You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi suatu bisnis yang cerah. Menurut data dari GPMT (Gabungan Pengusaha Makanan Ternak) di Indonesia terdapat lebih kurang 55 pabrik pakan ternak yang masih aktif. Saat ini sebaran industri pakan ternak berskala besar tersebar di Indonesia terdapat di delapan

provinsi. Sumatera Utara memiliki 8 pabrik, Lampung ada 4 pabrik, Banten ada 10 pabrik dan DKI Jakarta 4 pabrik. Di Jawa Barat terdapat 4 pabrik dan Sulawesi Selatan 2 pabrik. Produsen pakan ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur mencapai 15 pabrik. Oleh karena itu, peluang untuk memdirikan industri pakan ternak di kota Banten sangat terbuka lebar. (Indonesian Commercial Newsletter, 2008) Selain itu meningkatnya usaha peternakan unggas di Indonesia menyebabkan semakin meningkatnya permintaan pakan ternak, diketahui bahwa untuk meningkatkan kualitas ternak diperlukan nutrisi yang dapat mempercepat perkembangan ternak tersebut. Salah satu kandungan yang terpenting dalam pakan ternak tersebut adalah methionine. Methionine adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini penting dalam sintesa protein (dalam proses transkripsi, yang menterjemahkan urutan basa Nitrogen di DNA untuk membentuk RNA) karena kode untuk methionine sama dengan kode awal untuk satu rangkaian RNA. Asam amino ini bagi ternak bersifat esensial, sehingga harus dipasok dari bahan pangan. Sumber utama methionine adalah buah-buahan, daging (ikan), sayuran (Jagung, kelapa), serta kacang-kacangan (kacang kedelai) (Wiki, 2008). Methionine merupakan salah satu asam amino esensial yang mengandung sulfur, berfungsi untuk detoksifikasi hati. Bahan kimia ini merupakan zat lipotropik yang dapat mencegah atau menyembuhkan infiltrasi lemak, cirrcosis dan necrose hati. Serta dapat membantu proses transmetilasi pada detoksifikasi zat zat toksis yang bersifat endogenus dan exogenus. (Indochemical, April 2011). 1

Hingga saat ini methionine belum dapat diproduksi didalam negeri. Sehingga seluruh kebutuhan bagi industri lokal masih mengandalkan dari pasokan impor. Diprediksikan ketergantungan Indonesia terhadap methionine impor masih akan terus berlanjut hingga beberapa tahun kedepan, menyusul belum adanya investor yang tertarik menanamkan modalnya di sektor industri ini. Padahal permintaan terhadap methionine ini dipasar dalam negeri cenderung meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2005 hingga 2010 impor methionine Indonesia secara keseluruhan meningkat dengan laju sebesar 5,3% untuk volumenya dan sekitar 22,2 % pertahun untuk nilainya. Pada tahun 2005 lalu impor methionine di Indonesia tercatat sebesar 16.196 ton/tahun, yang kemudian meningkat menjadi 17.749 ton/tahun berikutnya dengan nilai US$ 41.910. Dalam dua tahun berikutnya impor terus menurun dan menjadi hanya 15.851 ton/tahun pada tahun 2008 dengan nilai yang justru meningkat menjadi US$ 65.203. pada tahun 2009 impor kembali meningkat menjadi 18.462 ton/tahun dan meningkat lagi menjadi 20.551 ton/tahun pada tahun 2010 dengan nilai US$83.983. 1.2 Prospek Industri dan Pemasaran Analisa Pasar Hingga saat ini methionine belum dapat diproduksi didalam negeri. Sehingga seluruh kebutuhan bagi industri lokal masih mengandalkan dari pasokan impor. Diprediksikan ketergantungan Indonesia terhadap methionine impor masih akan terus berlanjut hingga beberapa tahun kedepan, menyusul belum adanya investor yang tertarik menanamkan modalnya di sektor industri ini. Padahal permintaan terhadap methionine ini dipasar dalam negeri cenderung meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2005 hingga 2010 impor methionine Indonesia secara keseluruhan meningkat dengan laju sebesar 5,3% untuk volumenya dan sekitar 22,2 % pertahun untuk nilainya. Pada tahun 2009 impor methionine meningkat menjadi 18.462 ton/tahun dan meningkat lagi menjadi 20.551 ton/tahun pada tahun 2010, dan diperkirakan impor akan terus meningkat sampai dengan tahun 2015 yang akan diperkirakan kebutuhan methionine di Indonesia mencapai 26.585 ton/tahun ( Indochemical, April 2011 ).

1.3 Lokasi Pabrik Kota Banten merupakan wilayah yang strategis. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan lokasi pabrik yang kita rancang agar secara teknis dan ekonomis menguntungkan. Daerah Banten yang terletak di propinsi jawa barat, daerah ini merupakan daerah yang strategis karena terdapat jalur transportasi darat, laut dan udara yang dapat memudahkan untuk mensuplay bahan baku. Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda merupakan salah satu jalur yang dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia, Selandia Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia dan Singapura. Disamping itu Banten merupakan jalur perlintasan/penghubung dua pulau besar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi Ibukota Negara. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta dan sangat mungkin menjadi pelabuhan alternatif dari Singapura.

Gambar 1.1 lokasi pabrik

1.4 Kapasitas Produksi Penentuan kapasitas pabrik methionine ini ditentukan dengan cara menghitung kapasitas konsumsi methionine dalam negeri yang saat ini masih mengimpor dari negara produsen. Konsumsi methionine dari tahun 2005-2010 cenderung meningkat.
120000 Kapasitas Produksi 100000 80000 60000 40000 20000 0 tahun impor kg impor nilai US$

Tahun

Gambar 1.1 Perkembangan impor methonine di Indonesia Industri methionine merupakan industri yang masih bisa dikatakan baru di Indonesia, karena diketahui pabrik penghasil methionine ini belum ada. Diharapkan dengan didirikannya pabrik methionine ini akan memenuhi kebutuhan methionine di Indonesia. Kapasitas pabrik ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan akan methionine yang cukup tinggi di Indonesia maupun di seluruh dunia. Akan tetapi yang menjadi pertimbangan utama adalah kebutuhan methionine di Indonesia. Diketahui bahwa kebutuhan methionine di Indonesia masih mengimpor dari negara produsen methionine. Melihat permintaan methionine yang terus meningkat di Indonesia yang diperkirakan pada tahun 2015 kebutuhan methionine di Indonesia mencapai 26.585 ton/tahun ( Indochemical, April 2011 ), pabrik yang di bangun ini akan memenuhi kebutuhan methionine di Indonesia yaitu dengan kapasitas 27.000 ton/tahun. 1.5 Bahan baku Bahan baku pembuatan methionine adalah metil merkaptan, akrolein dan

hydrocanic acid.Methionine dihasilkan dengan mereaksikan metil merkaptan dengan akrolein. Akrolein (2-propenal / C3H4O / CH2=CHCHO) adalah senyawa aldehida tidak jenuh yang paling sederhana. Akrolein adalah senyawa yang sangat beracun, mudah

terbakar, dapat menimbulkan air mata. Pada temperatur kamar, akrolein berfase cair dengan volatilitas dan sifat mudah terbakar mirip dengan aseton, tetapi tidak sebagaimana aseton, akrolein sedikit larut dalam air. Katalis yang digunakan adalah senyawa kompleks metal oksida, yakni campuran molibdate, bismuth, nikel, cobalt, besi, natrium, boron, kalium, dan silika. Metil merkaptan merupakan salah satu dari sekian banyak bahan kimia yang ikut mendukung industri lain seperti, sebagai bahan odorant untuk LPG, sebagai bahan baku pada pembuatan asam amino yaitu methionine yang merupakan pelengkap makanan ternak. Metil merkaptan merupakan senyawa intermediat yang dapat direaksikan dengan berbagai macam senyawa lain untuk membentuk produk lain yang bermanfaat. (Furqon dan Wiyoto, 2005).

1.6 Gross Profit Margin (GPM) Untuk menentukan kelayakan pemasaran produk methionine diperlukan perhitungan GPM. GPM dihitung dengan cara menentukan selisih harga jual produk dengan harga pembelian bahan baku. Untuk menghitung GPM diperlukan harga methyl mercaptan, akreloin, natriumoksida, hydrocianic acid, ammonium carbonate, methanol.

CH3OH + H2S + C3H4O + HCN + ( NH4 )2 CO3 + NaOH + HCl senyawa BM Mol Kg Kg/kg met US$/kg CH3OH 0,032 1 0,032 0,215 0,2 C3H4O 0,056 1 0,056 0,376 2,69 HCN 0,027 1 0,027 0,181 0,5 (NH4 )2CO3 0,096 2,5 0,24 1,61 0,2
+

5NH3 + 3H2O + 2CO2 + C5H11SNO2 + NaCl HCl 0,037 1 0,037 0,248 0,3 CH3SH 0,048 1 0,048 0,322 11,2 NH3 0,017 5 0,085 0,57 0,16 C5H11SNO2 0,149 1 0,149 1 5,59 NaCl 0,058 1 0,058 0,389 0

NaOH 0,040 1 0,04 0,268 0,3

Tabel 1.1 Gross Profit Margin

GPM

= harga jual produk - harga beli bahan baku = *(kg produk/ kg MET) x harga produk]- *(kg bahan/ kg MET) x harga bahan] = [(1 x 5,59)-{(0,2 x 0,215)+(0,376 x 2,69)+(0,181 x 0,5)+(1,61 x 0,2)+(0,268 x 0,3 )+(0,248x0,3)+(0,322x11,2)+(0,57x0,16)] = 5,59 (0,043+ 1,01+ 0,09+ 0,09 + 0,322+0,0804+0,074+3,6+0,09 ) = US$ 0,19/ kg = Rp. 1900,-/kg produk Gross Profit Margin (GPM) merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui

besarnya keuntungan yang didiapatkan dalam tiap kilogram produk yang dihasilkan. Dari perhitungan GPM diatas didapatkan keuntungan untuk perkilogram produk adalah Rp. 1900. Keuntungan yang didapatkan memang tidak terlalu besar, namun dengan keuntungan yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa untuk pendirian pabrik methionine ini cukup menguntungkan jika didirikan dengan pertimbangan yang lainnya.

BAB II PROFIL PABRIK

PT FNW Meth akan didirikan pada tahun 2015 dengan pemegang saham tiga orang, yaitu Winny N. Erziza, Nuraini, dan Fouria Yunizar. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak dibidang nutrisi pakan ternak. Bidang usaha utamanya adalah memproduksi methionine yang sangat berperan untuk mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. 1. PRODUK Produk yang dihasilkan yaitu methionine, yang berguna untuk meningkatkan kualitas ternak sehingga diperlukan nutrisi yang dapat mempercepat perkembangan ternak tersebut. 2. KAPASITAS PRODUKSI Kapasitas produksi pertahun mencapai 27.000 ton per tahun dan akan siap terus ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan yang terus meningkat dari waktu kewaktu. 3. PEMASARAN PT FNW Meth ini akan berusaha terus untuk meningkatkan pelayanan dan ketersediaan barang terbaik bagi seluruh customer. Kantor cabang dan sales representative akan disebar diseluruh Indonesia antara lain, kalimantan, Jawa, dan Sumatera, karena pada daerah ini terdapat banyak industri peternakan. 4. TENAGA KERJA Perusahaan ini akan mempekerjakan sekitar 261 orang yang telah terbagi dalam bidang-bidang yang sesuai dengan keahlian masing-masing pekerja. Penanggung jawab operasional atau direktur utama berperan sebagai person yang membawahi dan menangani langsung perusahaan 5. MODAL Modal dari pendirian hingga pengoperasian pabrik terdiri dari 60% modal sendiri, sedangkan 40% lagi dari pinjaman dari bank. Struktur permodalan bukan merupakan penanaman modal asing.

6. VISI DAN MISI Misi dan Visi dari PT.FNW Meth adalah sebagai berikut: 1. Ingin mensejahterakan Peternakan Indonesia 2. Membangun perekonomian negara melalui pemberdayaan pakan ternak sebagai salah satu jalan untuk penggerak pembangunan. 3. Memanfaatkan sumber daya untuk kelangsungan habitat lingkungan yang sehat.

BAB III DESKRIPSI PROSES

3.1. Deskripsi Proses Methionine terdiri dari beberapa jenis, maka proses pembuatannya juga dilakukan dengan beberapa cara. Jenis DL-methionine dapat dibuat dengan sintesis kimia, sedangkan untuk L-methionine selain dengan sintesis kimia, dapat juga dibuat dengan cara fermentasi. Teknologi proses yang digunakan untuk pembuatan methionine ini dibuat dengan sintesis kimia yaitu dengan sintesa methionine dari metyl markaptan dan acrolein. Ada tiga reaksi utama dalam pembuatan methionine dengan proses sintesis dari methyl mercaptan dan acrolein, yaitu: C3H4O + HCN + CH3SH + ( NH4+)2 CO3 Acrolein methyl mercaptan C6H10N2SO2 + H2CO3 + 4NH3+ 2H2O

hydantoin

C6H10N2SO2 + H2O + NaOH Hydantoin C6H10NSO2Na + 2HCl dl-salt

C6H10NSO2Na + NH3 + CO2 dl- salt C5H11SNO2 + NaCl methionine

Pada proses pembuatan methionine ini dilakukan dengan mereaksikan metil markaptan, acrolein, asam hidrosianik, dan amonium karbonat dengan metanol yang bertindak sebagai media reaksi. Campuran umpan ini kemudian dimasukkan ke dalam kolam reaksi dimana reaksi berlangsung pada suhu 80 C dan 405 kPa selama 1,5 jam. Metanol pada reaktor bertindak sebagai media reaksi dan tidak ikut terlibat di dalam reaksi. Reaksi antara metil markaptan dengan akrolein akan menghasilkan hydantoin. Setelah proses reaksi selesai, zat-zat acreloin, methyl mercaptan, asam hidrosianik, air dan metanol diuapkan bersamaan dengan hasil produksi yakni komponen amonium carbonate yaitu amoniak, karbon dioksida dan air. Produk ini kemudian disalurkan pada tekanan atmosfer masuk ke dalam striper. Sedangkan metanol, acrolein, methyl mercaptan, asam sianida, disalurkan ke reaktor pengembalian bentuk, dan sisa air di buang.

Tahap selanjutnya yaitu hydantoin direkasikan dengan larutan NaOH berkadar 50% berat dan air yang kemudian dipanaskan hingga suhu 160 C pada tekanan 405 kpa hingga 1.5 jam untuk membentuk kristal garam dl-Methionine. Amonia serta Karbon Dioksida yang terbentuk selama proses dilepaskan keluar menuju ke flash drum sedangkan NaOH, hydantoin, di kembalikan ke reaktor pengembalian bentuk. Setelah rekasi selesai, campuran dipanaskan. dl-Methionine berbentuk larutan disalurkan dan didinginkan ke suhu 80oC selama 0.5 jam. Methionine dari bejana pendingin kemudian disalurkan menuju ke unit reaktor 3. Campuran ini dinetralkan menjadi Methionine dan bentuk uapnya diendapkan. Tahap selanjutnya yaitu dengan menambahkan HCl konsentrasi tinggi, dengan tujuan untuk menurunkan nilai pH hingga dibawah 2.28, agar memungkinkan terjadinya pengendapan keseluruhan uap Methionine, tetapi bisa mempertahankan NaCl dan air tetap berbentuk larutan. dl-Methionin yang masih mengandung Molekul HCl kemudian disalurkan ke tangki sedimentasi untuk mengendapkan methionine yang telah berbentuk slurry, sedangkan sisa HCl dan garam methionine dikirim ke flash drum untuk dipisahkan dengan NaCl dan air yang terbentuk dan selanjutnya dikembalikan ke reaktor pengembalian bentuk. Hasil methionine yang telah berbentuk slurry di masukkan ke dalam dryer untuk untuk menghilangkan kadar air yang terkandung sehingga dihasilkanlah methionine yang berbentuk bubuk.

10

BAB IV SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PABRIK

4.1. Bentuk perusahaan Bentuk perusahaan yang direncanakan untuk pabrik methionine ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Perseroan Terbatas merupakan persekutuan untuk menjalakan perusahaan, dimana modal usaha yang diperlukan terbagi atas beberapa saham, dan tiap sekutu/persero turut mengambil bagian sebanyak satu atau lebih saham. Pemilihan bentuk perusahaan ini didasari atas beberapa pertimbangan antara lain : a. Tanggung jawab yang terbatas dari para pemegang saham terhadap hutang perusahaan. b. Mudah mendapatkan modal, yaitu dengan penjualan saham maupun dari pinjaman bank. c. Penempatan pimpinan atas kemampuannya melaksanakan tugas. d. Adanya pemisahan antara pemilik dan pengurus. 4.2. Struktur Organisasi Perusahaan Salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu perusahaan adalah struktur organisasinya, karena berhubungan dengan kelancaran komunikasi, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan. Bentuk struktur organisasi yang direncanakan untuk pabrik methionine ini adalah garis dan staff. Pemilihan ini didasari atas beberapa pertimbangan, yaitu : a. Dapat digunakan oleh setiap organisasi yang bagaimanapun besar dan komplek susunan organisasinya. b. Adanya pembagian tugas yang jelas dari pimpinan, staff dan pelaksana sehingga koordinasi mudah dilaksanakan. c. Kemampuan karyawan dapat dikembangkan ke arah spesialisasinya. d. Perwujudan the right man on the right place lebih mudah dilaksanakan. e. Perintah berjalan dengan baik dari atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab, nasehat dan saran bergerak dari bawah ke atas.

11

4.3. Manajemen Perusahaan Manajemen adalah suatu proses untuk menggerakkan organisasi. Tercapai tidaknya tujuan organisasi, sebagian besar tergantung kepada kemampuan para manajer dalam menjalankan organisasinya. Penertian manajemen meliputi semua tugas dan fungsi yang berhubungan dari awal pembentukan perusahaan sampai perusahaan tersebut berproduksi, serta menyangkut semua kebijaksanaan yang penting dalam pengambilan keputusan. Sistem manajemen suatu pabrik diarahan pada manajemen produksi, yaitu kegiatan untuk mengatur agar tercipta dan menambah kegunaan barang dan jasa. Para manajer harus berusaha mengangtifkan semua perangkat tenaga kerja, modal, bahan, mesin dan pemasaran produk secara efektif dan seefisien mungkin, sehingga tujuan dan sasaran perusahaan dapat tercapai dengan hasil yang baik. 4.4. Pembagian Tugas dan Wewenang 4.4.1. Rapat Umum Pemegang Saham Pemegang kekuasaan tertinggi pada struktur organisasi garis dan staff adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). RUPS dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Bila ada sesuatu hal, RUPS dapat dilakukan secara mendadak sesuai dengan jumlah forum. RUPS dihadiri oleh pemilik saham, Dewan Komisaris dan Direktur. Hak dan wewenang RUPS : a. Meminta pertanggungjawaban Dewan Komisaris dan Direktur lewat suatu sidang. b. Dengan musyawarah dapat mengganti Dewan Komisaris dan Direktur serta mengesahkan anggota pemegang saham bila mengundurkan diri. c. Mengesahkan hasil-hasil usaha dn neraca untung rugi tahunan dari perusahaan. 4.4.2. Direktur Utama Direktur Utama merupakan pimpinan tertinggi yang diangkat ole Dewan Komisaris. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Utama dibantu Direktur Teknik dan Produksi, Direktur Keuangan dan Pemasaran serta Direktur Umum dan Kepegawaian. Adapun tugas dan wewenang Direktur Utama adalah : a. Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris. b. Menetapkan pengangkatan dan pemberhentian karyawan.

12

c. Merencanakan, merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan perusahaan. d. Mengkoordinasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada tiap-tiap Direktur. e. Membuat laporan berkala. f. Mengambil keputusan dan tindakan yang tepat demi kepentingan, kelangsungan dan kelancaran jalannya perusahaan. 4.4.3. Direktur Tugas dan wewenang Direktur adalah : a. Membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama terhadap hal-hal yang menyangkut bagiannya. b. Mengkoordinir, memimpin dan mengarahkan segala kegiatan bagian-bagian yang dibawahinya. 4.4.4. Staff Ahli Staff Ahli terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang bertugas membantu Direktur, baik yang berhubungan dengan teknik maupun administrasi. Staff Ahli bertanggung jawab kepada Direktur Utama sesuai dengan bidangnya. 4.4.5. Kepala Bagian Tugas dan wewenang Kepala Bagian : a. Mengatur, mengkoordinir dan melakukan pengawasan terhadap tugas-tugas seksi yang dibawahinya. b. Memberi saran dan pertimbangan berkaitan dengan tugasnya. c. Memberi laporan dan pertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh Direktur diatasnya. Kepala Bagian (Kabag) terdiri dari : 1. Kabag Teknik Kabag Teknik membawahi Seksi Pemiliharaan dan Seksi Instrumentasi dan Laboratorium. 2. Kabag Produksi Kabag Produksi membawahi Seksi Proses dan Seksi Utilitas. 3. Kabag Keuangan Kabag Keuangan membawahi Seksi Administrasi dan Seksi Kas.

13

4. Kabag Pemasaran Kabag Pemasaran membawahi Seksi Pembelian dan Seksi Pemasaran. 5. Kabag Umum Kabag Umum membawahi Seksi Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja dan Seksi Transportasi dan Gudang. 6. Kabag Kepegawaian Kabag Kepegawaian membawahi Seksi Personalia dan Seksi Humas. 4.4.6. Kepala Seksi Tugas dan wewenang Kepala Seksi (Kasie) adalah : a. Bertanggung jawab kepada Kepala Bagian atas semua kelancaran kerja. b. Menciptakan suasana kerja yang baik dan menjamin keselamatan karyawan serta mengajukan saran-saran kepada Kepala Bagian. c. Bertanggung jawab terhadap kualitas dan kelengkapan barang-barang dan peralatan kerja. d. Membuat laporan berkala kepada Kepala Bagian. 4.4.7. Karyawan/Operator Karyawan/operator merupakan pekerja yang langsung menangani unit-unit tertentu. Tugas karyawan/operator adalah : a. Melakukan tugas operasional sesuai bidangnya masing-masing. b. Malakukan recana kerja yang diinstruksikan oleh atasan. c. Bertanggung jawab atas semua operasional di lapangan. 4.5. Sistem Kerja Pengaturan waktu kerja karyawan disesuaikan menurut kegiatan perusahaan. Pabrik beroperasi selama 300 hari per tahun dan bekerja secara kontinu selama 24 jam per hari, sedangkan sisa waktu setiap tahunnya akan digunakan untuk shut down, pemeliharaan dan perbaikan pabrik. Waktu kerja karyawan diatur dengan sistem shift dan non-shift. a. Karyawan shift Karyawan shift adalah karyawan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, misalnya karyawan unit proses, unit utilitas, laboratorium, keamanan, listrik

14

dan lainnya. Karyawan bekerja bergiliran selama delapan jam tiap hari, jadi dalam satu hari dibagi tiga waktu shift. Pada hari minggu dan hari libur, karyawan shift tetap bekerja seperti biasa. Karyawan shift diberi libur setelah tiga hari kerja. Waktu kerja karyawan shift adalah : Shift I Shift II : Pukul 07.00 15.00 : Pukul 15.00 23.00

Shift III : Pukul 23.00 07.00

Untuk melayani tiga shift pabrik, dibentuk empat regu kerja yang diatur sebagaimana pada tabel 4.1 Tabel 4.1. Jadwal Kerja Karyawan Shift Hari KeRegu 1 A B C D Keterangan : I = Shift I III II I 2 III II I III 3 I III III I I III I 4 5 I III I 6 II III II II 7 II II II

; II = Shift II

; III = Shift III

b. Karyawan non-shift Karyawan non-shift adalah karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, misalnya bagian perkantoran, administrasi, bengkel dan lain-lain. Waktu kerja karyawan non-shift adalah : Hari Senin s/d Kamis : Pukul 07.00 12.00 : Pukul 13.00 16.00 Hari jumat : Pukul 07.00 11.00 : Pukul 13.00 16.00 Hari Sabtu dan Minggu : Libur

15

4.6. Jumlah Karyawan Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan/pabrik, dibutuhkan beberapa pejabat dan sejumlah karyawan untuk mengisi struktur organisasi. Jumlah karyawan pabrik methionine selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2a. Perincian Jumlah Karyawan shift Karyawan shift No 1 2 3 4 5 6 Jabatan Karyawan Proses Karyawan Labor Karyawan Bengkel Karyawan Utilitas Karyawan Limbah Karyawan Gudang Total Jumlah 100 20 15 20 10 10 175 Pendidikan Sarjana dan Diploma Teknik Kimia Sarjana dan Diploma Teknik Kimia/ Kimia Sarjana dan Diploma Teknik Kimia/ Mesin Sarjana dan Diploma Teknik Kimia/ Lingkungan Sarjana dan Diploma Teknik Lingkungan/ Industri Diploma Teknik Kimia/ Industri/ Lingkungan

16

Tabel 4.2b. Perincian Jumlah Karyawan non-shift Karyawan non- shift No 1 2 Jabatan Direktur Teknik dan Produksi Direktur Umum/Kepegawaian, Direktur Keuangan dan Direktur Pemasaran Jumlah 1 3 Pendidikan Sarjana Teknik Kimia/ Industri Sarjana Teknik Kimia/ Manajemen/ Ekonomi Sarjana Teknik Kimia/ Mesin/ Elektro/ Manajemen

Staf Ahli

4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 15

Kepala Bagian Kepala Seksi Dokter Perawat Karyawan Pembelian/ Pemasaran Karyawan Administrasi/ Kas Karyawan Personalia Karyawan Humas Kepala Keamanan Supir Office Boy Total jumlah karyawan

6 10 1 3 10 15 5 5 1 10 10 85

Sarjana Teknik Kimia/ Mesin/ Elektro/ Manajemen Diploma Teknik Kimia/ Industri/ Mesin/ Elektro Sarjana Kedokteran Sarjana/ Diploma Keperawatan Diploma Manajemen/ Ekonomi Diploma Manajemen/ Ekonomi Sarjana/ Diploma komunikasi Sarjana/ Diploma Komunikasi/ Hubungan Internasional D3/ SMA/ sederajat SMA/ sederajat SMP/ sederajat

17

4.7. Sistem Penggajian Karyawan Gaji karyawan disesuaikan dengan jabatan dalam struktur organisasi seperti pada Tabel 4.3. Gaji yang diberikan pada karyawan berupa gaji pokok dan tunjangan jabatan. Sistem penggajian dibagi menjadi 3 kelompok: 1. Gaji Bulanan Diberikan kepada karyawan tetap, besarnya sesuai dengan peraturan perusahaan. 2. Gaji Harian Gaji ini diberikan kepada karyawan tidak tetap. 3. Gaji Lembur Gaji ini diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja. Gaji lembur karyawan ini sebesar Rp 300.000,- / delapan jam. Tabel 4.3. Penggolongan Gaji Menurut Jabatan Jabatan Direktur Utama Direktur Teknik dan Produksi Direktur Umum/Kepegawaian, Direktur Keuangan dan Direktur Pemasaran Staf Ahli Kepala Bagian Kepala Seksi Dokter Perawat Karyawan Pembelian/ Pemasaran Karyawan Administrasi/ Kas Karyawan Personalia Karyawan Humas Kepala Keamanan Jumlah 1 1 3 5 6 10 1 3 10 15 5 5 1 Gaji (Rp) Rp 30.000.000 Rp 25.000.000 Rp 20.000.000 Rp 15.000.000 Rp 15.000.000 Rp 10.000.000 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 5.000.000 3.500.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 2.000.000 Gaji /bulan Rp 30.000.000 Rp 25.000.000 Rp 60.000.000 Rp 75.000.000 Rp 90.000.000 Rp 100.000.000 Rp 5.000.000 Rp 10.500.000 Rp 30.000.000 Rp 45.000.000 Rp 15.000.000 Rp 15.000.000 Rp 2.000.000

18

Jabatan Supir Office Boy Total

jumlah 10 10 86 Rp Rp

Gaji (Rp) 1.500.000 1.000.000

Gaji /bulan Rp 15.000.000 Rp 10.000.000 Rp 527.500.000

4.8. Kesejahteraan Karyawan Untuk mencapai hasil kerja yang maksimal dari setiap karyawan, kesejahteraan karyawan dan keluarganya harus diperhatikan. Beberapa fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan adalah sebagai berikut: 1. Fasilitas Kesehatan Perusahaan membangun sebuah klinik yang berada di area pabrik. Klinik tersebut berfungsi sebagai pertolonganan pertama kepada karyawan selama jam kerja. Untuk menangani kecelakaan berat, baik itu kecelakaan akibat kerja atupun bukan yang menimpa karyawan maupun keluarganya, perusahaan menunjuk dokter umum untuk menanganinya. Selain itu perusahaan juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit. Bagi karyawan yang menderita sakit akibat kecelakaan kerja biaya pengobatan akan ditanggung oleh perusahaan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sedangkan biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang tidak disebabkan karena kecelakaan kerja diatur berdasarkan kebijaksanaan perusahaan. 2. Fasilitas Asuransi Fasilitas asuransi diberikan untuk memberikan jaminan sosial dan memberikan perlindungan pada karyawan terhadap hal-hal yang tidak dinginkan. Program ini dikenal dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). 3. Fasiitas Transportasi Perusahaan memberikan fasilitas transportasi berupa mobil beserta supir untuk kegiatan operasional bagi beberapa karyawan sesuai dengan jabatannya. 4. Fasilitas Koperasi Koperasi karyawan didirikan sebagai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari karyawan.

19

5. Fasilitas Kantin Kantin disediakan untuk memenuhi kebutuhan makan bagi para karyawan. 6. Fasilitas Peribadatan dan Ruang Serbaguna Perusahaan menyediakan tempat peribadatan dan ruang serbaguna di sekitar area pabrik. 7. Fasilitas Penunjang Lain Perusahaan memeberikan tunjangan-tunjangan lain berupa: Tunjangan hari raya (THR) bagi semua karyawan Bonus bagi produksi yang melebihi target yang ditetapkan Tunjangan kematian, yang diberikan kepada karyawan yang meninggal dunia baik karena kecelakaan waktu bekerja maupun di luar pekerjaan yang berhubungan dengan pabrik Tunjangan hari tua yang dibayar sekaligus Tunjangan perjalanan dinas

8. Peralatan Safety Untuk menjaga keselamatan kerja karyawan di pabrik, diberikan peralatan safety shoes, safety helmet, masker dan alat-alat safety yang lain. 9. Fasilitas Cuti Perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk beristirahat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, oleh karena itu perusahaan memberikan waktu cuti untuk karyawannya berupa: Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan selama 14 hari kerja dalam 1 tahun Cuti sakit diberikan kepada karyawan yang menderita sakit berdasarkan keterangan dokter.

20

BAB V ANALISIS EKONOMI

5.1. Pendekatan dan Asumsi Asumsi yang Digunakan Pendekatan dan asumsi asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi pabrik Methionine adalah sebagai berikut : 1. Umur ekonomi pabrik 20 tahun 2. Masa konstruksi pabrik adalah 3 tahun dengan modal 60% pada tahun pertama dan 40% pada tahun kedua 3. Modal terdiri dari 60% pemegang saham dan 40 % pinjaman bank 4. Kapasitas produksi pabrik direncanakan sebesar 50% pada tahun pertama produksi, 80% pada tahun kedua produksi dan 90% pada tahun ketiga produksi 100 % dan seterusnya. 5. Depresiasi dihitung dari tahun pertama produksi dengan metode garis lurus. Asumsi yang digunakan adalah nilai sisa pabrik sama dengan nol 6. Pajak pendapatan sebesar 40% per tahun 7. Suku bunga pinjaman sebesar 15% per tahun

5.2 Variabel Variabel Analisis Ekonomi 5.2.1 Break Even Point CTPI = Rp 80.156.638.642,07 FC = Rp. 85.166.428.557,20 P = harga methionine per kg = Rp 50.000 V = variable cost per kg = Rp 153.459.682,78 K = Kapasitas pertahun = 2700000 kg/tahun Total produksi maksimal = 2700000 kg/tahun + 10 % x 2700000 kg/tahun = 29700000 kg/tahun % Production rate = K / Total produksi maximal = 29700000 / 2700000 = 0,91 = 91 % Nilai BEP terhadap kapasitas normal = 48,9 %

21

5.2.2

IRR (Internal Rate of Return)

Internal Rate of Return atau IRR merupakan kriteria yang banyak digunakan sebagai dasar untuk menganalisa kelayakan pabrik dari aspek ekonomi pada umumnya. Untuk menghitung nilai IRR digunakan rumus present worth dan dicari hingga nilai present worth sama dengan nol (0). PWnet = PW inflow PW outflow Nilai IRR untuk pabrik ini didapat dari hasil trial diperoleh nilai IRR sebesar 11,89 %. 5.2.3 NPV (Net Present Value)

Nilai Bersih Sekarang adalah besarnya nilai aliran kas pabrik yang dikonversikan pada waktu sekarang. Diharapkan besarnya nilai NPV > 0 sehingga investasi memberikan keuntungan. Jika besarnya nilai NPV < 0, proyek yang diinvestasikan tersebut mengalami kerugian. Mengubah dari nilai future ke nilai present menggunakan rumus NPV = . TCI

Nilai NPV yang didapat selama pabrik ini berjalan 20 tahun adalah Rp 24.735.554.002. 5.2.4 PBP (Pay Back Period)

Pay Back Period adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali pengeluaran yang ditanamkan pada investasi awal pendirian pabrik. Sedangkan nilai FCI dari perhitungan sebelumnya adalah Rp. 85.166.428.557. PBP = dari perhitungan didapat PBP adalah 6,5 tahun. 5.2.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan keadaan tidak stabil yang dialami oleh pabrik. Perubahan itu adalah penurunan harga jual, penurunan kapasitas penjualan, kenaikan biaya operasional secara keseluruhan. 5.2.5.1 Penurunan Harga Jual Analisis sensitivitas ini dilakukan terhadap penurunan tingkat harga penjualan dari produk methionine. Efek penurunan harga penjualan produk terhadap nilai NPV

22

adalah semakin besar penurunan harganya, maka nilai NPV akan semakin rendah. Begitu juga dengan nilai IRR-nya akan semakin rendah, yang artinya tingkat pengembaliannya akan semakin rendah. Hal ini juga terbukti dari payback period yang semakin lama dalam pengembalian modalnya. Karena persen deviasinya cukup rendah, hanya sekitar 5%. Hal ini dikarenakan penentuan harga jual methionine yang cukup rendah untuk bisa bersaing. 5.2.5.2 Penurunan Kapasitas Penjualan

Sama halnya dengan penurunan harga jual, efek penurunan kapasitas penjualan produk terhadap nilai NPV adalah semakin besar penurunan harganya, maka nilai NPV akan semakin rendah. Begitu juga dengan nilai IRR-nya akan semakin rendah, yang artinya tingkat pengembaliannya akan semakin rendah. Hal ini juga terbukti dari payback period yang semakin lama dalam pengembalian modalnya. Pabrik ini dikatakan kurang viable karena mudah goyah dengan adanya perubahan harga jual dengan persen deviasinya hanya sekitar 5 %,10 %, dan 15 %. 5.2.5.3 Kenaikan Biaya Operasional Secara Keseluruhan

Adanya peningkatan dalam biaya operasional dapat memberikan efek terhadap nilai NPV, yaitu semakin besar penurunan harganya, maka nilai NPV akan semakin rendah. Begitu juga dengan nilai IRR-nya akan semakin rendah, yang artinya tingkat pengembaliannya akan semakin rendah. Hal ini juga terbukti dari payback period yang semakin lama dalam pengembalian modalnya.

23

DAFTAR PUSTAKA

Baasel, William D., 1976, Preliminary Chemical Engineering Plant Design, American Elsevier Publushing Co., Inc., USA Badan Pusat Statistik, 2005, Data impor dan ekspor methionine, http://www.bps.go.id (diakses 2 oktober 2011) Capricorn Indonesia Consult, Juli 2011, Laporan Bisnis. Indochemical: Jakarta. Indonesian Commercial Newsletter, 2008, Perkembangan Industri Pakan Ternak di Indonesia, ICN: Jakarta. Otmer, Kirk, (1998), Encyclopedia of Chemical Technology vol 19, Jhon Willey & Son, Inc. New York. Perry, R.H., Green, D.W. and Maloney, J.O., 1997, Perrys Chemical Engineers Handbook, Mc Graw Hill Book Co., Inc., Singapore. Peter, M.S. and Timmerhaus, K.D., 1991, Plant Design and Economics for Engineers, 3th ed., Mc Graw Hill Book Co., Singapore. Peter, M.S., Timmerhaus, K.D. and West, R.E., 2003, Plant Design and Economics for Engineers, 5th ed., Mc Graw Hill Book Co., Singapore. Wallas, S.N, 1990, Chemical Process Equipment, Butterworths-Heinemann.Inc, London.

24

You might also like