sekumpulan dari pada kondisi-kondisi eksperimen yang akan digunakan terhadap unit eksperimen dalam ruang lingkup desain yang dipilih. Perlakuan ini bisa berbentuk tunggal atau terjadi dalam bentuk kombinasi.
6

2.4.

Sudjana, 1994, Desain dan Analisis Eksperimen, (Bandung: Tarsito), h.7-14

Unit eksperimen dimaksudkan sebagai unit terhadap mana perlakuan tunggal (yang mungkin merupakan gabungan beberapa faktor) dikenakan dalam sebuah replikasi eksperimen dasar. Kekeliruan eksperimen menyatakan kegagalan daripada dua unit eksperimen identik yang dikenai perlakuan untuk memberikan hasil yang sama ini dapat terjadi misalnya kekeliruan waktu menjalankan eksperimen, kekeliruan pengamatan, variasi dari bahan eksperimen, variasi antara unit eksperimen dan pengaruh gabungan dari semua faktor tambahan yang mempengaruhi karakteristik yang sedang dipelajari. Cara yang lazim ditempuh untuk mengurangi kekeliruan eksperimen antara lain dengan cara: menggunakan bahan eksperimen yang homogen, menggunakan informasi yang sebaik-baiknya tentang variabel yang telah ditentukan dengan tepat, melakukan eksperimen seteliti-telitinya dan menggunakan desain eksperimen yang lebih efisien. Berikut ini merupakan tiga prinsip dasar dalam desain eksperimen adalah sebagai berikut: 1. Replikasi Replikasi disini diartikan pengulangan dari eksperimen dasar. Dalam kenyataannya, replikasi ini diperlukan karena: a. Memberikan taksiran kekeliruan eksperimen yang dapat dipakai untuk menentukan panjang selang kepercayaan atau dapat digunakan sebagai satuan dasar pengukuran untuk penetapan taraf signifikan dari pada perbedaan-perbedaan yang diamati. b. Menghasilkan taksiran yang lebih akurat untuk kekeliruan eksperimen. c. Memungkinkan kita untuk memperoleh taksiran yang baik mengenai efek rata-rata dari suatu faktor. 2. Pengacakan atau Rendemisasi Umumnya, untuk setiap prosedur pengujian, asumsi-asumsi tertentu perlu diambil dan memenuhi agar supaya pengujian yang dilakukan menjadi benar. salah satu diantaranya adalah bahwa pengamatan-pengamatan secara independen. Asumsi ini sukar untuk dapat dipenuhi, akan tetapi dengan jalan berpedoman pada prinsip sampel acak yang diambil dari sebuah populasi atau

berpedoman pada perlakuan acak terhadap unit eksperimen, maka pengujian dapat dijalankan seakan-akan asumsi yang diambil benar adanya. Dengan kata lain, pengacakan menyebabkan menjadi berlaku yang menyebabkan pula memungkinkan datanya untuk dianalisis, dengan anggapan bahwa seolaholah asumsi tentang independen dipenuhi. Pengacakan memungkinkan

langkah-langkah berikutnya untuk dilanjutkan dengan anggapan soal independensi sebagai suatu kenyataan. Ini berarti bahwa pengacakan tidak menjamin terjadinya independensi, melainkan hanyalah memperkecil adanya korelasi antar pengamatan. 3. Kontrol Lokal Kontrol lokal merupakan sebagian daripada keseluruhan prinsip desain yang harus dilaksanakan. Biasanya merupakan langkah-langkah atau usaha-usaha yang berbentuk penyeimbang, pemblokan, dan pengelompokan unit-unit eksperimen yang digunakan dalam desain. Jika replikasi dan pengecekan pada dasarnya memungkinkan berlakunya uji keberartian, maka kontrol

menyebabkan desain lebih efisien, yaitu menghasilkan proses pengujian dengan kuasa yang lebih tinggi. Dengan pengelompokan akan diartikan sebagai penempatan sekumpulan unit eksperimen yang homogen kedalam kelompok-kelompok agar supaya kelompok yang berbeda memungkinkan untuk mendapatkan perlakuan yang berbeda pula. Pemblokan berarti pengacakan unit-unit eksperimen kedalam blok sedemikian sehingga unit-unit dalam blok secara relatif bersifat homogen sedangkan sebagian besar dari variasi yang dapat diperkirakan diantara unit-unit telah baur dengan blok. Penyeimbangan diartikan usaha memperoleh unit-unit eksperimen, usaha pengelompokan, pemblokan dan penggunaan perlakuan terhadap unit-unit eksperimen sedemikian rupa sehingga dihasilkan suatu konfigurasi atau formasi yang seimbang.

2.4.2. Desain Eksperimental Faktorial 2x2x28 Analisis varians (ANAVA) adalah sebuah koleksi model-model statistik, dan prosedur yang terkait, dimana yang diamati varians ini dibagi menjadi komponen-komponen yang berbeda karena variabel penjelas. ANAVA sangat membantu karena mereka memiliki keuntungan tertentu selama dua sampel t-test. Dengan melakukan beberapa sampel t-test akan menghasilkan peningkatan yang sebagian besar kesempatan melakukan tipe error sehingga ANAVA berguna dalam membandingkan tiga atau lebih berarti. Adapun langkah-langkah dalam membuat desain percobaan sebagai berikut : 1. Jumlah faktor dengan banyak taraf tetap untuk setiap faktor yakni sebanyak a untuk faktor A, b untuk faktor B, c untuk faktor C. Dimana semua variabel di atas digunakan di dalam penelitian. Dalam kalkulasi maka faktorial di atas dapat dituliskan menjadi :

Ai B j C k
i 1 j 1 k 1

ABij ABij AC ik AC ik BC jk
i 1 j 1 i 1 k 1 j 1
b c j 1 k 1

BC
k 1

jk

ABC ijk ABC ijk ABC ijk 0


i 1

2. Hipotesis nol yang dapat diuji untuk model ini tidak terdapat efek faktor-faktor dan efek interaksi antara satu faktor dengan faktor yang lain. Dalam bentuk perumusan Ho dapat diperoleh : H01 = Ai H02 = Bj H03 = Cj H04 = ABij H05 = ACik H06 = BCjk H07 = ABCijk = 0, (i=1, 2, 3,..., a) = 0, (j=1, 2, 3,..., b) = 0, (k=1, 2, 3,..., c) = 0, (i=1, 2, 3,..., a dan j=1, 2, 3,..., b) = 0, (i=1, 2, 3,..., a dan k=1, 2, 3,..., c) = 0, (j=1, 2, 3,..., b dan k=1, 2, 3,..., c) = 0, (i=1, 2, 3,..., a dan j=1, 2, 3,..., b dan k=1, 2, 3,..., c)

3. Dengan menggunakan EKT dimana menggunakan ststistik F untuk pengujian hipotesa-hipotesa nol di atas adalah :

http://kelompok2kelasd.blog.com/2010/01/20/ANAVA (diakses tanggal 14 Juni 2012 pukul 22.00 WIB)

F F F F F F F

= A/D = B/D = C/D = AB/D = AC/D = BC/D = ABC/D

untuk hipotesa H01 untuk hipotesa H02 untuk hipotesa H03 untuk hipotesa H04 untuk hipotesa H05 untuk hipotesa H06 untuk hipotesa H07

4. Batas-batas daerah kritis untuk masing-masing pengujian ditentukan oleh taraf signifikan a yang dipilih dari distribusi F dengan deajat kebebasan pembilang yang diambil dari tabel-tabel nilai F sesuai dengan perlakuan masing-masing dipasangkan dengan derajat kebebasan penyebut sama dengan derajat kebebasan kekeliruan. Daftar ANAVA bentuk desain eksperimen faktorial axbxc dapat dilihat dalam Tabel 2.4. Tabel 2.1. Daftar ANAVA Desain Eksperimen Faktorial axbxc Sumber Variasi Rata-rata Perlakuan: A B C AB AC BC ABC a-1 b-1 c1 (a - 1)(b - 1) (a - 1)(c - 1) (b - 1)(c - 1) (a - 1)(b - 1)(c - 1) Ay By Cy ABy ACy BCy ABCy A B C AB AC BC ABC Tidak ada pengujian eksak yang dapat digunakan Dk 1 JK Ry KT R F

5. Selanjutnya hasil dari pengujian ANAVA tabel di atas akan diuji hipotesanya dengan syarat : Jika F hasil perhitungan Jika F hasil perhitungan F pada tabel maka Ho diterima sedangkan F pada tabel maka Ho ditolak.

2.4.3. Desain Faktorial 23 Misalkan eksperimen yang dilakukan secara acak sempurna melibatkan tiga buah faktor yaitu faktor A, B, C, dan tiap faktor mempunyai dua buah taraf. Desain yang diperoleh akan merupakan desain eksperimen faktorial 23 acak sempurna. Efek rata-rata tiap kombinasi perlakuan dapat dihitung dengan menggunakan hubungan-hubungan berikut: Total = +(1) + a + b + ab + c + ac + bc + abc 4A 4B = -(1) + a - b + ab - c + ac - bc + abc = -(1) - a + b + ab - c - ac + bc + abc

4 AB = +(1) - a - b + ab + c - ac - bc + abc 4C = -(1) - a - b - ab + c + ac + bc + abc 4 AC = +(1) - a + b - ab - c + ac - bc + abc 4 BC = +(1) + a - b - ab - c - ac + bc + abc 4 ABC = -(1) + a + b - ab + c - ac - bc + abc Jika sistem di atas diperhatikan, tampak bahwa: 1. Untuk efek A, B, atau C, maka koefisien-koefisien kontras yang masingmasing tidak mengandung a, b, atau c bertanda negatif sedangkan yang mengandung a, b, atau c bertanda positif. 2. Koefisien kontras, jadi juga tanda, untuk efek AB didapat dengan jalan mengalikan koefisien kontras efek B. Demikian pula koefisien kontras efek AC dan BC masing-masing didapat dengan jalan mengalikan koefisienkoefisien kontras efek A dengan efek C dan efek B dengan efek C. 3. Koefisien kontras efek ABC didapat sebagai hasil perkalian koefisienkoefisien kontras efek A dengan efek BC atau efek B dengan efek AC atau efek C dengan efek AB. Dengan menggunakan daftar sistem kontras orthogonal dengan mudah dapat dibentuk sedangkan jumlah kuadrat-kuadrat tiap efek yang membentuk kontras dihitung dengan aturan:

dengan r menyatakan banyaknya replikasi dalam tiap sel kombinasi perlakuan.

Untuk menghitung JK (kekeliruan), harus dihitung semua jumlah kuadrat dari seluruh observasi, Y2, dan Ey ditentukan dengan jalan pengurangan. Tabel 2.2. Skema Perhitungan Kontras Metode Yates untuk Eksperimen Faktorial 23 Kombinasi Perlakuan (1) a b ab c ac bc abc (1) (1)+a b+ab c+ac bc+abc a-(1) ab-b ac-c abc-c (2) (1)+a+b+ab C+ac+bc+abc a-(1)+ab-b ac-c+abc-bc b+ab-(1)-a bc+abc-c-ac ab-b-a+(1) abc-bc-ac+c (3) (1)+a+b+ab+c+ac+bc+abc a-(1)+ab-b+ac-c+abc+bc b+ab-(1)-a+bc+abc-c-ac ab-b-a+(1)+abc-bc-ac+c c+ac+bc+abc-(1)-a-b-ab ac-c+abc-bc-a+(1)-ab+b bc+abc-c-ac-b-ab+(1)+a Abc-bc-ac+c-ab+b+a-(1) (4) Total A kontras B kontras AB kontras C kontras AC kontras BC kontras ABC kontras

Perlu diperhatikan bahwa untuk eksperimen tanpa replikasi, jadi r = 1, maka harga-harga tiap kombinasi perlakuan tentulah sama dengan nilai observasi untuk kombinasi perlakuan yang bersangkutan. Apabila eksperimen menggunakan replikasi sebanyak r kali, maka untuk harga-harga tiap kombinasi perlakuan diambil jumlah nilai pengamatan dalam tiap sel kombinasi perlakuan yang bersesuaian. Uji Kualitas Sabun9 Dalam proses pembuatan sabun, serangkaian uji kualitas sabun dilakukan setelah proses selesai American Oil Chemists Society memperkenalkan suatu metode dalam uji kualitas sabun. Beberapa test uji yang penting antara lain uji jumlah asamasam lemak, uji warna asamasam lemak, uji alkali bebas, uji

2.5.

Soebagio, Boesro. 2009. Formulasi Sabun Cair dengan Lendir Daun Lidah Buaya. Sumedang: Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD

garam, dan uji gliserol. Larutan alkali ditest dengan uji alkali bebas, uji garam, dan uji gliserol, berikut adalah penjelasan mengenai beberapa uji kualitas sabun: 1. Uji jumlah asamasam lemak Sampel dihidrolisa dengan asam dan asamasam lemak diekstraksi dengan ester, yang kemudian dievaporasi, dan residunya ditimbang. 2. Uji warna Warna sabun biasanya mendekati warna asamasam lemak cucian yang sudah dipisahkan dari sampel. Warna asamasam lemak dibandingkan dengan warna standar. Untuk warna asamasam lemak yang terang dibandingkan dengan warna standar pada Lovibond tintometer. Asamasam lemak yang lebih gelap dibandingkan dengan warna standar FAC, yang sesuai dengan spesifikasi Fat Analysis Committee (FAC) dari American Oil Chemists Society. 3. Uji alkali bebas Suatu sampel dilarutkan dalam alkohol dan dititrasi dengan indikator phenolphthalein dengan asam standar. Titik akhir titrasi ditandai dengan pembentukan Na2O. 4. Uji garam Uji garam ditentukan melalui titrasi dengan perak nitra dan menggunakan kalium kromat sebagai indikator 5. Uji gliserol Sabun dihidrolisa dengan asam mineral dan penentuan gliserol dilakukan pada fase cair dengan oksidasi baik dengan kalium dikromat atau dengan kalium periodat 6. Uji Organoleptik Uji organoleptik adalah pengujian dengan mengandalkan panca indera manusia. Pengujian ini bersifat kualitatif seperti warna dan bau. Warna sabun biasanya mendekati warna asamasam lemak cucian yang sudah dipisahkan dari sampel. Warna asamasam lemak dibandingkan dengan warna standar. Untuk warna asamasam lemak yang terang dibandingkan dengan warna standar pada Lovibond tintometer. Asamasam lemak yang lebih gelap dibandingkan dengan warna standar FAC, yang sesuai dengan spesifikasi Fat

Analysis Committee (FAC) dari American Oil Chemists Society. Sedangkan untuk bau yang baik adalah yang tidak berbau menyengat. 2.6. Kegunaan Sabun Sabun alkali digunakan sebagai sabun mandi dan untuk mencuci pakaian. 1. Industri tekstil menggunakan sejumlah sabun dalam pembuatan kain katun, kain wol,dan kain sutera untuk menghilangkan kotoran kotoran dan membuat tekstur kain tersebut lebih halus. 2. Sabun memegang peranan penting dalam proses emulsi polimerisasi yang digunakandalam industri karet dan industri plastic. 3. Sabun berperan sebagai emulsi antara monomer terdispersi dan fasa larutan selama polimerisasi dalam produksi SBR ( Stirena-butadinea rubber ). 4. Sabun secara luas digunakan dalam industri kosmetik untuk mengemulsi sejumlah pembersih dan kondisioner. Sabun ini terbuat dari minyak nabati, asam asam lemak, lilin, dan minyak mineral. Produk sabun ini berbentuk cairan, pasta, atau gel. 5. Sabun natrium dan sabun litium digunakan untuk mengentalkan minyak mineral. 6. Sabun merupakan salah satu komponen insektisida dan fungisida dalam pertanian. 7. Beberapa jenis sabun dapat dijadikan sebagai antioksidan yang dapat mencegah penyakit kanker kulit. 8. Ammonia dan alkanolamine, seperti mono-dan triethanolamine,

monoisopropanolamine, dan 2-amino-2-metil-1-propanol ( AMP ) digunakan untuk menetralisir asam asam lemak untuk membentuk suatu sabun. Sabun ini merupakan zat pengemulsi yang baik dan banyak digunakan dalam industri sabun, industri tekstil, cat mobil, dan cat minyak.

You might also like