You are on page 1of 5

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

KUNJUNGAN INDESSO

Oleh: Helmas Dwi Antoro Tanjung NIM A1H009041

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOERDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012

Gambar Diagram alir proses instalisai penanganan air limbah (IPAL) di pengolahan minyak atsiri.

Air merupakan kebutuhan pokok bagi menusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi, mencuci, pertanian, perikanan dan menunjang dalam kegiatan industri. Dalam kegiatan industri, air limbah yang dihasilkan tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Pada perusahaan PT Indesso Aroma, air limbah dihasilkan dari air cuci alat, air sisa proses dan colling water (pendinginan) dimana air limbah yang dihasilkan sudah dilakukan proses daur ulang Water Treatment Recycle Proses. Debit air limbah yang masuk ke IPAL rata-rata 25 m3/hari Buffer Basin merupakan bak pre aerasi, dimana bak ini merupakan tempat tumbuh mikroba yang menampung berbagai jenis mikroba yang akan merombak air limbah melalui proses aerobik. Proses seeding dilakukan dengan menggunakan SGB (Super Growth Bacteria), pupuk kandang (rumen sapi) dan sedikit lumpur dengan penambahan air gula (molase) dengan rentang waktu selama 1 bulan. Pada kolam ini bakteri yang berperan adalah bakteri aerobik yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk proses perombakan limbahnya. Proses aerobik pada buffer basin dilengkapi dengan 2 pompa surface (aerator) yang berfungsi untuk pengadukan dan suplai oksigen. Buffer basin merupakan tahap awal proses biologi (lumpur aktif mulai tumbuh). Setelah di buffer basin, air limbah akan mengalir menuju ke tiga bak aerasi yang masing-masing bak terdapat 9 air-bubble diffuser yang berfungsi sebagai alat suplai kebutuhan oksigen. Suhu pada bak buffer basin adalah 28 0C dan pada bak aerasi suhunya 29 0C yang berarti terjadi kenaikan suhu. Hal ini disebabkan karena pada salah satu alat Air-bubble diffusernya tidak berfungsi dengan baik (rusak) sehingga suplai kebutuhan oksigen menurun, yang mana oksigen ini dibutuhkan oleh kehidupan mikroba. Selain itu juga disebabkan karena pengukuran suhu dilakukan pada siang hari. Suhu panas pada siang hari berpengaruh terhadap pengukuran suhu. Sebaiknya suhu yang diperlukan untuk kehidupan mikroba berkisar antara 20 28 0C dan pH yang diharapkan adalah antara 6,5 8,5. Nilai pH untuk bak buffer basin dan bak aerasi adalah 7. Suhu dan pH dalam bak buffer basin sudah memenuhi standar untuk kehidupan mikroba dengan baik. Pada bak ini karakteristik air

limbah yang ada harus diperhatikan, karena sangat berperan bagi kehidupan mikroba. Parameter air limbah yang dilakukan pengukuran oleh kelompok 5 adalah warna dan bau. Warna yang ada pada bak ini adalah kuning kecoklatan dan tidak berbau. Selain itu, dilakukan pengukuran COD yang hasilnya pada buffer basin adalah 248,192 dan pada bak aerasi adalah 155. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kadar COD mengalami penurunan, hal ini dikarenakan air limbah sudah mengalami proses perombakan oleh mikroba dalam air limbah dengan bantuan oksigen. Proses yang terjadi pada saat perombakan adalah : Oleh bakteri aerobic CONHS (bahan organik) + O2 + nutrient NH3 + CO2 + C5H7O2N + hasil lain. Proses ini bisa menurunkan kadar COD, BOD, NH3, H2S dan menghasilkan mikroba baru. Selain itu, terjadi proses nitrifikasi yaitu proses biologis dimana ammonia berubah menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat dengan bantuan oksigen. Sludge yang mengendap pada bak sedimentasi dialirkan lagi ke buffer basin setiap 3 jam sekali. Hal ini dikarenakan lumpur tersebut digunakan oleh mikroba sebagai nutrisi dan sebagai tempat menempelnya mikroba yang hidup. Apabila lumpur yang dikembalikan tidak mencukupi, maka MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid) atau padatan terlarut dari berbagai kombinasi akan menjadi turun dan stabilisasi akan kurang baik. Bila lumpur yang dikembalikan banyak akan menghasilkan MLSS yang tinggi sehingga akan sulit untuk mengendap pada bak sedimentasi. MLSS biasanya dijaga pada 2000 4000 mg/L pada bak pre aerasi. Apabila oksigen yang diberikan pada buffer basin berlebihan maka bisa menyebabkan kenaikan lumpur (rising sludge) pada bak sedimentasi (Anonimous, 2003).

You might also like