You are on page 1of 3

Indonesia patut berbangga masuk sebagai penghasil CPO nomor satu di dunia.

Jutaan ton CPO yang dihasilkan dari perkebunan di Indonesia mengalir ke berbagai negara. Perkebunan kelapa sawit sebagai penyumbang devisa non migas kepada pemerintah. Sayangnya, perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, belum dikelola pemerintah dengan rapi sebagai kekuatan ekonomi. Keuntungan yang diperoleh pemerintah dari bea masuk, dialokasikan untuk pengembangan usaha industri pengelolaan CPO. Begitu juga dengan infrastuktur yang dibutuhkan. Padahal kehadiran infrastruktur menjadi prasyarat pengembangan industri perkebunan dari hulu ke hilir. Berikut ini petikan wawancara analisa dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang juga Direktur ESR PT. Astra Argo Lestari (Tbk), Joko Supriyono. Analisa: Indonesia salah satu negara yang memiliki lahan terluas perkebunan kelapa sawit. Bagaimana perkembangan perkebunan kelapa sawit lima tahun terakhir ini, luas lahan, maupun hasil kelapa sawit? Joko: Industri kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat pesat hingga akhir 2011 lalu. Indonesia sukses menghasilkan 24 juta ton minyak sawit mentah atau CPO (crude palm oil) dan menempatkan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia mengalahkan Malaysia yang berada di urutan kedua dengan produksi 17 juta ton. Produksi 24 juta ton tersebut juga menempatkan industri kelapa sawit sebagai salah satu penyumbang devisa ekspor non migas terbesar dengan kontribusi yang mencapai USD 14 miliar. Selain sumbangan terhadap devisa, sektor kelapa sawit juga merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja sangat besar, mencapai 4 juta jiwa sebagai tenaga kerja langsung. Jika dihitung dengan anggota keluarga, maka ada sekitar 12 juta jiwa yang menggantungkan hidup kepada industri kelapa sawit. Luas lahan perkebunan kelapa sawit, hingga akhir 2011 mencapai sekitar 7,5 juta hektar. Analisa: Beberapa tahun terakhir banyak lahan pertanian beralih menjadi perkebunan kelapa sawit. Dapat bapak jelaskan seberapa besar peluang bisnis kelapa sawit di masa mendatang? Joko: Prospek industri kelapa sawit sangat cerah. Permintaan CPO di pasar dunia akan terus meningkat. Selain sebagai bahan pangan, CPO juga bisa diolah menjadi berbagai produk turunan mulai kosmetik, hingga biodiesel. Saat ini, di pasar minyak nabati dunia, pangsa pasar minyak sawit sudah menjadi yang terbesar mencapai 35%, jauh mengungguli pesaingnya seperti minyak kedelai dan bunga matahari. Pangsa pasar minyak sawit yang makin membesar inilah yang membuat negara maju (Eropa) gerah sehingga mereka aktif melakukan kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit Indonesia melalui sejumlah LSM yang ada di sini. Analisa: Setahun berapa banyak CPO yang diekspor ke luar negeri. Negara mana saja tujuan ekspor? Joko: Dari 24 juta ton CPO yang bisa dihasilkan industri kelapa sawit di Indonesia, memang 17 juta ton dijual di pasar ekspor dan 7 juta sisanya terserap di pasar domestik. Banyak orang bertanya, kok lebih besar yang dijual ke luar negeri? Kita sebagai pengusaha akan mencari pasarpasar yang potensial. Saat ini, daya serap pasar domestik (dalam negeri) memang lebih kecil dibandingkan pasar di luar negeri. Tidak mungkin, kita memasok suatu produk dalam sebuah pasar melebihi tingkat permintaan di pasar tersebut. Dengan adanya program hilirisasi sawit dari pemerintah, kita berharap daya serap minyak sawit di pasar dalam negeri meningkat. Untuk

negara tujuan ekspor utama yaitu China, India, Pakistan, dan Uni Eropa. Pasar Timur Tengah juga sangat potensial dan permintaannya terus meningkat. Analisa: Kita ketahui bahwa Indonesia memiliki lahan kelapa sawit yang cukup luas, mulai dari Aceh sampai Papua. Menurut Bapak mungkinkah Indonesia menguasai pasar CPO di tingkat dunia. Bisa jelaskan alasannya? Joko: Bukan hanya mungkin, saat ini Indonesia sudah menguasai pasar CPO di tingkat dunia. Indonesia dan Malaysia adalah dua negara penghasil CPO terbesar di dunia. Mungkin pertanyaan selanjutnya, bisakah kita mempertahankan posisi sebagai produsen CPO terbesar di dunia? Ini pertanyaan yang harus kita jawab bersama dan kita harus satu visi untuk bersama mempertahankan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia dan target produksi 40 juta ton pada 2020 bisa tercapai. Karena itu, pemerintah perlu mendukung perkembangan industri kelapa sawit melalui kebijakan-kebijakan yang pro pengembangan sawit. Serangan atau kampanye negatif terhadap kelapa sawit dengan dalih isu lingkungan harus dilawan bersama-sama. Pemerintah, pengusaha, dan media massa harus bahu-membahu untuk melawan kampanye negatif tersebut. Analisa: Harga Tandan Buah Segar (TBS) selalu berfluktuasi. Begitu juga dengan harga CPO. Apa yang menyebabkan harga TBS dan CPO berfluktuasi. Negara mana yang paling menentukan harga sawit dan CPO? Joko: Harga memang sangat ditentukan oleh permintaan dan penawaran di pasar. Jika permintaan tinggi sedangkan suplai terbatas karena gangguan cuaca misalnya, harga akan terkerek naik. Begitu pula jika produksi lancar dan baik, tetapi permintaan dunia terhadap CPO turun akibat krisis misalnya, sehingga terjadi oversuplai, maka harga akan turun. Tak ada seorang pun yang bisa meramalkan secara akurat bagaimana fluktuasi harga CPO ke depan. Tapi prediksi sejumlah pakar, harga CPO tahun ini akan cukup baik di kisaran USD 1.200 per ton. Analisa: Apa yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia agar perkebunan kelapa sawit lebih berkembang dari negara lain seperti Malaysia? Joko: Kita harus mengakui bahwa tata kelola perkebunan kelapa sawit di Malaysia lebih baik dibandingkan kita. Salah satunya dalam hal riset. Kenapa mereka lebih baik? Salah satu faktornya karena dukungan pemerintah Malaysia kepada industri kelapa sawit sangat total. Mereka mendukung perkembangan sawit melalui kebijakan-kebijakan yang pro sawit. Misalnya, pungutan untuk sawit dikembalikan lagi kepada industri. Sedangkan, di negara kita, pungutan untuk ekspor sawit (pajak ekspor), kita tidak tahu dananya diputar di mana. Jadi yang dibutuhkan saat ini adalah kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada industri kelapa sawit. Beberapa kebijakan yang perlu dievaluasi antara lain terkait moratorium hutan primer dan lahan gambut yang tidak perlu diperpanjang lagi dan kebijakan bea keluar CPO. Kalau memang dikenai bea keluar, kami mengharapkan tarifnya flat. Analisa: Apa pula kendala yang dihadapi dalam mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Indonesia?

Joko: Kendala lain dalam pengembangan industri kelapa sawit nasional antara lain perlunya mendorong kebijakan pemerintah daerah yang lebih pro sawit, pembangunan infrastruktur jalan dan pelabuhan sehingga bisa meningkatkan daya saing industri, serta peningkatan aspek R&D (research and development). Analisa: Banyak produk yang dapat dihasilkan dari bahan CPO. Kenyataannya banyak perusahaan pengelola kelapa sawit lebih memilih menjual CPO ke luar negeri daripada mengolah menjadi bahan jadi. Apa kendala hingga lebih memilih menjual CPO dalam bahan mentah? Joko: Seperti yang saya jelaskan di atas, pengembangan industri hilir sawit di Indonesia masih belum optimal. Memang, pengusaha didorong masuk sektor hilir, tetapi kita harus melihat infrastuktur pengembangan industri hilirnya bagaimana, insentifnya bagaimana, dan pasarnya bagaimana? Sedangkan di sektor hulu, permintaannya sangat besar terutama dari luar negeri. Dengan rencana pemerintah mengembangkan industri hilir sawit, pasti pengusaha akan mulai masuk ke sektor hilir. Analisa: Terakhir apa saran bapak untuk mengembangkan kelapa sawit di Indonesia dan apa yang harus dilakukan pengusaha yang bergerak di perkebunan kelapa sawit? Joko: Kita harus meningkatkan daya saing industri kelapa sawit di dalam negeri. Meskipun saat ini sudah menjadi produsen CPO terbesar di dunia, jika kita lengah dan mengabaikan upaya peningkatan daya saing, kita bisa disalip negara tetangga. Tingkatkan aspek riset sehingga kita bisa menghasilkan bibit tanaman terbaik dan yield tanaman pun meningkat. Jadi, selain dengan mengupayakan perluasan lahan, pengusaha juga perlu melakukan program intensifikasi atau peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit.

You might also like