You are on page 1of 17

I.

IDENTITAS PASIEN NAMA USIA JENIS KELAMIN ALAMAT PEKERJAAN SUAMI USIA JENIS KELAMIN ALAMAT PEKERJAAN : LISNA WIJI RAHAYU : 23 TAHUN : PEREMPUAN : PONGANGAN II CANDIRETNO SECANG : IBU RUMAH TANGGA : MUHAMMAD PRASTI ADI : 28 TAHUN : LAKI-LAKI : PONGANGAN II CANDIRETNO SECANG : SWASTA

II. ANAMNESIS Keluhan Utama Pasien rujukan dari bidan G1 P0 A0 23 tahun dengan KPD,ketuban pecah 1,5 jam pukul 07.30 ,kenceng-kenceng masih jarang,gerak anak + Riwayat Perkawinan Menikah 1x,usia pernikahan baru berlangsung selama 1 tahun Riwayat Menstruasi Menarche : 12 tahun Lama menstruasi : 5 hari Siklus menstruasi : 28 hari Dismenorea : disangkal Pendarahan di luar siklus : disangkal HPHT : 28 April 2011 HPL : 5 Januari 2012

Riwayat Kontrasepsi: Tidak menggunakan kontrasepsi Riwayat Penyakit Terdahulu: Penderita mengaku tidak memiliki riwayat penyakit yang kronis ataupun berat seperti:HDK, PE-E, DM, asma, hipertensi, kelainan jantung, penyakit paru, dan penyakit berat lainnya.

III. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum : Baik Kesadaran : E4V5M6 BB : 63 kg TB : 155 cm TD : 120/80mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi : 20 x/menit T : 36, 0C Mata : anemis -/- ikterus -/Thorax : Cor : S1 S2 tunggal, Reguler, Mur (-), Gal (-) Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Whez -/Abdomen : supel, peristaltik +, nyeri tekan + Ekstremitas : akral hangat

Status Obstetri 1. Inspeksi Abdomen : perut tampak membuncit membujur, tidak mengkilat, venetasi (-), tampak striae gravidarum, bundle ring (-) 2. Palpasi Leopold I : pada fundus teraba bagian besar keras janin Leopold II : janin memanjang, teraba bagian keras panjang janin di bagian kanan ibu dan teraba bagian kecil-kecil janin bagian kiri ibu Leopold III : teraba bagian besar dan lunak janin, balotemen (-) Leopold IV : sejajar

3. HIS (+) jarang 4. Auskultasi : DJJ (+) 140/140/144/reguler 5. Vaginal toucher a. 1 cm, KK (-), eff 10% bagian bawah bokong W turun di Hodge I,portio posterior 6.TFU : 31 cm . IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium : DR

V. DIAGNOSIS SEMENTARA G1P0A0,23 tahun hamil 40 minggu Janin I Hidup Intrauterin Presbo puka KPD

VI. PENATALAKSANAAN Observasi DJJ Cek Laboratorium : Darah Rutin (DR) Evaluasi 6 jam post ketuban pecah

FOLLOW UP

5 Januari 2011 jam 13.30 S : keluar cairan amnion dari jalan lahir O : KU : Baik, compos mentis Vital Sign : TD : 120/80mmHg N : 84x/menit S: 35,6 R: 24x/menit

Kepala/ Leher : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), JVP tak meningkat Thorax Abdomen Ekstremitas : cor pulmo dbn : supel, peristaltik +, nyeri tekan : akral hangat

VT : 1 cm, portio posterior,eff.10%, bagian bawah teraba bagian lunak(bokong) A Sikap : G1P0A0, 23tahun dengan presentasi bokong dan KPD : Siapkan SC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRESENTASI BOKONG 1. DEFINISI Presentasi bokong (Breech presentation) merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang atau membujur dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang terjadi dalam 3-4% persalinan dan jumlahnya berkurang sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, letak sungsang terjadi pada 25% persalinan dan hanya sekitar 1-3% yang terjadi pada kehamilan aterm. 2. PATOFISIOLOGI Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan preterm, jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak leluasa dan menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Sementara itu, pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di daerah fundus uteri dan kepala berada di ruangan yang lebih kecil di segmen bawah rahim..Beberapa fetus berada dalam posisi sungsang yang dibagi menjadi beberapa jenis, yakni:
a. Presentasi bokong (Frank breech)

Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki janin terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong. Angka kejadiannya sebesar 50-70%.
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)

Pada posisi ini, dapat pula diraba kaki selain bokong yang dapat diraba. Kejadiannya berkisar antara 5 hingga 10%. c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling) Pada presentasi jenis ini, hanya satu kaki yang ditemukan di samping bokong sementara kaki yang lain terangkat ke atas. Sementara pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki. Angka kejadiannya mencapai 10-30 %.

3. ETIOLOGI Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang, diantaranya adalah5: a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar b. Hidramnion karena anak mudah bergerak c. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus. d. Panggul sempit e. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul. 4. DIAGNOSIS Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Seringkali pasien mengeluh merasa penuh di bagian atas dan gerakan janin lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Apabila diagnosis letak sungsang sulit dibuat dengan pemeriksaan luar karena dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban maka dapat dipertimbangkan pemeriksaan USG atau MRI. Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan sebab pada kaki terdapat tumit sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jarijari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. 5. PENATALAKSANAAN DALAM KEHAMILAN a. Versi Luar Mengingat bahayanya, maka persalinan dalam letak sungsang sebaiknya dihindarkan dan bila dalam pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, utamanya pada primigravida hendaknya dilakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34-38 minggu. Pada kehamilan kurang dari 34 minggu, kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri sementara setelah minggu ke-38 versi luar sulit berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Sebelum melakukan versi luar, dignosis letak janin harus pasti dan denyut jantung janin harus baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih dulu dari rongga panggul. Tindakan ini dilakukan dengan cara meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Setelah bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain mendorong kepala ke bawah sehingga fleksi tubuh bertambah. Setelah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan

tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba pada air ketuban yang terlalu sedikit. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar adalah: 1). Panggul sempit, 2).Perdarahan antepartum, 3). Hipertensi, 4). Hamil kembar 5). Plasenta previa. Versi luar pada perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan, karena dapat menambah perdarahan akibat lepasnya plasenta. Sementara itu, pada penderita hipertensi usaha versi luar dapat menyebabkan solusio plasenta pada kehamilan kembar, janin yang lain dapat menghalangi usaha versi luar atau bahkan tali pusat kedua janin akan saling melilit bila janin berada dalam satu kantong amnion. Versi luar lebih besar kemungkinannya untuk berhasil jika: 1) Bagian presentasi belum turun ke dalam panggul, 2). Cairan ketuban masih terdapat dalam jumlah yang normal, 3). Posisi punggung bayi tidak menghadap ke belakang, 4). Pasien tidak gemuk. b. Versi Podalik Dalam Perasat ini terdiri dari pemutaran janin dengan cara memasukkan tangan ke dalam rongga rahim, menangkap salah satu atau kedua kaki janin dan menariknya keluar lewat serviks, sementara bagian atas badan janin didorong ke arah yang berlawanan secara trans abdomen yang diikuti dengan ekstraksi bokong. Prosedur ini biasanya dilakukan pada keadaan serviks yang sudah berdilatasi penuh, ketuban masih utuh, janin berada dalam letak lintang berukuran kecil dan atau sudah mati. 6. MANAGEMEN DALAM PERSALINAN Jenis pimpinan persalinan sungsang : a. Persalinan pervaginam, berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, dibagi menjadi 3 yaitu: 1) Persalinan Spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri, dimulai dengan fase lambat dalam melahirkan bokong sampai pusat (skapula depan), fase cepat berupa lahirnya pusar sampai mulut. Pada fase cepat ini, kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Fase yang terakhir adalah fase lambat yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Pengeluaran kepala harus dilakukan secara perlahan untuk menghindari terjadinya perdarahan intra kranial (ruptur tentorium serebelli) karena kepala keluar dari uterus yang bertekanan tinggi ke dunia luar yang bertekanan rendah. 2) Manual aid (partial breech extraction) dimana janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Teknik ini

dilakukan atas indikasi persalinan Bracht yang mengalami kegagalan. Terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap pertama berupa pelahiran bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri, tahap kedua berupa lahirnya bahu dan lengan dengan menggunakan tenaga penolong, dan yang terakhir adalah tahap ketiga berupa lahirnya kepala dengan menggunakan cara Mauriceau, Najouks, Wigan Martin-Winckel, Prague terbalik, dan cunam Piper. Ekstraksi Parsial dapat dilakukan dengan tiga cara: a). Cara Klasik Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki dipegang dengan satu tangan, di tarik cunam ke atas sejauh mungkin, dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang. b). Cara Muller Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan terlebih dahulu, kedua tangan penolong memegang panggul bayi secara femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian ditarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang c). Cara Lovset Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara memutar badan janin 180 derajad, kemudian setelah bahu depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah berlawanan untuk melahirkan bahu belakang.
3) Total Breech Extraction dimana janin dilahirkan seluruhnya dengan tenaga

penolong. Ada dua macam ekstraksi total, yaitu ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki. Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong sudah berada di dasar panggul, sedangkan ekstraksi kaki dilakukan pada presentasi kaki atau bokong masih dapat dibebaskan dari pintu atas panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard. Penyulit persalinan pervaginam antara lain sufokasi, asfiksia fetalis, kerusakan jaringan otak, dan fraktur pada tulang janin.
b. Persalinan per abdominal (seksio sesarea), yang merupakan cara yang terbaik

ditinjau dari janin. Seksio sesarea dipertimbangkan pada presentasi bokong : kelainan panggul (panggul sempit/patologis), janin besar disproporsi kepala panggul (nulipara berat badan janin lebih dari 3500g, multipara berat badan janin lebih dari 4000 g), riwayat obstetri jelek, cacat rahim, hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia berat,eklamsia), ketuban pecah sebelum waktunya, kepala hiperekstensi, gawat janin, pertumbuhan janin terlambat berat, prematuritas, nulipara (primitua/infertil/ presentasi kaki), kemajuan persalinan terganggu, kontraindikasi pervaginam (bekas operasi, fistula), nilai Zatuchni-Andros kurang atau sama dengan 3.

Skor Zatuchni-Andros

Paritas Umur kehamilan TBJ Riwayat presbo Penurunan kepala Pembukaan

0 nullipara >39 minggu >3630 gr <-3 <2

1 Multipara 38 minggu 3629-3176 gr 1 kali -2 3

2 <37 minggu < 3175 gr 2 kali -1 atau lebih rendah >4

Tindakan : - Skore < 3 : Seksio sesar, - Skore 4 : Reevaluasi, kalau tetap 4, lakukan seksio sesar, - Skore 5 : Pervaginam

KETUBAN PECAH DINI 1. DEFINISI Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban, di mana 6-8 jam sesudahnya tidak diikuti tahap persalinan. Apabila hal ini terjadi sebelum kehamilan aterm maka lebih banyak masalah yang timbul daripada bila terjadi pada saat kehamilan aterm. Masalah-masalah tersebut misalnya persalinan preterm, korioamninitis, dan sepsis pada janin.
2. ETIOLOGI

Etiologi dari KPD tidak diketahui secara jelas, namun beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya KPD antara lain: a. Dilatasi servik secara dini, bisa berhubungan dengan berat janin atau plasenta b. Infeksi pada vagina, uterus atau membran sekitar c. Persalinan prematur d. Amniosentesis e. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C) 3. FAKTOR RISIKO Beberapa faktor yang dipercaya dapat meningkatkan resiko terjadinya KPD adalah: a. Merokok b. Kehamilan Gemelli atau lebih c. Infeksi di vagina terutama selama trimester kedua d. Inkompetensi serviks e. Polihidramnion f. Wanita kulit hitam lebih beresiko dibandingkan wanita kulit putih g. Riwayat persalinan preterm sebelumnya.
4. MEKANISME KETUBAN PECAH DINI

Ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh dan bukan karena seluruh selaput ketuban yang rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks ekstraseluler. Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme dari kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen ini dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, namun mudah pecah pada trimester ketiga. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Melemahnya kekuatan selaput ketuban juga berhubungan dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan preterm disebabkan oleh adanya

faktor eksternal misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini pada kehamilan preterm juga sering terjadi pada polihidramnion, inkompetensi serviks, dan solusio plasenta. 5. DIAGNOSIS Untuk menentukan pecahnya selaput ketuban dapat dilihat adanya cairan ketuban dari vagina baik menyembur atau merembes. Jika tidak ada dapat dicoba dengan sedikit menggerakan bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Untuk memastikan cairan ketuban dapat digunakan tes lakmus (nitrazin test) yang akan berubah warna dari merah menjadi biru.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan lab darah rutin, Leukosit/ WBC, bila >15.000/mm3 kemungkinan telah terjadi infeksi b. Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan usia kehamilan, letak dan presentasi janin, berat janin dan gradasi plasenta serta jumlah air ketuban. c. Monitoring bunyi DJJ 7. KOMPLIKASI a. Persalinan prematur Ketuban pecah dini biasanya segera disusul oleh persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan dimulainya persalinan tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% persalinan terjadi kurang dari 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan terjadi dalam 24 jam dan pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam satu minggu. b. Infeksi Resiko terjadinya infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu dapat terjadi korioamniositis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia dan omfalitis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur lebih besar resiko infeksinya dibandingkan dengan kehamilan aterm. c. Hipoksia dan asfiksia Pecahnya ketuban secara dini menyebabkan terjadinya oligohidramnion yang dapat menekan tali pusat sehingga dapat terjadi hipoksia atau asfiksia. Semakin tinggi derajat oligohidramnion maka semakin tinggi pula resiko terjadinya gawat janin. d. Sindroma deformitas janin Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin menjadi terhambat. Hal tersebut disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonar.

8. PENATALAKSANAAN a. KPD pada kehamilan aterm (>37 minggu) Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten (L.P/ Lag period). Makin muda umur kehamilan akan makin memanjang L.P-nya. Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya kmempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Kejadian infeksi pada KPD dapat diturunkan dengan pemberian antibiotik profilaksis. Meskipun pemberian antibiotik ini tidak berfaedah terhadap janin dalam rahim namun pencegahan chorioamnitis lebih penting daripada pengobatannya sehingga pemberian antibiotik perlu dilakukan segera setelah diagnosis KPD ditegakkan. Apabila lebih dari 6 jam, kemungkinan infeksi telah terjadi, sedangkan proses persalinan sendiri pada umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan untuk bersikap aktif dengan melakukan induksi persalinan segera atau setelah 6-8 jam dengan alasan penderita akan inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat proses persalinan, periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi. Pelaksanaan induksi persalinan memerlukan pengawasan ketat terhadap kondisi ibu, janin serta jalannya proses persalinan itu sendiri. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi maupun ibunya seperti his yang terlalu kuat atau proses persalinan yang memanjang (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan memperhatikan Bishop score, apabila >5 induksi dilakukan dengan oksitosin, sebaliknya <5 maka dilakukan pematangan servik dengan misoprostol. Apabila induksi tidak berhasil, maka persalinan diakhiri dengan sectio caesaria. b. KPD pada kehamilan preterm (<37 minggu) Pada KPD yang terjadi pada kehamilan preterm (<37 minggu) dilakukan penatalaksanaan konservatif. Perlu dilakukan perawatan di rumah sakit dan pemberian antibiotik (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazole 2x500 mg) selama 7 hari. Jika usia kehamilan <3234 minggu, dilakukan perawatan sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak infeksi dan tes busa negatif, maka dilakukan pemberian deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan nilai kesejahteraan janin, serta terminasi pada usia kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu dan tidak ada infeksi, maka dapat diberikan tokolitik, deksametason, dan di induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32-37 minggu dan ada infeksi, dilakukan pemberian antibiotik dan induksi serta dilakukan penilaian terhadap tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32-37 minggu perlu dilakukan pemberian steroid untuk memacu kematangan paru janin. Jenis steroid yang dapat diberikan antara lain betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

SECTIO CAESARIA
1. DEFINISI

Sectio caesaria ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
2. JENIS a. Sectio caesaria klasik/korporal b. Sectio caesaria transperitoneal profunda c. Sectio caesaria ekstraperitoneal d. Sectio caesaria transvaginal 3. INDIKASI

a. Ibu: 1) Panggul sempit 2) Disproporsi kepala-panggul 3) Ruptura uteri imminens 4) Placenta previa 5) Stenosis cervic uteri atau vagina 6) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi 7) Incoordinate uterine action 8) Riwayat sectio caesaria 9) Pre-eklampsi dan hipertensi b. Janin: 1) Kelainan letak 2) Gawat janin 3) Kelainan kongenital c. Indikasi persalinan 1) Persalinan tak maju atau distokia 4. KONTRA INDIKASI (RELATIF) a. Infeksi intrauterine b. Janin mati c. Syok/anemia berat yang belum diatasi d. Kelainan kongenital berat
5. KOMPLIKASI

a. Resiko ibu 1) Infeksi rahim atau kandung kemih 2) Perdarahan 3) Komplikasi obat anestesi (misal : gangguan saluran pencernaan dan gangguan nafas )

b. Resiko janin 1) APGAR score yang rendah 2) Gangguan pernafasan

BAB III PEMBAHASAN

Kasus Ny. Lisna, seorang primigravida umur 23 tahun dan dengan usia kehamilan 40 minggu adalah kasus presentasi bokong (breech presentation). Hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan Leopold, di mana pada pemeriksaan Leopold I ditemukan bagian besar dan keras janin (kepala) sedangkan di Leopold III teraba bagian besar lunak (bokong). Hal ini menjadi petunjuk bahwa janin terletak memanjang atau membujur dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Pada kehamilan presentasi bokong, persalinan dilakukan perabdominal apabila ada penyulit yang menyertai. Penyulit yang dimaksud antara lain adalah riwayat obstetri ibu yang jelek, primigravida tua, adanya riwayat infertilitas, kepala janin yang defleksi, ketuban pecah dini, serta sebab letak sungsang adalah karena kelainan pada jalan lahir (tumor jalan lahir, panggul sempit dan sebagainya). Dalam kasus ini, pasien sudah mengalami ketuban pecah sejak 1 jam sebelum anamnesa dengan pembukaan serviks sebanyak 1 cm. Angka kejadian ketuban pecah dini meningkat pada kehamilan dengan mal presentasi, termasuk pada kehamilan dengan presentasi bokong. Bokong telah turun di Hodge I-II sehingga tidak mungkin dilakukan versi luar untuk memutar posisi janin. Pada pasien dengan kehamilan presentasi bokong yang mengalami ketuban pecah dini, air ketuban tidak dapat ditahan oleh bokong yang berada dalam pintu atas panggul karena bokong bukan merupakan bagian terbesar janin. Akibatnya, ditakutkan air ketuban akan habis (dry labour) sehingga dapat menyebabkan defleksi kepala janin dan after coming head jika tetap dilakukan persalinan pervaginam. Persalinan perabdominal secara seksio cesarea transperitonealis profunda emergency dipilih dengan beberapa pertimbangan. Diantaranya adalah total skor ZA pada pasien ini adalah 3 sehingga mengindikasikan persalinan per abdominal. Skor ZA dengan jumlah 1 didapatkan dari Nullipara (0), umur kehamilan 39 minggu (0), taksiran berat janin 3176-3629 (1), belum pernah melahirkan sungsang (0), penurunan kepala (station) (0), pembukaan serviks 1 (0).

DAFTAR PUSTAKA 1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JH, Wenstrom KD. Breech Presentation and Delivery in William Obstetrics, 21st edition. New York: Mc Graw Hill Company, 2001: 509-535. 2. Distosia (Patologi Persalinan) dalam Obstetri Patologi bagian Obstetri dan Ginekologi, edisi 1979. Bandung: Elstar Offset: 169-185. 3. DiLeo GM. Fetal Anatomy. http://www.ahealthyme.com/fa/ahealth.csd, last update december 10, 1999. Accessed April 20, 2011. 4. Winkjosastro H. Patologi Persalinan Ilmu dan Penanganannya dalam Ilmu Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2002: 607-622. 5. Wiknjosastro H. Persalinan Sungsang dalam Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: Yaysan Bina Pustaka, 2002: 104-122. 6. Fischer R. Breech Presentation. http://www.emedicine.com/bp/emed.css, last update May 5, 2005. Accessed April 20,2011. 7. Prawiroharjo. 2008. Ketuban Pecah Dini dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. hal: M-112-M-115 8. Hacker Neville, F., Moor, J., George. 2001. Ketuban Pecah Dini dalam Essential Obstetric and Gynecology. Edisi 2. Hiprokrates. Jakarta. hal: 304306 9. Ketuban Pecah Dini dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. hal: M-112-M-115 10. Smith, J.F. 2001. Premature Rupture of Membrane. http://www.chclibrary.org/micromed/00061770.html 11. Cunningham, F., Gary. 2006. Obstetri Williams. Edisi ke-2. Jakarta. EGC. 12. Mercer, Brian M. 2010. Antibiotic Therapy for Reduction of Infant Morbidity After Preterm Premature Rupture of the Membranes. www.jama.com. 13. Winknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta:Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

You might also like