You are on page 1of 10

ANALISI SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI POLIO PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tugas Ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Surveilasn Epidemiologi

Disusun Oleh: MPK Achmad Yudha Pangestu (109101000017) Azizatul Hamidiyah (109101000079) M. Iqbal Nurmansyah (109101000052)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

A. Pengorganisasian
Setiap instansi kesehatan pemerintah, instansi kesehatan propinsi, instansi kesehatan kabupaten/kota dan lembaga kesehatan masyarakat dan swasta wajib menyelenggarakan surveilans epidemiologi, baik secara fungsional atau structural. Begitu halnya dengan pelaksanaan surveilans polio ini. Pelaksanaan surveilans polio dilakukan oleh UPT Surveilans Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2009.

B. Mekanisme Kerja
Kegiatan surveilans epidemiologi polio di provinsi sulawesi tengah ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematis oleh Dinas kesehatan provinsi sulawesi tengah dengan mekanisme kerja sebagai berikut:

a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya Kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat. b. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data Pengumpulan data dilakukan di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Sasaran penyelidikan adalah kelompok umur <15 tahun. Pemeriksaan kasus dilakukan dengan pemeriksaan specimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang menyerang masyarkat. Jadi, kategori data yang dikumpulkan adalah data primer karena diperoleh dari observasi dan melakukan wawancara.

c. Analisis dan interpretasi data Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer, untuk analisis deskriptif disajikan dalam bentuk narasi, tabel.

d. Studi epidemiologi Dikenal dengan nama lumpuh layuh dan diproyeksikan sebagai indikator keberhasilan program eradikasi (penghapusan) polio. Target angka penderita AFP dicapai secara nasional pada tahun 2010 adalah 2 per 100.000 anak usia di bawah 15 tahun. Di Sulawesi Tengah Pada tahun 2009, ditemukan 14 penderita AFP yang berarti 1,92 per 100.000 anak usia di bawah 15 tahun. Angka ini sedikit lebih rendah dari target nasional pada tahun 2010.

e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya Penyebaran informasi kepada Kementrian Kesehatan berupa Profil Surveilan Epidemiologi satu kali per tahun. Sedangkan, penyebaran informasi kepada masyarakat luas melalui pelayanan data facility base secara gratis.

f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindaklanjut Upaya yang dilakukan melalui gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sebagai wujud dari komitmen Internasional dalam pembasmian penyakit polio di Indonesia.

g. Umpan balik. Tidak ada.

C. Sasaran Penyelenggaraan
Laporan surveilans polio ini termasuk dalam laporan masalah PD3I (Penyakit dapat dicegah dengan imunisasi) yang berarti surveilans ini termasuk ke dalam Surveilan Epidemiologi Penyakit Menular.

D. Jenis Penyelenggaraan
Surveilans polio berdasarkan jenis penyelengaaraanya, yaitu sebagai berikut: Penyelenggaraan berdasarkan metode pelaksanaan termasuk

surveilans epidemiologi rutin terpadu karena surveilans ini dilakukan secara rutin setiap tahun. Penyelenggaraan Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan adalah

surveilans aktif. Termasuk surveilans aktif karena diperoleh dari data yang berasal dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan, termasuk dalam Pola selain kedaruratan karena kegiatan surveilans mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah. Penyelenggaraan Berdasarkan Kualitas Pemeriksanaan dengan bukti klinis dan Laboratorium, yaitu dengan mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus Polio Liar yang menyerang masyarakat.

E. Komponen Sistem
1. Tujuan yang jelas dan dapat diukur Penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita.

2. Unit surveilans epidemiologi Kelompok kerja pada unit surveilan adalah dr. Muhammad Saleh Amin, MM, Bertin Ayu Wandira, SKM., M.Kes, Chandra, SE., MPH, Devi Jhony Christiawan, SKM, Neltje Podungge, SKM, Sri Arwati, SKM, Martha R. Andilolo

3. Konsep surveilans epidemiologi Pengumpulan data dilakukan di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Sasaran penyelidikan adalah kelompok umur <15 tahun. Pemeriksaan kasus dilakukan dengan pemeriksaan specimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang menyerang masyarkat. Jadi, kategori data yang dikumpulkan adalah data primer karena diperoleh dari observasi dan melakukan wawancara.

4. Dukungan advokasi, peraturan perundang-undangan, sarana dan anggaran Legitimasi dari peraturan pemerintah berupa Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/V/2009 yang menyebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hokum kesehatan serta administrasi kesehatan.

Untuk sarana yang digunakan tidak ditemukan dalam data. Namun standar yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan surveilan adalah sebagai berikut: a. Jaringan elektromedia b. Komputer dan perlengkapannya c. Komunikasi (telepon, faksimili, SSB dan telekomunikasi lainnya) d. Referensi surveilans epidemiologi, penelitian dan kajian kesehatan e. Pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputer f. Peralatan pelaksanaan surveilans g. Sarana transportasi

5. Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi Kegiatan dimulai dengan mengidentifikasi kasus. Identifikasi kasus dilaksanakan dengan menyelenggarakan surveilan epidemiologi secara efektif terhadap kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat. Pengumpulan data dilakukan di wilayah propinsi Sulawesi Selatan. Analisis data dilakukan menggunakan computer dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Penyebaran informasi kepada Kementrian Kesehatan berupa Profil Surveilan Epidemiologi satu kali per tahun. Sedangkan, penyebaran informasi kepada masyarakat luas melalui pelayanan data facility base secara gratis.

6. Jejaring surveilans epidemiologi UPT Surveilan Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah bekerja sama unit-unit kerja di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota serta dari berbagai sumber lainnya di luar Dinas Kesehatan seperti : BPS, Bappeda, BKKBN, dan lain-lain.

7. Indikator kinerja Berikut ini indikator tingkat propinsi dalam penyelenggaraan sistem surveilan epidemiologi berdasarkan input, proses dan output: Input o 1 paket jaringan elektromedia o 1 paket alat komunikasi (telepon, faksimili, telekomunikasi lainnya) o 1 paket kepustakaan o 1 paket pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputer o 4 paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi o 1 roda empat, 1 roda dua Proses o Kelengkapan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau lebih o Ketepatan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau lebih o Penerbitan buletin kajian epidemiologi sebesar 12 kali atau lebih setahun o Umpanbalik sebesar 80 % atau lebih SSB dan

Output, berupa Profil Surveilans Epidemiologi Propinsi sebesar 1 kali setahun.

F. Peran Unit Surveilans


ISI

G. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia, dengan rincian sebagai berikut:

Pelaksana

: Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi

Tim Penyusun : - dr. Muhammad Saleh Amin, MM - Bertin Ayu Wandira, SKM., M.Kes - Chandra, SE., MPH - Devi Jhony Christiawan, SKM - Neltje Podungge, SKM - Sri Arwati, SKM - Martha R. Andilolo Tim penyusun yang dimaksud disini merupakan tim penyusun profil kesehatan provinsi sulawesi tengah (laporan surveilans diambil dari profil kesehatan sulawesi tengah), sedangkan untuk sumber daya yang melakukan surveilans tidak dijelaskan, hanya dicantumkan bahwa pelaksannya yaitu kepala UPT Surveilans data dan informasi.

2. Sarana Sarana yang dibutuhkan dalam surveilans polio ini tidak dijelaskan. Namun bila seharusnya sarana yang dibutuhkan dalam surveilans polio yaitu : a. Jaringan elektromedia b. Komputer dan perlengkapannya c. Komunikasi (telepon, faksimili, SSB dan telekomunikasi lainnya) d. Referensi surveilans epidemiologi, penelitian dan kajian kesehatan e. Pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputer f. Peralatan pelaksanaan surveilans g. Sarana transportasi

3. Pembiayaan Sumber pembiayaan kegiatan sueveilans polio ini tidak dijelaskan namun secara umum dalam profil dinas kesehatan sulawesi tengah dijelaskan bahwa dalam melaksanakan upaya pembangunan kesehatan diperlukan pembiayaan, baik yang bersumber dari pemerintah, maupun

masyarakat termasuk swasta. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah terdiri atas (1) APBD Kesehatan meliputi APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/Kota, (2) APBN Kesehatan meliputi APBN Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk pinjaman hutang luar negeri (Hibah) DAK dan Dana Tugas Pembantuan). Pada tahun 2009 total anggaran kesehatan untuk Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Rp. 164.220.501.388,- atau meningkat sebesar 92.61% dari anggaran tahun 2008. Rincian Anggaran tersebut adalah sebagai berikut, untuk Dana APBD Provinsi sebesar Rp.33.150.143.850,Dana APBN (Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp.128.882.608.559,- dan Dana Hibah sebesar Rp. 2.187.748.979.-. Untuk data anggaran APBD Kabupaten / Kota sesuai data yang ada sebesar Rp. 333.689.064.830,-. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dihitung anggaran kesehatan perkapita pada tahun 2009 dengan membandingkan jumlah penduduk dengan total anggaran kesehatan pada tahun 2009 adalah Rp.200.749,- Dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2009 sebesar 2.480.264 jiwa dan anggaran kesehatan pada tahun 2009 sebesar Rp.497.909.566.218.- Persentase realisasi APBD Kabupaten/Kota tidak dapat disajikan karena tidak semua Kabupaten/Kota menyampaikan datanya.

H. Indikator
Berikut ini indikator tingkat propinsi dalam penyelenggaraan sistem surveilan epidemiologi berdasarkan input, proses dan output: Input o 1 paket jaringan elektromedia o 1 paket alat komunikasi (telepon, faksimili, lainnya) o 1 paket kepustakaan o 1 paket pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputer o 4 paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi o 1 roda empat, 1 roda dua Proses o Kelengkapan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau lebih o Ketepatan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau lebih o Penerbitan buletin kajian epidemiologi sebesar 12 kali atau lebih setahun o Umpanbalik sebesar 80 % atau lebih

SSB dan telekomunikasi

Output, berupa Profil Surveilans Epidemiologi Propinsi sebesar 1 kali setahun.

You might also like