Professional Documents
Culture Documents
aspek safety operability dan control dart steam boiler tersebut akan
dioperasikan.
Karena fungsinya hanya sebagai pemanas pada proses pemasakan
kedelai, maka steam pabrik tahu adalah steam bertekanan rendah. Kapasitas
steam yang dibutuhkan pun juga sangat kecil jika dibandingkan kebutuhan
steam diindustri kimia, lebih-lebih dinnit pembangkit listrik. Oleh karena
itu semua steam boiler yang digunakan dipabrik tahu adalah jenis fire tube
boiler.
Menurut ASME Code Requirement, hanya material ulet, termasuk
logam yang mampu las dengan baik yang dapat digunakan. Akan bemasalah
jika menggunakan logam nonferrous sebagai bahan baku pembuatan ketel
uap. Hal ini disebabkan logam nonferrous kurang peka terhadap kerapuhan
(ulet) dan tidak tahan api. Kekuatan logam nonferrous berkurang ketika
temperatur meningkat secara bertahap dibandingkan dengan logam ferrous.
Penelaahan kita mulai dengan meninjau suatu steam boiler jenis
silindris
Gambar. 2.1. Tegangan normal yang terjadi pada suatu segmen dari bejana
Sebuah segmen dipisah tersendiri dari ketel ini dengan membuat dua
bidang tegak lurus terhadap sumbu silinder dan sebuah bidang tambahan
yang membujur melalui sumbu yang sama. Keadaan simetri akan
meniadakan terjadinya tegangan geser dalam irisan. Tegangan yang
terjadi adalah tegangan normal
1
dan
2
atau biasa disebut dengan
tegangan utama pada ketel uap. Tegangan-tegangan ini jika dikalikan dengan
masing-masing luas dimana mereka bekerja akan menjaga elemen silinder
tersebut berada dalam kesetimbangan dalam melawan tekanan dalam.
Tegangan normal (a,) atau. disebut juga tegangan pada arah
circumferential bekerja pada arah melingkar dari bejana.
1
=
t
pD
2
P = DLp ......................
(1)
A = 2tL.
dimana :
p = tekanan dalam pada ketel uap (psi atau Kpa)
P = beban (1b)
D = diameter dalam dari ketel uap (inchi atau mm)
L = panjang ketel uap (inchi atau mm)
t = ketebalan dari ketel uap (inchi atau mm)
A = luas shell dari ketel uap (inchi
2
atau mm)
Tegangan normal (
2
) atau tegangan pada arah longitudinal bekerja
pada arah membujur dan ketel uap.
(1)
Popov, E, P., 1996. Mekanika Teknik. Jakarta: Erlangga. Hal 319
1
=
t
pD
2
P = p.A
tutup ....................................
(2)
P = p
4
D
A = Dt
Keterangan :
p = tekanan dalam pada ketel uap (psi atau Kpa)
P = beban (lb)
D = diameter dalam dari ketel uap (inchi atau mm)
T = ketebalan dan ketel uap (inchi atau mm
.
)
A
tutup
= luas dari tutup (head) ketel uap (inchi
2
atau mm
2
)
A = luas dari shell ketel uap (inchi
2
atau mm)
Biasanya dalam perhitungan tegangan longitudinal lebih kecil dari
tegangan circumferential. Keretakan atau cracking yang terjadi terdapat searah
dengan tegangan keliling atau sirkumferensial.
Dalam perancangan ketel uap lebih diutamakan untuk
memperhatikan tekanan dalam dari ketel tersebut. Ketel uap ini bekerja pada
tekanan luar yang normal. Hal tersebut akan sangat berbeda dengan bejana
tekan yang bekerja pada tekanan hampa udara maupun yang bekeria pada
kedalaman tertentu seperti pada kapal selam. Pada ketel uap yang bekerja
pada kapal selam, tekanan luar sangat menentukan ketebalan bejana karena
(2)
Ibid, hal 1.
R
t
tekanan luar dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari tekanan udara normal
(1 atm).
Perancangan pada ketel uap berdasarkan standard Megyesse adalah :
1. Penutup (head)
Pada tekanan internal yang tinggi, silinder dan tutup cenderung
memuai. Ujung material akan mengalami penambahan panjang. Deformasi yang
tidak sama akan mengakibatkan tegangan lentur dan geser pada sambungan.
Antara ujung dari silinder dan penutup harus terdapat kontinuitas fisis. Karena
pertimbangan ini ujung bejana dibuat melengkung. Terdapat dua cara untuk
merancang penutup ketel uap dan ada beberapa tape penutup yang digunakan
antara lain, yaitu :
1. Perhitungan menggunakan parameter bagian dalam ketel uap.
a.. Tipe Sphere dan Hemisphere
Gambar. 2.2. Tutup Bejana Tipe Sphere
t =
P SE
PR
2 . 0 2
+CA .......................
(3)
(3)
Ibid, hal 18.
D
t
D
t
b. Tipe Ellipsoidal
Gambar. 2.3. Tutup Bejana Tipe Ellipsoidal
t =
P SE
PD
2 . 0 . 2
.......................
(4)
c. Tipe Cone dan Conical
Gambar. 2.4. Tutup Bejana Tipe Cone
t =
) 6 . 0 ( cos 2 P SE
PD
.......................
(5)
Catatan :
30, jika lebih dari 30 maka ada perhitungan khusus.
P = tekanan desain atau tekanan maksimal yang bekerja pada
ketel uap (psi atau Pa)
S = nilai tegangan dari material (psi atau Pa)
E = efisiensi dari pengelasan
R = jari-jari bagian dalam ketel uap (inchi atau mm)
(4)
Ibid, hal 18.
(5)
Ibid, hal 20.
D
t
L
r
D = diameter bagian dalam ketel uap (inchi atau mm)
= sudut puncak tutup ketel uap (
)
L = diameter bagian dalam dari tutup tipe Torishperical (inchi
atau mm)
r = jari-jari knuckle bagian dalam V (inchi atau mm)
t = ketebalan tutup V (inchi atau mm)
M = faktor M dicari dari L/r
d. Tipe Torispherical (ASME Flanged dan Dished Head)
i. Jika L /r = 16
3
2
t =
P SE
PL
1 . 0
885 . 0
ii. Jika L /r < 16
3
2
t =
P SE
PLM
2 . 0 2
.......................
(6)
2. Perhitungan menggunakan parameter bagian luar ketel uap.
a. Tipe Sphere dan Hemisphere
t =
P SE
PR
8 . 0 2 +
b. Tipe Ellipsoidal
(6)
Ibid, hal 20.
t =
P SE
PD
8 . 1 2 +
c. Tipe Cone dan Conical
t =
) 4 . 0 ( cos 2 P SE
PD
+
.......................
Catatan :
30, jika lebih dari 30 maka ada perhitungan khusus.
P = tekanan desain atau tekanan maksimal yang bekerja pada
ketel uap (psi atau Pa)
S = nilai tegangan dari material (psi atau Pa)
E = efisiensi dari pengelasan
R = jari-jan bagian dalam ketel uap (inchi atau mm)
D = diameter bagian dalam ketel uap (inchi atau mm)
= sudut puncak tutup ketel uap (
)
L = diameter bagian dalam dari tutup tipe Torishperical (inchi
atau mm)
r = jari-jari knuckle bagian dalam V (inchi atau mm)
t = ketebalan tutup V (inchi atau mm)
M = faktor M dicari dari L/r
d. Tipe Torispherical (ASME Flanged dan Dished Head)
i. Jika L /r = 16
3
2
t =
P SE
PL
8 . 0
885 . 0
+
ii. Jika L /r < 16
3
2
D
t =
) 2 . 0 ( 2 + M P SE
PLM
.......................
(7)
2. Dinding Ketel Uap (Shell)
Pada umumnya dinding shell berbentuk silinder atau bulat.
Gambar. 2.5. Dinding Bejana Tekan
Fabrikasi bejana bulat sangat sulit sehingga bejana silinder lebih banyak
digunakan pada dunia industri. Badan bejana harus dilengkapi dengan
penegak untuk mencegah terjadinya tegangan lebih atau distorsi yang
berasal dari beban eksternal yang besar. Ada dua macam cara merancang
ketebalan dinding ketel uap dengan menggunakan tekanan internal ketel
uap, yaitu:
a. Perhitungan menggunakan parameter bagian dalam ketel uap.
t =
P SE
PR
6 . 0 2
+CA .......................
(8)
P = tekanan desain atau tekanan maksimal yang bekerja pada
ketel uap (psi atau Pa)
S = nilai tegangan dari material (psi atau Pa)
(7)
Ibid, hal 24.
(8)
Eugene F. Megyesy, (Seventh Edition) Pressure Vessel Handook. Tulsa: Pressure Vessel
Handbook Publishing Inc, t.t, hal 18.
E = Efisiensi dari pengelasan
R = Jari jari bagian dalam ketel uap (inchi atau mm)
D = Diameter bagian dalam ketel uap (inchi atau mm)
t = Ketebalan dinding ketel uap (inchi atau mm)
C.A.= nilai korosi yang diijinkan (inchi atau mm)
b. Perhitungan menggunakan parameter bagian luar ketel uap.
t =
P SE
PR
4 . 0 2 +
+CA .......................
(9)
P = Tekanan desain atau tekanan maksimal yang bekerja pada
ketel uap (psi atau Pa)
S = Nilai tegangan dari material (psi atau Pa)
E = Efisiensi dari pengelasan
R = Jari jari bagian luar ketel uap (inchi atau mm)
D = Diameter bagian luar ketel uap (inchi atau mm)
t = Ketebalan dinding ketel uap (inchi atau mm)
C.A = nilai korosi yang diijinkan (inchi atau mm)
3. Beban Gempa
Gempa adalah getaran yang disebabkan adanya gerakan berubah--
ubah dari bumi. Gempa akan menyebabkan bejana tekan bergetar dan
berguncang. Beban gempa digunakan untuk mengantisipasi adanya gerakan
pada bumi yang akan berpengaruh pada kinerja ketel uap.
Shear:
(9)
Eugene F. Megyesy, (Seventh Edition) Pressure Vessel Handook. Tulsa: Pressure Vessel
Handbook Publishing Inc, t.t, hal 18.
V = ZIKCSW
Momen:
M =
(
|
.
|
\
|
+
3
2
) ( .
L
F V T F
t t
M
x
= M |
.
|
\
|
L
X
(pendekatan)
C = koefisien numerik (tidak boleh lebih dari 0.12)
=
T 15
1
=
T
067 . 0
D = Diameter luar ketel uap (ft atau mm)
E = Efisiensi pengelasan
F
t
= Gaya gempa total pada bagian atas ketel uap (lb atau N)
= 0.07 TV (F
t
tidak boleh lebih dari 0.25 V)
= 0 , jikaT < 0.7
L = Panjang ketel
1 = koefisien penting occupancy (untuk ketel memakai 1.0)
K = Faktor gaya horizontal (untuk bejana memakai 2.0)
M = Momen maksimal (pada pondasi) (ft lb atau Nrnrn)
M
x
= Momen pada jarak X (ft lb atau Nmm)
R = Jari-jari ketel uap (inchi atau mm)
2.4. Flowchart Perhitungan
Mulai
Survei lapangan di
pabrik Tahu Klaten
Data Survei dari pabrik Tahu, Klaten
adalah :
Berat bersih = 100 kg
Volume = 3500 liter
Tekanan internal ketel = 2 bar
D outer ketel = 1500 mm
Panjang ketel = 2000 mm
Max. operating temperature = 200 C
Material = plat baja
A
A
Menghitung tebal Head
t =
P SE
PR
2 . 0 2
+CA
Menghitung tebal shell
t =
P SE
PR
6 . 0 2
+CA
Menghitung beban gempa
Shear
V = ZIKCSW
Momen
M =
(
|
.
|
\
|
+
3
2
) ( .
L
F V T F
t t
M
x
= M |
.
|
\
|
L
X
(pendekatan)
C = koefisien numerik (tidak boleh lebih dari 0.12)
=
T 15
1
=
T
067 . 0
B
B
Rancangan Ketel Uap
siap pakai
Selesai
2000
1
5
0
0
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN KETEL
3.1. Data Spesifik Ketel
Untuk memudahkan dalam perancangan sebuah ketel, diperlukan
gambaran dan data-data spesifik yang telah ada dari hasil survey di
lapangan. Dalam perencanaan direncanakan ketel berbentuk spherical,
seperti ketel pada pabrik tahu di Klaten. Adapun data spesifikasi dari ketel
yang digunakan tersebut adalah sebagai berikut.
- Tekanan internal ketel (P
in
) = 2 bar
- Diameter luar (D
out
) ketel = 1500 mm
- Panjang ketel (L) ketel = 2000 mm
- Berat bersih (tara weight) = 100 kg
- Temperatur operasi maks. (T
max
) = 200 C
- Volume ketel = 3500 liter
- Material = plat baja
Gambar 3.1. Desain ketel yang akan dibuat
R
t
3.2. Perencanaan Head
Pada perencanaan ketel ini, akan digunakan bentuk head dengan tipe
sphere.
Gambar 3.2. Head tipe sphere
Material yang digunakan dalam pembuatan head adalah SA 240 tipe
304 (ASME hal 294).
Berdasarkan standar Megyesy, maka untuk perhitungan ketebalan
lapisan plat head adalah sebagai berikut :
t =
P SE
PR
2 , 0 2
+CA
dimana :
P = tekanan kerja
= tekanan operasi + 30 psi atau 10% dari tekanan operasi.
= (2 bar 14,5038) psi + 30 psi
= 59,0076 psi
R = jari-jari luar
= D/2
=
2
1500
= 750 mm = 29,5275 inchi
Berdasarkan standar Megyesy ukuran tebal yang digunakan adalah
30.0 inchi ( yang mendekati angka 29,5275 inchi)
S = stress value of material
= 143 MPa (untuk SA 240 tipe 304)
= 20740,434 psi
E = joint efficiency
= 1 (Megyesy, hal 142)
t = tebal plat ketel
=
0076 , 59 2 , 0 ) 1 434 , 20740 2 (
29,5275 0076 , 59
+ CA
= 0,042 + CA
CA = corrosion allowable
= 0,05 inchi
t = 0,092 inchi = 2,33 mm
Berdasarkan standar Megyesy ukuran tebal yang digunakan adalah
0,16 inchi ( yang mendekati angka 0,092 inchi)
Jari jari internal (R
1
) :
R
1
= R t
1
= 750 2,33 = 747,56 mm
3.3. Perhitungan Shell
Lapisan ketel menggunakan high alloy steel SA 240 tipe 304. Pada
perhitungan tidak mempertimbangkan beban angin.
D
Gambar 3.3. Shell ketel uap
P = tekanan operasi + 30 psi atau 10% dari tekanan operasi.
= (2 bar 14,5038) psi + 30 psi
= 59,0076 psi
T = 80 C
S = 143 MPa
= 1430 bar 14,5038 psi
= 20740,434 psi
E = 1 (Megyesy, hal 142)
R = 750 mm = 29,5275 inchi
CA = faktor korosi = 0,075 inchi
t =
P SE
PR
6 . 0 2
+ CA
=
( ) ( ) 0076 , 59 6 , 0 1 434 , 20740 2
5275 , 29 0076 , 59
+ 0,075
= 0,117 in = 2,98 mm
Berdasarkan standar Megyesy ukuran tebal yang digunakan adalah
0,16 inchi ( yang mendekati angka 0,117 inchi)
3.4. Perhitungan Beban Gempa
- Berat ketel kosong
W
k
= 100 kg 2,2046 lb
= 220,46 lb
- Berat ketel berisi fluida (oksigen) penuh
W = 350 2,2046 lb
= 771,61 lb
- Berat ketel dalam satuan panjang
w =
H
W
=
562 , 6
61 , 771
= 117,588 lb/ft
- Periode Getaran
T = 0,0000265
t
wD
D
H
|
.
|
\
|
2
dimana :
H = 2000 mm = 6,562 ft
D = 1,5 m = 4,921 ft
w = 117,588 lb/ft
t = 0,013 ft
Maka periode getaran :
T = 0,0000265
013 , 0
921 , 4 588 , 117
921 , 4
562 , 6
2
|
.
|
\
|
= 9,94 10
-3
sec
-
Gaya geser akibat gempa (V) :
V = ZlK (CS) W
dimana :
Z = Faktor gempa
= 0,75 (untuk zone 3)
I = Efisiensi penting occupancy
= 1
K = Faktor gaya horizontal
= 2
C = Koefisien numerik
=
T
067 , 0
= 0,67
S = Stress value of vessel material
= 1,5 jika T 2,5 sec
W = 117,588 lb
- Maka, besar gaya geser total pada pondasi adalah :
V = 0,75 1 2 (0.67 1,5) 117,588 (lb)
= 117,264 lb
= 53,190 kg
- Gaya horizontal gempa pada puncak ketel (F
t
)
F
t
= 0,07 TV
= 0,07 0,0094 117,264
= 0,0771 lb
- Momen maksimum gempa (M)
M =
(
|
.
|
\
|
+
3
2
) ( .
H
F V H F
t t
=
(
|
.
|
\
|
+
3
562 , 6 2
) 0771 , 0 264 , 117 ( 562 , 6 0771 , 0
= 39,5256 lb.ft
3.5. Pengelasan pada Ketel
Dalam konstruksi ketel, bagian yang menahan tekanan utama adalah
ketel itu sendiri, karena itu bagian ini harus dibuat dari baja dengan mampu
las dan kekuatan takik yang baik.
Adapun prosedur pengelasan pada ketel adalah sebagai berikut:
a) Proses pengelasan.
Kecuali pada ketel yang besar, biasanya pengelasan ketel selalu
dilakukan dengan tangan. Hal ini dipilih karena sukar untuk
mendapatkan mesin las yang dapat melayani pengelasan dengan posisi
yang berubah secara pelan-pelan.
b) Bahan las.
Pengelasan untuk bagian ketel harus memakai elektroda terbungkus
jenis hidrogen rendah. Sedangkan untuk bagian lainnya dapat digunakan
elektroda terbungkus jenis ilmenit.
Gambar 3.4. Urutan Pengelasan pada Ketel
c) Las pengikat.
Sebelum pengelasan dilakukan, terhadap bagian-bagian yang akan dilas
harus dilakukan pengikatan dulu dengan las ikat. Untuk menghindari
pengerasan pada bagian kaki las, pelaksanaan las ikat harus dapat
dilaksanakan tanpa ada pengulangan.
d) Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Elektroda yang dipilih harus betul-betul sesuai.
2) Pengeringan dan penyimpanan elektroda yang telah dipilih harus
betul-betul diperhatikan.
3) Pelaksanaan pemanasan mula dan akhir harus dilakukan dengan
hatihati.
4) Masukan panas las harus dibatasi.
5) Pelaksanaan pengelasan harus diatur dan disesuaikan dengan
keadaan cuaca.
6) Pengerasan kaki manik harus dihindari.
Pada umumnya pengelasan ketel harus dilakukan oleh juru las yang
mempunyai ketrampilan sangat tinggi terutama bila ketel dibuat dari
baja plat dengan kekuatan 60 kg/mm
2
sampai 80 kg/mm
2
. Dalam hal
ini kadang-kadang juru las yang akan dipekerjakan diharuskan
memiliki suatu sertifikat. yang dikeluarkan oleh suatu badan asosiasi
khusus.
3.6. Flow Chart Perancangan
Tidak aman
Selesai
Aman
Penyusunan
laporan
Analisa data dengan
standar Megyesy :
Material
Tebal Tangki
Tebal Tutup
Analisa dan simulasi
pada software Catia
Data Survei :
Tekanan Kerja
Berat Operasi
Material
Studi lapangan
(survey)
Mulai
Studi
literatur
Gambar 3.5. Diagram Alir Perancangan
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN SERTA ANALISA TEGANGAN PADA KETEL
UAP
4.1. Hasil Perhitungan
4.1.1. Perhitungan Dinding Ketel
Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Dinding Ketel
No Deskripsi Notasi Satuan Hasil Perhitungan
1.
Operating Pressure
(tekanan operasi)
P psi 59,0076
2. Suhu operasi bejana T
0
C 200
3. Efisiensi pengelasan E - 1
4. Jari-jari dalam bejana R inch 30,0
5. Tebal dinding bejana t inch 0,16
6. Faktor korosi (CA) - inch 0,075
7.
Material yang digunakan
pada bejana
- - SA 240 tipe 304
4.1.2. Perhitungan Tutup Ketel
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Tutup Ketel
No Deskripsi Notasi Satuan Hasil Perhitungan
1.
Operating Pressure
(tekanan operasi)
P psi 59,0076
2. Suhu operasi bejana T
0
C 200
3. Efisiensi pengelasan E - 1
4. Jari-jari dalam bejana R inch 30,0
5. Tebal Tutup bejana t inch 0,16
6. Faktor korosi (CA) - inch 0,075
7.
Material yang digunakan
pada bejana
- - SA 240 tipe 304
4.1.3. Perhitungan Beban Gempa
Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Beban Gempa
No Deskripsi Notasi Satuan Hasil Perhitungan
1. Berat bejana kosong W
k
kg 100
2. Panjang Ketel L mm 2000
3. Gaya geser akibat gempa V kg 53,190
4. Periode Getaran T Sec 9,94 x 10
-3
5. Efisiensi okupansi I - 1
6. Faktor Gempa t - 0,75
7.
Gaya horizontal gempa
pada puncak ketel
F
t
lb 0,0771
8. Momen maksimum gempa M lb.ft 39,5256
4.2. Hasil Simulasi Tegangan pada Ketel Uap dengan Soft Ware Catia
Pada soft ware Catia perhitungan distribusi faktor keamanan suatu desain
adalah dengan menggunakan kriteria gaya ekuivalen (von misses stress).
Kriteria tersebut menyatakan bahwa material yang dibentuk mulai luluh
ketika von mises stress (gaya ekuivalen) mencapai kekuatan luluh material
yang bersangkutan. Kekuatan luluh (yield strength) digambarkan sebagai
material property. Pada soft ware Catia faktor keamanan dikalkulasikan
pada suatu titik dengan cara membagi kekuatan luluh dari material dengan
gaya ekuivalen pada titik tersebut.
Adapun penafsiran dari harga faktor keamanan (factor of safety)
adalah sebagai berikut:
1. Faktor keamanan kurang dari 1,0. Mengindikasikan bahwa material pada
lokasi tersebut telah luluh dan desain tidak aman.
2. Faktor keamanan sama dengan 1,0. Mengindikasikan bahwa material
pada lokasi tersebut mulai luluh.
3. Faktor keamanan lebih dari 1,0. Mengindikasikan bahwa material pada
lokasi tersebut tidak luluh (aman).
4. Material selanjutnya akan mulai luluh jika kita memberikan beban baru
sebesar beban yang diberikan dikalikan dengan hasil dari faktor
keamanan.
Gambar 4.1. Tutup Bejana Ketel Uap
Gambar 4.2. Dinding Bejana Ketel Uap
Gambar 4.3. Bejana Ketel Uap
Untuk mengetahui tingkat keamanan desain, terlebih dahulu pada
material diberikan tekanan (P) yaitu sebesar 59,0076 psi (tekanan kerja).
Gambar 4.3. Tekanan dari Dalam Tangki
Setelah beban diberikan, maka catia akan mengkalkulasikan faktor
keamanan dari material berdasarkan data-data input yang diberikan.
Berdasarkan analisis tekanan, maka diperoleh data-data sebagai
berikut:
1. Beban yang diberikan adalah sebesar 59,0076 psi.
2. Faktor keamanan (factor of safety) minimum hasil analisis adalah sebesar
1,8952 x 10
6
.
3. Secara umum daerah kritis dari material akan mulai luluh jika kita
memberikan beban baru sebesar tekanan yang telah diberikan dikalikan
dengan faktor keamanan hasil analisis.
4. Dalam hal ini daerah kritis dari material akan mulai luluh jika kita
memberikan tekanan baru sebesar (1,8952 x 10
6
) x 59,0076 psi = 111,83
x 10
6
psi.
Setelah hasil analisis tersebut, maka dapat diketahui bahwa material bejana
(tangki) aman yaitu dengan besar faktor keamanan lebih dari 1,0.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari perhitungan dan analisa tegangan pada ketel uap disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pada mekanisme rancang bangun bejana ketel uap menggunakan standar
Megyesy diperoleh ketebalan yang cukup sehingga bejana mampu
menahan tekanan internal yang terjadi terutama pada bagian dinding dan
tutup.
2. Formula yang digunakan cukup sederhana sehingga perhitungan lebih
cepat dan mudah.
3. Program Catia dapat digunakan untuk mendesain dan menganalisa hasil
bentuk bejana ketel pada pabrik tahu.
5.2. SARAN
1. Dalam pengoperasian ketel uap harus sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan, khususnya untuk tekanan, suhu dan kapasitas ketel uap. Jika
tidak sesuai dengan parameter yang diijinkan maka ketel uap akan
mengalami kerusakan yang fatal atau meledak.
2. Dalam perancangan ketel uap harus menggunakan standarisasi tertentu,
seperti ASME, JIS, ASTM dan standard lainnya.
3. Pengetesan ketel harus dilakukan oleh instansi terkait yang telah memiliki
sertifikat untuk pengetesan ketel uap.
4. Ketel uap harus dilakukan pemeriksaan secara teratur dalam
pengoperasiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Megyesse, Eugene F., 1986, Pressure Vessel Hand Book, Tulsa: Pressure Vessel
Hand Book Publishing.
Popov, E, P., 1996. Mekanika Teknik, Jakarta: Erlangga
Toni Wahyono S.A, 2006. Perencanaan dan Simulasi pada Bejana Tekan
Kriogenik Vertikat dengan Bantuan Software Solid Work 2003 ( Skripsi
Sarjana S-1 Teknik Mesin UMS )
LAMPIRAN
.